Anda di halaman 1dari 18

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Dosen Pengampu :
Dr. Sri Haryani, M.Si
Harjono, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh
1. Nur Fitriani (4301417036)
2. Devitasari (4301417062)
3. Alfiah Fitriati (4301417081)
4. Heri Prasetyo (4301417084)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saat ini pelaksanaan pembeajaran guru masih cenderung menggunakan pembelajaran
yang bersifat konvensional, yaitu umumnya dilakukan dengan ceramah dan jarang
menerapkan hakikat sains dalam pembelajaran (Ali dkk, 2013). Hal tersebut didukung
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sadia yang menunjukkan bahwa
pembelajaran yang didominasi oleh guru adalah pembelajaran ekspositori yang meliputi,
ceramah, tanya jawab, dan diskusi (Sadia, 2008). Melalui ceramah sistem penyampaian
materi lebih didominasi oleh guru yang gaya mengajarnya cenderung bersifat otoriter dan
instruktif serta proses komunikasinya satu arah. Guru-guru tidak memberi peluang dan
kebebasan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dalam membangun pengetahuan.
Dalam permasalahan yang dipaparkan tersebut, berarti perlu adanya cara pembelajaran
yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap literasi sains terutama pada dimensi
kompetensi sains siswa. Pembelajaran yang akan dibahas disini adalah pembelajaran berbasis
masalah. “Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah”(Wina, 2006).
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan
yang mereka pelajari sehingga siswa memahami materi tidak dengan cara menghafalnya
tetapi memahami makna materi tersebut secara mendalam. Selain itu, melalui model ini
siswa menjadi pusat pembelajaran dan guru hanya memberikn arahan selama
dilaksanakannya pembelajaran. Dengan hal tersebut pembelajaran akan menjadi lebih
bermakna karena siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan
hasilnya pun akan lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian maslaah tersebut dapat ditarik beberapa persoalah yang perlu dibahas
yaitu
1. Apa itu Model Pembelajaran Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis
Masalah?
2. Bagaimana langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning atau
Pembelajaran Berbasis Masalah?
3. Apa kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning atau
Pembelajaran Berbasis Masalah?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dari makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui apa itu Model Pembelajaran Problem Based Learning atau
Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Mengetahui langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning atau
Pembelajaran Berbasis Masalah
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning
atau Pembelajaran Berbasis Masalah

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini yaitu
a. Bagi Peserta Didik
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
peserta didik dengan penerapan model pembelajaran problem based learning.
b. Bagi Guru
Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan model pembelajaran yang dapat
diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Agar dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi sekolah agar mampu
mengoptimalkan kompetensi peserta didik sehingga bermanfaat untuk semua pihak.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan
ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan sehingga dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang penggunaan model pembelajaran
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Model problem based learning juga biasa disebut dengan model pembelajaran berbasis
masalah. Menurut Darmadi (2017) pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Didalam kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Masalah
yang diberikan pada peserta didik ini digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah didorong oleh tantangan,
masalah nyata, dan peserta didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil. Peserta didik
didorong untuk bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan mengorganisir proses
pembelajaran dengan bantuan instruktur atau guru.
Menurut Hamdayama (2016) berpendapat bahwa model pembelajaran problem based
learning adalah pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna
bagi peserta didik. Sedangkan menurut Abdullah (2014) model pembelajaran problem based
learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan
suatu permasalahan, mengajukan pertanyaa-pertanyaan, memfasilitasi penyeledikan dan
membuka dialog. Model pembelajaran problem based learning menuntut peserta didik untuk
aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga mampu
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.

Model pembelajaran PBL merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari
pemecahan atau jawabannya oleh mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan
dosen kepada mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa sendiri, yang
kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan belajar
mahasiswa (Abbudin, 2009).
Ivor K. Davis, seperti dikutip Rusman (2011), mengemukakan bahwa, “Salah satu
kecenderungan yang sering dilupakan ialah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah
belajarnya mahasiswa dan bukan mengajarnya dosen.” Dosen dituntut dapat memilih model
pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap mahasiswa untuk secara aktif ikut terlibat
dalam pengalaman belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir mahasiswa (penalaran, komunikasi dan koneksi)
dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang
menyajikan masalah-masalah pada kehidupan nyata sebagai pusat pembelajaran supaya
peserta didik dapat terangsang untuk belajar memecahkan permasalahan tersebut sehingga
peserta didik dapat meningkatan keterampilan dan berfikir kritis dalam menyelesaikan suatu
masalah. Masalah yang dijadikan pembelajaran berhubungan dengan kenyataan yang dialami
oleh peserta didik. Dalam model problem based learning , pembelajaran dilakukan dengan
cara kolaboratif yaitu menggunakan kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan.

