Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 3 tahap lalu diikuti oleh fase
REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terdiri secara bergantian antara 4 – 7 kali
siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 – 20 jam/hari, anak-anak 10 – 12 jam/hari,
kemudian menurun 9 – 10 jam/hari pada umur di atas 10 tahun dan kira-kira 7 – 7,5 jam/hari
pada orang dewasa.
Tahap ini tubuh kita benar-benar tidak bisa menerima rangsangan apapun. Hal ini
dikarenakan tubuh tidak merespons aktivitas otak. Menjelang pagi, hormon kortisol akan
dikeluarkan. Hormon ini biasa disebut sebagai hormon stres karena dikeluarkan oleh kelenjar
adrenal sebagai respon terhadap stres. Hal ini diasumsikan untuk mengatasi stres yang akan
dihadapi ketika siang hari.
Secara umum, tahapan dalam mekanisme tidur kita mengikuti pole berikut : 1, 2, 3, 4, 3,
2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM. Dan seterusnya. Dimana
masing-masing siklus terjadi sekitar 60 – 100 menit. Hal ini berbeda pada tiap orang.
Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16 jam sehari, tidur
hampir terus-menerus selama minggu pertama. Siklus tidur umumnya 40 – 50 menit dengan
bangun setelah 1 – 2 siklus tidur. Sekitar 50% dari tidur ini adalah tidur REM yang merangsang
pusat otak yang lebih tinggi. Hal ini penting untuk perkembangan karena neonatus tidak bekerja
cukup lama untuk stimulasi eksternal yang signifikan.
2. Bayi
Bayi biasanya mengembangkan pola tidur malam dengan mimpi buruk dari usia 3 bulan. Bayi
biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tidur rata-rata selama 8 – 10 jam di malam
hari dengan waktu tidur total 15 jam per hari. Sekitar 20-30% dari waktu tidur adalah dalam
siklus REM. Bangun umumnya terjadi di pagi hari, meskipun tidak bisa lagi bayi terbangun di
malam hari.
3. Balita
Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total
tidur rata-rata 12 jam sehari. Setelah 3 tahun, anak-anak sering tidak tidur siang (Hockenberry
dan Wilson, 2006). Umum bagi balita untuk terbangun di malam hari. Persentase tidur REM
terus menerus. Selama masa ini, balita mungkin tidak mau tidur pada malam hari karena
kebutuhan otonomi atau takut berpisah dari orang tua mereka.
4. Anak-anak Prasekolah
Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20% adalah
REM). Pada umur 5 tahun, anak prasekolah jarang membutuhkan tidur siang kecuali dalam
budaya di mana tidur siang menjadi kebiasaan. Anak prasekolah biasanya mengalami kesulitan
untuk rileks atau menenangkan diri setelah melewati hari yang sangat aktif dan memiliki masalah
dengan ketakutan tidur, bangun pada malam hari, atau mimpi buruk. Bangun sebentar dan
kemudian terlelap lagi adalah hal yang sering. Pada saat terbangun, anak akan menangis sebentar,
berjalan-jalan, berbicara yang tidak dipahami, tidur sambil berjalan, atau mengompol.
6. Remaja
Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur per malam. Tipikal remaja yang khas
dikarenakan sejumlah perubahan seperti kebutuhan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan
pekerjaan paruh waktu yang megurangi waktu untuk tidur. Waktu tidur yang sering disingkat
menghasilkan EDS. Mengurangi kinerja di sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, masalah
perilaku dan suasana hati, dan meningkatkan penggunaan alkohol adalah hasil dari EDS karena
kurangnya tidur. REM
7. Dewasa Muda
Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 – 8,5 jam per malam. Sekitar 20% dari waktu
tidur adalah tidur REM yang tetap konsisten sepanjang hidup. Tekanan dalam pekerjaan,
hubungan keluarga, dan kegiatan sosial sering mengarah pada insomnia dan penggunaan obat
tidur. Kantuk di siang hari menyebabkan peningkatan jumlah kecelakaan, penurunan
produktivitas, dan masalah interpersonal dalam kelompok usia ini. Kehamilan meningkatkan
kebutuhan tidur dan beristirahat. Insomnia, gerakan tungkai yang periodik, sindrom kaki gelisah,
dan gangguan pernafasan saat tidur merupakan masalah umum selama trimester ketiga
kehamilan.
8. Dewasa Menengah
Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari mulai menurun. Jumlah tidur
stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya usia. Insomnia
sangat umum, mungkin karena perubahan dan stres pada usia dewasa menengah. Kecemasan,
depresi, atau penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan tidur. Wanita menopause sering
mengalami gejala insomnia.
