Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

MISSED ABORTION

Disusun Oleh:
Anisa Ayuningtyas 1102015027

PEMBIMBING :
dr. Selly Septina, Sp.OG

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JULI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil,
yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.
Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.
Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%.
Missed abortion merupakan salah satu bagian dari abortus spontan. Missed
abortion yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi
tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah
janin mati (tidak dikeluarkan). Penyebab dari missed abortion belum diketahui
secara pasti namun diduga salah satunya karena ada pengaruh dari hormone
progesteron. Progesteron merupakan suatu hormon yang diproduksi di dalam
ovarium, disekresikan oleh korpus luteum. Hormon ini adalah hormon utama
selama kehamilan yang digunakan untuk implantasi. Kekurangan progesterone
dapat sangat berpengaruh pada seseorang, antara lain terganggunya siklus
menstruasi, tidak terjadinya ovulasi; meningkatnya stress dan rasa tidak nyaman
selama kehamilan, terutama pada trimester I; keringnya mukosa vagina;
meningkatkan risiko keguguran. Penyebab dari kekurangan progesterone sendiri
antara lain adalah stress, diet, kontrasepsi, dan lingkungan.
Untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin diperlukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal care
[ANC]) yang rutin dilakukan. Jadwal kunjungan ANC sebaiknya dilakukan 4 kali
selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu),
satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28), dan dua kali pada trimester

2
ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36). Pelayanan
standar pada ANC adalah “7T”, a) (Timbang) berat badan, b) Ukur (Tekanan)
darah, c) Ukur (Tinggi) fundus uteri, d) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid), e)
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, f) Tes terhadap
penyakit menular sexual, g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

3
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MR
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jalan Ringintelu RT 04 RW 01 Kel. Kalipancur
Kec. Ngaliyan, Semarang
Tanggal masuk : Selasa, 6 Januari 2015 (Pukul 10.30 WIB)
No. CM : 163956
Biaya pengobatan : BPJS non PBI

Nama Suami : Tn. H


Umur : 45 th
Alamat : Jalan Ringintelu RT 04 RW 01 Kel. Kalipancur
Kec. Ngaliyan, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA

II. ANAMNESIS
 Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Januari 2015
pukul 10.30 WIB.
 Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir.

4
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli Kandungan RSUD Tugurejo dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir 4 hari SMRS. Sejak ± dua bulan yang lalu
pasien mengalami flek-flek dan mulai keluar darah banyak 4 hari lalu
setelah pasien minum jamu pelancar menstruasi. Pasien telat haid dari
bulan Juli 2014. Pasien sebelumnya tidak mengetahui kalau hamil, perut
pasien tidak terasa membesar dan tidak ada keluhan. Mual muntah
disangkal. Nyeri perut disangkal. Pasien baru mengetahui bahwa ia hamil
setelah periksa USG di poli kandungan RSUD Tugurejo dan didapatkan
janin dalam kandungan sudah tidak hidup. Riwayat jatuh atau trauma
disangkal. Riwayat aktifitas berat disangkal.
 Riwayat haid :
Menarche pada usia 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Nyeri Haid : tidak ada.
HPHT : lupa
HPL :-
 Riwayat nikah :
Pasien menikah 1 kali dengan suami yang sekarang ± selama 17 tahun
 Riwayat obstetri : G4P3A0
1. 2004, Laki-laki, berat badan lahir 3100 gram, lahir spontan, ditolong
oleh bidan, cukup bulan, usia anak sekarang 16 tahun, sehat.
2. 2010, Perempuan, berat badan lahir 2700 gram, lahir spontan, ditolong
oleh dr.Sp.OG, letak sungsang, cukup bulan, usia anak sekarang 10
tahun, sehat.
3. 2012, Laki-laki, berat badan lahir 2900 gram, lahir spontan, ditolong
oleh bidan, usia anak sekarang 8 tahun, sehat.
 Riwayat ANC : -
 Riwayat KB :
Pasien tidak menggunakan KB.

5
 Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat penyakit asma : disangkal.
- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
- Riwayat penyakit diabetes mellitus : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat diabetes mellitus : diakui (ayah pasien)
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal

 Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien dan suami bekerja sebagai wiraswasta. Ibu tinggal bersama
suami dan 3 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung BPJS non PBI.
- Kesan ekonomi : cukup

 Riwayat Pribadi
- Merokok : disangkal
- Minum Alkohol : disangkal
- Minum jamu : diakui, pasien sering mengkonsumsi jamu setiap
akan datang bulan

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign :
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 60x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

6
- RR : 20 x/ menit
- Suhu : 36 0C
- BB : 50 kg
- TB : 155 cm
- BMI : 20,81 kg/m2
- Kesan : status gizi baik (normoweight)
 Status internus :
- Kepala : bentuk mesocephal
- Mata : konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex
cahaya (+/+), pupil bulat isokor (3 mm / 3 mm).
- Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)
- Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),
septum di tengah, concha hiperemis (-/-).
- Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
- Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening
membesar (-)
- Thoraks :
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
- Abdomen :
Inspeksi : datar, striae gravidarum (-)

7
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : TFU sulit diraba, Hepar/ Lien tak teraba, nyeri tekan
(-)
- Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-

 Status Gynekologi
- VT : fluksus (-), fluor (-)
- V/U/V : tidak ditemukan kelainan
- Portio : sebesar jempol kaki, posterior, lunak
- OUE : tertutup
- Cavum douglas : tidak ditemukan kelainan
- Parametrium adnexa : tidak ditemukan kelainan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG :


USG:
- Tampak uterus ukuran 10,52 x 7,22 x 9,28 cm, kontur dan tekstur dalam
batas normal.
- Tampak janin tunggal intrauterine, DJJ (-), Usia kehamilan (GA) 11
minggu 1 hari.

8
V. DIAGNOSIS
G4P3A0, gravida 11 minggu dengan Missed Abortion

VI. PENATALAKSANAAN
• IVFD RL 20 tpm
• Misoprostol tablet 2x1
• Pengawasan KU, TTV, Fluksus, Fluor, BAK, BAB
• Pemeriksaan Lab Hematologi lengkap, BT, CT
• Rencana kuretase a.i Missed Abortus tanggal 8 Januari 2015
Tatalaksana pasca kuretase :
• Amoxicillin Tab 3x500 mg
• Asam mefenamat Tab 3x500 mg
• Vit B.Complex/C/Sf tablet 2x1

9
VII. FOLLOW UP
Tanggal / Perjalanan penyakit Pengobatan
jam
Selasa Keluhan : - Infus RL 20 tpm
06-01-2015 Pasien datang ke poli kandungan - misoprostol tablet
10.30 RSUD tugurejo dengan keluhan 2x1
keluar darah dari jalan lahir. - Di anjurkan ibu
KU : baik, composmentis untuk istirahat
TV : TD : 100/70 mmHg - Diet biasa
Nadi : 60 x/mnt - Rencana kuretase
Frek. napas : 20 x/mnt tanggal 08-01-2015
Suhu : 360C - Pengawasan KU,
Mata : conj. palpebra anemis -/- TV, fluxus, fluor,
Thorax : cor/pulmo dbn BAK, BAB
Abdomen : datar, nyeri tekan (-),
nyeri perut (-), TFU tidak teraba.
Ekstremitas superior, inferior :
edema (-/-)
Fluxus : (-)
Fluor : (-)
V/u/v : tak ada kelainan
Portio : Ukuran jempol kaki
Cut : ukuran telur bebek
AP : tak ada kelainan
CD : tak ada kelainan
BAK : (+)
BAB : (+)

Diagnosis :

10
G4P3A0, 40 tahun.
Hamil 11 minggu
Missed Abortion

Rabu Keluhan : keluar darah dari jalan Terapi lanjut


07-01-2015 lahir berkurang
06.00 KU : baik, composmentis
TV : TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Frek. napas : 20 x/mnt
Suhu : 370C
Mata : conj. palpebra anemis -/-
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen : datar, nyeri tekan (-),
nyeri perut (-)
Ekstremitas superior, inferior :
edema (-/-)
Fluxus : (-)
Fluor : (-)
V/u/v : tak ada kelainan
Portio : ukuran jempol kaki
Cut : ukuran telur bebek
AP : tak ada kelainan
CD : tak ada kelainan
BAK : (+)
BAB : (+)
Diagnosis :
G4P3A0, 40 tahun.
Hamil 11 minggu.
Missed Abortion

11
Jumat Keluhan : tidak ada keluhan - Infuse RL 20 tpm
09-01-2015 KU : baik, composmentis (habisaff)
08.00 TV : TD : 100/70 mmHg - Amoxicillin
Nadi : 70 x/mnt 3x500mg
Frek. napas : 24 x/mnt - Asam mefenamat
Suhu : 370C 3x500mg
Mata : conj. palpebra anemis -/- - Vitamin BC/C/SF
Thorax : cor/pulmo dbn 2x1
Abdomen : datar, nyeri tekan (-), - pengawasan KU,
nyeri perut (-) TV, BAK, BAB.
Ekstremitas superior, inferior :
edema (-/-)
Fluxus : (-)
Fluor : (-)
V/u/v : tak ada kelainan
Portio : ukuran jempol kaki
Cut : ukuran telur bebek
AP : tak ada kelainan
CD : tak ada kelainan
BAK : (+)
BAB : (+)
Diagnosis :
P3A1, 40 tahun
Pasca curetase a/i missed abortion

VIII. LAPORAN OPERASI


Diagnosis Pre operatif : G4P3A0, 40 tahun. Hamil 11 minggu
Missed Abortion
Diagnosis Post operatif : P3A1, 40 tahun
Pasca curetase
Missed Abortion

12
Jaringan yang diexisi / insisi : sisa abortus
Nama/Macam operasi : Kuretase
Tanggal Operasi : 8 januari 2015 (15.30 wib)
Lama Operasi : ± 10 menit
Langkah-langkah operasi :
1. Penderita tidur dengan posisi lithotomi di meja gynekologi dalam GA
(General Anestesi)
2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan dan sekitarnya
3. Pasang duk steril kecuali pada daerah tindakan
4. Kosongkan vesika urinaria
5. Pasang spekulum sims posterior lalu speculum sims anterior
6. Asepsis antisepsis portio dan sekitarnya
7. Jepit portio dengan tenakulum pada arah jam 12
8. Lepas spekulum sims anterior
9. Dilakukan sondase ± 8 cm AF
10. Dilakukan kuretase dengan sendok kuretase terbesar secara sistematis
searah jarum jam sampai dengan bersih
11. Keluar jaringan ± 10 cc
12. Lepas tenakulum lalu speculum sims posterior
13. Perdarahan (-)
14. Hitung alat lengkap
15. Tindakan selesai

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

13
A. ABORTUS
1. DEFINISI
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:
a. Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20
minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir
atau berat janin kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2018).
b. WHO IMPAC menetapkan abortus sebagai batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan
batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.
c. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin
yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu (Sarwono, 2016).
2. ETIOLOGI
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
a. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini
terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.
b. Faktor ibu:
1. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid,
kencing manis.
2. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus,
Anti phospholipid syndrome.

14
3. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak
jerman, toksoplasma , herpes, klamidia.
4. Kelemahan otot leher rahim
5. Kelainan bentuk rahim.
c. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus
adalah:
a. Faktor genetic.
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16.
b. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada
10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
1. Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus
bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran
trimester kedua.
2. Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran
darah endometrium.
3. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia),
leimioma, dan endometriosis.
c. Faktor endokrin:
1. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-
20 % kasus.
2. Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal
dengan tidak cukupnya produksi progesteron).
3. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik
ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.

d. Faktor infeksi

15
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria.
e. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.
f. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis
jarang menyebabkan abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut
sering meninggal dunia tanpa melahirkan.
g. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling
besar menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum
ditemukan bukti yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/
semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus
yang penting.
h. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol,
yang berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu
yang berperan.
i. Faktor psikologis.
Dibukt ikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang
dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya.
Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum
matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan
kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien,
dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

3. PATOGENESIS

16
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan
minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi
uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari
penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo,
2002).

4. KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

17
b. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja
tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga
tradisional.
Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :
1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman
terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam
ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri
dan dalam proses pengeluaran.
3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan
20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut-turut.

18
7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia.
8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis

B. MISSED ABORTION
1. DEFINISI
Missed abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio/fetus
telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan di dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan
apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan. Bila kehamilan diatas 14-20 minggu pasien justru merasa
rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
payudara mulai menghilang. Pada USG akan didapatkan uterus yang
mengecil, kantong gestasi yang mengecil, bentuk tidak beraturan disertai
fetus tanpa tanda-tanda kehidupan. (Prawirohardjo S, 2016, Ilmu
Kebidanan).
Saat terjadi kematian janin kadang – kadang ada perdarahan per
vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air
ketuban dan maserasi janin. Perdarahan dengan kehamilan muda disertai
dengan hasil konsepsi telah mati hingga 8 minggu lebih, dengan gejala
dijumpai amenore, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaanya
serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi malahan tambah
rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang menghilang diiringi
dengan reaksi yang menjadi negative pada 2 – 3 minggu sesudah fetus
mati, servik masih tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien
merasa perutnya kosong.

2. ETIOLOGI
a. Tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone

19
b. Pemakaian hormone progesterone pada abortus iminens mungkin juga
dapat menyebabkan missed abortion
c. Penurunanan kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun
d. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu
e. Kelainan pada plasenta karena hipertensi menahun
f. Faktor maternal seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan
g. Kelainan traktus genitalia seperti incompetensi servix (untuk abortus
pada tri smester kedua), miomam uteri, dan kelainan bawaan uterus

3. FAKTOR PREDISPOSISI
Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu:
a. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah
1. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau
atau alkohol.
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
c. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan
dan toksoplasmosis
d. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester
e. kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua

20
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri
atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau
masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan
perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22,
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas
bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri
dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2016).
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin
telah mati lama (missed abortion), yaitu retensi hasil konsepsi 4-8 minggu
setelah kematian janin. Pertumbuhan uterus berhenti kemudian tegresi.
Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi ketika diperkirakan
berdasarkan tanggal. Tidak terasa ada gerakan janin lagi. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta.
Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan
dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti

21
daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi berkurang akibat diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiaesus). Kemungkinan lain janin mati yang tidak
segera dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, yaitu kulit terkelupas,
tengkorang menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan
seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

5. MANIFESTASI KLINIS
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan
apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu
penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda –
tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang (payudara
mengecil kembali). Kadangkala missed abortion juga diawali dengan
abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin
terhenti. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit
(Mochtar, 1998).
Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 1
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG
akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil,
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda – tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4
minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan
darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi
sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

22
6. KOMPLIKASI
Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan
yang telah mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada
dinding uterus sehingga sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga
terjadi gangguan pembekuan darah. Akan terjadi perdarahan gusi, hidung
atau dari tempat terjadinya trauma. Gangguan pembekuan tersebut
disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia
sehingga pemerksaan studi koagulasi perlu dilakukan pada missed
abortion.
7. DIAGNOSIS
Pemeriksaan diagnostic pada missed abortion adalah :
a. Hitung darah lengkap : dapat berupa peningkatan sel darah putih,
punurunan Hb dan hematokrit
b. Titer Gonadotropin Kronik manusia (HCL) menurun pada kehamilan
ektopik, meningkat pada molahidatidosa
c. Kadar estrogen dan progesterone menurun pada aborsi spontan
d. Ultra Sonografi memastikan adanya janin

8. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum pada abortus berupa :
 Nilai keadaan umum ibu (vital sign)
 Evaluasi tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg).
–  Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
–  Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Semua ibu yang
mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
 Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

23
Tatalaksana khusus missed abortion berupa :
 Lakukan konseling.
 Jika usia kehamilan <12 minggu:
– Evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
– Rekomendasi FIGO: Misoprostol 800μg pervaginam setiap 3 jam
(maksimal x2) atau 600μg sublingual setiap 3 jam (maksimal x2)
 Jika usia kehamilan ≥12 minggu namun <16 minggu:
– Pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks
sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan
tang abortus dan sendok kuret.
 Jika usia kehamilan 16-22 minggu:
– Lakukan pematangan serviks.
– Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
– Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali
sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.

Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan


keluarganya secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini
dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya
evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu
diperhatikan, karena penderita umumnya merasa gelisah setelah tahu
kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari
12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan
melalukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila
umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan
keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan
induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan
pemberian infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit

24
dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes permenit dan dapat diulangi
sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk
mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita
diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal
3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi
ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. Pada decade
belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau
sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu
cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara
sublingual sebanyak 400mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam
jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. . Alternatif lain yaitu
misoprostol dosis tunggal 800 mikrogram per vaginam adalah standar
umum, diulangi dalam 1 hingga 2 hari untuk mempercepat evakuasi
uterus. (Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al. Williams
Obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2018).
Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar
mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding uterus biasanya
sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan
transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan kalau perlu
dilakukan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan pemberian
antibiotika.

a.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC,
Wenstrom KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 25th edition.
Mc Graw-Hill. New York : 2018.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Bagian Obstetric dan Ginekologi FK UNPAD. Abortus dlam: Obstetric
patologi. Bandung. p: 7-17
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
5. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Green Top Guideline No.
17 The Investigation and Treatment of Couples with Recurrent First-trimester
and Second-trimester Miscarriage. 3rd ed. London: Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists; 2011.
6. The International Federation of Gynecology and Obstetrics. Misoprostol
Recommended Dosages; 2012. [cited 27 May 2014]. Available from:
http://ta.mui.ac.ir/images/stories/MAMAEE/misoprostol_poster_2. pdf

26

Anda mungkin juga menyukai