Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.

1, Juni 2019
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH GETARAN
HARMONIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL

Siti Zaenab*, Muh. Makhrus, I Wayan Gunada


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: zaenabalmadani@gmail.com

DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jpft.v5i1.813

Abstract- The study aims to analyze the problem-solving ability (PSA) of students during the learning
process with conceptual change learning model. This research is included in quantitative descriptive
research with three experimental classes. PSA at the time of learning is measured by an assessment
instrument that refers to the problems in the LKPD and PSA evaluation sheet which contains two
description questions at every meeting for four meetings. The assessment instrument refers to four PSA
indicators, namely the ability to understand problems, plan solutions, carry out problem-solving, and
check again, which is done during the learning process. Data analysis of PSA research results based on
LKPD found that 58% of students have PSA in the very good category and 42% in the good category,
while based on the evaluation results at each meeting it was found that 27% in the very good category,
62% in the good category, and 11% in the medium category. Analysis of research data shows that the
conceptual change learning model is good to improve the problem-solving ability of harmonic motion
of students of SMAN 8 Mataram.

Keywords: Conceptual Change, Problem Solving Ability


PENDAHULUAN solving, namun peserta didik masih
Fisika merupakan bagian dari Ilmu mengalami kesulitan dalam memahami dan
Pengetahuan Alam (IPA). IPA tidak hanya menemukan solusi dari masalah yang
terdiri dari kumpulan yang terisolasi satu diberikan.
dengan lainnya melainkan kumpulan ilmu Hasil observasi menunjukkan bahwa
pengetahuan yang terorganisasi secara peserta didik masih mengalami kebingungan
sistematis. Walsh et al. (2007) menyatakan dan miskonsepsi setelah dilakukan
bahwa tujuan pembelajaran fisika tidak pembelajaran fisika khususnya pada materi
hanya menekankan pada perolehan hasil getaran harmonis, yaitu tentang hubungan
belajar, menghafal sejumlah fakta dan antara massa, panjang tali dengan periode
konsep, melainkan memiliki kemampuan bandul dan sub materi pokok lainnya.
pemecahan masalah fisika. Wena (2014) Sebagian besar peserta didik kurang
mengungkapkan bahwa idealnya aktivitas mengaitkan konsep yang telah dipelajari
pembelajaran tidak hanya difokuskan pada dalam getaran harmonis dengan masalah
upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak- yang disajikan, sehingga peserta didik
banyaknya, melainkan juga bagaimana kurang mampu memecahkan permasalahan
menggunakan segenap pengetahuan yang yang diberikan. Hasil observasi sesuai
didapat untuk menghadapi situasi baru atau dengan yang diungkapkan oleh Adolphus et
memecahkan masalah-masalah khusus yang al. (2013) bahwa peserta didik sulit dalam
yang sedang dipelajari. Getaran harmonis mengidentifikasi parameter yang digunakan
merupakan salah satu materi fisika yang dalam menyelesaikan masalah getaran
sering dianggap sulit oleh peserta didik harmonis. Gunawan et al. (2018)
(Husniyah et al. 2016). Hasil penelitian menyatakan bahwa pada beberapa titik
(Hariawan et al. 2013) menunjukkan bahwa penyelesaian masalah, dimana siswa masih
meskipun peserta didik telah mengikuti mengalami kesulitan maka bantuan dan
pembelajaran dengan creative problem