9. Lansia
Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Episode tidur REM
cenderung menyingkat. Ada penurunan progresif dalam tidur tahap 3 dan 4 NREM, bahkan
beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau tidur nyenyak. Seorang lansia terbangun
lebih sering di malam hari, dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur
kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin meningkat seiring bertambahnya
usia karena sering terjaga di malam hari.
Perubahan pola tidur sering disebabkan oleh perubahan dalam sistem saraf pusat yang
memengaruhi pengaturan tidur. Penurunan sensorik mengurangi sensitivitas orang tua terhadap
waktu untuk mempertahankan irama sirkadian. (Potter dan Perry, 2010)
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Istirahat dan Tidur
Berikut sejumlah ufaktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Sering kali
faktor tunggal bukanlah satu-satunya penyebab untuk masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis,
dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat umum yang
diresepkan. Obat ini mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang
kemudian menjadi masalah bagi individu (Schweitzer, 2005). Obat yang diresepkan untuk tidur
sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Lansia mengonsumsi berbagai
obatuntuk mengontrol atau mengobati penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat bisa
sangat mengganggu tidur. Salah satu substansi yang mendukung terjadinya tidur di banyak orang
adalah L-triptofan, protein alami yang ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging.
2. Gaya Hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seseorang individu yang bekerja secara rotasi
sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan
kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yang berbahaya.
Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat
yang tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah waktu makan
malam.
Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kurang
tidur sementara sebagai hasil dari aktivitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang,
biasanya akan merasa mengantuk keesokan harinya. Namun, mereka mampu mengatasi perasaan
ini meskipun mengalami kesulitan melaksanakan tugas dan tetap memperhatikan. Kurang tidur
yang kronis jauh lebih serius dari kurang tidur sementara dan menyebabkan perubahan serius
pada kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. Kantuk cenderung paling sulit diatasi
selama melakukan tugas yang menetap (tidak aktif).
4. Stres Emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan frustasi ketika
tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tertidur,
sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Sters yang berkelanjutan
menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik.
Klien yang berusia lebih tua lebih sering mengalami kehilangan yang mengarah ke sters
emosional seperti pensiun, gangguan fisik, atau kematian orang yang dicintai. Lansia dan orang
yang menalami masalah depresi suasana hati mengalami penundaan waktu tidur, munculnya tidur
REM labih awal, sering terbangun, meningkatkan waktu total tidur, perasaan tidur buruk, dan
bangun lebih awal.
5. Lingkungan
Lingkungan fisik dimana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk
memulai dan tetap tidur. Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur nyenyak. Ukuran
kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi kualitas tidur.
Tingkat cahaya memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapa klien memilih kamar
yang gelap, sedangkan yang lain seperti anak-anak atau orang lansia, lebih menyukai cahaya
lembut selama tidur. Klien juga mengalami kesulitan tidur berhubungan dengan suhu kamar.
Sebuah ruangan yang terlalu hangat atau terlalu dingin sering menyebabkan klien menjadi
gelisah.
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat diukur dengan nyenyak, terutama jika kelelahan
tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenagkan. Berolahraga 2 jam atau lebih
sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta
meningkatkan relaksasi. Namun, kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang
melelahkan atau stres membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah
dasar dan remaja.
Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang baik. Makan besar,
berat, dan/atau makanan pedas pada malam hari sering mengakibatkan gangguan pencernaan
yang mengganggu tidur. Kafein, alkohol, dan nikotin yang dikonsumsi dimalam hari
menghasilkan insomnia. Kopi, teh, cola, dan coklat yang mengandung kafein dan xanthenes
menyebabkan keadaan tidak dapat tidur. Pengurangan secara drastis atau menghindari zat-zat ini
merupakan strategi penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan tidur. Beberapa alergi
makanan menyebabkan insomnia. Pada bayi, alergi susu kadang menyebabkan bangun malam
dan menangis atau kolik.
Kehilangan atau penambahan berat badan dapat memengaruhi pola tidur. Berat badan
berkontribusi pada apnea tidur obstruktif karena terjadi peningkatan ukuran struktur jaringan
lunak di saluran nafas bagian atas. Berat badan menyebabkan insomnia dan penurunan jumlah
tidur. Gangguan tidur tertentu merupakan hasil dari diet semi-lapar yang populer di masyarakat
peduli berat badan.
2.6 Masalah yang Seringkali Ditemukan Sampai pada Pemenuhan Istirahat dan Tidur
1) Insomnia
2) Somnambulisme
3) Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan
remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari
stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
4) Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk
tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia
dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika
sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat
menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja
pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.
Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat
yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
5) Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih.
Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6) Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.