2.2 Karakteristik Problem Based Learning (PBL)


Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing, hal inilah yang
membedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
Karakteristik model pembelajaran problem based learning yang dikembangkan Barrow
(dalam Liu 2005) adalah sebagai berikut:
1. Learning is student – centered
Proses pembelajaran dalam problem based learning lebih menitikberatkan pada
peserta didik untuk belajar. Oleh karena itu, problem based learning didukung juga oleh
teori konstruktivisme dimana peserta didik didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
2. Authentic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang otentik
sehingga peserta didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya dimasa yang akan datang.
3. New information is acquired through self - directed learning
Proses pemecahan masalah memungkinkan masih terdapat peserta didik yang
belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga peserta
didik berusaha untuk mencari sendiri melalui berbagai sumber.
4. Learning occurs in small groups
Pada pelaksanaan problem based learning , agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar
pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, problem based
learning dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil.
5. Teacher act as fasilitators
Pada pelaksanaan problem based learning, guru berperan sebagai fasilitator.
Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta
didik dan mendorong peserta didik agar dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.

Sedangkan Trianto (2009) berpendapat bahwa karakteristik model pembelajaran


problem based learning yaitu: (1) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah; (2)
berfokus pada keterkaitan antar disiplin; (3) penyelidikan autentik; (4) menghasilkan
produk atau karya dan mempresentasikannya; dan (5) kerja sama.

Pendapat lain yaitu dari Rusman (2012) menyatakan problem base learning
memiliki karakter tersendiri dibandingkan dengan pembelajaran yang lainnya. Berikut
merupakan karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah:

1. Permasalahan menjadi permulaan dalam belajar


2. Permasalahan merupakan masalah yang ada di dunia nyata
3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda
4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian memerlukan identitas kebutuhan belajar dan bidang baru
dalam belajar
5. Belajar pengarahan diri merupakan hal yang utama
6. Pemanfaat sumber pengetahuan yang beragam, pengaplikasiannya, dan evaluasi
sumber informasi adalah proses esensial
7. Belajar merupakan kolaboratif, komunikasi dan kooperatif
8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah untuk mencari solusi
dari sebuah masalah
9. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah mencakup sintesis dan
integrasi dari sebuah proses belajar
10. Menggunakan evaluasi dan pengulangan pengalaman siswa dan proses belajar

2.3 Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Terdapat beberapa kelemahan dari model pembelajaran problem based learning


menurut Kurniasih dan Berlin (2015), antara lain:

1. Model ini membutuhkan pembiasaan, karena dalam teknis pelaksanaannya yang


rumit dan peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi dan daya kreasi yang tinggi
2. Persiapan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, hal tersebut karena
sedapat mungkin persoalan yang ada harus dipecahkan sampai tuntas, agar maknanya
tidak terpotong
3. Peserta didik tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya
4. Tak jarang guru juga merasa kesulitan, hal tersebut disebabkan karena guru kesulitan
dalam menjadi fasilitator dan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.

Menurut Hamdayama (2016) juga memaparkan kelemahan dari model pembelajaran


problem based learning , antara lain:

1. Untuk peserta didik yang malas. tujuan pembelajaran ini tidak dapat tercapai
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana
3. Tidak semua pelajaran dapat diterapkan model ini.

Pendapat lain dari Susanto (2014) yang mengungkapkan bahwa kelemahan dari
model problem based learning, antara lain:

1. Bila peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
2. Keberhasilan pendekatan pembelajar melalui pemecahan masalah membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
3. Tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang mereka pelajari.

Sedangkan kekurangan PBL lainnya menurut Abbudin (2009) adalah:


a. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat
berpikir para mahasiswa. Hal ini terjadi, karena adanya perbedaan tingkat
kemampuan berpikir pada para mahasiswa.
b. Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan
metode konvensional. Hal ini terjadi antara lain karena dalam memecahkan masalah
tersebut sering keluar dari konteksnya atau cara pemecahannya yang kurang efisien;
c. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula
belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan
dosen, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis,
dan memecahkannya sendiri.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran problem based learning kelemahan sebagai berikut
1. Pelaksanaan model pembelajaran problem based learning membutuhkan pembiasaan,
waktu yang cukup lama dan dana yang tinggi
2. Pembelajarannya harus dilakukan sampai selesai agar maknanya tidak terpotong
3. Model pembelajaran ini tidak bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran
4. Jika peserta didik malas maka tujuan pembelajaran tidak akantercapai
5. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran ini karena guru kurang
mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.