100
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
pembiasaan penyelesaian masalah harus fisikawan menyebabkan peserta didik dalam
terus dilakukan. menyelesaikan permasalahan fisika akan
Masalah ini disebabkan oleh lebih mudah. Penggunaan MPPK
pembelajaran di sekolah kurang merupakan salah satu cara untuk menutup
memperhatikan konsepsi awal peserta didik, gap diantara sains peserta didik dan sains
sehingga guru tidak mengetahui kebutuhan para fisikawan (Makhrus, 2018).
yang seharusnya dipenuhi dalam proses Permasalahan tersebut menarik perhatian
pembelajaran. Tuqalby et al. (2017) peneliti untuk melakukan penelitian tentang
menyatakan hal yang sama bahwa guru analisis kemampuan pemecahan masalah
kurang memperhatikan konsepsi awal (KPM) peserta didik di SMAN 8 Mataram
peserta didik, sehingga beranggapan apa dengan menerapkan MPPK pada proses
yang dipelajari tanpa ada arti karena tidak pembelajarannya.
ada kaitannya dengan pembelajaran yang Model Pembelajaran Perubahan
lalu maupun dengan peristiwa yang ada Konseptual
dalam kehidupan. Materi getaran harmonis MPPK merupakan salah satu model
yang seharusnya disajikan dengan pembelajaran yang berlandaskan paham
melibatkan peserta didik secara langsung konstruktivisme (Eka et al. 2014). Teori
misalnya melalui praktikum (Huriawati et konstruktivisme Piaget mengatakan ketika
al. 2016). Pembelajaran dengan praktikum seseorang membangun ilmu
jarang dilakukan di sekolah yang pengetahuannya, maka untuk membentuk
menyebabkan peserta didik masih keseimbangan ilmu yang lebih tinggi
mengalami miskonsepsi dan kurang mampu diperlukan asimilasi, yaitu kemampuan
memecahkan masalah setelah proses pemecahan masalah yang efektif antara
pembelajaran. Penilaian proses kurang konsep lama dengan kenyataan baru
diperhatikan oleh guru, yang diperhatikan (Makhrus et al. 2014). Teori
hanya hasil akhir yang diperoleh peserta konstruktivisme lainnya yaitu teori sosial
didik. Vygotsky berkeyakinan bahwa
Salah satu alternatif pemecahan perkembangan yang baik tergantung pada
masalah pada pembelajaran fisika adalah faktor biologis dan faktor sosial sangat
penerapan model pembelajaran perubahan penting, di mana teori ini lebih menekankan
konseptual (MPPK). Denis et al. (2015) pada aspek sosial dari pembelajaran (Al-
memandang perubahan konseptual sebagai Tabany, 2015). Penekanan pokok pada
seperangkat pengajaran yang digunakan konstruktivis adalah situasi belajar, yang
untuk mengubah pandangan peserta didik memandang belajar sebagai kontekstual
yang dianggap masih belum sesuai dengan (Hamdani, 2011). Peserta didik
pandangan fisikawan hingga sesuai dengan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri,
pandangan fisikawan. Pembelajaran dengan maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan
MPPK memberikan kesempatan kepada dalam mengonstruksi, hasil konstruksi
peserta didik untuk mengungkapkan tersebut disebut dengan prakonsepsi
konsepsi awalnya kemudian secara langsung (Suparno, 2013). Pembelajaran berdasarkan
melibatkan peserta didik pada peristiwa pandangan konstruktivisme sangat
nyata mengenai materi getaran harmonis memperhatikan konsepsi awal dan peran
yang sedang dibahas. Peserta didik peserta didik dalam pembelajaran, sehingga
mengalami proses kognitif ketika terlibat tercapai pembelajaran yang berpusat pada
langsung sampai terjadinya perubahan peserta didik (student center).
konsep yang sesuai dengan konsep
101
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
MPPK berawal dari pandangan
tentang perubahan konseptual akibat
terjadinya proses kognitif. Posner et al.
(1982) menyatakan bahwa perubahan
konseptual terjadi melalui dua proses, yaitu
asimilasi (proses penggabungan antara
konsep baru dengan prakonsepsi peserta
didik) dan akomodasi (konseptual struktur
diakomodasi jika prakonsepsi bertentangan
dengan konsep baru) (dalam Aydin, 2012).
Perubahan konseptual dapat terjadi pada
empat kondisi, yaitu ketidakpuasan dengan
Gambar 1. Langkah-Langkah MPPK (Driver,
konsepsi awal, kejelasan, masuk akal, dan
1988)
manfaat yang ada pada konsep baru (Kang et
Manusia dalam kehidupan sehari-
al. 2010). Kelemahan pada konsepsi awal
hari selalu dihadapkan dengan berbagai
dan kelebihan konsep baru menyebabkan
permasalahan. Masalah adalah suatu
terjadinya perubahan konseptual pada
pernyataan atau informasi yang tidak sesuai
peserta didik menuju konsep yang benar.
dengan apa yang diharapkan dan apa yang
Peserta didik sebelum memulai
seharusnya terjadi. Masalah akan
kegiatan pembelajaran fisika sudah memiliki
menimbulkan kekacauan dan sesuatu yang
berbagai macam prakonsepsi mengenai
membingungkan (Gunawan, 2017).
materi yang akan dibahas, baik itu bersifat
Rusman (2016) menyatakan bahwa cara
abstrak maupun yang tidak dapat diamati
terbaik untuk mempersiapkan peserta didik
langsung (Baser, 2006). Miskonsepsi yang
di masa depan dengan dibekali strategi-
dialami peserta didik banyak dipengaruhi
strategi pemecahan masalah yang mampu
oleh pengalaman atau kehidupan masa lalu
mengatasi tantangan-tantangan baru dan
yang menjadi penetahuan awal peserta didik
menemukan kebenaran-kebenaran yang
(Ozkan & Selcuk, 2012). Guru diharapkan
relevan pada saat ini dan masa mendatang.
menciptakan lingkungan belajar dengan
KPM memerlukan suatu keterampilan dan
melihat konsepsi awal peserta didik pada
kemampuan khusus yang dimiliki masing-
MPPK sebagai informasi untuk
masing peserta didik dalam meyelesaikan
pembelajaran selanjutnya dan
permasalahan dalam pembelajaran (Azizah
memperbaikinya dengan meyakinkan
et al. 2016). KPM pada penelitian ini
peserta didik pada konsep baru sesuai
diberikan penilaian berdasarkan empat
konsep fisikawan (Sarar et al. 2014).
indikator KPM yang dikemukakan oleh
Langkah-langkah MPPK disajikan pada
Selcuk et al. (2008), yaitu kemampuan
Gambar 1.
memahami masalah, kemampuan
MPPK adalah model pembelajaran
merencanakan solusi, kemampuan
yang memperhatikan konsepsi awal peserta
melaksanakan penyelesaian, dan mengecek
didik sehingga terjadi proses kognitif
kembali. KPM adalah kemampuan dasar
melalui kegiatan pembelajaran yang
yang dimiliki peserta didik untuk
bermakna hingga ditemukan konsep baru
menemukan solusi yang tepat dari
yang sesuai dengan pandangan fisikawan.
permasalahan-permasalahan yang diberikan
berkaitan dengan materi pembelajaran

102
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
dengan menggunakan penalaran dan bahwa 27% dalam kategori sangat baik,
berpikir tingkat tinggi. 62% dalam kategori baik, dan 11% dalam
kategori cukup.
METODE PENELITIAN Data kemampuan pemecahan
Penelitian ini merupakan penelitian masalah peserta didik pada ketiga kelas
deskriptif kuantitatif karena kegiatan utama eksperimen berdasarkan LKPD disajikan
dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan pada Tabel 2 berikut.
tingkat KPM peserta didik. Desain pada
penelitian ini yaitu one group pretest-postest Tabel 2.Nilai KPM Melalui LKPD Saat Proses
dengan menggunakan tiga kelas eksperimen Pembelajaran
Per Tingkat KPM Rata- Kate
yang diberikan perlakuan dengan MPPK. Kelas
Ke- A B C D rata gori
KPM pada saat pembelajaran diukur dengan Eks. 1 87 82 90 76 85 SB
instrumen penilaian yang mengacu kepada 1 2 80 93 95 89 90 SB
3 88 85 96 73 88 SB
permasalahan pada LKPD dan lembar 4 82 93 98 70 88 SB
evaluasi KPM berupa 2 soal uraian pada Eks. 1 87 86 80 76 81 B
setiap pertemuan. Setiap pertemuan 2 2 86 76 97 74 86 SB
3 96 95 90 50 84 B
membahas masing-masing sub pokok materi 4 91 84 87 64 82 B
getaran harmonis, yaitugaya pemulih, Eks. 1 88 82 86 81 84 B
3 2 86 81 96 79 88 SB
periode dan frekuensi, besaran-besaran fisis,
3 90 95 96 45 84 B
dan energi mekanik pada getaran harmonis 4 92 85 90 67 84 B
(empat kali pertemuan) berdasarkan Keterangan:
A: Memahami Masalah;
indikator yang digunakan. Tingkat KPM
B: Merencanakan Penyelesaian;
dianalisis menggunakan statistik deskriptif. C: Melaksanakan Pemecahan Masalah;
Klasifikasi KPM peserta didik dapat dilihat D: Memeriksa kembali
pada Tabel 1berikut.
Data kemampuan pemecahan masalah
Tabel 1. Klasifikasi Kemampuan Pemecahan peserta didik pada ketiga kelas eksperimen
Masalah berdasarkan LKPD juga disajikan pada
Huruf Nilai Predikat Gambar 2 berikut.
A 85-100 Sangat Baik (SB) 100 85 84
90
86 88 88 84 88 84
81 84 82
B 70-84 Baik (B)
Nilai Rta-Rata

80
C 55-69 Cukup (C)
60
D 40-54 Kurang (K)
40
E 0-39 Sangat Kurang (SK)
20
(Vitasari et al. 2017)
0
PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 3 PERTEMUAN 4

HASIL DAN PEMBAHASAN EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 EKSPERIMEN 3

Penelitian ini bertujuan untuk


Gambar 2. Nilai KPM Melalui LKPD Saat
menganalisis tingkat kemampuan
Proses Pembelajaran
pemecahan masalah yang dialami peserta
didik SMAN 8 Mataram pada materi getaran Data kemampuan pemecahan
harmonis dengan penerapan MPPK pada masalah peserta didik berdasarkan hasil
saat proses pembelajaran untuk setiap evaluasi setiap pertemuan disajikan pada
pertemuan. Hasil penelitian berdasarkan Tabel 3 berikut.
LKPD didapatkan bahwa 58% peserta didik Tabel 3. Nilai KPM Hasil Evaluasi Saat Proses
memiliki KPM dalam kategori sangat baik Pembelajaran
Per Tingkat KPM Rata- Kate
dan 42% dalam kategori baik, sedangkan Kelas
Ke- A B C D rata gori
berdasarkan hasil evaluasi didapatkan 1 79 82 77 44 72 B

103
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019

Kelas
Per Tingkat KPM Rata- Kate diharapkan mampu menuliskan proses
Ke- A B C D rata gori
dalam menjawab soal berdasarkan indikator
Eks. 2 68 75 95 70 80 B
1 3 83 75 94 75 84 B yang kedua (memasukkan nilai besaran-
4 80 89 96 68 86 SB besaran pada persamaan IPM-2). IPM-4,
Eks. 1 87 86 80 57 78 B
peserta didik diharapkan mampu menuliskan
2 2 99 17 97 51 72 C
3 91 89 56 51 69 C satuan dan jawaban terakhir dari soal getaran
4 88 82 86 62 80 B harmonis (nilai F dan satuannya N) dan
Eks. 1 88 82 86 60 80 B
3 2 73 51 89 60 72 C
begitu seterusnya untuk soal-soal yang lain.
3 86 85 88 45 78 C Penilaian dilaksanakan pada saat proses
4 89 82 88 60 81 B pembelajaran setiap pertemuan untuk empat
kali pertemuan yang membahas empat sub
Data kemampuan pemecahan masalah
materi pokok. Sub materi pokok dibahas
peserta didik berdasarkan hasil evaluasi
empat kali pertemuan, yaitu, gaya pemulih,
setiap pertemuan juga disajikan pada
periode dan frekuensi, besaran-besaran fisis,
Gambar 3 berikut.
dan energi mekanikkk pada getaran
100
harmonis menggunakan LKPD dan lembar
84 86
90 80 80
78 80
72
78 80
evaluasi pada akhir pembelajaran, karena
Nilai Rata-Rata

80 72 72 69
70
60
penilaian proses lebih penting dari pada
50
40
penilaian hasil untuk mencapai tujuan
30
20
pembelajaran fisika melalui MPPK.
10
0
Redhana et al. (2017) mengungkapkan hal
PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 3 PERTEMUAN 4
yang sama, bahwa dalam pandangan
EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 EKSPERIMEN 3
konstruktivisme pemahaman pembelajaran
Gambar 3. Nilai KPM Hasil Evaluasi Saat lebih menekankan pada proses dari pada
Proses Pembalajaran hasil untuk menciptakan pembelajaran yang
aktif dengan menemukan sendiri
Tingkat KPM yang diukur pengetahuan dan pemahamn dari fakta pada
berdasarkan empat indikator pemecahan pembelajaran.
msalah (IPM), yaitu kemampuan memahami MPPK yang diterapkan pada
masalah (skor 2), merencanakan solusi (skor penelitian ini menunjukkan adanya latihan
2), melaksanakan penyelesaian (skor 4), dan untuk membentuk KPM dari LKPD yang
mengecek kembali (skor 2). Contoh diberikan kepada peserta didik sesuai
penilaiannya pada soal no. 1 sub materi dengan IPM yang digunakan. Rata-rata
pokok gaya pemulih pertemuan 1 tingkat KPM yang dialami peserta didik
berdasarkan soal evaluasi. Peserta didik pada saat pembelajaran di setiap kelas
pada IPM-1 diharapkan mampu menuliskan eksperimen berdasarkan hasil LKPD dalam
besaran-besaran yang diketahui sekaligus kategori sangat baik untuk kelas eksperimen
besaran-besaran yang ditanyakan dalam soal 1 dan baik untuk kelas eksperimen 2 dan 3.
getaran harmonis (menuliskan besaran- Hasil ini dapat diperoleh karena peserta
besaran diketahui, yaitu massa, simpangan, didik dapat berdiskusi dengan anggota
dan panjang tali, dan besaran yang kelompoknya. Tingkat KPM tertinggi untuk
ditanyakan, yaitu gaya pemulih). IPM-2, ketiga kelas eksperimen terdapat pada sub
peserta didik diharapkan mampu materi pokok periode dan frekuensi getaran
menentukan dan menuliskan persamaan harmonis karena peserta didik sudah
dengan tepat berdasarkan indikator yang mengetahui IPM uyang sehaarusnya ditulis.
𝑦
pertama (𝐹 = 𝑚𝑔 𝑙 ). IPM-3, peserta didik Tingkat KPM terendah untuk ketiga kelas
104
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
eksperimen terdapat pada sub materi pokok rata. Kelas eksperimen 1 memiliki rata-rata
gaya pemulih pada getaran harmonis karena KPM yang lebih tinggi dibandingkan kelas
merupakan sub materi pertemuan pertama, eksperimen 2 dan 3.
peserta didik kurang teliti, belum terbiasa Peserta didik dominan memiliki IPM
dan megetahui IPM yang seharusnya ditulis 2 dan 3 yang lebih tinggi dibandingkan
dalam menjawab soal. KPM peserta didik dengan IPM yang lain, karena peserta didik
yang dilatih selama proses pembelajaran di kurang teliti, malas, dan tidak menuliskan
dalam kelas tentunya berdampak secara diketahui, ditanya, dan satuan dari jawaban
langsung terhadap tes evaluasi KPM yang akhir, peserta didik kebanyakan langsung
diberikan pada setiap akhir pertemuan, menulis persamaan dan proses dalam
untuk membuktikan KPM fisika khususnya menjawab soal terutama pada pertemuan
materi getaran harmonis secara individu. pertama. Tingkat KPM peserta didik
Pembelajaran dengan MPPK melatih KPM meningkat pada pertemuan berikutnya
peserta didik dalam setiap langkah-langkah karena peserta didik sudah terlatih dalam
pembelajarannya dan melalui LKPD. menuliskan jawaban sesuai dengan IPM
Didukung oleh Penelitian Ibrahim et al. yang digunakan meskipun terdapat beberapa
(2017) menyatakan model pembelajaran peserta didik yang belum memenuhi semua
conceptual understanding procedures indikator KPM, karena kurang teliti dan
(CUPs) berbantuan LKPD berpengaruh tergesa-gesa dalam menjawab soal.
terhadap kemampuan pemecahan masalah KPM yang dilatih melalui MPPK
fisika peserta didik dimana model tersebut akan menyebabkan peserta didik mengalami
menyebabkan peningkatan kemampuan perubahan konseptual. Perubahan
pemecahan masalah fisika peserta didik konseptual ini dapat terjadi setelah peserta
yang yang positif. Peserta didik yang sering didik menyadari adanya ketidakcocokan
melatihkan kemampuan pemecahan masalah pengetahuan awalnya dengan konsep ilmiah
akan memberikan penjelasan yang lebih baik melalui proses pembelajaran dengan MPPK
dalam menjawab permasalahan isomorfik di mana peserta didik terlibat secara
(Gadgil& Nokes, 2009). Hasil tes KPM langsung pada saat melaksanakan percobaan
peserta didik pada evaluasi KPM di setiap sehingga dapat menemukan sendiri konsep
akhir pembelajaran untuk ketiga kelas fisikawan bahwa berbeda dengan konsepsi
eksperimen menunjukkan bahwa peserta awal peserta didik. Hal ini didukung oleh
didik dapat menerapkan KPM yang dimiliki penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et al.
selama proses pembelajaran di dalam kelas (2016) juga menyatakan bahwa kemampuan
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penyelesaian masalah akan sangat
konseptual maupun matematis pada evaluasi membantu siswa dalam meningkatkan
setiap pertemuan dalam katagori tinggi. penguasaan konsepnya begitu pula
Tingkat KPM tertinggi untuk ketiga kelas sebaliknya Demonstrasi dilaksanakan pada
eksperimen terdapat pada sub materi pokok awal pembelajaran untuk mengetahui
energi mekanikkk getaran harmonis, karena konsepsi awal peserta didik (langkah 1:
sub materi tersebut persamaannya tidak Orientasi) merupakan salah satu metode
terlalu banyak dan merupakan sub materi untuk menimbulkan rasa ingin tahu peserta
terakhir di getaran harmonis di mana peserta didik dalam memahami masalah pada materi
didik sudah terlatih dalam menjawab soal yang akan dibahas. Rasa ingin tahu inilah
dengan KPM yang dimiliki. Tingkat KPM yang akan merangsang ide-ide cemerlang
selain sub materi energi mekanikkk getaran dalam proses pemecahan masalah, sehingga
harmonis pada ketiga kelas eksperimen sama semakin baik rangsangan untuk
105
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
menimbulkan rasa ingin tahu maka peluang fisika.Permasalahan disajikan juga pada
peningkatan kemampuan penyelesaian LKPD untuk mengetahui KPM peserta didik
masalah semakin tinggi(Venisari et al. secara berkelompok dan KPM peserta didik
2015). per sub materi secara individu diketahui
Peserta didik memiliki pemikiran melalui hasil evaluasi pada setiap pertemuan
dan keyakinan yang berbeda tentang konsep- (langkah 4: aplikasi gagasan). Perubahan
konsep fisika (Yumusak et al. 2015). konsep peserta didik diketahui melalui
Konsep-konsep fisika yang berbeda kegiatan menanya kembali pertanyaan-
diperoleh dari kehidupan sehari-hari, pertanyaan pada saat elisitasi gagasan untuk
pengalaman dan lingkungan belajar yang megecek kembali konsep yang dikuasai
sering tidak sesuai dengan sifat sains (Ozkan peserta didik (langkah 5: review perubahan
& Selcuk, 2015). Guru memberikan gagasan).
pertanyaan lanjutan mengenai miskonsepsi Peserta didik ketika ditanyakan
dari konsepsiawal (langkah 2: elisitasi konsepsi awal, sebagian besar peserta didik
gagasan) untuk menciptakan keraguan mengalami miskonsepsi pada gaya pemulih
peserta didik terhadap konsepsi awalnya dan dengan besarnya sama di setiap titik, padahal
merencanakan solusinya. Rasa ingin tahu tergantung simpangan yang diberikan.
peserta didik untuk mencari konsep ilmiah Hubungan antara massa dengan periode dan
akan membawa peserta didik pada upaya frekuensi pada bandul, bahwa massa bandul
untuk melaksanakan solusi atas mempengaruhi periode dan frekuensi,
permasalahannya atau bahkan peserta didik sedangkan secara ilmiah hanya dipengaruhi
akan menjadikannya penghubung antara oleh panjang tali dan percepatan gravitasi
konsepsi awalnya dengan konsep yang baru bumi. Hubungan antara massa dan
diterimasehingga terjadi proses kognitif simpangan dengan periode dan frekuensi
(langkah 3: restrukturasi gagasan), dengan pada pegas, bahwa massa pegas tidak
menjelaskan konsep sebenarnya dan mempengaruhi dan simpangan
melakukan percobaan untuk menemukan mempengaruhi periode dan frekuensi,
sendiri konsep fisikawan. Peserta didik akan sedangkan secara ilmiah hanya dipengaruhi
lebih memahami konsep jika dilibatkan oleh massa dan konstanta pegas. Kecepatan
langsung pada saat proses pembelajaran. pada getaran harmonis maksimum di titik
Fakta ini sesuai dengan pendapat Sarar et al. tertinggi dan nol di titik kesetimbangan,
(2014) bahwa MPPK mendorong peserta secara teori sebaliknya maksimum di titik
didik untuk lebih bertanggung jawab atas kesetimbangan. Energi mekanikkk di setiap
pembelajaran mereka dibandingkan dengan titik berbeda, sedangkan secara teori sama di
kelas tanpa MPPK seperti terlibat dalam setiap titik. Peserta didik rata-rata
diskusi maupun memecahkan permasalahan. mengalami perubahan konsep setelah
Makhrus et al. (2014) menyatakan bahwa pembelajaran melalui MPPK dengan KPM
MPPK akan menghubungkan peserta didik yang jauh lebih baik dibandingkan
dalam pembelajaran aktif dengan tantangan sebelumnya. MPPK memberikan
yang disajikan pada awal pembelajaran. pemahaman kepada peserta didik belajar dan
Tantangan tersebut berupa tugas peserta menyediakan platform untuk studi masa
didik untuk membuat sebuah penalaran atas depan dan pengetahuan yang efektif
prediksi dan estimasi untuk menjelaskan (Grimes, 2015).
strategi yang akan digunakan dalam Tingkat KPM di dalam proses
menyelesaikan permasalahandengan pembelajaran di dalam kelas tentunya akan
pernyataan tertulis, gambar, atau model memberikan pengaruh pada hasil belajar
106
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
peserta didik. MPPK merupakan model yang perubahan konseptual terhadap konsepsi
tepat untuk mengajarkan peserta didik dalam fisika yang salah menjadi konsep yang
melatih KPM khususnya pada materi getaran sesuai dengan konsep fisikawan.
harmonis, materi ini tidak hanya
disampaikan dalam bentuk soal latihan PENUTUP
melainkan diperlukan permasalahan- KPM fisika peserta didik pada proses
permasalahan yang bersifat kontekstual pembelajaran dikategorikansangat baik
untuk membangun keaktifan peserta didik unruk kelas eksperimen 1dan baik pada
selama proses pembelajaran di dalam kelas kelas eksperimen 2 dan 3 berdasarkan LKPD
yang disajikan di awal pembelajaran. sedangkan KPM dalam katagori baik pada
Konsepsi awal perlu diperhatikan oleh guru ketiga kelas eksperimen berdasarkan hasil
karena setiap peserta didik memiliki evaluasi pada setiap pertemuan melalui
pengetahuan dan pengalaman sebelum MPPK, sehingga melalui MPPK KPM fisika
memasuki kelas.Peserta didik datang ke peserta didik dapat meningkat terutama pada
dalam kelas tidak dengan “kepala kosong”, materi getaran harmonis.
akan tetapi mereka sudah memiliki
REFERENSI
pengetahuan awal atau prakonsepsi yang
Adolphus, T., Alamina, J., & Aderonmu, T.
berasal dari pengalamannya sendiri
2013. The Effectsof Collaborative
(Suparno, 2013). Konsepsi awal tersebut Learning on Problem
memberikan informasi kepada guru untuk SolvingAbilities among Senior
melaksanakan pembelajaran yang sesuai Secondary School PhysicsStudents
dengan melibatkan lamgsung peserta didik in Simple Harmonis Motion. Journal
pada saat pembelajaran sehingga tercipta Education and Practice, 3(25),95-
pembelajaran yang bermakna. Cakir et al. 100.
(2002), setiap peserta didik memiliki Al-Tabany, T. I. B. 2014. Mendesain Model
struktur kognitif yang berbeda-beda karena Pembelajaran Terpadu Inovatif,
kemampuan, latar belakang, sikap, dan Progresif, dan Kontekstual: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya
pengalaman mereka yang berbeda,
pada Kurikulum 2013 (Kurikulum
kemudian membangun pengetahuan baru Tematik Integratif/TKI). Prenada
mengenai struktur kognitif mereka Media Group: Jakarta.
sebelumnya.
Aydin, S. 2012. Remediation of
Hasil KPM yang diperoleh dengan Misconceptions about Geometric
kategori tinggi, baik itu pada LKPD maupun Optics Using Conceptual Change
pada saat evaluasi KPM di setiap akhir Texts. Journal of Education
pertemuan menandakan bahwa MPPK baik Research and Behavioral Sciences,
diterapkan untuk meningkatkan KPM fisika 1(1), 001-012.
khususnya materi getaran harmonis peserta Azizah, R., Yuliati, Y., & Latifah, E. 2016.
didik SMAN 8 Mataram. Keberhasilan Kemampuan Pemecahan Masalah
MPPK sesuai dengan yang dikemukakan Melalui Pembelajaran Interactive
Sarar et al. (2014) bahwa perbedaan KPM Demonstration Peserta didik Kelas X
SMA pada Materi Kalor. Jurnal
dan berpikir kritis peserta didik antara kelas Pendidikan Fisika dan Teknologi,
yang menggunakan MPPK yang lebih baik 2(2), 55-59.
dibandingkan dengan kelas tanpa MPPK.
Baser, M. 2006. Fostering Conceptual
Makhrus (2018) menunjukkan bahwa Change by Cognitive Conflict Based
MPPK dengan pendekatan konflik kognitif Instruction On Students’
dapat membantu pebelajar dalam melakukan
107
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
Understanding Of Heat and Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Temperature Concepts. Eurasia CV Pustaka Setia: Bandung.
Journal of Mathematics, Science and Hariawan, Kamaluddin, &Wahyono, U.
Technology Education, 2(2), 96-114. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Cakir, O. S., Gebans, O., & Yuruk, N. 2002. Creative ProblemSolving terhadap
Effectiveness Conceptual Change Kemampuan Memecahkan Masalah
Text-Oriented Instruction on Fisika pada Siswa Kelas XI SMA
Students Understanding Of Cellular Negeri 4 Palu. JurnalPendidikan
Respiration Concepts. Biochemistry Fisika Tadulako, 1(2), 48-54.
and Molecular Biology Education, Hastuti, A., Sahidu, H., & Gunawan, G.
30, 239-243. (2017). Pengaruh Model PBL
Denis, U. A. Williams, J. J., Dunnamah, A. Berbantuan Media Virtual Tehadap
Y., & Tumba, D. P. 2015. Kemampuan Pemecahan Masalah
Conceptual Change Theory as a Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teaching Strategy in Environmental Teknologi, 2(3), 129-135.
Education. European Scientific Huriawati, F., Handhika, J., &
Journal, 11(35), 395-408. Luthfiaturrohmah. 2016. “Penerapan
Driver, R. 1988. Changing Media praktikum Gerak Harmonik
Conceptions.www.cdbeta.uu.nl/tdb/f Sederhana Menggunakan Osilator
ulltext/Tdbeta_6_2_Driver_1988.pdf Digital Detector untuk
, diakses tanggal 6 Januari 2018. Meningkatkan Hasil Belajar dan
Keterampilan Proses Mahasiswa”,
Eka, P. I. W., Sadia, I. W., & Suastra, I. W.
dalam Seminar Nasional Fisika dan
2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Aplikasinya, Madiun: Pendidikan
Perubahan Konseptual terhadap
Fisika IKIP PGRI.
Pemahaman Konsep Siswa Ditinjau
dari Gaya Kognitif. E-Journal Husniyah, A., Yuliati, L., & Mufti, N. 2016.
Program Pascasarjana Universitas Pengaruh Permasalahan Isomorfik
Pendidikan Ganesha Program Studi Terhadap Keterampilan Pemecahan
IPA. 4, 1-12. Masalah Materi Gerak Harmonis
SederhanaSiswa. Jurnal Pendidikan
Gadgil, S.& Nokes, T.J. 2009. Analogical
Sains, 4(1), 36-44.
Scaffolding in Collaborative
Learning. Proceedings of Thirty first Ibrahim, I., Kosim, K., & Gunawan, G.
Annual Conference of the Cognitive (2017). Pengaruh Model
Science Societ. Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs)
Grimes, M. W. 2015. How Does Learning in
Berbantuan LKPD terhadap
Leadership Work? A Conceptual
Kemampuan Pemecahan Masalah
Change Perspective. Journal of
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Leadership Education, 14(4), 16-45.
Teknologi, 3(1), 14-23.
Gunawan, G., Suranti, N. M. Y., Nisrina, N.,
Kang, H., Scharmann, L. C., Kang, S., &
& Herayanti, L. (2018). Students’
Noh, T. Cogninitive Conflict and
Problem-Solving Skill in Physics
Situational Interest as Factors
Teaching with Virtual Labs.
Influencing Conceptual Changes.
International Journal of Pedagogy
International Journal of
and Teacher Education, 2, 79-90.
Environmental & Science Education,
Gunawan. (2017). Keterampilan Berpikir 5(4), 383 – 405.
dalam Pembelajaran Sains.
Makhrus, M. 2018. Validitas Model
Mataram: Arga Puji Press.
Pembelajaran Conceptual Change
Model with Cognitive Conflict

108
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.1, Juni 2019
Approach. Jurnal Ilmiah Profesi Tuqalby, R., Sutrio, & Gunawan. (2017).
Pendidikan, 3(1), 62-66. Pengaruh Strategi Konflik Kognitif
Terhadap Penguasaan Konsep pada
Makhrus, M., Nur, M., & Widodo, W. 2014.
Materi Fluida Siswa SMAN 3
Model Perubahan Konseptual
Mataram Tahun Ajaran 2016/2017.
dengan Pendekatan Konflik kognitif
Jurnal Pendidikan Fisika dan
(MPK-PKK). Jurnal Pijar. 9(1): 20-
Teknologi, 3(1), 8-13.
25.
Venisari, R., Gunawan, G., & Sutrio, S.
Ozkan, G. & Selcuk, G. S. 2012. How
(2017). Penerapan Metode Mind
Effective Is “Conceptual Change
Mapping pada Model Direct
Approach” In Teaching Physics?.
Instruction untuk Meningkatkan
Journal of Educational And
Kemampuan Pemecahan Masalah
Instructional Studies In The World,
Fisika Siswa SMPN 16
2(2), 182-190.
Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika
Ozkan, G. & Selcuk, G. S. 2015. Effect of dan Teknologi, 1(3), 193-199.
Technology Enhanced Conceptual
Vitasari, N. & Trisniawati. 2017.
Change Texts on Students’
Peningkatan Kemampuan
Understanding of Buoyant Force.
Pemecahan Masalah Matematis
Universal Journal of Educational
Mahasiswa PGSD Universitas
Research 3(12): 981-988.
Sarjana Wiyata Taman Siswa
Redhana, I. W., Sudria, I. B. N., Hidayat, I., Melalui Problem Posing. Jurnal
& Merta, L. M. 2017. Identification Taman Cendekia, 1(2), 78-86.
of Chemistry Learning Problems
Walsh, I. N., Howard, R. G., & Bowe, B.
Viewed from Conceptual Change
2007. Phenomenography Study of
Model. Jurnal Pendidikan IPA
Students’ Problem Solving
Indonesia, 6(2), 356-364.
Approaches in Physic. Physical
Rusman. 2016. Model-Model Review Special Topics-Physic
Pembelajaran: Mengembangkan Education Research, (0nline,3,
Profesionalisme Guru Edisi Kedua. 020108).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wena, M. 2014. Strategi Pembelajaran
Sarar, M. M. A. 2014. The Effect of Using Inovatif Kontemporer. Jakarta
Stepan’s Model of Conceptual Timur: PT Bumi Aksara.
Change on The Modification of
Yumusak, A., Maras, I., & Sahin, M. 2015.
Alternative Mathematical Concepts
Effects of Computer-Assisted
and The Ability of Solving
Instruction with Conceptual Change
Mathematical Problems of Ninth
Texts on Removing the
Grade Students in Jordan. European
Misconceptions of Radioactivity.
Scientific Journal, 10(22), 191-203.
Journal for the Education of Gifted
Selcuk, G. S., Caliskan, S., & Erol, M. 2008. Young Scientists, 3(2),23-50.
The Effect Of Problem Solving
Instruction on Physics Achiement,
Problem Solving Performance and
Strategiy Use. American Journal Of
Physics Education, 2(3), 151-165.
Suparno, P. 2013. Miskonsepsi Perubahan
Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Jakaerta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.

109

Anda mungkin juga menyukai