2.4 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Abbudin (2009) model pembelajaran Problem Based Learning dinilai


memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut:
a. Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja.
b. Dapat membiasakan para mahasiswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah
yang sesungguhnya di masyarakat kelak.
c. Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para mahasiswa banyak
melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.

Menurut Susanto (2014) menjelaska bahwa kelebihan dari model pembelajaran


problem based learning antara lain:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk memahami isi
pembelajaran
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan
6. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan diskusi peserta didik;
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir
kritis dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

Kurniasih dan Berlin (2015) berpendapat bahwa kelebihan model pembelajaran


berbasis masalah diantaranya adalah:

1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta didik


2. Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para peserta didik dengan
sendirinya
3. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar
4. Membantu peserta didik dalam belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
yang serba baru
5. Dapat mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri;
6. Mendorong kreativitas peserta didik dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang
telah ia lakukan
7. Dengan model pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna
8. Model ini mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
9. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Sedangkan menurut Hamdayama (2016) menjelaskan bahwa kelebihan model


pembelajaran problem based learning antara lain:

1. pembelajaran berpusat pada peserta didik karena peserta didik dilibatkan pada
kegiatan belajar sehingga peserta didik mampu menyerap pengetahuan dengan baik
2. Jiwa sosial peserta didik juga berkembang karena peserta didik dilatih untuk bekerja
sama dengan peserta didik lain dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru
3. Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru dari berbagai sumber.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran problem based learning memiliki beberapa kelebihan yaitu :

1. Peserta didik mampu berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah
2. Peserta didik akan terbiasa dalam menghadapi suatu masalah yang nyata
3. Menciptakan rasa kebersamaan karena peserta didik akan terbiasa bekerjasama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
5. Mendapatkan pengetahuan atau pengalaman baru
6. menciptakan pembelajaran yang bermakna dan tidak monoton
7. Peserta didik mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan serta mengaplikasikannya dalam permasalahan yang ada di dunia nyata.

2.5 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning

Terdapat beberapa langkah, protokol dan prosedur PBL. Barret (2005) menjelaskan
langkah-langkah pelaksanaan PBL sebagai berikut:
a. Mahasiswa diberi permasalahan oleh dosen (atau permasalahan diungkap dari
pengalaman mahasiswa)
b. Mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-hal berikut.
 Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
 Mendefinisikan masalah
 Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
 Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
 Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
c. Mahasiswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang
harus diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di
perpustakaan, database, internet, sumber personal atau melakukan observasi
d. Mahasiswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk melakukan tukar
informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam menyelesaikan
masalah.
e. Mahasiswa menyajikan solusi yang mereka temukan
f. Mahasiswa dibantu oleh dosen melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh
kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah
diperoleh oleh mahasiswa serta bagaimana peran masing-masing mahasiswadalam
kelompok.
Sintak (tahapan) dari pembelajaran berdasar masalah menurut Arends (2013) yaitu:
(1) mengorientasi siswa kepada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3)
membantu penelitian mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan
artefak dan benda pajang; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2013) proses pemecahan masalah dalam
problem based learning mengikuti 7 langkah, antara lain:
1. Mengidentifikasi masalah dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada didalam scenario
2. Menentukan masalah
3. Brainstorming , anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut
berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
4. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
5. Memilih solusi yang paling tepat sebagai penyelesaian masalah
6. Belajar mandiri, peserta didik belajar mandiri untuk mencari informasi yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran
7. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling
berdiskusi.
Pemecahan masalah dalam problem based learning harus sesuai dengan langkah-
langkah metode ilmiah. Hal ini agar peserta didik dapat belajar memecahkan masalah
secara sistematis dan terencana. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pengalaman
belajar dalam memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sintaks model


pembelajaran problem based learning yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam
pembelajaran kompetensi sistem bahan bakar adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning

Tahapan Kegiatan Guru dan Peserta Didik


Tahap 1 Orientasi peserta didik pada masalah
Orientasi peserta didik pada a. Guru menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran
masalah dengan model problem based learning
b. Guru menjelaskan tahapan dalam problem based
learning
c. Guru mendeskripsikan perangkat yang dibutuhkan
dalam problem based learning
d. Guru memotivasi peserta didik agar terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah.
Tahap 2 a. Guru membagi peserta didik menjadi kelompok
Mengorganisasi peserta didik kecil untuk memecahkan masalah
untuk belaja b. Guru mendorong peserta didik untuk
mengidentifikasi tugas-tugas belajar terkait
permasalahan
Tahap 3 a. Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan
Membimbing penyelidikan informasi yang tepat berkaitan dengan materi
individu maupun kelompok pembelajaran
b. Guru mendorong siswa melaksanakan mencoba
memecahkan masalah
c. Guru mendorong peserta didik untuk mencai
penjelasan dan solusi dari permasalahan yang
dihadapi.
Tahap 4 a. Guru membantu peserta didik dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan laporan hasil
menyajikan hasil karya pemecahan masalah
b. Guru membantu peserta didik untuk membagi
tugas dengan teman kelompoknya terkait
pelaksanaan presentasi.
Tahap 5 Guru membantu peserta didik untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap hasil presentasi dan
mengevaluasi proses proses yang digunakan.
pemecahan masalah

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Model pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran
yang menyajikan masalah-masalah pada kehidupan nyata sebagai pusat pembelajaran
supaya peserta didik dapat terangsang untuk belajar memecahkan permasalahan
tersebut sehingga peserta didik dapat meningkatan keterampilan dan berfikir kritis
dalam menyelesaikan suatu masalah.
Model pembelajaran problem based learning kelemahan sebagai berikut
1. Pelaksanaan model pembelajaran problem based learning membutuhkan
pembiasaan, waktu yang cukup lama dan dana yang tinggi
2. Pembelajarannya harus dilakukan sampai selesai agar maknanya tidak terpotong
3. Model pembelajaran ini tidak bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran
4. Jika peserta didik malas maka tujuan pembelajaran tidak akantercapai
5. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran ini karena guru kurang
mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.

Selain itu model pembelajaran problem based learning juga memiliki beberapa
kelebihan yaitu :

1. Peserta didik mampu berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah
2. Peserta didik akan terbiasa dalam menghadapi suatu masalah yang nyata
3. Menciptakan rasa kebersamaan karena peserta didik akan terbiasa bekerjasama
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
5. Mendapatkan pengetahuan atau pengalaman baru
6. menciptakan pembelajaran yang bermakna dan tidak monoton
7. Peserta didik mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan serta mengaplikasikannya dalam permasalahan yang ada di dunia nyata.
Sintak (tahapan) dari pembelajaran berdasar masalah menurut Arends (2013) yaitu:
(1) mengorientasi siswa kepada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3)
membantu penelitian mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan
artefak dan benda pajang; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dalam makalah ini, penulis memiliki
beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran ke arah yang lebih baik lagi, diantaranya adalah:
1. Bagi Guru
a. Guru dapat menerapkan model pembelajaran problem based learning pada mata
pelajaran atau kompetensi lain yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
maupun hasil belajar peserta didik.
b. Guru dapat mengembangkan model pembelajaran problem based learning agar
tercipta proses pembelajaran yang aktif dan berpusat pada peserta didik
sehingga dapat meningkatkan keaktifan maupun pemahaman peserta didik
terhadap materi yang diajarkan.
2. Bagi Peserta didik
a. Peserta didik perlu didukung untuk lebih berani dalam mengungkapkan
pendapat ataupun bertanya terkait materi yang belum dipahami kepada guru
atau peserta didik lain yang sudah paham.
b. Peserta didik didorong untuk lebih aktif dalam mencari informasi atau materi
pembelajaran sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan lebih
banyak dan tidak bergantung pada guru.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah perlu mendorong atau mendukung guru untuk mengembangkan model
pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan bervariasi
sehingga peserta didik tidak mudah jenuh dan bosan.
b. Sekolah perlu meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana guna mendukung
model pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan optimal.
Daftar Pustaka

Abdullah, Sani Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.

Abuddin Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ali, L. U. Alil. W. Suastra, dan A. A. I. A. R. Sudiatmika. 2013.Pengelolaan Pembelajaran IPA
Ditinjau dari Hakikat Sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Arends, Richard I. 2013. Learning to Teach : Belajar untuk Mengajar.(terjemahan Made Frida
Yulia). Edisi ke sembilan. Jakarta : Salemba Humanika
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Peserta didik. Yogyakarta: Deepublish.

Hamdayama, Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Surabaya: Kata Pena.
Liu, Min. 2005. Motivating Students Through Problem-based Learning. Diakses dari
http://coporate.sullivan.edu. P

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Dosen, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.
Sadia, I Wayan. 2008. Model Pembelajaran yang Efektif Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis (Suatu Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA.
No 2
Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Prenada Media Group.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Edisi 1.
Jakarta. Kencana Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai