Anda di halaman 1dari 149

BUKU AJAR

HUKUM
PERDATA

DR. YULIA, S.H., M.H.

Penerbit
CV. BieNa Edukasi – Lhokseumawe 2015
© 2015 BieNa Edukasi

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced


or transmitted in any form or by any means, electronic or
mechanical, including photocopy, recording, or any information
storage and retrieval system, without permission in writing from
the publisher. Requests for permission to make copies of any part
of this publication should be mailed to:

Permission
BieNa Edukasi
Jl. Madan No. 10C Geudong
Lhokseumawe – Aceh – Indonesia 24374
Email: bienaedukasi@gmail.com
Printed in Lhokseumawe, 2015

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

YULIA
Hukum Perdata / Penulis, Yulia, -- Lhokseumawe:
CV. BieNa Edukasi, 2015. xii, 117 hlm. Bibliografi:
hlm. 114

ISBN 978-602-1068-16-8

Penerbit:
CV. BieNa Edukasi

Layout:
BieNa Edukasi

Cover Design:
Yulia

Penerbit
CV. BieNa Edukasi – Lhokseumawe 2015
BUKU AJAR

HUKUM
PERDATA

DR. YULIA, S.H., M.H.

Penerbit
CV. BieNa Edukasi – Lhokseumawe 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan
kesehatan serta ilmu pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Buku
Ajar Hukum Perdata.

Sholawat dan Salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa ummat manusia dari alam kegelapan kepada alam yang terang benderang
dan dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan.

Buku Ajar Hukum Perdata ini disusun berdasarkan Garis-garis Besar Pedoman
Perkuliahan (GBPP) dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Hukum Perdata.

Manfaat penyusunan buku ajar ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa


dalam memahami Hukum Perdata sebagai salah satu mata kuliah wajib dalam
kurikulum Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh. Secara umum, juga Buku Ajar
Hukum Perdata ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca secara luas.

Kritik dan saran yang membangun bagi kelengkapan Buku Ajar Hukum
Perdata diharapkan dari semua pembaca yang budiman. Akhirnya, penyusun
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada para pihak yang telah
membantu dalam peyelesaian penyusunan Buku Ajar Hukum Perdata.

Penyusun,

Dr. Yulia, S.H., M.H.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii
PENGANTAR MATA KULIAH ……………………………………………. iii
BAB I
RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA ………………………..………………………. 1
BAB II
SEJARAH HUKUM PERDATA ……………………………………..…………………... 13
BAB III
PERIHAL MENGENAI ORANG DALAM HUKUM PERDATA …………………… 24
BAB IV
HUKUM PERKAWINAN ……………………………………………………………………… 32
BAB V
HUKUM KELUARGA ………………………………………………………………………….. 46
BAB VI
HUKUM BENDA ……………………………………………………………………………... 60
BAB VII
HUKUM WARIS ………………………………………………………………………………. 71
BAB VIII
HUKUM PERIKATAN ………………………………………………………………………. 88
BAB IX
PEMBUKTIAN DAN DALUARSA ………………………………………………………. 104
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 114
INDEKS ……………………………………………………………………. 117
PENGANTAR MATA KULIAH

Nama Mata Kuliah: Hukum Perdata


Bobot SKS: 3 (Tiga)
A. Manfaat Mata Kuliah
Mata Kuliah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam
mencari pengetahuan tentang Hukum Perdata yang mengatur perihal pribadi
seseorang dalam mendapatkan hak dan menjalankan kewajibannya.
B. Deskripsi Perkuliahan
Mata Kuliah Hukum Perdata membahas tentang berbagai perihal tentang
pribadi seseorang yang meliputi: Ruang Lingkup Hukum Perdata, Sejarah
Hukum Perdata, Perihal Mengenai Orang, Hukum Keluarga, Hukum
Perkawinan, Hukum Waris, Hukum Benda, Hukum Perikatan serta Pembuktian
dan Daluarsa.
C. Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mengetahui dan menjelaskan tentang Ruang Lingkup Hukum Perdata
2. Mengetahui dan menjelaskan tentang Sejarah Hukum Perdata
3. Mengetahui dan menjelaskan tentang Perihal Mengenai Orang dalam
Hukum Perdata
4. Mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Perkawinan
5. Mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Keluarga
6. Mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Benda
7. Mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Waris
8. Mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Perikatan
9. Mengetahui dan menjelaskan tentang Pembuktian dan Daluarsa
D. Kriteria Penilaian
Penilaian akan dilakukan dengan menggunakan Kriteria Penilaian yang sesuai
dengan Peraturan Akademik, yang bobot nilai dari masing-masing unsur,
yaitu: Quis 10%, Tugas Rumah 25%, Ujian Tengah Semester 25% dan Ujian
Akhir Semester 40%.

iii
E. Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
PERTEMUAN I dan II
1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata
2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 6 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Ruang Lingkup Hukum Perdata

Pokok Bahasan:
Ruang Lingkup Hukum Perdata

Sub Pokok Bahasan:


1. Istilah dan Pengertian Hukum Perdata
2. Sumber-sumber Hukum Perdata
3. Subjek dan Objek Hukum Perdata
4. Sistematika Hukum Perdata

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Perkenalan, kontrak pembelajaran,  Mencatat dan  Papan Tulis
sistim penilaian, Pokok Bahasan mendengarkan.  Hand out
2. Menjelaskan TIU dan TIK yg akan
dicapai.
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi  Papan Tulis
tentang Hukum Perdata komentar  Hand out
2. Menjelaskan dan Menguraikan  Bertanya bila
tentang: ada penjelasan
a. Istilah dan Pengertian Hukum yang kurang
Perdata jelas
b. Sumber-sumber Hukum Perdata
c. Subjek dan objek Hukum Perdata
d. Sistematika Hukum Perdata
Penutup 1. Memberikan kesempatan bertanya  Memberi
dan menanggapi komentar
2. Menunjukkan beberapa mahasiswa  Memperhatikan
untuk menjawab pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan penguatan.
4. Menyampaikan materi kuliah
berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan berkaitan dengan topik yang telah disajikan dalam bentuk essei dan
dibahas bersama

Referensi
3. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
4. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
5. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
PERTEMUAN v
1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata
2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 3 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Sejarah Hukum Perdata

Pokok Bahasan:
Sejarah Hukum Perdata

Sub Pokok Bahasan


1. Sejarah Hukum Perdata di Belanda
2. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia

Kegiatan Belajar Mengajar

Media dan Alat


Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan  Mencatat dan  Papan Tulis
2. Menjelaskan TIK yg akan dicapai mendengarkan.  Hand out
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi komentar  Papan Tulis
tentang Sejarah Hukum Perdata  Bertanya bila ada  Hand out
2. Menjelaskan dan Menguraikan penjelasan yang
tentang: kurang jelas
a. Sejarah Hukum Perdata di
Belanda
b. Sejarah Hukum Perdata di
Indonesia
Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi komentar
bertanya dan menanggapi  Memperhatikan
2. Menunjuk beberapa mahasiswa
untuk menjawab pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan
4. Menyampaikan materi kuliah
berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topik yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

v
PERTEMUAN IV

1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata


2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 3 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Perihal Orang dalam Hukum
Perdata

Pokok Bahasan:
Perihal Mengenai Orang dalam Hukum Perdata

Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Subjek Hukum
2. Kewenangan Berhak
3. Kewenangan Bertindak

Kegiatan Belajar Mengajar

Media dan Alat


Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan  Mencatat dan  Papan Tulis
2. Menyampaikan TIK yg akan mendengarkan.  Hand out
dicapai.

Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi komentar Papan Tulis


tentang Perihal mengenai orang dalam  Bertanya bila ada  Hand out
Hukum Perdata penjelasan yang
2. Menjelaskan dan Menguraikan kurang jelas
tentang:
a. Pengertian Subjek Hukum
b. Kewenangan Berhak dan
kewenangan Bertindak

Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi komentar


bertanya dan menanggapi  Memperhatikan
2. Menunjukan beberapa mahasiswa
untuk menjawab pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topic yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi

1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003


2. Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
PERTEMUAN vii
1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata
2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 3 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Perkawinan

Pokok Bahasan:
Hukum Perkawinan

Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Hukum Perkawinan
3. Syarat-syarat Sah Perkawinan
4. Hak dan Kewajiban Suami Istri
5. Perceraian
6. Pemisahan Harta Kekayaan

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1.Menyampaikan Pokok Bahasan  Mencatat dan  Papan Tulis
2. Menjelaskan TIK yg akan dicapai. mendengarkan.  Hand out
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi  Papan Tulis
tentang Hukum Perkawinan komentar  Han dout
2. Menjelaskan dan menguraikan  Bertanya bila ada
tentang: penjelasan yang
a. Pengertian Hukum Perkawinan kurang jelas
b. Syarat-syarat sah Perkawinan
c. Hak dan Kewajiban suami istri
d. Perceraian
e. Pemisahan Harta kekayaan
Penutup 1. Memberikan kesempatan bertanya  Memberi
dan menanggapi komentar
2. Menunjukan beberapa mahasiswa  Memperhatikan
untuk menjawab pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topik yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

vii
PERTEMUAN VI dan VII

1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata


2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 6 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Keluarga

Pokok Bahasan:
Hukum Keluarga

Sub Pokok Bahasan


1. Keluarga Sedarah dan Semenda
2. Kekuasaan orang tua
3. Perwalian
4. Pendewasaan
5. Pengampuan
6. Ketidakhadiran/ orang yang hilang

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan  Mencatat dan Papan Tulis
2. Penjelasan TIK yg akan mendengarkan. Hand out
dicapai.
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi komentar Papan Tulis
tentang Hukum Keluarga  Bertanya bila ada Hand out
2. Menjelaskan dan menguraikan penjelasan yang
tentang: kurang jelas
a. Keluarga Sedarah dan
Semenda
b. Kekuasaan orang tua
c. Perwalian
d. Pendewasaan
e. Pengampuan
f. Ketidakhadiran/orang
yang hilang
Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi komentar
bertanya dan menanggapi  Memperhatikan
2. Menunjukan beberapa
mahasiswa untuk menjawab
pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topic yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
PERTEMUAN XI dan X

1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata


2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 6 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Benda

Pokok Bahasan:
Hukum Benda

Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Benda
2.Macam-macam Benda
3. Hak-hak Kebendaan
4. Priviliegie dan Retensie

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan  Mencatat dan  Papan Tulis
2. Menjelaskan TIK yg akan dicapai. mendengarkan.  Hand out
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi  Papan Tulis
tentang Hukum Benda komentar  Hand out
2. Menjelaskan dan Menguraikan  Bertanya bila ada
tentang: penjelasan yang
a. Pengertian Benda kurang jelas
 Macam-macam Benda
 Hak-hak kebendaan
 Priviliegie dan Retensie
Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi
bertanya dan menanggapi komentar
2. Menunjukan beberapa  Memperhatikan
mahasiswa untuk menjawab
pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topic yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

ix
PERTEMUAN XI DAN XII
1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata
2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 6 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui san menjelaskan tentang Hukum Waris

Pokok Bahasan:
Hukum Waris

Sub Pokok Bahasan


A. Istilah dan pengertian waris
B. Hak mewaris
C. Menerima dan menolak waris
D. Wasiat dan executeur testamentair
E. Fidei commis dan legietieme portie
F. Pembagian warisan
G. Warisan yang tidak terurus

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan i. Mencatat dan  Papan Tulis
2. Penjelasan TIK yg akan dicapai. mendengarkan.  Hand out
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi komentar  Papan Tulis
tentang Hukum Waris  Bertanya bila ada  Hand out
2. Menjelaskan dan Menguraikan penjelasan yang
tentang: kurang jelas
a.Istilah dan pengertian waris
b. Hak mewaris
c. Menerima dan menolak waris
d. Wasiat dan executeur
testamentair
e. Fidei commis dan legietieme
portie
f. Pembagian warisan
g. Warisan yang tidak terurus
Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi komentar
bertanya dan menanggapi  Memperhatikan
2. Menunjukan beberapa
mahasiswa unutk menjawab
pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topic yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
PERTEMUAN XIII & XIV

1. Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata


2. Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 6 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dna menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Hukum Perikatan

Pokok Bahasan:
Hukum Perikatan

Sub Pokok Bahasan


A. Istilah dan pengertian Hukum Perikatan
B. Pengaturan Hukum Perikatan
C. Macam-macam Perikatan
D. Perihal Resiko, Wanprestasi dan Keadaan Memaksa
E. Hapusnya Perikatan

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan i. Mencatat dan  Papan Tulis
2. Penjelasan TIK yg akan dicapai. mendengarkan  Hand out
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi komentar  Papan Tulis
tentang Hukum Perikatan  Bertanya bila ada  Hand out
2. Menjelaskan dan Menguraikan penjelasan yang
tentang: kurang jelas
a.Istilah dan pengertian Hukum
Perikatan
b. Pengaturan Hukum Perikatan
c. Macam-macam Perikatan
d. Perihal Resiko, Wanprestasi dan
Keadaan Memaksa
e. Hapusnya Perikatan
Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi komentar
bertanya dan menanggapi  Memperhatikan
2. Menunjukan beberapa
mahasiswa untuk menjawap
pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topic yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas
bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

xi
PERTEMUAN XV

1.Nama Mata Kuliah : Hukum Perdata


2.Kode Mata Kuliah : MKK 233
3. Bobot SKS : 3 SKS
4. Mata Kuliah Prasyarat : PHI dan PIH
5. Waktu Pertemuan : 3 x 50 Menit/Pertemuan

Tujuan Instruksional Umum


Setelah Mata Kuliah Hukum Perdata ini, mahasiswa semester II (dua) Fakultas Hukum Unimal
akan dapat mengetahui dan menjelaskan materi Hukum Perdata

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Pembuktian dan Daluarsa

Pokok Bahasan:
Pembuktian dan Daluarsa

Sub Pokok Bahasan


1. Pembuktian pada umumnya
2. Alat-alat Bukti
3. Daluarsa atau Lewat Waktu

Kegiatan Belajar Mengajar


Media dan Alat
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa
Pengajaran
1 2 3 4
Pendahuluan 1. Menyampaikan Pokok Bahasan i. Mencatat dan  Papan Tulis
2. MenjelaskanTIK yg akan dicapai. mendengarkan.  Hand out
Penyajian 1. Menanyakan kepada mahasiswa  Memberi  Papan Tulis
tentang Pembuktian dan Daluarsa komentar  Hand out
2. Menjelaskan dan Menguraikan  Bertanya bila
tentang: ada penjelasan
a. Pembuktian pada umumnya yang kurang
b. Alat-alat bukti jelas
c. Daluarsa atau lewat waktu
Penutup 1. Memberikan kesempatan  Memberi
bertanya dan menanggapi komentar
2. Menunjukan beberapa  Memperhatikan
mahasiswa untuk menjawab
pertanyaan
3. Memberi rangkuman dan
penguatan.
4. Materi kuliah berikutnya.

Evaluasi Dan Tugas


Buat beberapa pertanyaan dengan topik yang telah disajikan dalam bentuk essei dan dibahas bersama.

Referensi
1. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003
2. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2004
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

BAB 1
RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA

Tujuan Instruksional Khusus


kepentingan-kepentingan
Mahasiswa akan dapat mengetahui perseorangan. Istilah perdata juga
dan menjelaskan tentang Ruang lazim dipakai sebagai lawan dari
Lingkup Hukum Perdata: Istilah dan pidana. Ada juga yang memakai istilah
Pengertian Hukum Perdata, Sumber- Hukum Sipil untuk Hukum Privat
sumber Hukum, Subjek dan Objek Materiil, tetapi karena istilah sipil juga
Hukum Perdata serta Sistematika lazim dipakai sebagai lawan dari
Hukum Perdata militer.

Sub Pokok Bahasan Istilah Hukum Perdata, dalam


arti yang sempit, sebagai lawan
1. Istilah dan Pengertian Hukum Hukum Dagang, seperti dalam Pasal
Perdata 102 Undang-undang Dasar Sementara,
2. Sumber-sumber Hukum yang menitahkan pembukuan
3. Subjek dan Objek Hukum Perdata (kodifikasi) hukum di negara Indonesia
4. Sistematika Hukum Perdata terhadap Hukum Perdata dan Hukum
Dagang, Hukum Pidana Sipil maupun
Uraian: Hukum Pidana Militer, Hukum Acara
Perdata dan Hukum Acara Pidana,
A. Istilah dan Pengertian Hukum serta Susunan dan Kekuasaan
Perdata Pengadilan.

Istilah Hukum Perdata pertama Istilah Perdata telah diterima


kali diperkenalkan oleh Profesor secara resmi untuk pertama kali dan
Djoyodiguno sebagai terjemahan dari dicantumkan dalam perundang-
burgerlijkrecht. Di samping istilah itu, undangan Indonesia, yaitu:
sinonim Hukum Perdata adalah
civielrecht dan privatrecht. Di lihat 1. Konstitusi RIS yang dicantumkan
dari ruang lingkupnya, istilah Hukum dalam Pasal 15 ayat 2, Pasal 144
Perdata dalam arti luas, meliputi ayat (1), Pasal 156 ayat (1) dan
Hukum Privat Materiil, yaitu segala Pasal 158 ayat (1).
hukum pokok yang mengatur
2. UUDS yang dicantumkan dalam

1
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

Pasal 15 ayat (2), Pasal 101 ayat (1) dan Pasal 106 ayat (3).
Hukum Perdata dapat dibagi 3. Wirjono Prodjodikoro, Hukum
dalam dua macam, yaitu Hukum Perdata adalah suatu rangkaian
Perdata Materil dan Hukum Perdata
hukum antara orang-orang atau
Formil. Hukum Perdata Materil lazim
badan satu sama lain tentang hak
disebut Hukum Perdata, sedangkan
dan kewajiban.
Hukum Perdata Formil disebut Hukum
4. Sudikno Merto Kusumo, Hukum
Acara Perdata, yaitu yang mengatur
Perdata adalah hukum antar
bagaimana cara seseorang
perorangan yang mengatur hak dan
mempertahankan haknya apabila
kewajiban perorangan yang satu
dilanggar oleh orang lain. Jika dilihat
terhadap yang lain di dalam
dalam bahasa Inggrisnya, Hukum
hubungan keluarga dan didalam
Perdata dikenal dengan istilah Civil
masyarakat. Pelaksanaannya
Law. Kata Civil berasal dari bahasa
diserahkan kepada masing-masing
Latin yakni, Civis yang berarti warga
pihak.
negara. Hal tersebut berarti, bahwa
5. Safioedin, Hukum Perdata adalah
Civil Law atau Hukum Sipil merupakan
hukum yang memuat peraturan dan
hukum yang mengatur tentang
ketentuan hukum yang meliputi
masalah-masalah yang berkaitan
hubungan hukum antara orang
dengan hak-hak warga negara dan
yang satu dengan yang lain didalam
atau perseorangan. Jika dilihat dari
masyarakat dengan menitik
berbagai literatur yang ditulis para
beratkan kepada kepentingan
sarjana, juga dijumpai berbagai
perorangan.
macam definisi Hukum Perdata,
6. Vollmar, Hukum Perdata adalah
terkadang satu sama lainnya berbeda-
aturan-aturan atau norma-norma
beda, namun tidak menunjukkan
yang memberikan perlindungan
perbedaan yang prinsipil. Kebanyakan
pada kepentingan perseorangan
para sarjana menganggap
dalam perandingan yang tepat
Hukum Perdata sebagai hukum yang
antara kepentingan yang satu
mengatur kepentingan perseorangan
dengan yang lain dari orang-orang
(pribadi) yang berbeda dengan Hukum
Publik sebagai hukum yang mengatur didalam suatu masyarakat tertentu
kepentingan umum (masyarakat). terutama yang mengenai hubungan
Berikut pengertian Hukum Perdata keluarga dan hubungan lalu lintas.
oleh beberapa pakar hukum, yaitu: 7. Van Dunne, Hukum Perdata adalah
suatu peraturan yang mengatur
1. Soebekti, Hukum Perdata adalah tentang hal-hal yang sangat
segala hukum pokok yang esensial bagi kebebasan individu,
mengatur kepentingan-kepentingan seperti orang dan keluarganya,hak
perseorangan. milik dan perikatan.
2. Sri Soedewi, Hukum Perdata adalah
Oleh karena itu dapat kita
hukum yang mengatur kepentingan
simpulkan, bahwa Hukum Perdata
antara warga negara perseorangan
adalah hukum yang mengatur
dengan satu warga negara
hubungan hukum antara orang yang
perseorangan yang lain.
satu dengan orang yang lain dalam
masyarakat yang menitik beratkan

2
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

kepada kepentingan perseorangan. tetap berlaku sepanjang belum


Dari berbagai paparan tentang Hukum diganti dengan undang-undang yang
Perdata di atas, dapat ditemukan baru berdasarkan UUD 1945. Sumber
unsur-unsurnya, yaitu: dalam arti “Pembentuknya” adalah
pembentuk undang-undang berdasar-
1. Adanya kaidah hukum;
kan UUD 1945. Oleh karena itu, atas
2. Mengatur hubungan antara subjek
dasar aturan peralihan, B.W
hukum satu dengan yang lain;
dinyatakan tetap berlaku, hal ini
3. Bidang hukum yang diatur dalam
berarti pembentuk UUD 1945 ikut
hukum perdata meliputi hukum
menyatakan berlakunya B.W. yang
orang, hukum keluarga, hukum
disebut dengan Kitab Undang-undang
benda, hukum waris, hukum
Hukum Perdata (KUH Perdata).
perikatan, serta hukum pembuktian
dan kadaluarsa. Sumber hukum adalah segala
apa saja yang menimbulkan aturan-
Jadi, subtansi yang diatur
aturan yang bersifat memaksa, yaitu
dalam Hukum Perdata antara lain,
aturan-aturan yang apabila dilanggar
yaitu:
mengakibatkan sanksi tegas dan
nyata. Pada dasarnya sumber hukum
1. Hubungan keluarga. Dalam
dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
hubungan keluarga akan
macam, yaitu:
menimbulkan hukum tentang
orang dan hukum keluarga.
1. Sumber Hukum Materiil
2. Pergaulan masyarakat. Dalam
hubungan pergaulan masyarakat
Sumber Hukum Materiil adalah
akan menimbulkan hukum harta
tempat dari mana materi hukum itu
kekayaan, hukum perikatan, dan
diambil. Sumber dalam arti materiil
hukum waris.
adalah sumber dalam arti
“tempat“ adalah Staatsblad (Stbl)
B. Sumber-Sumber Hukum
atau Lembaran Negara di mana
Perdata
dirumusan ketentuan undang-
undang Hukum Perdata dapat
Sumber hukum adalah asal
dibaca oleh umum. Contoh, Stbl.
mula Hukum Perdata, atau tempat di
1847-23 memuat B.W, L.N. 1974-1
mana Hukum Perdata ditemukan. Asal
memuat Undang-Undang
mula menunjuk kepada sejarah asal
Perkawinan. Keputusan Hakim
dan pembentuknya, sedangkan
(yurisprudensi) juga termasuk
“tempat” menunjukkan kepada
rumusan-rumusan tersebut dimuat, sumber dalam arti tempat di
ditemukan dan dapat dibaca. mana Hukum Perdata yang
Sumber dalam arti “sejarah asalnya”, dibentuk hakim dapat dibaca,
di mana Hukum Perdata adalah sehingga sumber dalam arti
buatan Pemerintah Kolonial Belanda tempat disebut sumber dalam
yang terhimpun dalam Burgelijk arti materiil.
Wetbook (B.W). Berdasarkan aturan
peralihan Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945), B.W itu dinyatakan

3
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

2. Sumber Hukum Formal tidak tertulis adalah tempat ditemukannya


kaidah
Sumber Hukum Formal merupakan
tempat memperoleh kekuatan
hukum. Ini berkaitan dengan
bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum
formal itu berlaku.

Volmar membagi sumber


Hukum Perdata menjadi 4 (empat)
macam, yaitu: KUH Perdata, Traktat,
Yurisprudensi dan Kebiasaan. Traktat
adalah suatu perjanjian yang dibuat
antara dua Negara atau lebih dalam
bidang keperdataan. Terutama erat
kaitannya dengan perjanjian
internasional. Contohnya, perjanjian
bagi hasil yang dibuat antara
pemerintah Indonesia dengan PT
Freeport Indonesia. Yurisprudensi atau
putusan pengadilan merupakan
produk yudikatif, yang berisi kaidah
atau peraturan hukum yang mengikat
pihak- pihak yang berperkara
terutama dalam perkara perdata.
Contohnya, tentang pengertian
perbuatan melawan hukum, dengan
adanya putusan tersebut maka
pengertian melawan hukum tidak
menganut arti luas. Putusan tersebut
dijadikan pedoman oleh para hakim di
Indonesia dalam memutuskan
sengketa perbuatan melawan hukum.

Dari keempat sumber tersebut


dibagi lagi menjadi 2 (dua) macam,
yaitu sumber Hukum Perdata tertulis
dan sumber Hukum Perdata tidak
tertulis. Sumber Hukum Perdata
tertulis, yaitu tempat ditemukannya
kaidah-kaidah Hukum Perdata yang
berasal dari sumber tertulis. Umumnya
kaidah Hukum Perdata tertulis
terdapat di dalam peraturan
perundang- undangan, traktat dan
yurisprudensi. Sumber Hukum Perdata

4
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

Hukum Perdata yang 1848, diberlakukan di Indonesia


berasal dari sumber tidak berdasarkan asas konkordansi
tertulis, seperti dalam
hukum kebiasaan. 3. KUHD atau Wetboek van
Koopandhel (WvK), yang terdiri
Secara khusus, atas 754 pasal, meliputi Buku I
sumber Hukum Perdata (tentang dagang secara umum) dan
Indonesia terulis, yaitu: Buku II (tentang hak-hak dan
kewajiban yang timbul dalam
1. Algemene Bepalingen pelayaran.
van Wetgeving (AB),
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun
merupakan ketentuan- 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria,
ketentuan umum undang-undnag ini mencabut
Pemerintah Hindia berlakunya Buku II KUH Perdata
Belanda yang sepanjang mengenai hak atas
diberlakukan di tanah, kecuali hipotek.
Indonesia (Stbl. 1847
No. 23, tanggal 30 April 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun
1847, terdiri atas 36 1974 tentang Ketentuan-ketentuan
pasal) Pokok Perkawinan, dan ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam
2. KUH Perdata atau Buku I KUH Perdata, khususnya
Burgelijk Wetboek mengenai perkawinan tidak berlaku
(BW), secara penuh.
merupakan ketentuan
hukum produk Hindia 6. Undang-undang Nomor 4 Tahun
Belanda yang 1996 tentang Hak Tanggungan atas
diundangkan tahun
Tanah beserta Benda-benda yang 3 (tiga) pertimbangan lahirnya, yaitu:
Berkaitan dengan Tanah. Undang- a) adanya kebutuhan yang sangat
undang ini mencabut berlakunya besar dan terus meningkat bagi dunia
hipotek sebagaimana diatur dalam usaha atas tersedianya dana, perlu
Buku II KUH Perdata, sepanjang diimbangi dengan adanya ketentuan
mengenai tanah dan ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang
mengenai Credieverband dalam mengatur mengenai lembaga
Stbl. 1908-542 sebagaimana telah jaminan. b) jaminan fidusia sebagai
diubah dalam Stbl. 1937-190. salah satu bentuk lembaga jaminan
Tujuan pencabutan ketentuan yang sampai saat ini masih didasarkan
tercantum dalam Buku II KUH pada yurisprudensi dan belum diatur
Perdata dan Stbl. 1937-190 adalah dalam peraturan perundang-
karena tidak sesuai lagi dengan undangan secara lengkap dan
kegiatan kebutuhan perkreditan, komprehensif. c) untuk memenuhi
sehubungan dengan perkembangan kebutuhan hukum yang lebih dapat
tata perekonomian Indonesia. memacu serta mampu memberikan
perlindungan hukum bagi pihak yang
7. Undang-undang Nomor 42 Tahun berkepentingan, maka perlu dibuat
1999 tentang Jaminan Fidusia. Ada
5
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

ketentuan yang lengkap mengenai hubungan hukum publik dan


jaminan fidusia; dan jaminan mengatur hubungan Hukum
tersebut perlu didaftarkan pada Perdata.
Kantor Pendaftaran Fiduasia.
9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
8. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
2004 tentang Lembaga Jaminan Islam (KHI), yang mengatur 3
Simpanan (LPS) untuk mengatur (tiga) hal, yaitu Hukum Perkawinan,
Hukum Kewarisan dan Hukum
Perwakafan. Ketentuan dalam KHI
hanya berlaku bagi orang-orang
yang beragama Islam.

Oleh karena itu dapat


disimpulkan, bahwa di dalam Hukum
Perdata terdapat juga 2 (dua) kaidah,
yaitu:

1. Kaidah tertulis. Kaidah hukum


perdata tertulis adalah kaidah-
kaidah hukum perdata yang
terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, traktat, dan
yurisprudensi.
2. Kaidah tidak tertulis. Kaidah
Hukum Perdata tidak tertulis
adalah kaidah-kaidah Hukum
Perdata yang timbul, tumbuh, dan
berkembang dalam praktek
kehidupan masyarakat
(kebiasaan).

C. Objek dan Subjek Hukum


Perdata

Obyek Hukum Perdata

Objek hukum adalah segala


sesuatu yang berada di dalam
pengaturan hukum dan dapat
dimanfaatkan oleh subyek hukum
berdasarkan hak/kewajiban yang
dimilikinya atas obyek hukum yang
bersangkutan. Jadi, obyek hukum itu
haruslah sesuatu yang
pemanfaatannya diatur berdasarkan
hukum. Benda dalam hukum perdata

6
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

diatur dalam Buku II KUH Perdata, alasan manusia sebagai subyek


tidak sama dengan bidang disiplin ilmu hukum, yaitu:
fisika, di mana dikatakan bahwa bulan a. manusia mempunyai hak-hak
itu adalah benda (angkasa), subyektif.
sedangkan dalam pengertian Hukum b. kewenangan hukum, dalam hal
Perdata bulan itu bukan (belum) dapat ini kewenangan hukum berarti,
dikatakan sebagai benda, karena kecakapan untuk menjadi
tidak/belum ada yang (dapat) subyek hukum, yaitu sebagai
memilikinya. Pengaturan tentang pendukung hak dan kewajiban.
hukum benda dalam Buku II KUH
Perdata mempergunakan sistem Pada dasarnya manusia
tertutup, artinya orang tidak mempunyai hak sejak dalam
diperbolehkan mengadakan hak-hak kandungan (Pasal 2 KUH Perdata),
kebendaan selain dari yang telah namun tidak semua manusia
diatur dalam undang-undang ini. mempunyai kewenangan dan
Selain itu, hukum benda bersifat kecakapan untuk melakukan
memaksa (dwingend recht), artinya perbuatan hukum, orang yang dapat
harus dipatuhi, tidak boleh disimpangi, melakukan perbuatan hukum adalah
termasuk membuat peraturan baru orang yang sudah dewasa (berumur
yang menyimpang dari yang telah 21 tahun atau sudah kawin),
ditetapkan. sedangkan orang-orang yang tidak
cakap melakukan perbuatan hukum
Subjek Hukum Perdata
adalah orang yang belum dewasa,
orang yang ditaruh di bawah
Subyek hukum (rechts
pengampuan, seorang wanita yang
subject) menurut Algra adalah setiap
bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).
orang mempunyai hak dan kewajiban,
yang menimbulkan wewenang hukum
Setiap manusia adalah sebagai
(rechtsbevoegheid), sedangkan
subjek hukum dan pendukung hak
pengertian wewenang hukum itu
serta kewajiban. Tidak setiap manusia
sendiri adalah kewenangan untuk
(orang) wenang berbuat atau
menjadi subyek dari hak-hak. Subyek
bertindak untuk melaksanakan hak
hukum adalah segala sesuatu yang
dan kewajiban yang dimilikinya. Untuk
pada dasarnya memiliki hak dan
wenang berbuat atau bertindak
kewajiban dalam lalu lintas hukum.
melaksanakan hak dan kewajiban
yang dimilikinya dibutuhkan adanya
Subjek hukum dibedakan
syarat kecakapan. Syarat-syarat
menjadi 2 macam, yaitu:
seseorang yang cakap hukum, yaitu:
1. Manusia (Naturlijke Person), yaitu
a. Seseorang yang sudah dewasa
manusia sama dengan orang
(berumur 21 tahun).
karena manusia mempunyai hak-
b. Seseorang yang berusia dibawah
hak subjektif dan kewenangan
21 tahun tetapi pernah menikah.
hukum. Pengertian secara
c. Seseorang yang sedang tidak
yuridisnya, ada dua alasan yang
menjalani hukum.
menyebutkan
d. Berjiwa sehat dan berakal sehat.
2. Badan hukum (Vicht Person), yaitu badan hukum adalah kumpulan
7
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

orang-orang yang mempunyai 1. Badan hukum itu mempunyai


tujuan tertentu, harta kekayaan, kekayaan sendiri
serta hak dan kewajiban. Badan 2. Sebagai pendukung hak dan
hukum merupakan badan-badan kewajiban
atau perkumpulan. Badan hukum 3. Dapat menggugat dan digugat
yakni orang yang diciptakan oleh di muka pengadilan
hukum. Oleh karena itu, badan 4. Ikut serta dalam lalu lintas
hukum sebagai subjek hukum hukumà bias melakukan jual
dapat bertindak hukum (melakukan beli
perbuatan hukum) seperti manusia. 5. Mempunyai tujuan dan
Dengan demikian, badan hukum kepentingan.
dapat melakukan persetujuan-
persetujuan, memiliki kekayaan Badan hukum dibedakan dalam
yang sama sekali terlepas dari dua bentuk, yaitu:
kekayaan anggota-anggotanya. 1. Badan hukum publik, adalah badan
Oleh karena itu, badan hukum hukum yang didirikan berdasarkan
dapat bertindak dengan hukum publik atau yang
perantaraan pengurus- menyangkut kepentingan publik
pengurusnya. atau orang banyak atau negara
umumnya.
Badan hukum menurut 2. Badan hukum privat, adalah badan
pendapat Wirjono Prodjodikoro adalah hukum yang didirkan berdasarkan
suatu badan yang di samping menusia hukum sipil atau perdata yang
perorangan juga dapat bertindak menyangkut kepentingan pribadi
dalam hukum dan yang mempunyai orang di dalam badan hukum itu.
hak-hak, kewajiban-kewajiban dan
kepentingan- kepentingan hukum Teori-Teori yang berkenaan
terhadap orang lain atau badan lain. dengan badan hukum itu antara lain,
Sarjana lain mengatakan bahwa badan yaitu:
hukum adalah kumpulan dari orang-
orang yang bersama-sama mendirikan 1. Teori Fiksi
suatu badan (perhimpunan) dan
kumpulan harta kekayaan, yang Teori ini dipelopori oleh Von
dipisahkan untuk tujuan tertentu Savigny yang mengatakan bahwa
(yayasan). Sri Soedewi Masjchoen manusia saja yang dapat bertindak
Sofwan mengatakan bahwa baik hukum, badan hukum itu terjadinya
perhimpunan maupun yayasan kedua- karena angan-angan saja, segala
duanya berstatus sebagai badan gerak- gerik dari badan hukum itu
hukum, jadi merupakan orang sebagai adalah kehendak dari orang-orang
pendukung hak dan kewajiban. yang mengurusi, bukan dari badan
hukum itu sendiri, karena itu suatu
Kalau dilihat dari berbagai badan hukum tidak dapat
pendapat di atas, badan hukum dapat melakukan perbuatan melanggar
dikategorikan sebagai subjek hukum hukum dengan demikian badan
sama dengan manusia disebabkan hukum tidak dapat dituntut, yang
karena: dapat dituntut adalah orang-orang
yang mengelolanya (pengurus).

8
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

2. Teori Organ Perdata

Teori ini dikemukakan oleh Von


Gierke, yang menyatakan bahwa
badan hukum bukanlah suatu fiksi
tetapi kenyataan, bukan kenyataan
seperti manusia tapi kenyataan
pada jiwanya. Badan hukum
melakukan hubungan hukum
adalah melalui alat (organ) yang
ada padanya, inilah yang
melaksanakan keamanan dari
badan hukum itu. Jadi yang bisa
dituntut adalah badan hukumnya
bukan orangnya.

3. Teori Milik Bersama (Kolektif)

Teori ini dipelopori oleh Moleengraf,


yang mengatakan bahwa para
anggota dari organisasi itulah yang
dapat dipandang sebagai yang
mempunyai hak, itu terjadi apabila
orang-orang yang telah bersatu itu
bersama-sama bertindak dalam
satu ikatan atas nama badan
hukum itu sehingga mereka
mempunyai hak dan kewajiban
bersama yang bukan hak dan
kewajiban dari tiap-tiap anggota itu
sebagai perseorangan.

4. Teori Kenyataan Yuridis

Lembaga yang berwenang


membuat undang-undang
mencantumkan dalam undang-
undnag bahwa yang melaksanakan
apa yang ditetapkan oleh undang-
undang tentang perkumpulan
orang-orang maka perkumpulan itu
disebut badan hukum.

D. Sistematika Hukum Perdata

Sistematika KUH Perdata yang


ada dan berlaku di Indonesia, ternyata
bila dibandingkan dengan KUH
9
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

yang ada dan berlaku di Bab II tentang akta-akta catatan


negara lain, tidaklah terlalu sipil
jauh berbeda. Hal ini Bab III tentang tempat tinggal atau
dimungkinkan karena domisili
mengacu atau dipengaruhi Bab IV tentang perkawinan
dari Hukum Romawi (Code Bab V tentang hak-hak dan kewajiban-
Civil). Adapun hal-hal yang kewajiban suami dan isteri
diatur dalam KUH Perdata Bab VI tentang persatuan harta
sebagaimana berlaku di kekayaan menurut undang-
Indonesia saat ini ada 4 undang dan pengurusannya
(empat) buku, (kecuali Bab VII tentang perjanjian kawin
beberapa bagian yang Bab VIII tentang persatuan atau
sudah dinyatakan tidak perjanjian kawin dalam
berlaku), yaitu: perkawinan untuk kedua kali
atau selanjutnya
1. Buku Kesatu tentang Bab IX tentang perpisahan harta
Orang (van persoon), kekayaan
yang memuat hukum Bab X tentang pembubaran
mengenai Diri Seseorang perkawinan
dan Hukum Keluarga, Bab XI tentang perpisahan meja dan
terdiri dari 18 bab, yaitu: ranjang
Bab XII tentang kebapaan dan
Bab I tentang menikmati keturunan anak-anak
dan kehilangan hak-hak Bab XIII tentang kekeluargaan
kewenangan sedarah dan semenda
Bab XIV tentang kekuasaan orang tua ( eigendoom )
Bab XVa tentang menentukan, Bab IV tentang hak dan kewajiban
mengubah dan mencabut antara pemilik-pemilik
tunjangan-tunjangan nafkah pekarangan yang satu sama
Bab XV tentang kebelum-dewasaan lain bertetanggaan
dan perwalian Bab V tentang kerja rodi
Bab XVI tentang beberapa perlunakan Bab VI tentang pengabdian
Bab XVII tentang pengampuan pekarangan
Bab XVIII tentang keadaan tak hadir Bab VII tentang hak numpang karang
Bab VIII tentang hak usaha ( erfpacht)
Bab IX tentang bunga tanah dan
2. Buku Kedua tentang Kebendaan hasil se persepuluh
(van zaken), yang memuat Hukum Bab X tentang hak pakai hasil
Benda dan Hukum Waris, terdiri Bab XI tentang hak pakai dan hak
dari 21 bab, yaitu: mendiami
Bab XII tentang perwarisan karena
Bab I tentang kebendaan dan cara kematian
membeda-bedakannya Bab XIII tentang surat wasiat
Bab II tentang kedudukan berkuasa Bab XIV tentang pelaksanaan wasiat
(bezit) dan hak-hak yang dan pengurus harta
timbul karenanya peninggalan
Bab III tentang hak milik Bab XV tentang hak memikir dan hak
10
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

istimewa untuk mengadakan pendaftaran harta


peninggalan
Bab XVI tentang menerima dan
menolak suatu warisan
Bab XVII tentang pemisahan harta
peninggalan
Bab XVIII tentang harta peninggalan
yang tak terurus
Bab XIX tentang piutang-piutang yang
diistimewakan
Bab XX tentang gadai
Bab XXI tentang hipotik

3. Buku Ketiga tentang perihal


Perikatan (van verbentennissen),
yang teridiri dari 18 Bab, memuat
tentang:

Bab I tentang perikatan pada


umumnya
Bab II tentang perikatan yang lahir
dari kontrak atau persetujuan
Bab III tentang perikatan yang lahir
karena undang-undang
Bab IV tentang hapusnya perikatan
Bab V tentang jual-beli
Bab VI tentang tukar-menukar
Bab VII tentang sewa-menyewa
Bab VIIA tentang perjanjian
kerja
Bab VIII tentang perseroan perdata
(persekutuan perdata)
Bab IX tentang badan hukum
Bab X tentang penghibahan
Bab XI tentang penitipan barang
Bab XII tentang pinjam-pakai
Bab XIII tentang pinjam pakai habis
(verbruiklening)
Bab XIV tentang bunga tetap atau
bunga abadi
Bab XV tentang persetujuan untung-
untungan
Bab XVI tentang pemberian kuasa
Bab XVII tentang penanggung
Bab XVIII tentang perdamaian
4. Buku Keempat tentang perihal bewijs en varjaring), yang terdiri dari 7 Bab,
Pembuktian dan Kadaluarsa (van memuat tentang:
11
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

1. Hukum Perorangan atau Badan


Bab I tentang pembuktian pada
Pribadi (personenrecht), memuat
umumnya
peraturan-peraturan hukum yang
Bab II tentang pembuktian dengan
mengatur tentang seseorang
tulisan
manusia sebagai pendukung hak
Bab III tentang pembuktian dengan
dan kewajiban (subyek hukum),
saksi-saksi
tentang umur, kecakapan untuk
Bab IV tentang
melakukan perbuatan hukum dan
persangkaan Bab V tentang
hal-hal yang mempengaruhi
pengakuan
kecakapan-kecakapan itu, tempat
Bab VI tentang sumpah di hadapan tinggal (domisili) dan sebagainya.
hakim
Bab VII tentang kedaluwarsa pada 2. Hukum Keluarga (familierecht),
umumnya memuat peraturan-peraturan
hukum yang mengatur hubungan
Hukum Keluarga di dalam KUH hukum yang timbul karena
Perdata dimasukkan dalam bagian hubungan keluarga/kekeluargaan
hukum tentang Diri Seseorang, karena seperti perkawinan, perceraian,
hubungan-hubungan keluarga hubungan orang tua dan anak,
memang berpengaruh besar terhadap perwalian, pengampuan dan
kecakapan seseorang untuk memiliki hubungan dalam lapangan hukum
hak-hak serta kecakapannya untuk kekayaan antara suami dan isteri.
mempergunakan hak-haknya itu.
3. Hukum Harta Kekayaan
Hukum Waris dimasukkan dalam
(vermogenrecht), memuat
bagian tentang Hukum Benda, karena
peraturan-peraturan hukum yang
dianggap Hukum Waris itu mengatur
mengatur hubungan hukum
cara-cara untuk memperoleh hak atas
seseorang dalam lapangan harta
benda-benda, yaitu benda-benda yang
kekayaan seperti perjanjian, milik,
ditinggalkan seseorang. Perihal
gadai dan sebagainya. Jika kita
Pembuktian dan Lewat Waktu
mengatakan tentang kekayaan
sebenarnya adalah soal hukum acara,
seorang, yang dimaksudkan, ialah
sehingga kurang tepat apabila
jumlah segala hak dan kewajiban
dimasukkan dalam Hukum Perdata
orang itu, dinilai dengan uang.
Materil. Oleh karena itu, substansi
Hak- hak dan kewajiban-kewajiban
KUH Perdata terdapat dalam 2 (dua)
yang demikian itu, biasanya dapat
bagian, yaitu: Buku I, II dan III berisi
dipindahkan kepada orang lain.
ketentuan Hukum Perdata Materiil,
Hak-hak kekayaan, terbagi lagi
sedangkan dalam Buku IV berisi
atas hak-hak yang berlaku
ketentuan Hukum Perdata Formil.
terhadap tiap orang dan karenanya
dinamakan hak mullah dan hak-
Sistematika Hukum Perdata
hak yang hanya berlaku terhadap
menurut ilmu pengetahuan, ada 4
seorang atau suatu pihak yang
(empat) bagian, yaitu:
tertentu dan karenanya dinamakan
hak perseorangan. Hak mutlak
yang memberikan kekuasaan atas
suatu
benda yang dapat terlihat dinamakan hak kebendaan.
12
Buku Ajar Hukum Perdata - Yulia

4. Hukum Waris (erfrecht), memuat Hukum Benda, Bidang Hukum


peraturan-peraturan hukum yang Jaminan, Bidang Hukum Badan
mengatur tentang benda atau Hukum, Bidang Hukum Perikatan
harta kekayaan seseorang yang Umum, bidang Hukum Perjanjian
telah meninggal dunia, dengan Khusus.
perkataan lain hukum yang
mengatur peralihan benda dari Literatur:
orang yang meninggal dunia
kepada orang yang masih hidup. Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum
Jadi, Hukum Waris mengatur Perdata Indonsesia, Citra
akibat-akibat hubungan keluarga Aditya, Bandung.
terhadap harta peninggalan
seseorang.
Ahmad Supriyadi, 2010, Hukum
Perdata, Nora Media
Enterprise, Kudus.
Ditinjau dari segi
perkembangannya, Hukum Perdata C.S.T. Kansil, SH., 1989, Pengantar
Indonesia sekarang menunjukkan Ilmu Hukum dan Tata
tendensi perubahan. Sebagaimana Hukum Indonesia, Balai
sistematika Hukum Perdata Belanda Pustaka, Jakarta.
yang diundangkan pada tanggal 3
Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk
Desember 1987, Stbl. 590 dan mulai
dan Azas-azas Hukum
berlaku 1 April 1988 terdiri dari 5 Perdata, Alumni, Bandung.
(lima) buku, yaitu :
Salim H.S, 2006, Pengantar Hukum
1. Buku I tentang hukum orang dan Perdata Tertulis (BW),
keluarga (personen-familie-recht) Cetakan Ke-4, Penerbit Sinar
3. Buku II tentang hukum badan Grafika, Jakarta.
hukum (rechtspersoon)
Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum
4. Buku III tentang hukum hak
Perdata, Intermasa, Jakarta.
kebendaan (van zaken)
5. Buku IV tentang hukum perikatan Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,
(van verbentennissen) Kitab Undang-undang
6. Buku V tentang daluarsa Hukum Perdata, Pradnya
(van verjaring) Paramita, Jakarta.

Ditinjau dari segi pembidangan Titik Triwulan Tutik, 2006, Pengantar


isinya, Hukum Perdata Indonesia Hukum Perdata di
Indonesia, Prestasi Pustaka
dalam perkembangannya terbagi
Publisher, Jakarta.
menjadi bagian-bagian antara lain:
Bidang Hukum Keluarga (perkawinan, Vollmar, 1996, Pengantar Hukum
perceraian, harta bersama, kekuasaan Perdata I, Rajawali Press,
orang tua, kedudukan, pengampuan Jakarta.
dan perwalian), Bidang Hukum
Waris, Soal Latihan:

1. Jelaskan istilah dan pengertian


hukum perdata?

13
2. Jelaskan subjek dan objek hukum
perdata?
3. Jelaskan sumber-sumber hukum
perdata?
4. Jelaskan sistimatika hukum perdata?
5. Jelaskan hukum perdata menurut
ilmu pengetahuan?
6. Jelaskan sistematika menurut
KUHPerdata?
BAB II
SEJARAH HUKUM PERDATA

Tujuan Instruksional Khusus tertulis

Mahasiswa akan dapat menjelaskan


tentang Sejarah Hukum Perdata di
Belanda dan di Indonesia

Sub Pokok Bahasan

1. Sejarah Hukum Perdata di Belanda


2. Sejarah Hukum Perdata di
Indonesia

Uraian:

A. Sejarah Hukum Perdata di


Belanda

Sejarah Hukum Perdata di


Belanda tidak bisa dipisahkan dari
Hukum Perdata Prancis, yaitu Code
Civil Prancis. Perjalanan sejarah dari
terbentuknya Code Civil Prancis,
berawal dari 50 tahun sebelum
Masehi, yakni saat Julius Caesar
berkuasa di Eropa Barat, Hukum
Romawi telah berlaku di Perancis yang
berdampingan dengan Hukum
Perancis Kuno yang berasal dari
Hukum Germania yang saling
mempengaruhi. Kemudian wilayah
negeri Perancis terbelah menjadi 2
(dua) daerah hukum yang berbeda.
Bagian Utara adalah daerah hukum
yang tidak tertulis (pays de droit
coutumier), sedangkan Bagian Selatan
merupakan daerah hukum yang
(pays de droit ecrit). Di Bagian telah dibukukan oleh para ahli hukum
Utara berlaku hukum kebiasaan atas perintah Kaisar Romawi yang
Perancis Kuno yang berasal dari dianggap sebagai himpunan segala
Hukum Germania sebelum resepsi macam undang-undang. Pandecta
Hukum Romawi, sedangkan di adalah memuat kumpulan pendapat
Bagian Selatan berlaku Hukum para ahli Hukum Romawi yang
Romawi yang tertuang dalam termashur misalnya Gaius, Papinianus,
Corpus Iuris Civilis pada Palus, Ulpianus, Modestinus dan
pertengahan abad ke VI Masehi dari sebagainya. Institutiones adalah
Justianus. Corpus Iuris Civilis pada memuat tentang pengertian lembaga-
zaman itu dianggap sebagai hukum lembaga hukum Romawi dan Novelles
yang paling sempurna, terdiri dari 4 adalah kumpulan undang-undang
(empat) bagian, yaitu: (1) Codex yang dikeluarkan sesudah Codex
Justiniani, (2) Pandecta, (3) selesai. Hanya mengenai perkawinan
Institutiones dan (4) Novelles Codex. di seluruh Negeri Perancis berlaku
Codex Iuris Canonici (hukum yang
Justianni adalah kumpulan ditetapkan oleh Gereja Katolik Roma).
undang-undang (leges lex) yang Berabad-abad
lamanya keadaan ini berlangsung terus hasil karya-karya para sarjana bangsa
dengan tidak ada kesatuan hukum. Perancis yang kenamaan (Dumolin, Domat
dan Pothier);
Pada bagian kedua abad XVII 3. Hukum Kebiasaan Perancis, lebih- lebih
di Negeri Perancis telah timbul aliran- hukum kebiasaan dari Paris;
aliran yang ingin menciptakan 4. Ordonansi-Ordonansi;
kodifikasi hukum yang akan berlaku di 5. Hukum Intermediare, yakni hukum yang
negeri itu agar diperoleh kesatuan ditetapkan di Perancis sejak permulaan
Hukum Perancis. Pada akhir abad Revolusi Perancis hingga Code Civil
XVII, oleh Raja Perancis dibuat terbentuk.
beberapa peraturan perundang-
undangan (seperti, ordonnance Sur Kodifikasi Hukum Perdata Perancis,
les Donations yang mengatur sebagaimana dimaksudkan selesai dibentuk
mengenai soal-soal pemberian, tahun 1804 dengan nama Code Civil des
ordonnance Sur les Tertament yang Francais. Code Civil ini mulai berlaku sejak
mengatur mengenai soal-soal tanggal 21 Maret 1804. Setelah diadakan
testamen, ordonannce Sur les
Substitutions fideicommissaires yang
mengatur mengenai soal-soal
substitusi. Kodifikasi Hukum Perdata di
Perancis baru berhasil diciptakan
sesudah Revolusi Perancis (1789-
1795), di mana pada tanggal 12
Agustus 1800 oleh Napoleon dibentuk
suatu panitia yang diserahi tugas
membuat kodifikasi, yang menjadi
sumbernya adalah:

1. Hukum Romawi yang digali dari


perubahan sedikit, pada Pada tahun 1816 oleh Kemper
tahun 1807 diundangkan menyampaikan kepada Raja suatu
dengan nama Code rancangan kodifikasi Hukum Perdata,
Napoleon, tapi kemudian tapi rancangan ini tidak diterima oleh
disebut dengan Code Civil para ahli hukum bangsa Belgia (pada
Perancis. Sejak tahun 1811 waktu itu negeri Belanda dan negeri
sampai tahun 1838 Code Belgia merupakan suatu negera)
Civil Perancis ini setelah karena rencana tersebut disusun
disesuaikan dengan Kemper berdasarkan Hukum Belanda
keadaan di negeri Belanda Kuno. Para ahli Hukum Bangsa Belgia
berlaku sebagai kitab menghendaki agar rancangan itu
undang-undang yang resmi disusun menurut Code
di Negeri Belanda, karena Civil Perancis. Setelah
Negeri Belanda berada di mendapat sedikit perubahan,
bawah jajahan Perancis. Di maka rancangan itu
negeri Belanda setelah disampaikan kepada Perwakilan
berakhir pendudukan Rakyat Belanda (Tweede
Perancis tahun 1813, maka Kamer) pada tanggal 22
berdasarkan Undang- November 1820. Rencana
Undang Dasar (Grond Wet) ini terkenal dengan
Negeri Belanda tahun 1814 nama Ontwerp Kemper (Rencana
(Pasal 100) dibentuk suatu Kemper). Dalam perdebatan di
panitia yang bertugas Perwakilan Rakyat Belanda, rencana
membuat rencana kodifikasi Kemper ini mendapat tantangan yang
Hukum Perdata, diketuai hebat dari anggota-anggota bangsa
Mr. J.M. Kemper. Belgia (wakil-wakil Nederland Selatan)
yang dipimpin oleh Ketua Pengadilan

Tinggi di Kota Luik (Belgia) yang setiap bagian dimuat tersendiri dalam
bernama Nicolai. Staatsblad, tetapi tanggal mulai
berlakunya tentu saja ditangguhkan
Dalam tahun 1822 rencana sampai seluruhnya selesai. Pada tahun
Kemper itu ditolak oleh Perwakilan 1829 pekerjaan itu selesai dan diakhiri
Rakyat Belanda. Setelah Kemper dengan baik. Undang-undang yang
meninggal dunia tahun 1824, tadinya terpisah dihimpun dalam satu
pembuatan kodifikasi dipimpin oleh kitab undang-undang yang diberi nomor
Nicolai dengan suatu metode kerja urut dan diterbitkan serta ditetapkan
yang baru, yaitu dengan menyusun berlakunya tanggal 1 Februari 1931.
daftar pertanyaan tentang hukum Pada waktu yang sama dinyatakan pula
yang berlaku yang akan dinilai berlaku Wetboek van Koophandel
parlemen. Setelah diketahui kehendak (WvK) dan Burgelijke Rechtsvordering
mayoritas, panitia lalu menyusun (BRv), sedangkan Wetboek van
rencana-rencana dan mengajukannya Strafrecht (WvS) menyusul kemudian.
ke parlemen (Perwakilan Rakyat)
untuk diputuskan. Demikianlah cara Berdasarkan azas konkordansi
kerja yang dilakukaan semenjak tahun maka peraturan perundang-undangan
1822 sampai 1826 bagian demi bagian yang berlaku di Negeri Belanda
KUH Perdata Belanda diselesaikan dan diberlakukan juga buat orang-orang
golongan Eropah di Hindia Belanda. memberlakukan peraturan itu
Dalam hal ini titah Raja Belanda sekiranya dipandang perlu. Komisi itu
tanggal terdiri dari Mr.C.J Scholten, Mr. I
15 Agustus 1839 No. 102 dibentuk Scheiner dan Mr. I.F.H van Nos.
suatu komisi dengan tugas membuat Setelah 6 (enam) tahun bekerja komisi
rencana peraturan-peraturan untuk tersebut dibubarkan (dengan titah
Raja tanggal 15 Desember 1845 No.
68) berhubung dengan permintaan
berhentinya Mr. Scholten van Out
Haaslem oleh karena selalu terganggu
kesehatannya. Kemudian dengan titah
Raja tanggal 15 Desember 1845, Jhr.
Mr. H.I Wichers diutus ke Hindia
Belanda untuk memangku jabatan
Ketua Mahkamah Agung dan
Mahkamah Agung Tentara, sebelum
berangkat dia diwajibkan bersama-
sama Mr. Scholten van Out Haarlem
untuk menyiapkan rencana peralatan
hukum buat Hindia Belanda yang
masih belum selesai dikerjakan.
Rencana peraturan yang telah
dihasilkan adalah:

1. Algemene Bepalingen van


Wetgeving voor Nederlandsch
Indie (Ketentuan umum
perundang- undangan di
Indonesia);
2. Burgelijk Wetboek (KUH Perdata);
3. Wetboek van Koophandel ( KUH
Dagang);
4. Reglement op de Rechterlijke
Organisatie en het Beleid der
Justitie (Peraturan susunan
pengadilan dan pengurusan
justisi);
5. Enige Bepalingen betreffende
Misdrijven begaan
tergelegenheid van Faillissement
en bij Kennelijk Overmogen,
mitsgader bij Surseance van
Betaling (Beberapa ketentuan
mengenai kejahatan yang
dilakukan dalam keadaan pailit dan
dalam keadaan nyata tidak mampu
membayar).
Wicher dan Mr. Scholten van Out
Sebagai hasil kerja Mr. Haarlem
maka dikeluarkan titah Raja tanggal Maka oleh karena itu dengan Titah Raja tanggal
16 Mei 1846 No. 1 dan beberapa hari 10 Pebruari
kemudian berangkat Mr. Wicher ke
Hindia Belanda membawa kitab-kitab
hukum yang telah selesai
dikerjakannya serta telah ditandat
angani oleh Raja untuk diberlakukan di
Hindia Belanda. Titah Raja Belanda
tanggal 16 Mei 1846 No. 1 itu
semuanya terdiri dari 9 pasal dan
isinya diumumkan seluruhnya di Hindia
Belanda dengan Stbl. 1847 No. 23.
Dalam Pasal 1 antara lain dinyatakan
bahwa peraturan-peraturan hukum
yang dibuat untuk Hindia Belanda,
adalah: (1) Ketentuan umum
perundang-undangan di Indonesia, (2)
Kitab undang-undang hukum perdata,
(3) Kitab undang-undang hukum
dagang. (4) Peraturan susunan
pengadilan dan pengurusan justisi,
dan
(5) Beberapa ketentuan mengenai
kejahatan yang dilakukan dalam
keadaan pailit dan dalam keadaan
nyata tidak mampu
membayar. Kemudian dalam Pasal 2
titah Raja ditentukan, bahwa Gubernur
Jenderal Hindia Belanda akan
mengatur tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mengumumkan
peraturan-peraturan tersebut dalam
bentuk yang lazim digunakan di Hindia
Belanda, sebelum atau pada tanggal
18 Mei 1847 serta untuk
memberlakukannya sebelum atau
pada tanggal 1 Januari 1848.

Dalam sejarah tercatat,


perjalanan kapal yang membawa
kitab- kitab hukum itu ternyata
terlambat tiba di Indonesia, sehingga
menimbulkan terhambatnya segala
persiapan untuk memberlakukan
perundang-undangan yang baru itu.
1847 Nomor 60 diberikan Rechtspleging en de Strafvordering
kuasa kepada Gubernur onder de Indonesiers (golongan
Hindia Belanda untuk hukum Indonesia asli) en de Vreemde
mengundurkan penetapan Oosterlingen (golongan hukum Timur
saat berlakunya peraturan-peraturan
Asing) op Java en Madoera” (Stbl.
hukum tersebut. Persiapan 1848 No. 16 jo 57) yang sekarang
memberlakukan peraturan- sebagai Reglemen Indonesia Baru
peraturan hukum tersebut (RIB). Akhirnya dengan suatu
dikerjakan oleh Mr. Wichers peraturan penjalan
yang di Hindia Belanda (invoeringsverordening) yang
menjabat sebagai anggota bernama “Bepalingen omtrent de
Raad van State Belanda Invoering van en de Overgang tot de
yang diperbantukan pada
Niewe Wetgeving (Stbl. 1848 No. 10)
Gubernur Jenderal. Tugas
yang disingkat dengan “Overgangs-
Gubernur Jenderal adalah
bepalingen” (peraturan peralihan)
memberlakukan peraturan-
yang juga disusun oleh Mr. Wichers,
peraturan hukum tersebut
maka kodifikasi Hukum Perdata
(Pasal 2 Titah Raja tanggal
(Burgerlijk Wetboek) menjadi berlaku
16 Mei 1846 No. 1). Dalam
di Hindia Belanda tanggal 1 Mei Tahun
hubungan ini Mr. Wichers
1848. Pasal 1 Peraturan Peralihan
telah membuat beberapa
menyatakan bahwa, “pada waktu
rancangan peraturan antara
kodifikasi hukum tersebut mulai
lain “Reglement op de
berlaku, maka hukum Belanda Kuno,
Uitoefening van de Politie,
Hukum Romawi dan semua statuta
de Burgerlijke
aturan yang baru itu” dan dalam Pasal
2 nya, hal tersebut tidak mengenai Pada tanggal 31 Oktober 1837,
Hukum Pidana. Scholten van Oud Haarlem diangkat
menjadi ketua panitia kodifikasi dengan
Berdasarkan fakta-fakta Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer
sejarah tentang terbentuknya Code masing-masing sebagai anggota, tapi
Civil Perancis, KUH Perdata Belanda panitia ini belum berhasil membuat
dan yang sekarang masih berlaku di kodifikasi. Akhirnya dibentuk panitia
Indonesia adalah KUH Perdata yang baru yang diketuai Mr. C.J. Scholten van
telah menyerap atau mengambil alih Oud Haarlem lagi, tetapi anggotanya
secara tidak langsung asas-asas dan diganti, yaitu Mr. J. Schneither dan Mr.
kaidah-kaidah hukum yang berasal J. Van Nes.Ppanitia inilah yang berhasil
dari Hukum Romawi, Hukum Perancis mengkodifikasi KUH Perdata Indonesia
Kuno, Hukum Belanda Kuno dan berdasarkan asas konkordasi yang
sudah tentu pula hukum yang tumbuh sempit. Artinya KUH Perdata Belanda
dan berkembang dalam masyarakat di banyak menjiwai KUH Perdata Indonesia
mana dan pada masa kodifikasi karena KUH Perdata Belanda dicontoh
tersebut diciptakan pada waktu dalam kodifikasi KUH Perdata Indonesia.
ratusan tahun yang silam.
Kodifikasi KUH Perdata Indonesia
B. Sejarah Hukum Perdata di diumumkan pada 30 April 1847 melalui
Indonesia Statsblad No. 23 dan
mulai berlaku pada 1 Januari 1848.
Dalam menghasilkan kodifikasi KUH Perdata Indonesia ini, Scholten dan
kawan-kawannya berkonsultasi
dengan
J. Van de Vinne, Directueur Lands
Middelen en Nomein. Oleh karenanya,
ia juga turut berjasa dalam kodifikasi
tersebut.

Di samping itu, sejarah


mengenai perkembangan Hukum
Perdata yang berkembang di
Indonesia bahwa Hukum Perdata
tertulis yang berlaku di Indonesia
merupakan produk Hukum Perdata
Belanda yang diberlakukan asas
korkondansi, yaitu hukum yang
berlaku di negeri jajahan (Belanda)
yang sama dengan ketentuan yang
berlaku di negeri penjajah.

Secara makro subtansial,


perubahan-perubahan yang terjadi
pada Hukum Perdata Indonesia, yaitu:

1. Pada mulanya Hukum Perdata


Indonesia merupakan ketentuan-
ketentuan pemerintahan Hindia
Belanda yang di berlakukan di
Indonesia (Algemene Bepalingen
van Wetgeving/AB), sesuai dengan
Stbl. No.23 tanggal 30 April 1847
yang terdiri dari 36 pasal.
2. Dengan konkordansi pada tahun
1848 diundangkan KUH Perdata
oleh pemerintah Belanda. Di
samping KUH Perdata berlaku juga
KUH Dagang yang diatur dalam
Stbl.1847 No.23.

Dalam Perspektif sejarah,


Hukum Perdata yang berlaku di
Indonesia terbagi dalam 2 (dua)
periode, yaitu periode sebelum
Indonesia merdeka dan periode
setelah Indonesia Merdeka.

1. Sebelum Indonesia merdeka


Sebagaimana negara jajahan, bahwa bagi Golongan Tionghoa
maka hukum yang berlaku di
Indonesia adalah hukum bangsa
penjajah, termasuk Hukum Perdata
Indonesia. Hukum Perdata yang
diberlakukan bangsa Belanda untuk
Indonesia mengalami adopsi dan
penjalanan sejarah yang sangat
panjang. Pada masyarakat Indonesia
mengenal Hukum Adat atau Hukum
Agama, kemudian di Indonesia
berdasarkan azas korkondansi maka
dikehendaki perundang-undangan di
Negara Belanda berlaku untuk orang-
orang Eropa di Hindia Belanda
(Indonesia).

Keanekaragaman hukum yang


berlaku di Indonesia bersumber pada
ketentuan dalam Pasal 165 Indeche
Staatregeling (IS), yang membagi
penduduk Hindia Belanda atas 3 (tiga)
golongan, yaitu:

1. Golongan Eropa, semua orang


Belanda, semua orang Jepang,
semua orang lain yang di
negaranya tunduk pada hukum
yang sama dengan hukum
Belanda, anak sah dan diakui
menurut undang-undang yang
lahir dari Hindia Belanda, yaitu
berlaku KUH Perdata.
2. Golongan Bumiputra berlaku
Hukum Adat, yaitu hukum yang
sejak dahulu sudah berlaku di
kalangan rakyat yang sebagian
besar belum tertulis.
3. Golongan Timur Asing yang
berasal Tionghoa, Arab, India dan
lainnya yang tidak termasuk
golongan Eropa dan Bumiputra
berlaku KUH Perdata dan Kitab
Undang-Undang Hukum
Dagang (KUH
Dagang)/Wetboek van
Koophandel), dengan pengertian,
mengenai B.W. tersebut bagian yang mengenai hukum
ada sedikit kekayaan/harta benda
penyimpangan, yaitu (vermogensrecht), jadi tidak yang
Bagian 2 dan mengenai hukum kepribadian dan
3 dari Titel IV Buku I kekeluargaan (personen en
(mengenai upacara yang familierecht) maupun mengenai
mendahului pernikahan Hukum Warisan. Mengenai bagian-
dan mengenai pena- bagian hukum tersebut, berlaku
hanan pernikahan) tidak hukum mereka sendiri dari negeri
berlaku bagi mereka, asal.
sedangkan untuk
mereka ada pula Berdasarkan pedoman-
Burgerlijke Stand pedoman yang disebutkan di atas, di
tersendiri. Selanjutnya zaman Hindia Belanda telah ada
ada pula suatu beberapa Peraturan Eropah yang
peraturan perihal telah dinyatakan berlaku untuk
pengangkatan anak Bangsa Indonesia asli, seperti Pasal
(adopsi), karena hal ini 1601- 1603 lama dari KUH Perdata,
tidak terkenal di dalam yaitu perihal perjanjian (Stbl. 1879
B.W. No. 256), Pasal 1788-1791 KUH
Perdata perihal hutang-hutang dari
Golongan warga perjudian (Stbl. 1907 No. 306) dan
negara bukan asli berasal beberapa pasal dari KUH Dagang,
Tionghoa atau Eropah yaitu sebagian besar dari Hukum Laut
(yaitu Arab, India dan lain- (Stbl. 1933 No. 49).
lain) berlaku sebagian dari
KUH Perdata, yaitu pada Selanjutnya, ada beberapa
pokoknya hanya bagian- peraturan yang secara khusus dibuat
untuk Bangsa Indonesia, seperti No. 98).
Ordonansi Perkawinan Bangsa
Indonesia Kristen (Stbl. 1933 No. 74), Pembedaan sebagaimana
Ordonansi tentang Maskapai Andil dimaksudkan, dapat diartikan erat
Indonesia atau I.M.A. (Stbl. 1939 No. hubungannya dengan sejarah dan sisa-
569 berhubung dengan No. 717) dan sisa politik masa lampau dari Penjajahan
Ordonansi tentang Perkumpulan Kolonial Belanda, yang sampai saat ini
Bangsa Indonesia (Staatsblad 1939 masih tetap berlaku sebagai hukum
No. 570 berhubung dengan No. 717). positif berdasarkan Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945. Sementara itu
Ada pula peraturan-peraturan dalam penamaan istilahnya, konsorsium
yang berlaku bagi semua golongan ilmu hukum, mempergunakan istilah
warga negara, misalnya, Undang- Hukum Perdata ditujukan untuk KUH
Undang Hak Pengarang (Autheurswet Perdata dan Hukum Adat untuk Hukum
tahun 1912), Peraturan Umum tentang Perdata Adat. Kenyataan ini dapat
Koperasi (Stbl. 1933 No. 108), diartikan, bahwa dibidang Hukum
Ordonansi Woeker (Stbl. 1938 No. Perdata terjadi dualisme, di mana untuk
523) dan Ordonansi tentang golongan Erofah diberlakukan KUH
Pengangkutan di Udara (Stbl. 1938 Perdata, sebaliknya untuk golongan
Bumi Putera diberlakukan Hukum Adat baru berdasarkan UUD 1945. KUH
mereka. Perdata Indonesia sebagai induk
Hukum Perdata Indonesia. Belum
2. Setelah Indonesia merdeka,
adanya aturan hukum yang baru maka
untuk menghindari kekosongan hukum
Berdasarkan Pasal 2 Aturan Peralihan
berdasarkan Aturan Peralihan maka
UUD 1945, KUH Perdata Hindia
masih diberlakukan Hukum Perdata
Belanda tetap dinyatakan berlaku
tersebut di Indonesia. Secara yuridis
sebelum digantikan dengan undang-
formil, kedudukan KUH Perdata masih
undang
tetap sebagai undang-undang sebab
tidak pernah dicabut dari
kedudukannya sebagai undang-
undang. Namun sekarang KUH
Perdata bukan lagi sebagai KUH
Perdata yang bulat dan utuh, karena
beberapa bagian dari KUH Perdata
sudah tidak berlaku lagi karena sudah
ada unifikasi hukum, seperti berkaitan
dengan Hukum Agraria yang sudah
mempunyai Undang-undang Pokok
Agraria.

Soepomo pernah mengemuka-


kan dan mengingatkan dalam pidato
Dies Natalis Universitas Gajah Mada
Yogyakarta pada tanggal 17 Agustus
1947, “bahwa hukum dalam
masyarakat itu dipengaruhi oleh
perkembangan masyarakat itu sendiri,
maka Hukum Perdata Nasional
nantinya harus pula dapat
menyesuaikan dirinya dengan cita-cita
nasional menurut aspirasi Bangsa
Indonesia”. Dalam menanggapi
perkembangan Hukum Perdata
dewasa ini perlu diarahkan kepada
arus pembawaan jiwa dan kebudayaan
nasional menuju kepada penemuan
Hukum Perdata Nasional yang dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tindak-tindak perdata, baik yang
bersifat dan beraliran barat maupun
yang bersendi kepada norma-norma
kebudayaan timur”

Beranjak dari pendapat ahli


hukum tersebut, hal ini dapat diartikan
bahwa “adanya harapan agar para undang, melainkan sebagai dokumen
penerus bangsa ini untuk lebih saja yang hanya menggambarkan
memperhatikan kehidupan bangsanya suatu kelompok hukum yang tidak
disamping tetap memperhatikan tertulis”. Selanjutnya gagasan
pergaulan dengan bangsa lainnya. Sahardjo, dikemukakan lagi dalam
Dikatakan demikian, karena berbagai Kongres Majelis Ilmu Pengetahuan
produk peraturan-peraturan Indonesia (MIPI) di Yogyakarta Tahun
peninggalan penjajahan Belanda, 1962 melalui prasaran Mr. Wirjono
seperti KUH Perdata, KUH Prodjodikoro dengan judul “Keadaan
Dagang, dapat dikatakan Transisi dari Hukum Perdata Barat”, di
telah tidak sesuai lagi dengan mana isi prasaran tersebut
perkembangan keadaan, walaupun mengemukakan hal-hal sebagai
sebenarnya telah ada berbagai produk berikut:
peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan oleh negara, seperti 1. Peraturan dari zaman Belanda
Undang-undang Pokok Agraria No. 5 yang sekarang masih berlaku dan
Tahun 1960, Undang-undang Pokok belum dicabut, sudah tidak sesuai
Perkawinan No. 1 Tahun 1974, lagi dengan kepentingan
Undang-undang Perseroan Terbatas masyarakat Indonesia saat ini;
No. 1 Tahun 1995, Undang-udang Hak 2. Mempertanyakan; “apakah KUH
Tanggungan Atas Tanah dan benda- Perdata harus menunggu dicabut
benda yang ada di atas Tanah No. 4 dulu, untuk memberhentikan
Tahun 1996, Undang-undang Jaminan berlakunya sebagai Undang-
Fiducia No. 42 Tahun 1999, Undang- undang di Indonesia”;
undang Yayasan No. 16 Tahun 2001, 3. Gagasan Sahardjo, untuk
Surat Edaran Mahkamah Agung menganggap KUH Perdata tidak
(SEMA) No. 3 Tahun 1963 dan lain- lagi sebagai undang-undang tetapi
lain. hanya sebagai dokumen yang
berisi hukum tidak tertulis saja,
Adanya ketentuan-ketentuan di adalah sangat menarik. Artinya
atas dan peraturan lainnya sangat dengan menganggapnya sebagai
berpengaruh terhadap keutuhan dokumen, para hakim akan lebih
ketentuan peninggalan penjajahan dan leluasa untuk mengenyampingkan
oleh karenanya keadaan itu janganlah pasal-pasal KUH Perdata yang
membuat bangsa ini terbuai dengan tidak sesuai lagi dengan
adanya Aturan Peralihan Pasal II UUD kepentingan nasional;
1945 yang dibuat tanpa batas yang 4. Karena KUH Perdata hanya tinggal
jelas dan tegas tentang saat kapan sebagai pedoman saja, maka demi
berakhirnya. Mencermati keadaan kepentingan hukum dia perlu
tersebut, Sahardjo sewaktu menjadi secara tegas dicabut.
Menteri Kehakiman RI pada Tahun Pencabutannya tidak perlu dengan
1962 memunculkan suatu gagasan suatu undang-undang, tetapi
yang diajukan dalam rapat Badan cukup dengan suatu pernyataan
Perancang Hukum Nasional saja dari pemerintah atau
(BPHN) menyarankan bahwa “khusus Mahkamah Agung.
KUH Perdata tidak lagi sebagai
undang- Kelanjutan gagasan Sahardjo,
dibawa pada Kongres MIPI mendapat
tanggapan positif dari Mr. Wirjono KUH Perdata dicabut sebagai
Prodjodikoro yang waktu itu sebagai aturan-
Ketua Mahkamah Agung RI yang aturan
mengeluarkan Surat Edaran No. 3
Tahun 1963 yang berisi gagasan;
“untuk menganggap KUH Perdata
tidak lagi sebagai undang-undang,
konsekuensi gagasan ini adalah
dengan mencabut berlakunya
sebanyak 8 (delapan) pasal dari KUH
Perdata tersebut”. Dasar
pertimbangan keluarnya SEMA
berawal dari prasaran dalam Kongres
MIPI tahun 1962, hadirin yang
umumnya menyetujuinya dan
demikian juga halnya yang tidak ikut
kongres juga menerimanya. Tetapi
kemudian dalam kenyataannya harus
diakui banyak juga dari mereka yang
tidak hadir yang menentang gagasan
Sahardjo dan keluarnya SEMA No. 3
Tahun 1963 tersebut, diantaranya
adalah Mahadi dan Subekti sebagai
pengganti Mr. Wirjono Prodjodikoro
sebagai Ketua Mahkamah Agung pada
waktu itu.

Menanggapi persoalan yang


dikemukakan Menteri Kehakiman
Sahardjo tersebut, Mahadi
berpendapat sebagai berikut:

1. KUH Perdata sebagai kodifikasi


sudah tidak berlaku lagi.
2. Yang masih berlaku ialah aturan-
aturannya, yang tidak
bertentangan dengan semangat
serta suasana kemerdekaan.
3. Diserahkan kepada yurisprudensi
dan doktrina untuk menetapkan
aturan mana yang masih berlaku
dan aturan mana yang tidak bisa
dipakai lagi.
4. Tidak setuju diambil suatu
tindakan legislatif untuk
menyatakan bahwa aturan-aturan
tertulis. Tegasnya, tidak setuju, dijadikan tertulis kembali
untuk menjadikan aturan-aturan (meskipun dengan perubahan-
KUH Perdata yang masih bisa perubahan).
berlaku menjadi hukum kebiasaan b. Dengan berlakunya aturan-
(Hukum Adat), sebab: aturan KUH Perdata sebagai
a. Kelompok-kelompok hukum, hukum adat, tidak hilang segi
yang sekarang di atur dalam diskriminatifnya. Mungkin
KUH Perdata, akan menjelma hilang segi intergentilnya, tapi
nanti di dalam hukum nasional masih tetap ada segi
kita juga dalam bentuk tertulis. “interlokalnya”.
Setapak kearah itu telah kita c. Dengan memperlakukan KUH
lakukan yaitu sebahagian dari Perdata sebagai hukum adat,
Buku II telah diatur secara lain tidak ada lagi alasan untuk
di dalam Undang-undang Pokok mempertahankan peraturan-
Agraria. Hukum Perjanjian peraturan tentang Burgerlijke
(Buku III) sedang dalam Stand sebagai aturan-aturan
perencanaan Hukum Acara tertulis.
Perdata, yang melingkupi d. Kedudukan KUH Perdata
sebahagian dari Buku IV rasanya harus kita tilik
sedang dirancangkan. Jadi, bergandengan dengan
tidak logis kalau yang tertulis kedudukan KUH Dagang.
sekarang itu dijadikan tidak e. Menjadikan aturan-aturan KUH
tertulis, untuk kemudian Perdata sebagai hukum adat
mempunyai akibat psikologis menyingkirkan pasal-pasal dari KUH Perdata itu,
terhadap alam pemikiran hakim seperti Pasal 108 KUH Perdata, Arrest 31 Januari
madya. 1919 yang memperluas pengertian Pasal 1365
KUH Perdata, Arrest Bierbrouwerij Oktober 1925
Ketidaksetujuan Subekti yang menyingkirkan Pasal 1152 KUH Perdata
dikemukakannya di depan Seminar yang mengharuskan penyerahan barang yang
Hukum Nasional II di Semarang pada digadaikan, tetap dalam kekuasaan orang yang
Tahun 1968 dan pada saat ceramah menggadaikan”.
dihadapan dosen Hukum Dagang saat
mengikuti “Post Graduate Course” di Melihat uraian di atas, dapat dikatakan
Fakultas Hukum Universitas Gajah bahwa keberadaan KUH Perdata sebagai
Mada Yogyakarta Tahun 1975. ketentuan undang- undang hingga saat ini masih
terus diperdebatkan, artinya usulan-usulan yang
Menurut Subekti, bahwa “baik menganggap dia hanya sebagai dokumen hukum
gagasan seorang Menteri Kehakiman saja tetap menjadi perdebatan di antara
maupun SEMA, bukanlah merupakan kalangan ahli hukum, tetapi setidak-tidaknya ide
sesuatu sumber hukum formal, itu itu perlu terus dipikirkan dan dipertimbangkan,
hanya dapat dianggap sebagai suatu terutama baik
anjuran pada para hakim untuk jangan
takut-takut menyingkirkan pasal-pasal
dari KUH Perdata yang dirasakan
sudah tidak sesuai lagi dan membuat
yurisprudensi, sebab hanya
yurisprudensilah yang dapat
kalangan ahli hukum, aspek hukum lainnya, seperti aspek
praktisi hukum dan para hukum pidana, administrasi maupun
pihak yang mempunyai ketentuan hukum internasional
kewenangan dalam sebagai akibat pengaruh global dan
pengambilan keputusan, hubungan antar warga yang berlainan
untuk terus menggali dan kewarganegaraannya.
mencermati berlakunya
ketentuan peraturan
Perundang-undangan yang
sesuai dengan nilai-nilai
luhur bangsa, dan tidak
terpaku dengan Aturan
Peralihan Pasal II UUD 1945
yang tidak membuat
batasan yang jelas dan
tegas tentang limit waktu
berakhirnya ketentuan
peninggalan penjajahan
tersebut.

Ketentuan-
ketentuan pening- galan
penjajahan sudah berusia
cukup lama, di mana di
negeri Belanda sendiri
sebenarnya sudah sejak
lama tidak diberlakukan
lagi. Sewajarnya bangsa
Indonesia memikirkan
tentang bagaimana
ketentuan-ketentuan yang
berkaitan
peraturan-
peraturan peninggalan
penjajahan tersebut diganti
dan atau dinyatakan tidak
berlaku lagi dengan jalan
terus berupaya membuat dan
memberlakukan ketentuan
baru yang sesuai dengan
keadaan bangsa dan
kemajuan zaman, karena
ketentuan- ketentuan yang
bersifat keperdataan dalam
perkembangannya dan
penerapannya dapat saja
dipengaruhi oleh berbagai
Literatur:

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum


Perdata Indonsesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung.

Ahmad Supriyadi, 2010, Hukum


Perdata, Nora Media
Enterprise, Kudus.

Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk


dan Azas-azas Hukum
Perdata, Alumni, Bandung.

Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum


Perdata, Intermasa, Jakarta.

Vollmar, 1996, Pengantar Hukum


Perdata 1, Rajawali Press,
Jakarta.

Soal Latihan:

1. Jelaskan tentang proses kodifikasi


Hukum Perdata Belanda?
2. Apa yang dimaksud dengan azas
korkondansi?
3. Jelaskan tentang proses kodifikasi
Hukum Perdata Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan
pluralisme hukum dan unifikasi
hukum?
5. Jelaskan penyebab terjadi
pluralisme dalam Hukum Perdata
di Indonesia?
6. Bagaimanakah kedudukan KUH
Perdata setelah Indonesia
merdeka.
BAB III
PERIHAL MENGENAI ORANG DALAM
HUKUM PERDATA

Tujuan Instruksional Khusus Dalam pengertian ini subyek


hukum memiliki wewenang yang
Mahasiswa diharapkan dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
menjelaskan perihal mengenai orang
dalam Hukum Perdata: Pengertian 1. Wewenang untuk mempunyai hak
Subjek Hukum, Kewenangan Berhak (rechts bevoegdheid)
serta Kewenangan Bertindak 2. Wewenang untuk
melakukan/menjalankan perbuatan
Sub Pokok Bahasan hukum dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
A. Pengertian Subjek Hukum
Subjek hukum terdiri dari
B. Kewenangan Berhak
orang (natuurlijk persoon) dan badan
C. Kewenangan Bertindak
hukum (rehts persoon). Orang dalam
arti hukum terdiri dari manusia
Uraian: pribadi dan badan hukum. Manusia
pribadi adalah subjek hukum dalam
A. Pengertian Subjek Hukum arti biologis, sebagai gejala alam,
sebagai mahluk budaya yang berakal
Istilah subyek hukum berasal
dan lainnya termasuk mempunyai
dari terjemahan recht subject
keinginan (kawin) sebagai manusia
(Belanda) atau law of subject
pribadi mahluk ciptaan Tuhan.
(Inggris). Pada umumnya subjek
hukum diartikan sebagai pendukung Ada dua pengertian manusia,
hak dan kewajiban. Pengertian subyek yaitu biologis dan yuridis. Di dalam
hukum, menurut Algra adalah setiap Kamus Besar Bahasa Indonesia
orang yang mempunyai hak dan disebutkan bahwa manusia adalah
kewajiban, jadi mempunyai wewenang makhluk yg berakal budi (mampu
hukum (recht bevoegheid) dan menguasai makhluk lain), sedangkan
kewajiban hukum. Pengertian Chidir Ali mengartikan manusia adalah
wewenang hukum (recht bevoegheid) makhluk yang berwujud dan berohani,
adalah kewenangan untuk mempunyai yang berasa, yang berbuat dan
hak dan kewajiban untuk menjadi menilai, berpengatahuan dan
subjek dari hak-hak. berwatak. Pengertian ini difokuskan
pada pengertian manusia secara
biologis di mana manusia mempunyai
akal yang
membuatnya berbeda dengan negara adalah sama kedudukannya
makhluk lain. Namun secara yuridis, di dalam hukum.
para ahli berpendapat bahwa manusia
sama dengan orang (persoon) dalam Badan hukum (recht persoon)
hukum. Ada 2 (dua) alasan manusia adalah subjek hukum ciptaan
disebut dengan orang (persoon), manusia pribadi berdasarkan
yaitu: manusia mempunyai hak-hak hukum, yang diberi hak dan
subyektif dan kewenangan hukum. kewajiban seperti manusia pribadi.
Dalam hal ini kewenangan hukum Badan hukum adalah subjek hukum
berarti kecakapan untuk menjadi dalam arti yuridis, sebagai badan
subyek hukum, yaitu sebagai ciptaan manusia berdasarkan hukum,
pendukung hak dan kewajiban. yang mempunyai hak dan kewajiban
sebagai manusia pribadi, namun
Pengakuan sebagai subjek
tidak memiliki akal, perasaan dan
hukum, misalnya dapat dilihat dalam
lainnya termasuk tidak dapat
Pasal 2 ayat (1) KUH Perdata, jika
menerima warisan sebagaimana
seorang anak yang ada dalam
manusia pribadi karena badan
kandungan dianggap telah lahir (ada)
hukum adalah badan ciptaan
apabila kepentingannya
manusia pribadi berdasarkan hukum.
menghendaki, sedangkan bila anak
terlahir meninggal pada saat Menurut Soemitro, suatu badan
dilahirkan maka dianggap tidak yang dapat mempunyai harta
pernah ada. Dalam hal ini punya arti kekayaan, hak serta kewajiban seperti
penting pengakuan manusia pribadi orang-orang pribadi. Pendapat lain
sebagai subjek hukum telah berpendapat bahwa badan hukum
mendapat pengakuan sejak anak adalah kumpulan orang-orang yang
masih dalam kandungan jika bersama-sama bertujuan untuk
kepentingan anak menghendaki. mendirikan suatu badan, yaitu (1)
Contoh, menerima warisan, menerima berwujud himpunan, dan (2) harta
hibah. kekayaan yang disendirikan untuk
tujuan tertentu, dan ini dikenal dengan
Oleh karena itu, tidak ada satu
yayasan (Sri Soedewi Masjchoen)
hukuman yang dapat mengakibatkan
kematian perdata (burgerlijke dood) Kalau dilihat dari pendapat
atau kehilangan segala hak perdata. tersebut badan hukum dapat
Berarti betapapun kesalahan yang dikategorikan sebagai subjek hukum
dilakukan oleh seseorang (warga sama dengan manusia disebabkan
negara) sampai jatuhnya putusan karena:
pengadilan, maka putusan pengadilan
1. Badan hukum itu mempunyai
tersebut tidak dapat menghilangkan
kekayaan sendiri
kedudukannya sebagai pendukung
2. Sebagai pendukung hak dan
hak dan kewajiban perdata (Pasal
kewajiban
3 KUH Perdata). Indonesia sebagai
3. Dapat menggugat dan digugat di
negara hukum mengakui manusia
muka pengadilan
pribadi sebagai subjek hukum
4. Ikut serta dalam lalu lintas
sebagaimana ditegaskan di dalam
melakukan jual beli
UUD 1945, bahwa semua warga
5. Mempunyai tujuan dan kepentingan
Terdapat 3 (tiga) macam menurut UU. Pengakuan itu
klasifikasi badan hukum berdasarkan diberikan oleh pemerintah karena isi
eksistensinya, yaitu: anggaran dasarnya tidak dilarang
1. Badan hukum yang berbentuk oleh oleh UU, tidak bertentangan dengan
pemerintah (penguasa), contoh, ketertiban umum, tidak bertentangan
badan-badan pemeritah, dengan kesusilaan dan badan
Perusahaan Negara (Perum). hukum itu tidak akan melanggar
undang-undang. Pengakuan
2. Badan hukum yang diakui oleh diberikan melalui pengesahan
pemerintah (penguasa), contoh: anggaran dasar.
Perseroan Terbatas (PT), Koperasi.
Badan hukum yang
3. Badan hukum yang diperbolehkan diperbolehkan adalah yang tidak
atau untuk suatu tujuan tertentu dibentuk oleh pemerintah dan tidak
bersifat ideal, contoh, yayasan memerlukan pengakuan dari
(pendidikan, sosial, keagamaan) pemerintah menurut undang-
undang, tapi diperbolehkan karena
tujuannya yang bersifat ideal di
Badan hukum yang dibentuk bidang sosial. Contoh, Yayasan
oleh pemerintah adalah badan Pendidikan, Yayasan Ilmu
hukum yang sengaja diadakan oleh Pengetahuan, Yayasan Keagamaan,
pemerintah untuk kepentingan Yayasan Kebudayaan. Untuk
negara, baik lembaga-lembaga memastikan Anggaran Dasar Badan
negara maupun perusahaan milik hukum ini tidak bertentangan
negara. Badan hukum ini dibentuk dengan ketertiban umum, tidak
oleh pemerintah untuk kepentingan bertentangan dengan kesusilaan,
negara, badan hukum ini dibentuk maka akta pendirian yang memuat
dengan Undang-Undang (UU) atau anggaran dasar harus dibuat
dengan Peraturan Pemerintah (PP). dihadapan Notaris.
Pembentukan dengan UU maka
pembentukan hukum itu adalah Berdasarkan segi kewenangan
Presiden bersama perwakilan rakyat, hukum yang diberikan kepada badan
sedangkan yang dibentuk dengan PP hukum, maka badan hukum dapat
maka pembentukan badan hukum itu diklasifiksikan menjadi 2 (dua)
adalah Presiden sebagai kepala macam, yaitu:
pemerintahan. 1. Badan Hukum Publik
Badan hukum yang diakui (kenegaraan), yaitu badan
oleh pemerintah adalah badan hukum yang dibentuk oleh
hukum yang dibentuk oleh pihak pemerintah, diberi wewenang
swasta/pribadi warga negara untuk menurut Hukum Publik, misalnya
kepentingan pribadi pembentukannya departemen pemerintah, lembaga
sendiri. Badan hukum tersebut negara seperti MPR, DPR.
mendapat pengakuan dari pemerintah 2. Badan Hukum Privat
(keperdataan), yaitu badan
hukum yang dibentuk oleh
pemerintah atau swasta, diberi
kewenangan menurut Hukum Perdata.
Berdasarkan segi tujuan paling mutlak adalah Hak Milik
keperdataan yang hendak dicapai (Eigendom). Benda yang dilekati oleh
oleh badan hukum itu, maka badan Hak Eigendom dapat dipergunakan
hukum perdata dapat diklasifikasikan untuk apa saja oleh Eigener-nya
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: (dalam batas-batas tertentu) dan Hak
1. Badan Hukum yang bertujuan Eigendom ini dapat dipertahankan
memperoleh laba, terdiri dari terhadap siapa saja.
Perusahaan Negara, yaitu Hak Mutlak dapat dibagi 3
Perusahaan Umum (Perum), (tiga), yaitu:
Perseroan Terbatas (PT),
Perusahaan Jawatan (Perjan). 1. Hak-hak kepribadian, yaitu hak
2. Badan Hukum yang bertujuan individu atas kehidupannya,
memenuhi kesejahteraan para badannya, kehormatan dan nama
anggotanya, yaitu Koperasi. baiknya.
3. Badan Hukum yang bertujuan 2. Hak- hak keluarga, hak-hak yang
bersifat ideal di bidang sosial, timbul dari hubungan
pendidikan, ilmu pengetahuan kekeluargaan seperti kekuasaan
(seperti yayasan, organisasi orang tua, perwalian, kekuasaan
keagamaan, lembaga wakaf). suami terhadap istri dan harta
bendanya. Hak ini dijalankan
B. Kewenangan Berhak seiring dengan adanya kewajiban
dari pihak lain.
Kewenangan berhak adalah
3. Hak-hak kebendaan, seperti Hak
kewenangan untuk mendapatkan
segala sesuatu yang dapat memenuhi
Eigendom yang selanjutnya dibagi
dalam hak atas benda yang
kebutuhan asasinya yang diberikan
berwujud dan yang tidak
orang lain dari dia lahir sampai dia
berwujud. Hak milik intelektual
mati. Kewenangan berhak tidak
juga termasuk dalam kategori ini.
sekaligus ada dengan kewenangan
berbuat. Hak Nisbi (relatif) adalah hak
Hak adalah segala sesuatu yang hanya memberikan kewenangan
yang dapat memenuhi kebutuhan terhadap seseorang atau lebih dari
asasinya yang diberikan orang lain. seseorang tertentu yang ber-
Terdapat 2 (dua) macam hak, yaitu kewajiban mewujudkan kewenangan
Hak Mutlak dan Hak Nisbi. Hak Mutlak berhaknya (contoh, hak menagih).
adalah hak yang dapat diberlakukan Jadi, yang penting orang dapat
pada setiap orang, di samping mengharapkan suatu prestasi dari
wewenang dari orang yang berhak, orang lain. Hak Nisbi termasuk di
ada kewajiban dari setiap orang untuk dalamnya beberapa hak kekeluargaan
menghormati hak tersebut. Pada hak dan semua hak harta kekayaan yang
mutlak terdapat kewenangan orang tidak termasuk ke dalam hak mutlak.
yang berhak untuk berbuat. Hak yang Hubungan hukum yang nisbi ini
dikenal dengan istilah Verbintenis
atau Perutangan /Perikatan.
Pada dasarnya manusia namun tidak semua manusia mempunyai
mempunyai hak sejak dalam kewenangan dan kecakapan untuk melakukan
kandungan (Pasal 2 KUH Perdata), perbuatan hukum. Orang yang dapat melakukan
perbuatan adalah orang yang telah seseorang yang sifatya membatasi,
dewasa dan atau sudah kawin. Ukuran diantaranya:
kedewasaan adalah sudah berumur 21
tahun dan atau sudah kawin. 1. Tempat tinggal, misalnya dalam
Sedangkan orang yang tidak cakap Pasal 3 PP No.24 Th.1960 dalam
melakukan perbuatan hukum, adalah Pasal 1 PP No. 41 Tahun 1964
(1) orang yang sudah dewasa; (2) (tambahan Pasal 3a s/d 3c) jo
orang yang berada dibawah Pasal 1 ayat 2 UUPA disebutkan
pengampunan atau pengawasan; (3) larangan pemilikan tanah pertanian
Kurang cerdas; (4) sakit ingatan (Pasal oleh orang yang bertempat tinggal
1331 KUH Perdata) diluar kecamtan tempat letak
tanahnya (tanah absensi).
Hukum Perdata juga 2. Kewarganegaraan, misalnya dalam
memandang bahwa setiap manusia Pasal 21 UUPA disebutkan bahwa
mempunyai hak yang sama, baik itu hanya WNI yang berhak memiliki
manusia yang sudah dewasa ataupun hak milik (berupa tanah).
manusia yang masih belum dewasa,
maka hak-haknya tetaplah sama. C. Kewenangan Berbuat
Berakhirnya seseorang sebagai
Pada dasarnya, setiap manusia
pendukung hak dan kewajiban dalam
memiliki kewenangan berhak, yakni
Hukum Perdata adalah apabila ia
kewenangan berhak untuk dilakukan
meninggal dunia. Pertanyaan, apakah
atau melakukan apa saja sesuai
manusia yang tidak normal memiliki
dengan ketentuan aturan. Hanya saja
kewenangan berhak? Dalam
tidak semua manusia mempunyai
kenyataan setiap manusia atau setiap
kewenangan berbuat atau
individu itu mempunyai atau
kewenangan bertindak. Kewenangan
mampu
berbuat adalah kewenangan
bertanggungjawab atas segala
seseorang untuk berbuat hukum pada
perbuatan yang dilakukan.
umumnya. Berbuat hukum adalah
Kewenangan berhak adalah
melakukan perbuatan- perbuatan yang
mengandung pengertian kewenangan
diatur oleh hukum (menimbulkan
setiap manusia pribadi yang
akibat hukum) dan kalau dilanggar
berlangsung terus menerus hingga
akan ada sanksinya. Kewenangan
akhir hayatnya. Kewenangan berhak
berbuat ada ketika seseorang sudah
setiap manusia tidak dapat ditiadakan
dewasa (Pasal 330 KUH Perdata) atau
oleh suatu ketentuan hukum apapun.
sudah kawin.
Ada beberapa faktor yang
Oleh karena itu, setiap manusia
mempengaruhi kewenangan berhak
yang mempunyai kewenangan berhak
belum tentu mempunyai kewenangan
berbuat atau bertindak. Contoh,
seseorang yang sudah mandiri
dikatakan cakap untuk melakukan
perbuatan hukum. Sebaiknya
dikatakan belum dewasa apabila orang
tersebut belum mandiri dan belum
berkeluarga.
Undang-Undang Dasar 1945 1. Orang yang masih di bawah umur
melalui Pasal 2 Aturan Peralihan (belum mencapai umur 21 tahun
menyatakan bahwa, ketentuan produk atau belum dewasa);
kolonial masih dapat diberlakukan 2. Orang yang tidak sehat pikirannya
sebelum dibentuk undang-undang (gila), pemabuk dan pemboros,
yang baru. Sampai sekarang belum yakni mereka yang ditaruh di
ada undang-undang baru yang bawah curatele (pengampuan).
meneruskan pengertian dewasa dan Apabila perbuatan hukum
belum dewasa. Oleh karena itu, dilakukan oleh orang yang tidak
ketentuan dewasa dan belum dewasa wenang berbuat atau tidak cakap,
produk kolonial masih berlaku. maka perbuatan hukumnya dapat
Misalnya, Pasal 330 KUH Perdata, dimintakan pembatalannya
untuk golongan Eropa, Stbl. 1924 No.
(vermetigbaarheid). Tetapi perbuatan
556, untuk golongan Orang Timur
hukum tersebut, sejak saat dibuat
Asing. Contoh lainnya, adalah Undang-
sampai dinyatakan batal, tetap sah.
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Apabila sudah dibatalkan maka
Perkawinan, maka konsep dewasa dan
kembali seperti semula, dianggap
tidak dewasa menjadi berubah. Di
perjanjian tidak pernah ada.
dalam UUP tersebut bahwa izin orang
tua bagi orang yang akan Kewenangan dan kecakapan,
melangsungkan perkawinan jika belum keduanya merupakan hal yang serupa.
mencapai umur 20 tahun bagi wanita Kewenangan dan kecakapan menjadi
yang akan melangsungkan penting ketika dihadapkan pada
perkawinan. Anak yang belum berusia sahnya subyek hukum dalam
18 tahun, belum pernah kawin dan melakukan perbuatan hukum tertentu.
berada di bawah kekuasaan orang tua. Orang yang cakap (wenang
Anak yang belum mencapai usia 18 melakukan perbuatan hukum)
tahun, belum pernah kawin dan tidak menurut UU adalah:
berada di bawah kekuasaan orang tua,
1. Orang yang dewasa (di atas 18
tetapi berada di bawah kekuasaan
tahun) atau pernah
wali.
melangsungkan perkawinan
Menurut hukum, setiap orang 2. Tidak dibawah pengampuan, yaitu
tiada terkecuali dapat memiliki hak- orang dewasa tapi dalam keadaan
hak, akan tetapi di dalam hukum dungu, gila, pemboros, dll.
tidaklah semua orang diperbolehkan 3. Tidak dilarang oleh UU, misal
bertindak sendiri di dalam orang yang dinyatakan pailit oleh
melaksanakan hak-haknya itu. Ada UU dilarang untuk melakukan
beberapa golongan orang yang oleh perbuatan hukum.
hukum telah dinyatakan “tidak cakap”
Menurut hukum manusia
atau “kurang cakap” untuk bertindak
pribadi (natuurlijk person)
sendiri dalam melakukan perbuatan-
mempunyai hak dan kewajiban, akan
perbuatan hukum, tetapi mereka itu
tetapi tidak selalu cakap hukum
harus diwakili atau dibantu oleh orang
(rechts bekwaam) untuk melakukan
lain. Mereka yang oleh hukum telah
perbuatan hukum. orang-orang yang
dinyatakan tidak cakap untuk
menurut undang- undang tidak cakap
melakukan sendiri perbuatan hukum
untuk melakukan perbuatan hukum
adalah:
adalah:
1. Orang yang belum dewasa, yaitu tidak setiap orang cakap untuk untuk
anak yang belum mencapai umur
18 tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan (Pasal
1330 KUH Perdata jo. Pasal 47 UU
Nomor 1 Tahun 1974)
2. Orang-orang yang ditaruh di bawah
pengampuan, yaitu orang-orang
dewasa tapi dalam keadaan dungu,
gila, mata gelap, dan pemboros
(Pasal 1330 KUH Perdata jo. Pasal
433 KUH Perdata);
3. Orang-orang yang dilarang undang-
undang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan hukum
tertentu, misalnya orang
dinyatakan pailit (Pasal 1330 KUH
Perdata jo. Undang-undang
Kepailitan).

Jadi orang yang mempunyai


kecakapan untuk melakukan
perbuatan hukum (recht
bekwamheid) adalah orang yang
dewasa dan sehat akal pikirannya
serta tidak dilarang oleh suatu
undang-undang untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu. Orang-
orang yang belum dewasa dan orang-
orang yang ditaruh di bawah
pengampuan (curatele) dalam
melakukan perbuatan hukum diwakili
oleh orang tuanya, walinya atau
pengampunya (curator), sedangkan
penyelesaian utang piutang orang-
orang yang dinyatakan pailit
dilaksanakan oleh Balai Harta
Peninggalan (weeskamer).

Selanjutnya apabila
dihubungkan dengan kecakapan
hukum (rechts bekwaamheid) dan
kewenangan hukum (rechts
bevoegdheid), maka uraian di atas
menunjukkan bahwa setiap orang
adalah subyek hukum, yakni
pendukung hak dan kewajiban, namun
melakukan perbuatan Jakarta.
hukum. Dan orang yang Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum
cakap untuk melakukan Perdata, Intermasa, Jakarta.
perbuatan hukum (rechts Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum
bekwaam) tidak selalu Perdata dalam Sistem
berwenang untuk Hukum Nasional, Intermasa,
melakukan perbuatan Jakarta.
hukum (rechts bevoegd).
Dengan demikian
kecakapan hukum (rechts Catatan:
bekwaamheid) adalah
Setelah selesai Pokok Bahasan ini akan
syarat umum, sedangkan
dilaksanakan Quis.
kewenangan hukum (rechts
bevoegdheid) adalah syarat
untuk melakukan perbuatan
hukum.

Literatur :

Kansil, SH., 1989,


Pengantar Ilmu
Hukum dan Tata
Hukum Indonesia,
Balai Pustaka,
Jakarta.

Riduan Syahrani, 2004,


Seluk Beluk dan
Azas-azas Hukum
Perdata, Alumni,
Bandung.

Salim HS, 2004, Pengantar


Hukum Perdata
Tertulis (BW),
Cetakan Ke-4,
Yogyakarta.

Soeroso. R, 2007,
Perbandingan
Hukum Perdata,
Sinar Grafika,
Jakarta.

Subekti dan R. Tjitrosudibio,


2001, Kitab
Undang-undang
Hukum Perdata,
Pradnya Paramita,
Soal Latihan:

1. Jelaskan tentang subjek hukum dan


siapa saja sebagai subjek hukum?
2. Jelaskan tentang kewenangan
berhak dan siapa saja yang
mempunyai wenang berhak?
3. Jelaskan tentang kewenangan
berbuat dan siapa saja yang
mempunyai wenang berbuat?
4. Sebutkan dan jelaskan siapa saja
yang tidak wenang berbuat?
5. Jelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kewenangan berhak
seseorang?
BAB IV
HUKUM PERKAWINAN

Tujuan Instruksional Khusus Berbeda dengan Undang-


undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Mahasiswa akan dapat mengetahui Perkawinan, Pasal 1 menyatakan
dan menjelaskan tentang Hukum bahwa perkawinan adalah ikatan lahir
Perkawinan: Pengertian Hukum batin antara seorang pria dengan
Perkawinan, Syarat-syarat Sah seorang wanita sebagai suami istri
Perkawinan, Perjanjian Perkawinan, dengan tujuan membentuk keluarga
Hak dan Kewajiban Suami Istri, yang bahagia dan kekal berdasarkan
Perceraian serta Pemisahan Harta Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kekayaan
Berdasarkan rumusan tersebut,
Sub Pokok Bahasan bahwa perkawinan bukan saja ikatan
lahir batin tetapi mengikat kedua
A. Pengertian Hukum Perkawinan belah pihak. Sebagai ikatan lahir batin
B. Syarat-syarat Sah Perkawinan perkawinan, perkawinan adalah ikatan
C. Perjanjian Perkawinan jiwa karena adanya kemauan yang
D. Hak dan Kewajiban Suami Istri sama, yang ikhlas sebagai suami isteri.
E. Perceraian Perkawinan sah apabila dilakukan
F. Pemisahan Harta Kekayaan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya.
Uraian:
B. Syarat-syarat Sah Perkawinan
A. Pengertian Hukum
Perkawinan Dalam KUH Perdata, untuk
melaksanakan perkawinan yang sah,
Perkawinan adalah pertalian
maka harus memenuhi syarat-syarat
yang sah antara seorang laki-laki dan
sahnya perkawinan, yaitu:
seorang perempuan untuk waktu yang
lama. Dalam Pasal 26 KUH Perdata, 1. Kedua pihak telah berumur sesuai
perkawinan hanya dilihat sebagai dengan yang ditetapkan undang-
hubungan keperdataan saja. undang, yaitu seorang laki-laki 18
Perkawinan hanya sah jika memnuhi tahun dan untuk perempuan 15
syarat-syarat yang ditetapkan di dalam tahun;
KUH Perdata, termasuk di dalam 2. Harus ada persetujuan dari ke dua
berpoligami adalah suatu pelanggaran pihak;
terhadap ketertiban umum, artinya 3. Untuk seorang perempuan yang
perkawinan tersebut dapat dibatalkan. sudah pernah kawin harus lewat
300 hari sesudah putusnya perkawinan;
4. Tidak ada larangan dahm undang- mengetahui yang calon mempelai
undang bagi kedua pihak; berada di bawah curatele.
5. Untuk pihak yang masih di bawah
umur, harus ada izin dari orang Surat-surat yang harus
tua atau walinya. diserahkan kepada Pegawai
Pencatatan Sipil agar ia dapat
Sebelum perkawinan melangsungkan pernikahan, ialah :
dilangsungkan, harus dilakukan lebih
dahulu, yaitu: 1. surat kelahiran masing-masing
pihak;
1. pemberitahuan (aangifte) tentang 2. surat pernyataan dari Pegawai
kehendak akan kawin kepada Pencatatan Sipil tentang adanya
Pegawai Pencatatan Sipil izin orang tua, izin mana juga
(Ambtenaar Burgerlijke Stand), dapat diberikan dalam surat
yaitu pegawai yang nantinya akan perkawinan sendiri yang akan
melangsungkan pernikahan; dibuat itu;
2. pengumuman (afkondiging) oleh 3. proses verbal dari mana ternyata
pegawai tersebut, tentang akan perantaraan Hakim dalam hal
dilangsungkan pernikahan itu. perantaraan ini dibutuhkan;
4. surat kematian suami atau isteri
Terhadap beberapa orang oleh atau putusan percerai-an
undang-undang diberikan hak untuk perkawinan lama;
mencegah atau menahan (stuiten) 5. surat keterangan dari Pegawai
dilangsungkannya pernikahan, yaitu: Pencatatan Sipil yang menyatakan
telah dilangsungkan pengumuman
1. kepada suami atau isteri serta dengan tiada perlawanan dari
anak-anak dari sesuatu pihak yang sesuatu pihak;
hendak kawin; 6. dispensasi dari Presiden (Menteri
2. kepada orang tua kedua belah Kehakiman), dalam hal ada suatu
pihak; larangan untuk kawin.
3. kepada jaksa (officier van
justitie). Pegawai Pencatatan Sipil
berhak menolak untuk melangsungkan
Seorang suami dapat
pernikahan, apabila ia menganggap
menghalang-halangi perkawinan yang
surat-surat kurang cukup. Dalam hal
kedua dari isterinya dan sebaliknya si
yang demikian, pihak-pihak yang
isteri dapat menghalang-halangi
berkepentingan dapat memajukan
perkawinan yang kedua dari
permohonan kepada Hakim untuk
suaminya, sedangkan anak-anak pun
menyatakan bahwa surat-surat itu
dapat mencegah perkawinan yang
sudah mencukupi.
kedua dari si ayah atau ibunya. Orang
tua dapat mencegah pernikahan, Pada asasnya seorang yang
jikalau anaknya belum mendapat izin hendak kawin diharuskan menghadap
dari mereka. Sebagai alasan bahwa sendiri di muka Pegawai Burgerilijkle
setelah mereka memberikan izin Stand itu dengan membawa dua
kemudian mereka orang saksi. Hanya dalam keadaan
yang luar
biasa dapat diberikan izin oleh Menteri dalam hal suatu perkawinan
Kehakiman untuk mewakilkan orang dibatalkan, undang-undang telah
lain menghadap yang harus menetapkan sebagai berikut:
dikuasakan secara otentik.
1. jika sudah dilahirkan anak-anak
Suatu perkawinan yang dari perkawinan tersebut, anak-
dilangsungkan di luar negeri sah, anak ini tetap mempunyai
apabila dilangsungkan menurut cara kedudukan sebagai anak yang sah;
yang berlaku di negeri asing yang 2. pihak yang berlaku jujur tetap
bersangkutan, asal tidak bertentangan memperoleh perkawinan tersebut
dengan negeri asal. hak-hak yang semestinya didapat
sebagai suami istri.
Menurut Undang-undang
3. orang-orang pihak ketiga yang
Perkawinan, syarat-syarat sah
berlaku jujur tidak boleh dirugikan
perkawinan adalah :
karena pembatalan perkawinan.

1. Adanya persetujuan kedua


Larangan untuk kawin bahwa
mempelai;
seorang tidak diperbolehkan kawin
2. adanya izin dari kedua orang tua
dengan saudaranya, meskipun
atau wali;
saudara tiri, seorang tidak
3. usia calon pria 19 tahun dan
diperbolehkan kawin dengan iparnya,
wanita 16 tahun;
seorang paman dilarang kawin dengan
4. antara calon pria dan wanita tidak
keponakannya dan sebagainya.
ada hubungan keluarga yang
tidak boleh kawin;
Izin kedua orang tua harus
5. tidak berada dalam ikatan
memberikan izin atau ada kata
perkawinan dengan pihak yang
sepakat antara ayah dan ibu masing-
lain;
masing pihak. Jikalau ada wali pun
6. bagi suami isteri yang telah
harus mem- berikan izin dan kalau
bercerai lalu kawin lagi dan
wali hendak kawin dengan anak yang
bercerai, agama dan kepercayaan
di bawah pengawasannya, harus ada
mereka tidak melarang kawin
izin dari wali pengawas (toeziende
ketiga kalinya;
voogd). Kalau kedua orang tua sudah
7. tidak berada dalam masa tunggu
meninggal, yang memberikan izin ialah
bagi mempelai wanita.
kakek nenek, baik pihak ayah maupun
pihak ibu, sedangkan izin wali masih
Pembatalan perkawinan pada
pula tetap diperlukan.
asasnya bertujuan mengembalikan
keadaan seperti pada waktu perbuatan
Anak-anak yang lahir di luar
yang dibatalkan itu belum terjadi,
perkawinan, tetapi diakui oleh orang
tetapi dalam hal suatu perkawinan
tuanya, maka berlaku pokok aturan
dibatalkan, tidak boleh kita
yang sama dengan pemberian izin,
beranggapan seolah-olah tidak pernah
kecuali jikalau tidak terdapat kata
terjadi suatu perkawinan, karna terlalu
sepakat antara kedua orang tua, maka
banyak kepentingan dari berbagai
dapat diminta campur tangan hakim
pihak harus dilindungi. Oleh
dan kakek nenek tidak menggantikan
karenanya,
orang tua dalam hal memberikan izin. Jika menurut UUP, bahwa harta
asal dan harta bersama tetap tidak
Bagi anak yang sudah dewasa, tetapi
bersatu meskipun adanya perkawinan.
belum berumur 30 tahun masih diperlukan izin
Harta asal adalah harta yang dibawa
dari orang tuanya. Tetapi kalau mereka tidak
masing-masing suami/istri ke dalam
memberikan izin, maka anak dapat meminta
perkawinan, di mana pengurusannya
perantara hakim. Dalam waktu 3 (tiga) minggu,
diserahkan pada masing-masing pihak,
hakim akan memanggil orang tua dan anak
sedangkan harta bersama adalah
untuk mendengar penjelasan dalam sidang
harta yang diperoleh selama
tertutup. Apabila orang tua tidak datang
perkawinan.

Pasal 147 KUH Perdata,


menghadap perkawinan akan menegaskan bahwa perjanjian
dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) perkawinan harus dibuat dengan akta
C. Perjanjian Perkawinan
bulan.
notaris sebelum perkawinan
berlangsung, sedangkan pada Pasal 29
Menurut KUH Perdata, sejak
(1) UUP menegaskan bahwa pada
adanya perkawinan, maka harta
waktu sebelum perkawinan
kekayaan suami istri baik harta asal
berlangsung kedua belah pihak atas
maupun harta bersama sebagai suami
persetujuan bersama dapat
dan istri menjadi bersatu, kecuali ada
mengadakan perjanjian tertulis yang
perjanjian perkawinan. Jadi, perjanjian
disahkan oleh Pegawai Pencatat
perkawinan adalah kesepakatan untuk
Perkawinan setelah mana isinya
memisahkan dan mengurus harta
berlaku juga terhadap pihak ketiga
masing-masing dalam perkawinan
sepanjang pihak ketiga tersangkut.
sebagai suami istri.
Oleh karena itu, keabsahan perjanjian
perkawinan tersebut cukup dihadapan
Menurut UU No. 1 Tahun 1974
Pegawai Pencatat Nikah.
tentang Perkawinan (UUP), perjanjian
perkawinan adalah kesepakatan yang
Dalam Pasal 152 KUH Perdata
dibuat oleh calon suami dengan calon
menegaskan juga bahwa, perjanjian
isteri pada waktu atau sebelum
perkawinan tidak berlaku terhadap
perkawinan dilangsungkan, perjanjian
pihak ketiga sebelum didaftar di
mana dilakukan secara tertulis dan
kepaniteraan Pengadilan Negeri di
disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah
daerah hukum berlangsungnya
dan isinya juga berlaku terhadap pihak
perkawinan itu atau jika perkawinan
ketiga sepanjang diperjanjikan.
berlangsung di luar negeri maka di
Perjanjian perkawinan itu mulai
kepaniteraan di mana akta perkawinan
berlaku sejak perkawinan berlangsung
dibukukan. Berbeda dengan Pasal
dan tidak boleh diubah kecuali atas
29
persetujuan kedua belah pihak dengan
(4) UUP, bahwa pada waktu sebelum
syarat tidak merugikan pihak ketiga
perkawinan berlangsung kedua belah
yang tersangkut.
pihak atas persetujuan bersama dapat
mengadakan perjanjian tertulis yang
disahkan oleh Pegawai Pencatat
Perkawinan setelah mana isinya
berlaku juga terhadap pihak ketiga
sepanjang pihak ketiga tersangkut.
Jadi, berlaku mengikat terhadap pihak Pada dasarnya, perjanjian
ketiga sepanjang termuat dalam kawin perlu dibuat dalam rangka
perjanjian perkawinan tersebut. antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak
Berdasarkan uraian tersebut, terlihat diinginkan dalam perkawinan, antara
perbedaan tentang perjanjian lain perceraian, hutang piutang
perkawinan menurut KUH Perdata dengan pihak ketiga yang dilakukan
dengan UUP, terletak pada keabsahan oleh suami/isteri. Berdasarkan Pasal
dan kekuatan mengikatnya terhadap 119 KUH Perdata dan Pasal 29 UUP,
pihak ketiga. kedua asas itu bisa dilakukan
penyimpangan, dengan membuat
KUH Perdata mengatur “azas
perjanjian perkawinan.
percampuran bulat” sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 119 KUH Perjanjian perkawinan harus
Perdata, yang berarti bahwa kekayaan dibuat dengan suatu akta notaris
suami istri yang dibawanya ke dalam sebelum waktu dilangsungkannya
perkawinan itu dicampur menjadi satu perkawinan, untuk kemudian
menjadi harta persatuan, harta didaftarkan ke Pengadilan Negeri
kekayaan mereka bersama. Jika setempat. Perjanjian perkawinan mulai
mereka bercerai (meskipun baru 1 efektif berlaku bagi pasangan suami
bulan menikah), maka kekayaan istri setelah dilangsungkannya
mereka itu harus dibagi 2, masing- perkawinan, sedangkan untuk pihak
masing ½ bagian. Berbeda dengan ketiga baru berlaku mulai hari
UUP yang mengikuti Pola Hukum Adat pendaftarannya di Pengadilan Negeri.
menganut “azas perpisahan harta” Bila perkawinan dilangsungkan pada
sebagaimana tercermin dalam Pasal hari yang sama dengan dibuatnya
35 UUP, yang menentukan bahwa perjanjian perkawinan, maka harus
harta yang dibawa oleh masing- dibuat jamnya. Perubahan perjanjian
masing suami-istri (harta bawaan) perkawinan selama perkawinan
tetap menjadi milik masing-masing, menurut Pasal 149 KUH Perdata tidak
yang dicampur menjadi satu hanyalah dapat dilakukan, sedangkan menurut
harta yang diperoleh dari usaha Pasal 29 ayat (4) UUP perjanjian
bersama selama pernikahan (gono perkawinan hanya dapat dirubah jika
gini/harta bersama). keduanya setuju dan tidak merugikan
pihak ketiga.
Dalam SEMA tanggal 20-8-
1975, diumumkan bahwa UUP yang Perjanjian perkawinan tidak
sudah ada adalah peraturan tentang akan berlaku jika tidak diikuti dengan
syarat-syarat dan tata cara untuk perkawinan (Pasal 154 KUH Perdata).
perkawinan, namun karena peraturan Orang yang dapat membuat perjanjian
mengenai harta perkawinan tidak perkawinan adalah mereka yang
memerlukan peraturan pelaksanaan mempunyai syarat untuk menikah
dan juga tidak disebutkan dalam PP pada waktu perjanjian itu dibuat
Nomor 9 Tahun 1975 tentang (Pasal 7 UUP: pria 19 tahun, wanita 16
pelaksanaan UUP, maka Pasal 35 UUP tahun) dan yang berada di bawah
sudah dianggap berlaku untuk semua pengampuan harus dibantu oleh
pernikahan. mereka yang diperlukan ijinnya untuk
melangsungkan pernikahan (Pasal 151 dapat diadakan penyimpangan untuk
dan 151 KUH Perdata). “mengurangi” kekuasaan suami
tersebut, sehingga istri dalam hal
Isi perjanjian perkawinan
harta benda perkawinan mempunyai
terserah kepada dua belah pihak, asal
lebih besar kekuasaan/ kebebasan.
saja tidak bertentangan dengan
Dalam hal tersebut dapat diadakan 2
ketertiban umum dan kesusilaan, dan
penyimpangan:
selain itu juga tidak boleh
menyimpang dari ketentuan-ketentuan 1. dapat diperjanjikan bahwa si istri
dalam Pasal 140, 142 dan 143 KUH akan tetap mengurus harta
Perdata, yaitu: bendanya sendiri baik bergerak
maupun tidak bergerak, dan
1. Mengurangi hak suami baik
menikmati sendiri segala
sebagai suami maupun sebagai
pendapatan pribadinya (hanya
kepala (persatuan) rumah tangga.
tindakan pengurusan, bukan
2. Menyimpang dari hak-hak yang
tindakan pemilikan).
timbul dari kekuasaan sebagai
2. barang-barang tidak bergerak,
orang tua.
surat berharga serta
3. Mengurangi hak-hak yang
piutang atas nama yang tercatat
diperlukan undang-undang kepada
atas nama istri, baik yang dibawa
yang hidup terlama.
pada waktu perkawinan maupun
4. Melepaskan haknya sebagai
yang dimasukkannya selama
ahliwaris menurut hukum dalam
perkawinan, tidak boleh dibebani
warisan anak-anaknya atau
atau dipindah tangankan oleh
keturunannya.
suami tanpa sepengetahuan istri.
5. Menetapkan bahwa salah satu
pihak menanggung hutang lebih Beberapa macam perjanjian
banyak dari pada bagiannya dalam perkawinan, yaitu:
keuntungan. (Bila hal ini dilanggar
maka apa yang diperjanjikan itu 1. Perjanjian perkawinan di luar
dianggap sebagai tidak tertulis, persekutuan harta benda. Di
sehingga masing-masing akan antara suami istri diperjanjikan
menerima 1/2 bagian dari tidak adanya persekutuan harta
keuntungan dan memikul 1/2 benda sama sekali. Jadi bukan
bagian dari kerugian). hanya tidak ada persekutuan harta
benda menurut undang-undang,
Suami adalah kepala persatuan tapi juga persekutuan untung dan
rumah tangga dan rugi, persekutuan hasil dan
mengemudikan urusan harta kekayaan pendapatan serta percampuran
milik pribadi istrinya. Tanpa adanya apapun dengan tegas ditiadakan.
perjanjian perkawinan, maka terjadilah 2. Perjanjian perkawinan persekutuan
persekutuan harta antara suami-istri, hasil dan pendapatan. Hanya
dengan suami memegang kekuasaan diperjanjikan adanya persekutuan
sebagai suami dan sebagai kepala hasil dan pendapat saja,
persekutuan rumah tangga. Meskipun sedangkan persekutuan harta
demikian, adanya persatuan harta menurut undang-undang tidak
dengan suatu perjanjian perkawinan ada, hanya
untung yang dibagi, kalau rugi, 4. Hutang masing-masing juga
istri hanya turut memikul hingga menjadi tanggungan masing-
bagiannya dalam keuntungan, masing.
terhadap kerugian selebihnya, istri 5. Biaya rumah tangga dan lain-lain
tidak dapat dituntut. menjadi tanggungan suami.
6. Perabot rumah tangga dan lain-lain
3. Perjanjian perkawinan persekutuan
milik pihak istri.
untung dan rugi. Hanya
7. Pakaian, perhiasan, buku,
diperjanjikan adanya persekutuan
perkakas dan alat-alat yang
untung dan rugi saja, sedangkan
berkenaan dengan pendidikan/
persekutuan menurut undang-
pekerjaan masing-masing adalah
undang tidak ada. Jika dalam
milik pihak yang dianggap
perjanjian perkawinan disebut “di
menggunakan barang itu.
luar persekutuan harta”, maka ada
8. Barang bergerak lain yang karena
persekutuan untung dan rugi. Jika
hibah, warisan atau jalan lain
bila dikehendaki juga tidak adanya
selama perkawinan jatuh pada
persekutuan untung dan rugi,
salah satu pihak, harus dapat
maka harus dinyatakan dengan
dibuktikan asal usulnya.
tegas.
Ada persekutuan harta benda
4. Perjanjian kawin di luar
menurut undang-undang, tetapi (oleh
persekutuan harta benda. Pasal
istri) dikehendaki adanya
139 KUH Perdata dan Pasal 29
penyimpangan, maka perjanjian
UUP, menyatakan bahwa dalam
perkawinan terdiri dari:
perjanjian perkawinan tidaklah
cukup kalau hanya disebut 1. Perjanjian perkawinan dengan
“perjanjian perkawinan di luar diperjanjikan pasal 140 ayat 2 KUH
persekutuan” saja, tetapi harus Perdata.
juga dengan tegas disebut tidak 2. Perjanjian perkawinan dengan
ada persekutuan untung dan rugi, diperjanjikan pasal 140 ayat 3 KUH
jika memang itu dikehendaki. Jika Perdata.
tidak disebut begitu, maka berarti
ada persekutuan untung dan rugi D. Hak dan Kewajiban Suami Istri
(Pasal 144 KUH Perdata).
Suami isteri harus setia satu
Dalam perjanjian perkawinan sama lain, saling membantu, berdiam
dengan modal ini maka: bersama-sama, saling memberikan
nafkah dan bersama-sama mendidik
1. Tidak ada persekutuan dalam anak-anak. Perkawinan oleh undang-
bentuk apapun juga. undang dipandang sebagai suatu
2. Harta masing-masing tetap milik
perkumpulan (echtvereniging). Suami
masing-masing.
ditetapkan menjadi kepala atau
3. Istri berhak mengurus hartanya
pengurusnya. Suami mengurus
sendiri serta bebas memungut
kekayaan mereka bersama di samping
hasilnya, tidak perlu bantuan
berhak juga mengurus kekayaan si
suaminya.
isteri, menentukan tempat kediaman
bersama, melakukan kekuasaan orang tua dan selanjutnya memberikan
bantuan (bijstand) kepada si isteri membuka kemungkinan bagi si isteri
dalam hal melakukan perbuatan- sebelum melangsungkan pernikahan
perbuatan hukum. Hal ini, untuk mengadakan perjanjian
berhubungan dengan ketentuan dalam perkawinan bahwa ia berhak untuk
Hukum Perdata Eropah, bahwa mengurus sendiri kekayaannya. Juga
seorang perempuan yang telah kawin dengan pemisahan kekayaan
tidak cakap untuk bertindak sendiri di (scheiding van goederen) atau
dalam hukum. Kekuasaan seorang dengan pemisahan meja dan tempat
suami di dalam perkawinan itu tidur si isteri dengan sendirinya
dinamakan marital macht. memperoleh kembali haknya untuk
mengurus kekayaan sendiri. Jikalau
Pengurusan kekayaan si isteri suami memberikan bantuan
itu, oleh suami harus dilakukan sebaik- (bijstand), suami isteri itu bertindak
baiknya (als een goed huisuader) dan bersama-sama si isteri untuk dirinya
si isteri dapat minta sendiri dan si suami untuk membantu
pertanggungjawaban tentang isterinya. Jadi mereka itu bersama-
pengurusan itu. Kekayaan suami untuk sama, misalnya pergi ke notaris atau
ini menjadi jaminan, apabila ia sampai menghadap hakim. Menurut Pasal 108
dihukum mengganti kekurangan- KUH Perdata bantuan dapat diganti
kekurangan atau kemerosotan dengan suatu persetujuan tertulis.
kekayaan si isteri yang terjadi karena Dalam hal yang demikian, si isteri
kesalahannya. Pembatasan yang dapat bertindak sendiri dengan
terang dari kekuasaan suami dalam membawa surat kuasa dari suami.
hal mengurus kekayaan isterinya, Bahwa perkataan aktea dalam Pasal
tidak terdapat dalam undang-undang, 108 tersebut, tidaklah berarti surat
melainkan ada suatu pasal yang atau tulisan, melainkan berarti
menyatakan, bahwa suami tak perbuatan hukum. Perkataan tersebut
diperbolehkan menjual atau berasal dari bahasa Perancis, acte
menggadaikan benda-benda yang tak yang berarti perbuatan.
bergerak kepunyaan si isteri tanpa izin
dari si isteri (Pasal 105 ayat 5 KUH Ketidakcakapan seorang isteri
Perdata) itu, di dalam hukum perjanjian
dinyatakan secara tegas dalam Pasal
Sejak mulai perkawinan terjadi, 1330 KUH Perdata, bahwa seorang
suatu percampuran antara kekayaan perempuan yang telah kawin
suami dan kekayaan isteri (aigehele dipersamakan dengan seorang yang
gemeenschap van goederen), jika berada di bawah curatele atau seorang
tidak diadakan perjanjian perkawinan yang belum dewasa. Mereka
(huwelijksvoorwaarden). Keadaan semuanya dinyatakan tidak cakap
yang demikian, akan berlangsung untuk membuat suatu perjanjian.
seterusnya dan tak dapat diubah lagi Tetapi perbedaannya masih ada juga,
selama perkawinan. yaitu seorang isteri bertindak sendiri
(meskipun didampingi oleh suami atau
Pasal 140 KUH Perdata dikuasakan), Se- dangkan orang yang
belum dewasa atau seorang curandus
tidak pernah tampil ke muka dan
selalu harus
diwakili oleh orang tua, wali atau perceraian atau pemisahan kekayaan,
kurator. atau ia sendiri digugat oleh suaminya
untuk mendapat perceraian.
Selanjutnya perlu diterangkan,
bahwa ketidakcakapan seorang isteri, Peraturan tentang ketidak-
hanyalah mengenai perbuatan- cakapan seorang isteri itu oleh
perbuatan hukum yang terletak di Mahkamah Agung dianggap sekarang
lapangan hukum kekayaan dan yang tidak berlaku lagi. Ketentuan Pasal 108
mungkin membawa akibat-akibat bagi KUH Perdata tentang ketidakcakapan
kekayaan si isteri itu sendiri. Terhadap seorang istri itu harus dianggap sudah
ketentuan, bahwa seorang isteri harus dicabut oleh Undang-undang
dibantu oleh suaminya, diadakan Perkawinan, Pasal 31 (1) yang
beberapa kekecualian berdasarkan mengatakan, bahwa suami istri
anggapan, untuk perbuatan-perbuatan masing-masing berhak melakukan
itu si isteri telah mendapat perbuatan hukum.
persetujuan atau kuasa dari suaminya
(veronderstelde machtiging). Akibat-akibat lain dari
Perbuatan-perbuatan si isteri tersebut perkawinan, adalah:
adalah untuk kepentingan rumah
tangga dan apabila si isteri 1. anak-anak yang lahir dari dalam
mempunyai pekerjaan sendiri. perkawinan adalah anak sah
Misalnya pembelian- pembelian di 2. suami menjadi waris dari isteri dan
toko, asal saja dapat dimasukkan begitu sebaliknya, apabila salah
pengertian keperluan rumah tangga satu meninggal dunia di dalam
biasa dan sehari-hari adalah sah dan perkawinan;
harus dibayar oleh suaminya (Pasal 3. oleh undang-undang dilarang jual
109). beli antara suami dan isteri;
4. perjanjian perburuhan antara
Dalam praktek oleh hakim suami dan isteri tak dibolehkan:
dipakai sebagai ukuran nilainya tiap 5. pemberian benda-benda atas
rumah tangga, sehingga misalnya nama tak diperbolehkan antara
pembelian sebuah lemari es bagi isteri suami isteri;
seorang direktur bank dapat dianggap 6. suami tidak diperbolehkan menjadi
sebagai keperluan rumah tangga biasa saksi di dalam suatu perkara
dan sehari-hari akan tetapi tidak isterinya dan begitu sebaliknya.
sedemikian halnya bagi isteri seorang 7. suami tidak dapat dituntut tentang
juru tulis. Suami selalu berhak untuk beberapa kejahatan terhadap
memaklumi kepada para pihak ketiga, isterinya dan begitu sebaliknya,
bahwa ia tidak mengizinkan isterinya seperti pencurian.
untuk bertindak sendiri meskipun
mengenai hal-hal dalam lapangan Hak mengurus kekayaan
rumah-tangga. Bantuan suami juga bersama (gemeenschap) berada di
tidak diperlukan, apabila si isteri tangan suami, yang dalam hal ini
dituntut di depan hakim dalam perkara mempunyai kekuasaan yang sangat
pidana, begitu pula apabila si isteri luas. Selain pengurusan itu tak
mengajukan gugatan terhadap bertanggung jawab kepada siapa pun
suaminya untuk mendapatkan
juga, pembatasan terhadap yang bersangkutan dengan
kekuasaannya hanya terletak dalam
larangan untuk memberikan dengan
percuma benda-benda yang tak
bergerak atau seluruh atau sebagian
dari semua benda-benda yang
bergerak kepada pihak lain selain
kepada anaknya sendiri, yang lahir
dari perkwinan.

Untuk suatu hutang pribadi,


harus dituntut suami atau isteri yang
membuat hutang tersebut, sedangkan
yang harus disita pertama-tama
adalah benda pribadi. Apabila tidak
terdapat benda pribadi atau ada,
tetapi tidak mencukupi, maka dapatlah
benda bersama disita pula. Akan
tetapi, jika suami yang membuat
hutang, benda pribadi si isteri tak
dapat disita dan begitu pula
sebaliknya.

Gemeenschap itu berakhir


dengan berakhirnya perkawinan,
yaitu:

a. dengan matinya salah satu pihak,


b. dengan perceraian,
c. dengan perkawinan bare sang
isteri, setelah ia mendapat izin
hakim, yaitu apabila suami
bepergian sampai sepuluh tahun
lamanya tanpa diketahui
alamatnya,
d. diadakan pemisahan kekayaan,
e. perpisahan meja dan tempat tidur.

Apabila gemeenschap itu


dihapuskan, ia dibagi dalam dua
bagian yang sama dengan tidak
mengindahkan asal barang satu per
satu dari pihak siapa. Hanya barang-
barang yang sangat rapat
hubungannya dengan suatu pihak
(pakaian, perhiasan, perkakas tukang,
dan sebagainya) dapat diberikan pada
memperhitungkan harganya dalam
pembagian. Demikian juga dengan 1. Masing-masing tetap, bertanggung
hak vruchtgebruik atas suatu benda jawab tentang hutang-hutang
dan yang kedua-duanya sangat yang telah dibuatnya.
rapat hubungannya dengan diri 2. Di samping itu si suami masih
seorang. dapat dituntut pula tentang
hutang- hutang yang telah dibuat
Apabila salah satu pihak oleh si isteri.
meninggal dan masih ada anak-anak 3. Si isteri dapat dituntut untuk
di bawah umur, suami atau isteri separoh tentang hutanghutang
yang ditinggalkan diwajibkan dalam yang telah dibuat oleh si suami.
waktu tiga (3) bulan membuat suatu 4. Sehabis diadakan pembagian, tak
pencatatan tentang kekayaan dapat lagi dituntut tentang hutang
mereka bersama. Pencatatan ini yang dibuat oleh yang lain
dapat dilakukan secara aotentik sebelumnya perkawinan.
maupun di bawah tangan dan harus
diserahkan pada kepaniteraan Apabila pendaftaran perjanjian
Pengadilan Negeri setempat. di kepaniteraan Pengadilan Negeri
belum dilakukan, pihak ketiga boleh
Pertanggungjawaban menganggap suami isteri itu kawin
terhadap hutang-hutang dalam percampuran kekayaan.
gemeenschap, setelah- nya Larangan untuk membuat suatu
gemeenschap dihapuskan adalah perjanjian yang menghapuskan
sebagai berikut : kekuasaan suami sebagai kepala di
dalam perkawinan (maritale macht) tinggalnya hingga sepuluh tahun lamanya
atau kekuasaannya sebagai ayah dengan tidak tahu keberadaan. Akhirnya
(ouderlijke macht) atau akan perkawinan dapat dihapuskan dengan
menghilangkan hak-hak seorang perceraian.
suami atau isteri yang ditinggalkan.
Selanjutnya ada larangan untuk Perceraian ialah penghapusan perkawinan
membuat suatu perjanjian bahwa si dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu
suami akan memikul suatu bagian pihak dalam perkawinan itu. Undang-undang
yang lebih besar dalam activa tidak membolehkan perceraian dengan
daripada bagiannya dalam passiva. permufakatan antara suami dan isteri, tetapi
Maksudnya larangan ini, agar jangan harus ada alasan.
sampai suami isteri itu
menguntungkan diri untuk kerugian Alasan-alasan perceraian, adalah
pihak-pihak lain.
1. zina
E. Perceraian 2. ditinggalkan dengan sengaja
3. hukuman badan yang melebihi 5 tahun
Perkawinan hapus apabila karena melakukan kejahatan penganiayaan
salah satu pihak meninggal. berat
Selanjutnya ia hapus apabila salah
satu pihak kawin lagi setelah Undang-undang Perkawinan
mendapat izin hakim, bilamana pihak menambahkan alasan tersebut:
yang lainnya meninggalkan tempat 1. alah satu pihak mendapat cacat
badan/penyakit, belah pihak (verzoeningscomparitie).
dengan akibat tidak Selama perkara bergantung, Ketua
dapat menjalankan Pengadilan Negeri dapat memberikan
kewajibannya sebagai ketetapan-ketetapan sementara,
suami/lsteri; misainya dengan memberikan izin
2. antara suami isteri pada si isteri untuk bertempat tinggal
terus menerus terjadi sendiri terpisah dari
perselisihan/pertengkar suaminya, memerintahkan supaya si
an dan tidak ada suami memberikan nafkah tiap-tiap
harapan akan hidup kali pada isterinya berta anak-anaknya
rukun lagi dalam yang turut pada isterinya itu dan
rumah tangga (Pasal sebagainya. Juga hakim dapat
19 PP Nomor 9 Tahun memerintahkan supaya kekayaan
1975). suami atau kekayaan bersama disita
agar jangan habiskan oleh suami
Tuntutan selama perkara masih bergantung.
perceraian diajukan
kepada hakim secara Permintaan untuk diberikan
gugat biasa dalam tunjangan nafkah oleh si isteri dapat
perkara perdata, tetapi diajukan bersama-sama dengan gu-
harus didahului dengan gatannya untuk mendapatkan
meminta izin pada Ketua perceraian atau tersendiri. Penetapan
Pengadilan Negeri jumlah tunjangan oleh hakim diambil
untuk menggugat. Sebelum dengan mempertimbangkan kekuatan
izin ini diberikan, hakim dan keadaan si suami. Apabila
harus lebih dahulu keadaan ini tidak memuaskan
mengadakan percobaan dapat mengajukan permohonannya
untuk mendamaikan kedua supaya penetapan itu oleh hakim
ditinjau
kembali. Adakalanya juga, jumlah diatur tentang perwalian itu terhadap
tunjangan itu ditetapkan sendiri oleh anak-anak yang masih di bawah umur.
kedua belah pihak atas permufakatan. Penetapan wali oleh hakim dilakukan
Juga diperbolehkan untuk merubah setelah rnendengar keluarga dari pihak
dengan perjanjian ketentuan- ayah maupun dari pihak ibu yang, rapat
ketentuan mengenai tunjangan hubungannya dengan anak-anak
tersebut yang sudah ditetapkan dalam tersebut. Hakim bebas untuk
keputusan hakim. Jikalau seorang menetapkan ayah atau ibu menjadi wali,
janda kawin lagi, maka isteri tergantung dari siapa dipandang paling
kehilangan haknya untuk menuntut cakap atau baik mengingat kepentingan
tunjangan dari bekas suaminya. anak-anak. Penetapan wali ini juga
dapat ditinjau kembali oleh hakim atas
Perceraian mempunyai akibat permintaan ayah atau ibu berdasarkan
pula, bahwa kekuasaan orang tua perubahan keadaan.
(ouderlijke macht) berakhir dan
berubah menjadi perwalian (voogdij). Untuk meminta perpisahan meja
Karena itu, jika perkawinan dan tempat tidur harus juga ada alasan
dipecahkan oleh hakim, harus pula yang sah. Undang-undang
menyebutkan, alasan-alasan yang hingga segala perbuatan suami yang
sama seperti yang ditetapkan untuk bersifat melalaikan kepentingan rumah
suatu perceraian, tetapi di samping itu
tangga dapat dimasukkan ke da-
ada juga alasan yang dinamakan
lamnya.
perbuatan-perbuatan yang melewati
batas (buitensporigheden), Perpisahan meja dan tempat
sedangkan penganiayaan dan tidur mempunyai akibat, selama isteri
penghinaan berat juga merupakan dibebaskan dari kewajibannya untuk
alasan untuk minta perpisahan ini. Arti tinggal bersama dan dengan
perkataan buitensporigheden adalah sendirinya membawa pemisahan
sangat luas, kekayaan. Perpisahan meja dan
tempat tidur tidak berakibat hapusnya
kekuasaan orang tua (ouderlijke
macht), sehingga di sini tidak ada wali
ataupun wali pengawas. Hakim harus
menetapkan oleh siapa, ayah atau ibu,
kekuasaan itu dijalankan terhadap
masing-masing anak. Hakim dapat
juga mengizinkan perpisahan meja
dan tempat tidur atas persetujuan
kedua belah pihak dengan tak usah
mengajukan sesuatu alasan, asal saja
perkawinan sudah berlangsung paling
sedikit dua tahun. Apabila lima tahun
telah lewat dan tidak juga dapat per-
damaian kembali antara suami dan
isteri, masing-masing pihak dapat
meminta kepada hakim supaya
perkawinan diputuskan dengan
perceraian.

F. Pemisahan Kekayaan

Dalam melindungi si isteri


terhadap kekuasaan si suami yang
sangat luas atas kekayaan bersama
serta kekayaan pribadi si isteri,
undang-undang memberikan pada si
isteri suatu hak untuk meminta pada
hakim supaya diadakan pemisahan
kekayaan dengan tetap
berlangsungnya perkawinan.
Pemisahan kekayaan dapat diminta
oleh si isteri dengan alasan, yaitu:

1. apabila si suami dengan kelakuan


yang nyata-nyata tidak baik,
mengorbankan kekayaan bersama pengumuman putusan hakim dalam
dan membahayakan keselamatan mengadakan pemisahan.
keluarga;
2. apabila si suami melakukan
pengurusan yang buruk terhadap
kekayaan si isteri, hingga ada Literatur :
kekhawatiran kekayaan ini akan
menjadi habis; Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja,
3. apabila si suami mengolbralkan 1981, Hukum Perkawinan
kekayaan sendiri, hingga si isteri Menurut Islam, Undang -
akan kehilangan tanggungan yang Undang Perkawinan Dan
oleh undang- undang diberikan Hukum Perdata/BW, Jilid 2,
padanya atas kekayaan tersebut Hidakarya Agung, Jakarta.
karena pengurusan yang dilakukan
oleh si suami terhadap kekayaan J. Satrio, 1993, Hukum Harta
isterinya. Perkawinan, Cetakan Ke-2,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Gugatan untuk mendapatkan
pemisahan kekayaan, harus Riduan Syahrani, 2004. Seluk Beluk
diumumkan sebelum diperiksa dan dan Azas-azas Hukum
diputuskan oleh hakim, sedangkan Perdata, Alumni, Bandung.
putusan hakim harus diumumkan. Hal
ini untuk menjaga kepentingan pihak Subekti, 1990, Hukum Keluarga dan
ketiga, terutama orang-orang yang Hukum Waris, Intermasa,
mempunyai piutang terhadap si suami. Jakarta.
Mereka dapat mengajukan perlawanan
terhadap diadakannya pemisahan -----------, 2003, Pokok-pokok Hukum
kekayaan. Perdata, Intermasa, Jakarta.

Selain membawa pemisahan Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,


kekayaan, putusan hakim berakibat Kitab Undang-undang Hukum
pula, si isteri memperoleh kembali Perdata, Pradnya Paramita,
haknya untuk mengurus kekayaannya Jakarta.
sendiri dan berhak mempergunakan
segala penghasilannya sendiri Wantjik Saleh, Hukum
1980,
sesukanya. Akan tetapi, karena Perkawinan Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
perkawinan belum diputuskan, isteri
masih tetap tidak cakap menurut
Zainuddin Ali, 2006, Hukum Perdata
undang-undang untuk bertindak
Islam di Indonesia, Sinar
sendiri dalam hukum.
Grafika, Jakarta.
Pemisahan kekayaan dapat
diakhiri atas persetujuan kedua belah
pihak dengan meletakkan persetujuan
itu dalam akta notaris, yang harus
diumumkan sama seperti untuk
Soal Latihan:

1. Jelaskan pengertian perkawinan


menurut KUH Perdata?
2. Jelaskan syarat-syarat sahnya
perkawinan menurut KUHPerdata?
3. Jelaskan akibat hukum dari
perceraian?
4. Apa yang dimaksud dengan
perjanjian perkawinan?
5. Apa yang dimaksud dengan
Geemenschap?
6. Apa yang dimaksud dengan
pemisahan harta kekayaan?
BAB V
HUKUM KELUARGA

Tujuan Instruksional Khusus Menyimpang yang satu adalah bukan


keturunan yang lain, melainkan yang
Mahasiswa diharapkan dapat
mempunyai nenek moyang yang
mengetahui dan menjelaskan Hukum
sama.
Keluarga: Keluarga Sedarah dan
Semenda, Kekuasaan Orang Tua, Garis lurus dalam keturunan
Perwalian, Pendewasaan, terbagi 2 (dua), yaitu:
Pengampuan, Ketidakhadiran/orang 1. Garis lurus ke bawah adalah
yang hilang serta Domisili hubungan antara nenek moyang
dengan sekalian keturunannya.
Sub Pokok Bahasan:
2. Garis lurus ke atas adalah
hubungan antara seseorang
A. Keluarga Sedarah dan Semenda
dengan sekalian mereka yang
B. Kekuasaan Orang Tua
menurunkannya (Pasal 292 KUH
C. Perwalian
Perdata).
D. Pendewasaan
E. Pengampuan
Pertalian anak dengan bapak
F. Ketidakhadiran/orang yang hilang
adalah garis lurus derajat kesatu.
G. Domisili
Pertalian bapak dengan cucumya
adalah garis lurus derajat kedua.
Uraian:
Pertalian antara bapak dan kakek
terhadap anak dan cucunya adalah
1. Keluarga Sedarah dan Keluarga
garis lurus derajat kesatu dan derajat
Semenda
kedua (Pasal 293 KUH Perdata).
Keluarga sedarah adalah
Kekeluargaan dalam garis
pertalian kekeluargaan antara orang-
menyimpang dihitung dengan
orang di mana yang seorang adalah
menggunakan patokan yang berasal
keturunan dan yang lain atau antara
dari leluhur yang sama atau yang
orang-orang yang mempunyai bapak
terdekat. Dua saudara adalah bertalian
asal yang sama (Pasal 290 KUH
keluarga dalam derajat kedua. Paman
Perdata). Pertalian keluarga dihitung
dan Keponakan adalah bertalian
dengan jumlah kelahiran. Tiap-tiap
keluarga dalam derajat ketiga. Antara
kelahiran dinamakan derajat urutan
dua anak saudara adalah bertalian
Perderajatan (Pasal 291 dan Pasal 293
keluarga dalam derajat keempat
KUH Perdata). Garis Lurus yang satu
(Pasal 294 KUH Perdata).
adalah keturunan yang lain dan Garis
yaitu: Contoh hubungan sedarah,
298 Perdata).
KUH Berdasarkan uraian tersebut
1. Sedarah lurus, yaitu: Ayah, ibu, dapat disimpulkan bahwa, kekuasaan
anak kandung orang tua adalah:
2. Sedarah ke samping, yaitu :
Saudara kandung 1. Kekuasaan orang tua ada pada
kedua orang tua.
Kekeluargaan Semenda adalah 2. Kekuasaan orang tua ada selama
pertalian keluarga yang diakibatkan perkawinan berlangsung.
karena perkawinan. Hubungan antara 3. Kekuasaan orng tua ada pada
seseorang di antara suami istri dengan orang tua selama tidak dibebaskan
keluarga sedarah dari yang lain. Tiada atau dicabut/ dipecat dari mereka.
keluarga semenda antara para
keluarga sedarah suami dengan Kekuasaan orang tua di dalam
keluarga si istri dan sebaliknya. KUH Perdata, terbagi dalam 2 (dua)
Perderajatan keluarga semenda bagian, yaitu:
dihitung dengan cara yang sama
dengan derajat keluarga sedarah 1. Kekuasaan orang tua terhadap diri
(Pasal 295 dan Pasal 296 KUH anak.
Perdata). 2. Kekuasaan orang tua terhadap
harta benda anak.
Contoh hubungan keluarga
semenda, yaitu : Seorang anak yang sah sampai
1. Semenda lurus, yaitu: Mertua, pada waktu ia mencapai usia dewasa
anak tiri atau kawin, berada di bawah
2. Semenda ke samping, yaitu: kekuasaan orang tuanya (ouderlijhe
Saudara Ipar macht) oleh kedua orang tua
bersama, tetapi lazimnya dilakukan
2. Kekuasaan Orang Tua oleh si ayah. Apabila si ayah tidak
(ouderlijke macht) mampu untuk memikulnya, misalnya
sedang sakit keras, sakit ingatan,
Kekuasaan orang tua adalah sedang bepergian, dengan tidak ada
kewajiban orang tua untuk memberi ketentuan tentang nasibnya atau
pendidikan dan penghidupan kepada sedang berada di bawah pengawasan
anaknya yang belum dewasa dan (curatele) kekuasaan tersebut
sebaliknya anak-anak dalam umur dilakukan oleh isterinya. Kekuasaan
berapapun juga wajib menghormati orang tua, terutama kewajiban untuk
kepada bapak dan ibunya. Apabila mendidik dan memelihara anaknya,
orang tua kehilangan hak untuk meliputi pemberian nafkah, pakaian
memangku kekuasaaan orang tua atau dan perumahan. Pada umumnya
untuk menjadi wali maka hal ini tidak seorang anak yang masih di bawah
membebaskan mereka dari kewajiban umur tidak cakap untuk bertindak
memberi tunjangan-tunjangan dengan sendiri, sehingga harus diwakili oleh
keseimbangan sesuai pendapatan orang tua.
mereka untuk membiayai
pemeliharaan dan pendidikan anak Kekuasaan orang tua terhadap
mereka (Pasal
harta benda anak, meliputi: bahwa si bapak tidak dapat
menikmati hasilnya.
1. Pengurusan (het beheer)
2. Menikmati hasil (het vrucht genot) Hak penikmatan berakhir
3. Pengurusan (het beheer) apabila:
4. Pengurusan harta benda anakj
bertujuan untuk mewakili anak 1. Matinya sianak (Pasal 314 KUH
untuk melakukan tindakan hukum Perdata)
oleh karena anank itu dianggap 2. Anak menjadi dewasa
tidak cakap (on bekwaam). 3. Pencabutan kekuasaan orang tua.

Seorang pemangku kekuasaan Kekuasaan orang tua akan


orang tua terhadap anak yang belum berakhirnya, apabila:
dewasa mempunyai hak mengurus
(baheer) atas harta benda anak itu 1. Pencabutan/pemecatan (on tzet)
(Pasal 307 KUH Perdata). Pemangku atau pembebasan (on heven)
kekuasaan orang tua wajib mengurus kekuasaan orang tua.
harta benda naknya dan harus 2. Anak menjadi dewasa
bertanggung jawab baik atas (meerderjaring).
kepemilikan harta itupun atas hasil 3. Perkawinan bubar.
barang-barang yang mana ia 4. Matinya si anak.
perbolehkan menikmatinya. (Pasal 308
KUH Perdata) dan menurut Pasal 309 Pencabutan atau pemecatan
KUH Perdata ia tidak memindah kekuasaan orang tua berdasarkan
tangankan harta benda anak yang alasan tidak cakap (ongeschikt) atau
belum dewasa. tidak mampu (oumachlig) untuk me-
lakukan kewajiban memelihara dan
Seseorang yang melakukan mendidik anaknya. Seorang ayah atau
kekuasaan orang tua atau perwalian ibu mempunyai sifat-sifat yang
berhak menikmati segala hasil harta menyebabkan ia tidak lagi dapat
kekayaan anak-anaknya yang belum dianggap cakap untuk melakukan
dewasa. Apabila orang tua tersebut kekuasaan orang tua. Dalam hal ini
dihentikan dari kekuasaan orang tua hanya dapat dimintakan oleh Dewan
atau perwalian maka penikmatan itu Perwalian (Voogdijraad) atau
beralih kepada orang yang Kejaksaan dan tidak dapat dipaksakan
menggantikannya (Pasal 311 KUH jika si ayah atau ibu itu melawannya.
Perdata). Hak penikmatan tersebut
adalah meliputi seluruh harta benda si Selanjutnya dapat juga
anak, kecuali (Pasal 313 KUH Perdata) dimintakan pada hakim supaya orang
yaitu: tua itu dicabut kekuasaannya (ontzet),
berdasarkan alasan-alasan yang
1. barang-barang yang diperoleh ditentukan oleh undang-undang,
sianak dari hasil kerja dan antara lain jika:
usahanya sendiri.
2. barang-barang yang dihasilkan 1. orang tua itu salah
atau diwariskan dengan ketentuan mempergunakan atau sangat
melalaikan kewajibannya sebagai orang tua,
2. berkelakuan buruk, pengarahan kehidupan masa
3. dihukum karena sesuatu kejahatan depan anak, menetapkan
yang ia lakukan bersama-sama perkawinan anak;
dengan anaknya atau dihukum 2. Kekuasaan terhadap perbuatan
penjara selama duan tahun atau anak, tersimpul dalam Pasal 47
lebih. ayat
(2) UUP yang berbunyi : “orang
Pencabutan kekuasaan (ont-
tua mewakili anak tersebut
zetting) dapat dimintakan oleh si isteri mengenai segala perbuatan hukum
terhadap suaminya atau sebaliknya,
di dalam dan di luar pengadilan”.
dan dapat pula dimintakan oleh
Kekuasaan ini meliputi perbuatan
anggota-anggota keluarga yang
hukum di dalam dan di luar
terdekat, Dewan Perwalian (Voogdij-
pengadilan, akibat hukum yang
raad) atau Kejaksaaan.
timbul dari perbuatan anak,
mengarahkan perbuatan anak
Pembebasan kekuasaan orang
untuk kebaikan.
tua didasarkan pada tidak cakapnya
3. Kekuasaan terhadap harta benda
orang tua atau tidak mampu
anak, tersimpul dalam Pasal 48
memenuhi kepentingan-kepentingan
UUP, meliputi mengurus,
dasar anak- anaknya. Ada perbedaan
menyimpan, membelanjakan harta
pembebasan kekuasaan orang tua
anak untuk kepentingan anak
(ontheffing) dan pencabutan
sebelum ia berumur 18 tahun, atau
kekuasaan orang tua (onzetting),
sebelum ia kawin. Dengan
ontheffing ditujukan pada orang tua
pembatasan tidak boleh
yang melakukan kekuasaan orang tua
memindahkan hak atau
(biasanya si ayah), sedangkan
manggadaikan barang-barang
ontzetting dapat ditujukan pada
tetap milik anak.
masing-masing orang tua.

Pencabutan kekuasaan orang


Menurut Undang-Undang
tua apabila orang tua sangat
Perkawinan (UUP), kekuasaan orang
melalaikan kewajibannya terhadap
tua terhadap anak berlangsung hingga
anak-anak, atau bekelakuan buruk
anak itu mencapai umur 18 tahun,
sekali, maka salah satu atau kedua
atau anak itu kawin, atau ada
orang tua dapat dicabut kekuasaannya
pencabutan kekuasaan orang tua oleh
terhadap seorang anak atau lebih
pengadilan (Pasal 47 ayat (1) UUP).
untuk waktu tertentu. Yang
Kekuasaan orang tua meliputi :
mengajukan permintaan pencabutan
1. Kekuasaan terhadap pribadi anak, itu adalah: (Pasal 49 ayat (1) UUP)
tersimpul dalam Pasal 45 ayat (1)
1. orang tua, apabila salah satunya
UUP yang berbunyi : “kedua orang
dimintakan pencabutan;
tua wajib memelihara dan
2. keluarga anak berada dalam garis
mendidik anak-anak mereka
lurus ke atas;
sebaik-baiknya”. Kekuasaan ini
3. saudara kandung yang telah
meliputi nafkah, tempat tinggal,
dewasa;
pendidikan,
4. pejabat yang berwenang;
Permintaan pencabutan kekuasaan orang tua diajukan kepada Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya (natuurlijk kind).
meliputi tempat tinggal orang tua
yang bersangkutan. Dalam pengertian Seorang anak yang lahir di luar
kekuasaan ini, tidak termasuk perkawinan berada di bawah
kekuasaan wali nikah. Meskipun perwalian orang tua yang
kekuasaan orang tua dicabut, mereka mengakuinya. Apabila seorang anak
masih tetap berkewajiban untuk yang tidak berada di bawah orang tua
memberi biaya pemeliharaan kepada ternyata tidak mempunyai wali, hakim
anak yang bersangkutan (Pasal 49 akan mengangkat seorang wali atas
ayat (2) UUP). Mengenai pengertian permintaan salah satu yang
dari “sangat melalaikaan kewajiban” berkepentingan atau karena
dan “berkelakuan buruk sekali”, jabatannya (datieve voogdij). Ada
terserah kepada pertimbangan Hakim pula kemungkinan orang tuanya dalam
Pengadilan Negeri. surat wasiat mengangkat seorang wali
untuk anaknya.

Ada beberapa macam wali,


Akibat pencabutan kekuasaan yaitu:
orang tua ialah orang tua kehilangan
kekuasaan atas anaknya, anak ditaruh 1. Wali yang ditunjuk oleh orang tua
di bawah perwalian, kekuasaan orang semasa ia masih hidup (melalui
tua akan timbul lagi, apabila alasan surat wasiat). Pada masa orang
pencabutan sudah hilang atau lenyap. tua masih hidup telah
menunjukkan wali dari anak-
3. Perwalian (Voogdij) anaknya kalau ia meninggal
sebelum anak itu dewasa melalui
Perwalian adalah pengawasan akte notaris.
terhadap anak yang dibawah umur, 2. Wali menurut undang-undang.
yang tidak berada dibawah kekuasaan Siapa yang terlama hidup maka ia
orang tua. Pada umumnya dalam yang akan menjadi wali (ayah atau
setiap perwalian hanya ada seorang ibunya) (Pasal 345 KUH Perdata).
wali saja, kecuali apabila seorang wali 3. Wali yang diangkat oleh hakim.
ibu (moerdervoogdes) kawin lagi, Orang tuanya meninggal sehingga
dalam hal mana suaminya menjadi wali ditunjuk oleh hakim.
wali ayah. Jika salah satu dari orang Seseorang yang diangkat menjadi
tua tersebut meninggal, maka wali oleh hakim, harus menerima
menurut undang-undang orang tua pengangkatan itu, kecuali jika ia
yang lainnya dengan sendirinya seorang isteri yang kawin atau jika
menjadi wali bagi anak-anaknya. ia mempunyai alasan-alasan
menurut undang-undang untuk
1. anak sah yang kedua orang tuanya minta dibebaskan dari
telah dicabut kekuasaannya pengangkatan itu. Alasan-alasan
sebagai orang tua; itu antara lain jika ia, antuk
2. anak sah yang orang tuanya telah kepentingan negara harus berada
bercerai; (luar negeri, jika ia seorang
3. anak yang lahir di luar perkawinan anggota tentara dalam dinas aktif
jika ia sudah berusia 60 lebih, jika 2. saudara kandung yang telah
ia sudah menjadi wali untuk dewasa, yaitu kakak anak
seorang anak lain atau jika sudah tersebut.
mempunyai 5 (lima) orang anak
yang sah. Di samping kemungkinan
orang lain dengan alasan tertentu
Ada golongan yang tidak ditunjuk oleh orang tua sebagai wali
dapat menjadi wali adalah orang yang anaknya. Penunjukan dapat dilakukan
sakit ingatan, orang yang belum secara lisan di muka dua orang saksi
dewasa, orang berada di bawah atau dengan wasiat. Syarat-syarat
curatele, orang yang telah dicabut seseorang dapat ditunjuk sebagai
kekuasaanya sebagai orang tua, wali (Pasal 51 ayat (2) UUP) sebagai
dicabut perwaliannya, kecuali untuk berikut:
anak- anaknya.
1. dewasa
Cara penunjukkan wali, 2. berpikiran sehat;
menurut ketentuan Pasal 51 KUH 3. berprilaku adil
Perdata ada 3 (tiga) macam, yaitu: 4. jujur
5. berkelakuan baik.
1. secara lisan di hadapan dua orang
saksi; Seorang wali diwajibkan
2. secara tertulis dengan surat mengurus harta benda anak yang
wasiat;
berada di bawah pengawasannya
3. secara tertulis dengan penetapan dengan sebaik-baiknya dan ber-
hakim, dalam hal terjadi
tanggung jawab tentang kerugian-
pencabutan kekuasaan wali. kerugian karena pengurusan yang
buruk. Dalam kekuasaan wali dibatasi
Pasal 51 ayat (2) UUP,
oleh Pasal 393 KUH Perdata yang
menegaskan bahwa yang dapat
melarang seorang wali meminjam
ditunjuk sebagai wali adalah keluarga
uang untuk si anak. Tidak
anak atau orang lain. Namun siapa
diperkenankan pula menjual,
yang dimaksud dengan keluarga atau
menggadaikan benda- benda yang tak
orang lain tidak terdapat
bergerak, surat-surat sero dan surat-
penjelasannya. Menurut Pasal 49
surat penagihan dengan tidak
ayat (1) UUP mengenai orang yang
mendapat izin lebih dahulu dari hakim.
dapat mengajukan permohonan
Selanjutnya seorang wali diwajibkan
pencabutan kekuasaan orang tua.
memberikan suatu penutupan
Dengan demikian, dapat dikatakan
pertanggungjawaban, apabila
bahwa yang dimaksud dengan
tugasnya telah berakhir.
keluarga adalah :
Pertanggungjawaban ini dilakukan
pada si anak, apabila ia telah menjadi
1. 1. keluarga anak dalam garis lurus
dewasa atau pada warisnya jikalau
ke atas, misalnya kakek baik dari
anak itu telah meninggal.
pihak bapak maupun dari pihak
ibu.
Kewajiban wali di dalam Pasal
51 UUP, yaitu:
1. Wali wajib mengurus anak yang berada dibawah kekuasaannya dan harta
bendanya sebaik-baiknya dengan sudah dewasa.
menghormati agama kepercayaan
anak itu. Pendewasaan pada umumnya
2. Wali wajib membuat daftar harta merupakan suatu upaya untuk
benda anak yang berada dibawah memberikan wewenang kepada
kekuasaannya pada waktu seorang anak di bawah umur
memulai jabatannya dan mencatat (minderjaring) untuk dapat wenang
semua peru bahan-perubahan berbuat hukum, di luar hal
harta benda anak tersebut . melangsungkan perkawinan. Alat
3. Wali bertanggung jawab tentang pendewasaan dapat dibagi menjadi
harta benda anak yang berada dua, yaitu:
dibawah perwaliannya serta
kerugian yang ditimbulkan 1. Alat pendewasaan yang sempurna
kesalahan dan kelalaiannya. adalah keadaan di mana anak
yang minderjaring (di bawah
Perwalian akan berakhir, umur) menjadi orang yang
apabila (Pasal 53 UUP): merderjaring (dewasa), tetapi
dengan syarat orang yang
1. Wali sangat melalaikan mengajukan permohonan itu telah
kewajibannya terhadap anak berumur 20 tahun genap. Jika
perwalian tersebut. seseorang anak yang telah
2. Wali berkelakuan buruk sebagai memperoleh alat pendewasaan
walinya. yang sempurna, wewenang
berbuat hukumnya sama dengan
4. Pendewasaan (handlichting) wewenang orang dewasa. Harus
diajukan permohonan kepada
Pendewasaan adalah suatu Gubernur Jenderal. Setelah
upaya yang digunakan untuk mendapat persetujuan dengan
meniadakan keadaan belum dewasa pertimbangan Mahkamah Agung
baik untuk tindakan tertentu saja atau (Hogerecht shock), baru
secara keseluruhan. Dengan kata lain, dikeluarkan suatu surat keputusan
upaya hukum yang menempatkan pendewasaan yang disebut Venia
orang yang belum dewasa menjadi Estatis.
sama dengan orang dewasa. Seorang 2. Alat pendewasaan yang terbatas
anak yang masih di bawah umur hanya merupakan kewenangan
dengan seorang yang sudah dewasa, berbuat dari seseoarng yang
agar anak mampu bertindak sendiri di minderjaring yang diizinkan oleh
dalarn pengurusan kepentingan- Pengadilan Negeri atas permintaan
kepentingan sendiri maka dilakukanlah yang bersangkutan untuk
pendewasaan adalah dengan suatu melakukan suatu perbuatan
pernyataan tentang seorang yang, be- tertentu saja. Sipemohon
lum mencapai usia dewasa pendewasaan ini masih berumur di
sepenuhnya atau hanya untuk bawah 20 tahun dan tidak boleh
beberapa hal saja dipersamakan kurang dari 18 tahun. Pemberian
dengan seorang yang pendewasaan ini dapat dicabut
apabila si pemohon melakukan
perbuatan hukum selain yang
ditentukan dalam izin seseorang
pemberiannya.

Permohonan untuk
dipersamakan sepenuhnya dengan se-
orang yang sudah dewasa, dapat
diajukan oleh seorang anak yang
sudah mencapai umur 20 tahun
kepada Presiden dengan melampirkan
surat kelahiran atau lain-lain bukti
bahwa telah mencapai umur tersebut.
Presiden akan memberikan keputusan
setelah mendapat nasihat dari
Mahkamah Agung, untuk itu akan
mendengar orang-orang tua anak
tersebut atau anggota keluarga yang
dianggapnya perlu. Begitu pun dalam
hal pemohon berada di bawah
perwalian, wali dan wali pengawas
dapat juga didengar keterangannya.

Apabila permohonan
diluluskan, si pemohon memperoleh
kedudukan yang sama dengan
seorang dewasa. Tetapi dalam hal
perkawinan masih berlaku Pasal 35
dan 37 KUH Perdata, berkaitan
dengan perihal pemberian izin, yaitu
harus mendapat izin dari orang
tuanya, atau dari hakim. Pernyataan
persamaan yang hanya meliputi
beberapa hal saja, misalnya yang
berhubungan dengan pengurusan
suatu perusahaan dapat diberikan oleh
pengadilan negeri pada seorang anak
yang sudah berumur 18 tahun.

5. Pengampuan (curatele)

Pengampuan adalah keadaan


orang yang telah dewasa yang
disebabkan sifat-sifat pribadinya
dianggap tidak cakap mengurus
kepentingannya sendiri atau
kepentingan orang lain yang menjadi
tanggungannya, sehingga pengurusan
itu harus diserahkan kepada
yang akan bertindak sebagai wakil 2. Bagi orang yang sakit ingatan
menurut undang-undang dari orang adalah setiap anggota keluarga
yang tidak cakap tersebut. Orang sedarah dan istri atau suami, dan
yang telah dewasa yang dianggap jaksa dalam hal curandus tidak
tidak cakap tersebut disebut mempunyai istri atau suami
kurandus, sedangkan orang yang ataupun keluarga sedarah di
bertindak sebagai wakil dari wilayah Indonesia;
kurandus disebut pengampu 3. Bagi orang yang boros adalah
(kurator). setiap anggota keluarga sedarah
dan sanak keluarga dalam garis ke
Orang-orang yang samping sampai derajat keempat
ditempatkan di bawah pengampuan dan/istri atau suaminya.
yaitu:
Permintaan untuk menaruh
1. orang dungu seorang di bawah pengampuan, harus
2. orang sakit ingatan diajukan kepada pengadilan negeri
3. orang boros dengan menguraikan peristiwa-
peristiwa yang menguatkan
Orang-orang yang berhak persangkaan tentang adanya alasan-
mengajukan pengampuan, ialah: alasan untuk menaruh orang di bawah
pengawasan, dengan disertai bukti-
1. Bagi orang dungu adala pihak bukti dan saksi-saksi yang dapat
yang merasa tidak mampu untuk diperiksa oleh hakim. Pengadilan akan
mengurus kepentingannya mendengar saksi-saksi, begitupun
sendiri;
anggota-anggota keluarga dari orang putusan hakim selalu ditetapkan, bahwa
yang dimintakan pengampuan dan pengawasan atas curatele itu diserahkan pada
akhirnya orang tersebut akan BHP.
diperiksa. Jikalau hak, menganggap
perlu, ia berwenang untuk selama Kedudukan seorang yang telah ditaruh di
pemeriksaan jalan, mengangkat bawah pengampuan sama seperti seorang yang
seorang pengawas sementara guna belum dewasa, tidak dapat lagi melakukan
mengurus kepentingan orang itu. perbuatan- perbuatan hukum secara sah. Akan
tetapi seorang yang ditaruh di bawah
Putusan pengadilan yang pengampuan atas alasan boros, menurut
menyatakan bahwa orang itu ditaruh undang-undang masih dapat membuat wasiat
di bawah curatele, harus diumumkan dan juga masih dapat melakukan perkawinan
dalam Berita Negara. Orang yang serta membuat perjanjian perkawinan, meskipun
ditaruh di bawah pengampuan berhak untuk perkawinan ini ia selalu harus mendapat
memperoleh kekuatan tetap, izin dan bantuan kurator serta BHP. Bahwa
pengadilan negeri akan mengangkat seorang yang ditaruh di bawah pengampuan atas
seorang pengampu atau kurator. alasan sakit ingatan tidak dapat membuat suatu
Terhadap seorang yang sudah kawin testamen dan juga tidak dapat melakukan
sebagai pengampu harus diangkat perkawinan karena untuk perbuatan-perbuatan
suami atau isterinya, kecuali jika ada tersebut,
hal-hal yang penting yang tidak diperlukan pikiran yang sehat dan
mengizinkan pengangkatan itu. Dalam
kemauan yang bebas. kekayaan saja. Sedangkan untuk
perbuatan-perbuatan hukum lainnya,
Pengampuan mulai misalnya perkawinan, itu tetap sah.
berlaku sejak hari Terhadap seorang yang berada di
keputusan atau ketetapan bawah pengampuan karena dungu
pengadilan yang diucapkan. maka ia sama dengan orang yang
Dengan diletakkannya sakit ingatan.
seseorang di bawah
pengampuan, maka orang Seseorang yang sakit ingatan
tersebut mempunyai jika melakukan perbuatan hukum
kedudukan yang sama sebelum ia dinyatakan di bawah
dengan orang yang belum pengampuan, dengan sendirinya
cukup umur, dalam arti perbuatannya dapat pula dimintakan
dinyatakan menjadi tidak pembatalan. Meskipun demikian masih
cakap berbuat hukum dan ada perkecualiannya, yaitu jika yang
semua perbuatan yang bersangkutan melakukan perbuatan
dilakukannya dapat melanggar hukum (onrecht matige
dinyatakan batal. daad, maka tetap bertanggung gugat,
artinya ia harus membayar ganti rugi
Bagi orang yang yang ditimbulkan oleh semua
berada dibawah kesalahannya itu.
pengampuan karena
keborosan, maka Pengampuan akan berakhir
ketidakcakapannya berbuat dengan 2 (dua) macam cara, yaitu:
hanya berkaitan dengan
perbuatan-perbuatan 1. Secara Absolut, karena orang yang
hukum dalam bidang harta berada di bawah pengampuan
meninggal dunia dan adanya ketentuan Pasal 141 KUH Perdata
putusan pengadilan yang bahwa berakhirnya pengampuan harus
menyatakan bahwa sebab-sebab di diumumkan sesuai dengan formalitas
bawah pengampuan telah hapus. yang harus dipenuhi seperti pada waktu
2. Secara Relatif, karena: permulaan pengampuan. Di samping itu
a. pengampu menanginggal bahwa ketentuan- ketentuan
dunia; berakhirnya perwalian seluruhnya
b. pengampu dipecat atau mutatis mutandis berlaku pula
dibebastugaskan; berakhirnya pengampuan (Pasal 452
c. suami diangkat sebagai ayat (2) KUH Perdata).
pengampu yang dahulunya
berstatus sebagai orang yang F. Ketidakhadiran/Orang yang
berada dibawah Hilang
pengampu(dahulu berada di
bawah pengampu karena alas Ketidakhadiran adalah ketidak
an-alasan tertentu) beradaan seseorang ditempat atau
seseorang meninggalkan tempat dengan
Dengan berakhirnya tidak memberikan kuasa pada
pengampuan, maka berakhirnya tugas seseorang untuk mengurus
dan kewajiban pengampu. Menurut kepentingan-kepentingan harus diurus.
Ada 3 (tiga) keadaan tidak hadir atau sebagian harta kekayaannya.
seseorang, yaitu: Tindakan sementara ini dimintakan
kepada Pengadilan Negeri oleh
1. Pengambilan tindakan sementara,
orang yang mempunyai
di mana jika ada alasan-alasan
kepentingan terhadap harta
yang mendesak untuk mengurus
kekayaannya. Misalnya istrinya,
seluruh
para kreditur, sesama pemegang
saham dan lain- lain, juga jaksa
dapat memohon tindakan
sementara tersebut. Dalam
tindakan sementara ini hakim
memerintahkan Balai Harta
Peninggalan (BPH) untuk mengurus
seluruh harta kekyaan serta
kepentingan dari orang tak hadir.
2. Kemungkinan sudah meninggal.
Seseorang dapat diputuskan sudah
meninggal jika:

a. Tidak hadir 5 tahun, bila tidak


meninggalkan surat kuasa
(Pasal 467 KUH Perdata),
dimulai pada hari ia pergi tidak
ada kabar yang diterima dari
orang tersebut atau sejak
kabar terakhir diterima.
b. Tidak hadir 10 tahun, bila surat
kuasa ada tetapi sudah habis
berlakunya (Pasal 470 KUH
Perdata), dimulai pada hari ia
pergi tidak ada kabar yang
diterima dari orang tersebut
atau sejak kabar terakhir
diterima.
c. Tidak hadir 1 tahun, bila
orangnya termasuk awak atau
penumpang kapal laut atau
pesawat udara (Stbl. 1922 No.
455), dimulai sejak adanya
kabar terakhir dan jika tidak
ada kabar sejak hari
berangkatnya.
d. Tidak hadir 1 tahun, jika
orangnya hilang pada suatu
peristiwa fatal yang menimpa
sebuah kapal laut atau pesawat
udara (Stbl. 1922 No. 455), di
mulai sejak tanggal terjadinya untuk sementara dapat
peristiwa. memerintahkan BHP untuk mengurus
e. Dalam Peraturan Pemerintah kepentingan- kepentingan orang yang
No 9 Tahun 1975, dikatakan bepergian tersebut. Jika kekayaan
bahwa apabila salah satu pihak orang tersebut tidak begitu besar
meninggalkannya 2 tahun maka dapat diserahkan pada anggota
berturut-turut, pihak yang keluarga yang ditunjuk oleh hakim.
ditinggalkan boleh mengajukan
perceraian. Adapun kewajiban BHP, yaitu:

3. Masa pewarisan definitif. Masa ini 1. Membuat pencatatan harta yang


terjadi apabila lewat 30 tahun sejak diurusnya
tanggal tentang “mungkin sudah 2. Membuat daftar pencatatan harta,
meninggal” atas keputusan hakim, surat-surat lain uang kontan,
atau setelah lewat 100 tahun kertas berharga dibawa ke kantor
setelah lahirnya si tak hadir. Akibat- BHP
akibat permulaan masa pewarisan 3. Memperhatikan segala ketentuan
definitif adalah untuk sesorang wali mengenai
pengurusan harta seorang anak
a. Semua jaminan dibebaskan (Pasal 464 KUH Perdata)
b. Para ahli waris dapat 4. Tiap tahun memberi pertanggung
mempertahankan pembagian jawaban pada jaksa dengan
harta warisan sebagaimana memperlihatkan surat-surat
telah dilakukan atau membuat pengurusan dan efek-efek (Pasal
pemisahan dan pembagian 465 KUH Perdata)
definitif.
c. Hak menerima warisan secara BHP berhak atas upah yang
terbatas berhenti dan para ahli besarnya sama dengan seorang wali
waris dapat diwajibkan dalam mngurus kepentingan orang
menerima warisan atau yang tidak hadir (Pasal 411 KUH
menolaknya. Perdata).

Seandainya orang yang tidak G. Domisili


hadir kembali setelah masa pewarisan
definitif, ia ada hak untuk meminta Domisili adalah terjemahan dari
kembali hartanya dalam keadaan domicile atau woonplaats yang
sebagaimana adanya berikut harga artinya tempat tinggal. Menurut Sri
dari harta yang tidak Soedewi Masjchoen Sofwan, domisili
dipindatangankan, semuanya tanpa atau tempat kediaman itu adalah
hasil dan pendapatannya (Pasal 486 “tempat di mana seseorang dianggap
KUH Perdata). hadir mengenai hal melakukan hak-
haknya dan memenuhi kewajibannya
Ketidakhadiran sesorang untuk juga meskipun kenyataannya dia tidak
mgurus kepentingannya, maka atas di situ”. Menurut KUH Perdata, tempat
permintaan orang yang kediaman itu seringkali ialah
berkepentingan ataupun atas rumahnya, kadang-kadang kotanya.
permintaan jaksa, hakim Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa setiap orang dianggap selalu instansi yang bersangkutan. Misalnya,
mempunyai tempat tinggal di mana ia Pasal 76 KUH Perdata, perkawinan
sehari-harinya melakukan kegiatannya harus dilangsungkan dihadapan
atau di mana ia berkediaman pokok. pegawai catatan sipil dari tempat
Kadang-kadang menetapkan tempat tinggal salah satu pihak yang hendak
kediaman seseorang itu sulit, karena kawin.
selalu berpindah-pindah (banyak
rumahnya). Untuk memudahkan hal Domisili juga penting bagi
tersebut dibedakan antara tempat seseorang dalam hal untuk
kediaman hukum (secara yuridis) dan menentukan atau menunjukkan suatu
tempat kediaman yang sesungguhnya. tempat di mana berbagai perbuatan
hukum harus dilakukan, misalnya
Tempat kediaman hukum mengajukan gugatan, pengadilan
adalah “tempat di mana seseorang mana yang berwenang mengadili. Di
dianggap selalu hadir berhubungan samping itu, juga untuk mengetahui
dengan hal melakukan hak-haknya dengan siapakah seseorang itu
serta kewajiban-kewajibannya, melakukan hubungan hukum serta apa
meskipun sesungguhnya mungkin ia yang menjadi hak dan kewajiban
bertempat tinggal di lain tempat. masing-masing.
Menurut Pasal 77 dan Pasal 1393 KUH
Perdata, tempat tinggal itu adalah Macam-macam domisili, yaitu:
“tempat tinggal di mana sesuatu
perbuatan hukum harus dilakukan”. 1. Tempat tinggal sesungguhnya
yaitu tenpat yang bertalian dengan
Bagi orang yang tidak hak- hak melakukan wewenang
mempunyai tempat kediaman seumumnya. Tempat tinggal
tertentu,maka tenpat tinggal dianggap sesungguhnya dibedakan antara
di mana ia sungguh-sungguh berada. tempat tinggal sukarela/bebas
Arti hukum domisili adalah tempat di yang tidak terikat/tergantung
mana seseorang harus dianggap selalu hubungannya dengan orang lain.
berada untuk memenuhi kewajiban 2. Tempat tinggal yang wajib/tidak
serta melaksanakan hak-haknya itu. bebas yaitu yang ditentukan oleh
Contoh, seorang Anggota DPR RI yang hubungan yang ada antara
pada kenyataannya bertempat tinggal seseorang dengan orang lain.
di Kendal akan dikatakan berdomisili di Misalnya: tempat tinggal suami
Jakarta karena meskipun tempat istri, tempat tinggal anak yang
tinggalnya di Kendal namun di Jakarta belum dewasa di rumah orang
adalah tempat dimana ia sewaktu- tuanya, orang di bawah
waktu dapat dipanggil dan melakukan pengampuan di tempat curatornya.
hak-hak serta kewajibannya. 3. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu
tempat tinggal yang berhubungan
Berdasarkan KUH Perdata dan dengan hal-hal melakukan
undang-undang lainya, domisili perbuatan hukum tertentu saja.
ditentukan berdasarkan tempat di Tempat tinggal yang dipilih ini
mana perbuatan hukum harus atau untuk memudahkan pihak lain atau
dapat dilakukan oleh kompetensi suatu
untuk kepentingan pihak yang memilih tempat tinggal tersebut.
2. Tempat tinggal khusus atau yang
Tempat tinggal yang dipilih ada
dipilih, menurut Pasal 24 KUH
2 (dua) macam, yaitu:
Perdata ada 2 (dua) macam, yaitu
tempat tinggal yang terpaksa dipilih
1. Tempat kediaman yang dipilih atas
ditentukan undang-undang (Pasal
dasar undang-undang, misalnya
106 (2) KUH Perdata) dan tempat
dalam hukum acara dalam
tinggal yang dipilih secara sukarela
menentukan waktu eksekusi dari
harus dilakukan secara tertulis
vonis.
artinya harus dengan akta (Pasal 24
2. Tempat kediaman yang dipilih
ayat (1) KUH Perdata), bila ia
secara bebas misalnya dalam
pindah maka untuk tindakan hukum
melakukan pembayaran memilih
yang dilakukannya ia tetap
kantor notaris (Sri Soedewi M.
bertempat tinggal di tempat yang
Sofwan).
lama.
Menurut subekti ada juga yang
disebut “rumah kematian” atau
“domisili penghabisan”, yaitu rumah di
Literatur:
mana seseorang meninggal dunia.
Rumah penghabisan ini mempunyai Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum
arti penting untuk menentukan hukum Perdata Indonsesia, Citra
waris yang harus diterapkan, untuk Aditya Bakti, Bandung.
menentukan kewenangan mengadili
kalau ada gugatan. Tempat kediaman Ali Afandi, Hukum Waris,
1997,
untuk Badan Hukum disebut tempat Hukum Keluarga, Hukum
kedudukan badan hukum ialah tempat Pembuktian, Rineka Cipta,
dimana pengurusnya menetap. Jakarta.

Menurut KUH Perdata, Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk


domisili/tempat tinggal itu ada 2 (dua) dan Azas-azas Hukum
jenis, yaitu: Perdata, Alumni, Bandung.

1. Tempat tinggal umum terdiri dari Soedharyo Soimin, 2005, Himpunan


tempat tinggal sukarela atau bebas. Yurisprudensi tentang Hukum
Pasal 17 KUH Perdata menyatakan Perdata, Cetakan Ke-2,
bahwa setiap orang dianggap Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
mempunyai tempat tinggal di mana
ia menempatkan kediaman -------------, 2007, Himpunan Dasar
utamanya. Dalam hal seseorang Hukum Pengangkatan Anak,
tidak mempunyai tempat kediaman Cetakan Ke-3, Penerbit Sinar
utama maka tempat tinggal dimana Grafika, Jakarta.
ia benar-benar berdiam adalah
tempat tinggalnya. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,
Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum
Perdata, Intermasa, Jakarta.

Vollmar, 1996, Pengantar Hukum


Perdata 1, Rajawali Press,
Jakarta.

Catatan:

Setelah selesai Pokok Bahasan ini akan


dilaksanakan Ujian Tengah Semester.

Soal Latihan:

1. Jelaskan apa yang dimaksud


dengan keturunan?
2. Apa yang dimaksud dengan
kekuasaan orang tua?
3. Jelaskan kapan kekuasaan orang
tua hapus?
4. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan perwalian?
5. Jelaskan persyaratan menjadi wali?
6. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan pendewasaan?
7. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan curatele?
8. Siapa saja yang dapat ditempatkan
di bawah curatele?
9. Kapan seseorang dapat dikatakan
ketidakhadiran atau orang yang
hilang?
10. Jelas apa yang dimaksud dengan
domisili dan sebutkan macam-
macam domisili?
BAB VI
HUKUM BENDA

Tujuan Instruksional Khusus Buku II KUH Perdata mengatur


mengenai benda dalam arti
Mahasiswa diharapkan dapat
berwujud.
mengetahui dan menjelaskan tentang
Hukum Benda: Pengertian Benda dan Sistem hukum benda adalah
Hukum Benda, Macam-macam Benda, sistem tertutup, artinya orang tidak
Hak-hak Kebendaan dan Azas-azas dapat mengadakan hak-hak
Kebendaan serta Priviliegie dan kebendaan yang baru selain yang
Retensie sudah ditetapkan dalam undang-
undang. Jadi hanya dapat
Sub Pokok Bahasan
mengadakan hak kebendaan terbatas
pada yang sudah ditetapkan dalam
A. Pengertian Benda dan Hukum
undang-undang saja. Ini berlawanan
Benda
dengan sistem hukum perjanjian atau
B. Macam-macam Benda
perikatan, yang menganut sistem
C. Hak-hak Kebendaan dan Azas-azas
terbuka, artinya orang dapat
Kebendaan
mengadakan perikatan atau perjanjian
D. Priviliegie dan Retensie
mengenai apapun juga, baik yang
sudah ada aturannya dalam undang-
undang (KUH Perdata, KUH Dagang,
Uraian: peraturan khusus), maupun yang
belum ada pengaturannya sama
A. Pengertian Benda sekali. Dengan perkataan lain
mengenal “asas kebebasan
Benda (zaak) dalam arti berkontrak”. Akan tetapi terhadap
yuridis (Pasal 499 KUH Perdata) kebebasan ini ada pembatasannya,
adalah segala sesuatu yang dapat yaitu asal tidak dilarang oleh undang-
menjadi objek hak milik. Benda undang, tidak bertentangan dengan
sebagai objek yang berlawanan kesusilaan dan ketertiban umum.
dengan subjek dalam hukum yaitu
orang dan badan hukum. Dalam KUH Hukum benda adalah
Perdata, pengertian benda sebagai peraturan yang mengatur tentang
objek hukum tidak hanya meliputi hak-hak kebendaan dan barang-
barang yang berwujud, namun juga barang tak terwujud (immaterial).
barang yang tidak berwujud, meskipun Hukum harta kekayaan mutlak disebut
sebagian besar pasal-pasal dalam juga dengan hukum kebendaan, yaitu
hukum yang mengatur tentang
hubungan hukum
antara seseorang dengan benda. memungut hasil atas benda
Hubungan hukum ini melahirkan hak bergerak, hak pemakaian atas
kebendaan (zakelijk recht) yakni yang benda bergerak, hak atas
memberikan kekuasaan langsung surat- surat berharga.
kepada seseorang yang berhak b. Benda tak bergerak, dapat
menguasai sesuatu benda di dalam
dibedakan atas:
tangan siapapun benda itu.
1) Benda tak bergerak menurut
sifatnya: tanah dan segala
Menurut P.N.H. Simanjuntak,
sesuatu yang melekat di
hukum benda adalah peraturan-
atasnya misalnya: pohon-
peraturan hukum yang mengatur
pohon, tumbuh-tumbuhan.
mengenai hak-hak kebendaan yang
2) Benda tak bergerak menurut
sifatnya mutlak. Menurut Soediman
tujuannya harus bersatu
Kartihadiprojo, hukum kebendaan
dengan benda tak bergerak,
adalah semua kaidah hukum yang
misalnya: pada pabrik: segala
mengatur apa yang diartikan dengan
sesuatu yang menyatu dengan
benda dan mengatur hak-hak atas
pabrik (mesin dan pabrik),
benda. Menurut Van ApelDoorn,
pada perkebunan: segala
hukum kebendaan adalah peraturan
sesuatu yang digunakan
mengenai hak-hak kebendaan.
sebagai pemanfaatan
Menurut Sri Soedewi Masjchoen
perkebunan atau perikanan
Sofwan mengemukakan ruang lingkup
(ikan dalam kolam), pada
hukum benda itu yang mengatur
rumah kediaman: seperti kaca
pengertian benda, pembedaan
dan paku-paku yang yang
macam-macam benda dan macam-
bersatu dengan dinding.
macam hak kebendaan.
3) Benda tak bergerak menurut
ketentuan undang-undang:
B. Macam-Macam Benda
berwujud hak-hak atas benda-
benda yang tak bergerak,
Menurut sistem KUH Perdata,
misalnya: hak memungut hasil
benda dapat dibedakan sebagai
atas benda tak bergerak, hak
berikut:
memakai atas benda tak
a. Benda bergerak, dapat dibedakan bergerak dll.
atas:
Menurut Subekti, suatu benda
1) Benda bergerak karena
dapat tergolong dalam golongan
sifatnya (Pasal 509 KUH
benda yang tidak bergerak
Perdata) ialah benda yang
(onroerend) karena sifatnya, karena
dapat dipindahkan. Misalnya:
tujuan pemakaiannya dan karena
meja, kursi dll., atau dapat
ditentukan oleh undang-undang. Lebih
dipindah dengan sendirinya,
lanjut, Subekti menjelaskan bahwa
misalnya: ternak.
benda yang tidak bergerak karena
2) Benda bergerak karena
sifatnya ialah tanah, termasuk segala
ketentuan undang-undang
sesuatu yang secara langsung atau
(Pasal 511 KUH Perdata) ialah
tidak langsung, karena perbuatan
hak-hak atas benda yang
alam atau perbuatan manusia,
bergerak misalnya, hak
digabungkan
secara erat menjadi satu dengan c. Penagihan-penagihan atau
tanah itu. Misalnya, sebidang piutang-piutang;
pekarangan, beserta dengan apa yang
terdapat di dalam tanah itu dan segala d. Saham-saham atau andil-andil
apa yang dibangun di situ secara tetap dalam persekutuan dagang,
(rumah) dan yang ditanam di situ dan lain-lain.
(pohon), terhitung buah-buahan di 3. Benda yang musnah dan Benda
pohon yang belum diambil. yang tetap ada
a. Benda yang musnah
Benda tidak bergerak karena
tujuan pemakaiannya adalah segala Benda-benda yang dalam
apa yang meskipun tidak secara pemakaiannya musnah,
sungguh-sungguh digabungkan kegunaan benda-benda
dengan tanah atau bangunan, tersebut terletak pada
misalnya mesin-mesin dalam suatu kemusnahannya. Misalnya:
pabrik. Selanjutnya, benda tidak makanan, minuman dll.
bergerak karena ditentukan oleh b. Benda yang tetap ada
undang-undang adalah segala hak
atau penagihan yang mengenai suatu Benda-benda yang dalam
benda yang tidak bergerak. pemakaiannya tidak
mengakibatkan benda itu
Menurut Frieda Husni menjadi musnah, tetapi
Hasbullah, benda bergerak dapat memberi manfaat bagi
dibagi dalam dua golongan: sipemakai. Misalnya: piring,
gelas, sendok dll.
1. Benda bergerak karena sifatnya, 4. Benda yang dapat dibagi dan
yaitu benda-benda yang dapat Benda yang tidak dapat dibagi
berpindah atau dapat dipindahkan
misalnya, ayam, kambing, buku, a. Benda yang dapat dibagi
pensil, meja, kursi dan lain-lain adalah: benda yang apabila
(Pasal 509 KUH Perdata). dibagi tidak mengakibatkan
Termasuk juga sebagai benda hilang hakikatnya atau wujud
bergerak ialah kapal-kapal, dari benda itu sendiri.
perahu-perahu, gilingan-gilingan Misalnya: beras, gula dll.
dan tempat- tempat pemandian b. Benda yang dapat dibagi
yang dipasang di perahu dan adalah benda yang apabila
sebagainya (Pasal 510 KUH dibagi mengakibatkan
Perdata). hilangnya hakikat atau
2. Benda bergerak karena ketentuan wujudnya. Misalnya: kuda,
undang-undang (Pasal 511 KUH sapi, uang dll.
Perdata), misalnya: 5. Benda yang diperdagangkan dan
a. Hak pakai hasil dan hak pakai Benda yang tidak dapat
atas benda-benda bergerak; diperdagangkan

b. Hak atas bunga-bunga yang a. Benda yang diperdangkan


diperjanjikan; adalah benda-benda yang

dapat dijadikan objek dari suatu perjanjian.


b. Benda yang tidak hal tidak ada alas hak), yang disebut
diperdagangkan adalah benda- dengan “acquisitive verjaring”.
benda yang tidak dapat
dijadikan objek suatu 4. Pembebanan (bezwaring)
perjanjian dalam lapangan
harta kekayaan, biasanya Benda bergerak dilakukan
benda- benda untuk dengan gadai (pand). Benda tidak
kepentingan umum. bergerak dilakukan dengan hipotik.
Perbedaan antara benda Benda bergerak harus digunakan
bergerak dan benda yang tidak lembaga jaminan gadai (pand),
bergerak dianggap penting karena: sedangkan benda tak bergerak harus
digunakan lembaga jaminan
1. Hak kepemilikan (bezit) hyphoteek (Pasal 1150 dan 1162 KUH
Perdata).
Dalam Pasal 1977 KUH Perdata
menentukan barang siapa yang 5. Mengenai penyitaan (beslag)
menguasai barang bergerak dianggap
sebagai pemiliknya. Jadi beziter dari Revindicatior beslag adalah
benda bergerak adalah eigenaar, tidak penyitaan untuk menuntut kembali
berlaku untuk benda tidak bergerak. suatu benda bergerak miliknya
Benda bergerak, barang siapa yang pemohon sendiri yang ada dalam
menguasai benda bergerak dianggap kekuasaan orang lain.
sebagai pemiliknya.
C. Hak-Hak Kebendaan dan Azas-
2. Penyerahan (levering) azas Kebendaan

Pasal 612 KUH Perdata, Hak kebendaan adalah suatu


menentukan bahwa penyerahan benda hak yang memberi kekuasaan
bergerak dapat dilakukan dengan langsung atas suatu benda, yang
penyerahan nyata, sedangkan benda dapat dipertahankan terhadap tiap
tidak bergerak harus dengan balik orang. Hak kebendaan bersifat sebagai
nama pada daftar umum. pelunasan hutang (hak jaminan)
adalah hak jaminan yang melekat
3. Daluarsa (verjaring) pada kreditor yang memberikan
kewenangan untuk melakukan
Benda bergerak tidak dikenal eksekusi kepada benda yang dijadikan
daluarsa karena bezit sama dengan jaminan jika debitur melakukan
eigendom. Benda tidak bergerak wansprestasi terhadap suatu prestasi
dikenal daluarsa. Seseorang dapat (perjanjian). Dengan demikian hak
mempunyai hak milik karena jaminan tidak dapat berdiri karena hak
lampaunya 20 tahun (dalam hal ada jaminan merupakan perjanjian yang
alas yang sah) atau 30 tahun (dalam bersifat tambahan (accessoir) dari
perjanjian pokoknya, yakni perjanjian
hutang piutang (perjanjian kredit).
Perjanjian hutang piutang dalam KUH
Perdata tidak diatur secara terperinci,
namun bersirat dalam Pasal 1754 KUH
Perdata tentang perjanjian pinjaman hak yang
pengganti yakni dikatakan bahwa bagi
mereka yang meminjam harus
mengembalikan dengan bentuk dan
kualitas yang sama.

Perbedaan antara hak


kebendaan dengan hak perorangan,
yaitu:

1. hak kebendaan memberikan


kekuasaan atas suatu benda, hak
kebendaan dapat dipertahankan
terhadap orang yang melanggar
hak itu;
2. hak perorangan memberikan suatu
tuntutan atau penagihan terhadap
seorang, hak perorangan hanyalah
dapat dipertahankan terhadap
orang tertentu saja terhadap
sesuatu pihak.

Dalam praktek kita jumpai


perbedaan antara hak kebendaan dan
hak perorangan tidak tajam lagi,
karena pada tiap-tiap hak-hak
perorangan yang mempunyai sifat
kebendaan:

1. mempunyai sifat absolut yaitu


dapat dipertahankan/dilindungi
terhadap setiap gangguan dari
pihak ketiga. Misalnya, hak
penyewa mendapat perlindungan
berdasarkan Pasal 1365 KUH
Perdata.
2. mempunyai sifat mengikuti
bendanya (droit de suite).
Misalnya, hak sewa senantiasa
mengikuti bendanya. Perjanjian
sewa tidak akan putus
dengan berpindahnya/dijualnya
barang yang disewa.
3. mempunyai sifat prioritas, yaitu hak
perorangan kita jumpai juga
adanya hak yang lebih dahulu
terjadinya dimenangkan dengan
terjadi kemudian, bukan tanah. Bezit atas benda
misalnya bergerak/benda yang bukan
pembeli/penyewa pertama tanah.
berhadapandengan b. Bersifat memberi kenikmatan,
pembeli/penyewa kedua. tapi atas benda milik orang lain.
4. gugatan dapat dilakukan Bezit atas benda bergerak/benda
terhadap siapapun yang yang bukan tanah.
mengganggu haknya, c. Hak memungut hasil atas benda
bukan hanya kepada bergerak/benda yang bukan
lawannya. tanah.
d. Hak pakai dan hak mendiami
Hak-hak kebendaan atas benda bergerak/benda yang
yang diatur dalam Buku II bukan tanah.
KUH Perdata itu dapat
dibedakan sebagai berikut: 2. hak-hak kebendaan yang bersifat
memberi jaminan, yaitu:
1. hak-hak kebendaan yang a. gadai sebagai jaminan ialah
bersifat memberi benda bergerak
kenikmatan b. hipotik sebagai jaminan ialah
benda tetap.
a. Bersifat memberi
kenikmatan atas Asas-asas kebendaan, yaitu:
bendanya milik
sendiri, misalnya hak 1. Asas individualitas, yaitu objek
milik atas benda kebendaan selalu benda tertentu,
bergerak/benda yang atau dapat ditentukan secara
individual, yang merupakan kebendaan yang ada padanya.
kesatuan. Hak kebendaan selalu Contoh, seseorang tidak dapat
benda yang dapat ditentukan memindah tangankan sebagian dari
secara individu. Artinya, berwujud wewenang yang ada padanya atas
dan merupakan satu kesatuan suatu hak kebendaan, seperti
yang ditentukan menurut jenis memindahkan sebagian
jumlahnya. Contoh, rumah, penguasaan atas sebuah rumah
hewan. kepada orang lain. Penguasaan atas
2. Asas totalitas, yaitu hak rumah harus utuh, karena itu
kebendaan terletak diatas seluruh pemindahannya harus juga utuh.
objeknya sebagai satu kesatuan. 4. Asas publisitas, yaitu hak kebendaan
Contoh, seorang memiliki sebuah atas benda tidak bergerak
rumah, maka otomatis dia adalah diumumkan dan di daftarkan dalam
pemilik jendela, pintu, kunci, dan register umum. Contoh,
benda- benda lainnya yang pengumunam status kepemilikan
menjadi pelengkap dari benda suatu benda tidak bergerak (tanah)
pokoknya (tanah). kepada masyarakat melalui
3. Asas tidak dapat dipisahkan, yaitu pendaftaran dalam buku tanah/
orang yang berhak tidak boleh register, sedangkan pengumuman
memindah tangankan sebagian benda bergerak terjadi melalui
dari kekuasaan yang termasuk hak penguasaan nyata benda itu.
5. Asas spesialitas. Dalam lembaga dengan jelas wujud, batas, letak,
hak kepemilikan hak atas tanah luas tanah. Contoh, asas ini
secara individual harus ditunjukan terdapat pada hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan atas
benda tetap.
6. Asas hak yang mengikuti
(zaaksvelog atau droit de suit),
artinya benda itu terus menerus
mengikuti bendanya di manapun
juga (dalam tangan siapapun
juga) barang itu berada.
7. Asas pelekatan (accessie). Suatu
benda biasanya terdiri atas
bagian- bagian yang melekat
menjadi satu dengan benda
pokok. Contohnya: hubungan
antara bangunan dengan genteng,
kosen, pintu dan jendela. Menurut
asas ini pemilik benda pokok
dengan sendirinya merupakan
pemilik dari benda pelengkap.
Dengan perkataan lain status
hukum benda pelengkap
mengikuti status hukum benda
pokok.
8. Asas zakelijke actie adalah hak
untuk menggugat apabila terjadi
gangguan atas hak tersebut.
Misalnya, penuntutan kembali,
gugatan untuk menghilangkan
gangguan-gangguan atas haknya,
gugatan untuk memulihkan secara
semula, gugatan untuk menuntut
ganti rugi, dll.
9. Asas hukum pemaksa (dewingen
recht), bahwa orang tidak boleh
mengadakan hak kebendaan yang
menyimpang seperti yang sudah
diatur dalam undang-undang.
10. Asas dapat dipindah tangankan,
yaitu semua hak kebendaan dapat
dipindah tangankan. Menurut
perdata barat, tidak semua dapat
dipindah tangankan (seperti hak
pakai dan hak mendiami) tetapi
setelah berlakunya undang-
undang
hak atas tanah Undang-Undang 4. Melalui penemuan. Benda yang
Hak Tanggungan, semua hak semula milik orang lain, akan
kebendaan dapat dipindah tetapi lepas dari penguasanya,
tangankan. karena misalnya jatuh di
perjalanan, maka barang siapa
Timbul dan Hapusnya Hak
yang menemukan barang tersebut
Kebendaan
dan ia tidak mengetahui siapa
pemiliknya, menjadi pemilik
Cara-cara timbulnya hak
barang yang ditemukannya.
kebendaan, yaitu:
5. Melalui penyerahan. Cara ini yang
1. Pendakuan (toeeigening), yaitu lazim, yaitu hak kebendaan
memperoleh hak milik atas benda- diperoleh melalui penyerahan.
benda yang tidak ada pemiliknya Contoh, jual beli, sewa menyewa.
(res nullius). Res nullius hanya Dengan adanya penyerahan maka
atas benda bergerak. Contohnya, title berpindah kepada siapa benda
memburu rusa di hutan, itu diserahkan.
memancing ikan dilaut, mengambil 6. Pewarisan, yaitu suatu proses
harta karun, dll. beralihnya hak milik atau harta
2. Perlekatan (natrekking), yaitu warisan dari pewaris kepada ahli
suatu cara memperoleh hak milik, warisnya. Pewarisan dapat
dimana benda itu bertambah besar dibedakan menjadi dua macam,
atau berlipat ganda karena alam. yaitu karena undang-undang dan
Contoh, tanah bertambah besar wasiat.
sebagai akibat gempa bumi, 7. Dengan penciptaan, yaitu
seseorang membeli seekor sapi seseorang yang menciptakan
yang sedang bunting maka anak benda baru, baik dari benda yang
sapi yang dilahirkan dari induknya sudah ada maupun baru, dapat
itu menjadi milinya juga, pohon memperoleh hak milik atas benda
berbuah, dll. ciptaannya tersebut. Contoh, orang
3. Daluarsa (verjaring), yaitu suatu yang menciptakan patung dari
cara untuk memperoleh hak milik sebatang kayu, menjadi pemilik
atau membebaskan dari suatu patung itu. Demikian pula hak
perikatan dengan lewatnya suatu kebendaan tidak berwujud seperti
waktu tertentu dan atas syarat- hak paten, dan hak cipta.
syarat yang ditentukan dalam
Sebab-sebab hapusnya hak
Undang-Undang (Pasal 1946 KUH
kebendaan, yaitu:
Perdata). Barang siapa menguasai
benda bergerak yang dia tidak
1. Bendanya lenyap/ musnah
ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena
Karena musnahnya suatu benda,
menemukannya), hak milik atas
maka hak atas benda tersebut ikut
benda itu diperoleh setelah lewat
lenyap. Contohnya, hak sewa atas
waktu 3 tahun sejak orang
rumah yang habis/musnah
tersebut menguasai benda yang
tertimbun longsor. Hak gadai atas
bersangkutan.
sebuah sepeda motor ikut habis
apabila barang tersebut musnah karena kebakaran.
J. Satrio perumusan dalam Pasal 1134
2. Karena dipindah tangankan
KUH Perdata, bahwa hak istimewa
diberikan oleh undang-undang, di
Hak milik, hak memungut hasil atau
mana piutang-piutang tertentu, yang
hak pakai menjadi hapus bila benda
disebutkan oleh undang-undang,
yang bersangkutan dipindah
secara otomatis mempunyai
tangankan kepada orang lain.
kedudukan yang didahulukan. Hak
privilegie ini bersifat accesoir dan
3. Karena pelepasan hak (pemilik
tidak dapat berdiri sendiri.
melepaskan benda tersebut)
Para pihak tidak dapat
Pada umumnya pelepasan yang
memperjanjikan suatu privilegie,
bersangkutan dilakukan secara
artinya memperjanjikan bahwa tagihan
sengaja oleh yang memiliki hak
yang timbul dari perjanjian yang
tersebut. Contohnya, radio yang
mereka tutup mengandung privilegie.
rusak dibuang ke tempat sampah.
Semua privilegie adanya ditentukan
Dalam hal ini, maka hak
secara limitatif oleh undang-undang
kepemilikan menjadi hapus dan
dan bahkan orang tidak diperkenankan
bisa menjadi hak milik orang lain
untuk memperluasnya dengan jalan
yang menemukan radio tersebut.
penafsiran terhadap perikatan-
perikatan (tagihan-tagihan), yang
4. Karena pencabutan hak
tidak secara tegas di dalam undang-
undang, dinyatakan sebagai hak
Penguasa publik dapat mencabut
tagihan yang diistimewakan.
hak kepemilikan seseorang atas
benda tertentu, dengan syarat,
Privilegie harus dituntut, harus
harus didasarkan undang-undang,
dimajukan, artinya kalau pemilik
dilakukan untuk kepentingan umum
tagihan yang diistimewakan tinggal
(dengan ganti rugi yang layak).
diam saja, maka tagihannya dianggap
sebagai tagihan biasa (konkuren).
D. Hak Privilegie dan Retentie
Pemilik tagihan tersebut harus
(Retensi)
menuntut agar ia dimasukkan dalam
Hak privilegie merupakan daftar tingkatan menurut tingkat yang
jaminan khusus yang didasarkan pada diberikan kepadanya menurut undang-
undang-undang. Hak privilegie atau undang dan dengan demikian
hak istimewa adalah hak yang mendapat pelunasan menurut urutan
didahulukan. Hak privilegie di dalam tingkatnya dalam daftar.
Pasal 1134 KUH Perdata adalah suatu
Privilegie lain daripada gadai,
hal yang oleh undang-undang
hipotik, hak tanggungan dan fidusia, ia
diberikan kepada seorang berpiutang
bukan merupakan hak kebendaan.
sehingga tingkatnya lebih tinggi
Pemilik hak tagih yang diistimewakan
daripada orang berpiutang lainnya,
semata-mata berdasarkan sifat pada azasnya tidak mempunyai hak-
piutangnya. Menurut hak yang lebih dari orang lain. Ia tidak
mempunyai hak untuk menjual sendiri
benda-benda atas mana ia mempunyai
hak yang didahulukan untuk mengambil pelunasan, ia tidak mempunyai hak
yang mengikuti bendanya kalau benda yang diberikan dalam gadai, maka si
itu ada di tangan pihak ketiga (droit berpiutang tidak berkuasa menuntut
de suite). Kelebihannya hanya bahwa pengembaliannya, sebelum ia
atas hasil penjualan benda membayar sepenuhnya baik uang
tertentu/semua benda milik debitur, ia pokok maupun bunga dan biaya
didahulukan di dalam mengambil hutangnya, yang untuk menjamin
pelunasannya (Pasal 1139 dan Pasal barang gadai telah diberikan, beserta
1149 KUH Perdata). segala biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan
Hak privilegie bukan
barang-barang gadai.
merupakan hak kebendaan, tetapi
dalam hal tertentu mempunyai sifat Hak retensi tersebut
kebendaan, yaitu menunjukkan sifat
memberikan tekanan kepada debitur
droit de suite. Privilegie sedikit agar segera melunasi utangnya.
banyak memberikan jaminan juga, Kreditur dengan hak retensi sangat
oleh karena itu menurut sistem KUH
diuntungkan dalam penagihan
Perdata, hak privilegie diatur bersama piutangnya. Hak retensi berbeda
dengan pengaturan pand dan hipotik. dengan hak-hak jaminan kebendaan
Sebagaimana kita ketahui Pand dan yang lain, karena ia tidak diperikatkan
hipotik itu kedua- duanya merupakan secara khusus, tidak diperjanjikan, dan
jaminan kebendaan dan diatur dalam bukan diberikan oleh undang-undang
Buku II KUH Perdata. Hak-hak dengan maksud untuk mengambil
kebendaan yang memberikan jaminan pelunasan lebih dahulu dari “hasil
yaitu memberi jaminan terhadap
penjualan” benda-benda debitur,
piutang. Jadi, privilegie juga tetapi sifat jaminan di sana muncul
merupakan hak yang memberi demi hukum, karena ciri/sifat daripada
jaminan tapi bukan merupakan hak
lembaga hukum itu sendiri. Namun
kebendaan.
demikian, ia tetap bukan merupakan
privilegie, karena privilegie ditentukan
Hak Retensi
sebagai demikian oleh undang-
undang.
Hak retensi berasal dari kata
retain, yang berarti hak untuk tetap
Hak retensi di luar hal-hal yang
menahan (suatu benda).Hak retensi
ditetapkan dalam undang-undang
adalah hak untuk menahan sesuatu
yang didasarkan pada azas kebebasan
benda sampai suatu piutang yang
mengadakan perjanjian (partij
bertalian dengan benda itu dilunasi.
autonomi), sebagaimana yang dapat
Jadi, hak retensi merupakan jaminan
disimpulkan dari Pasal 1338 KUH
khusus yang diberikan kepada kreditur
Perdata. Sifat-sifat hak retensi
untuk menahan benda debitur, sampai
adalah tidak dapat dibagi-bagi, artinya
tagihan yang berhubungan dengan
kalau misalnya sebagian saja dari
benda tersebut dilunasi lebih aman hutang itu yang dibayar, tidak lalu
apabila tertuju pada benda bergerak berarti harus mengembalikan sebagian
yang gampang dipindahkan dan barang yang ditahan. Hutang
berubah nilainya. Selama pemegang seluruhnya harus dibayar lebih dahulu,
gadai tidak menyalah gunakan barang baru barang seluruhnya dikembalikan.
Hak retensi itu tidak membawa serta
hak boleh memakai terhadap barang benda tersebut adalah tanah),
yang ditahan itu, jadi hanya boleh selama dan sepanjang hasil-hasil itu
menahan saja tidak boleh memakai. pada saat penyerahan kembali akan
kebendaan yang bersangkutan
Hak retensi bersifat tidak dapat
belum terpisah dari tanah, tetapi
dibagi-bagi, kalau misalnya sebagian
tidak termasuk pada :
saja dari utang itu tidak dibayar, tidak
lalu berarti harus mengembalikan a. Segala biaya dan pengeluaran
sebagian dari barang yang ditahan. yang telah dikeluarkan guna
Hutang seluruhnya harus dibayar memelihara kebendaan itu
terlebih dahulu baru barang semata-mata.
seluruhnya dikembalikan. Hak retensi
tidak membawa serta hak boleh b. Biaya-biaya yang ia keluarkan
memakai barang yang ditahan guna memperoleh hasil-hasil
tersebut tetapi hanya boleh menahan yang ia karena kedudukan
saja dan tidak boleh digunakan. berkuasanya berhak
menikmatinya.
Selama pemegang gadai tidak
melakukan misbruik atas barang gadai
itu, si pemegang gadai pada
hakikatnya tidak diperbolehkan Literatur:
memakai barang gadaian. Resiko
kehilangan barang itu, lebih berat Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum
diletakkan kepada si pemegang gadai Perikatan, PT.Citra Aditya
(Pasal 1159 ayat 1 KUH Perdata). Jadi, Bakti, Bandung.
pada dasarnya hak retensi bersifat
accesoir yang berarti melekat pada ------------, 2000, Hukum Perdata
suatu kewajiban, prestasi, utang, atau Indonsesia, Citra Aditya,
perikatan yang harus dilakukan, Bandung.
dibayar, atau dipenuhi oleh debitur.
Hak retensi yang bersifat accesoir Frieda Husni Hasbullah, 2005, Hukum
yaitu ikut beralih, hapus dan batal Kebendaan Perdata: Hak-Hak
dengan beralihnya, hapusnya dan Yang Memberi Kenikmatan,
batalnya perjanjian pokok. Ind-Hil-Co., Jakarta.

Hak retensi diberikan kepada J. Satrio, 1997, Hukum Jaminan Hak


seseorang pemegang kedudukan Jaminan Kebendaan , hak
berkuasa atas: tanggungan buku 1, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
1. Biaya yang harus dikeluarkan
olehnya guna menyelamatkan dan Jaja Melia, Perkembangan
2007,
memperbaiki keadaan kebendaan Hukum Perdata tentang
yang dikuasainya tersebut. Benda dan Hukum Perikatan,
2. Menuntut kembali segala biaya Nuansa Aulia, Bandung.
yang dikeluarkan untuk
memperoleh hasil-hasil dari
kebendaan yang dikuasainya
tersebut (dalam hal
Rachmadi Usman, 2002, Hukum Soal Latihan:
Kebendaan, Sinar Grafika,
Jakarta. 1. Jelaskan tentang pengertian
benda dan hukum benda?
Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk
dan Azas-azas Hukum 2. Sebutkan dan jelaskan macam-
Perdata, Alumni, Bandung. macam benda?
3. Jelaskan arti penting
Salim HS, 2001, Pengantar Hukum perbedaan benda bergerak
Perdata Tertulis, Sinar Grafika, dengan benda tidak bergerak?
Jakarta.
4. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan hak kebendaan?
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1990,
Hukum Perdata: Hukum 5. Sebutkan dan jelaskan azas-
Benda, Liberty, Yogyakarta. azas hak kebendaan?
6. Sebutkan dan jelaskan tentang
Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum
hapusnya hak kebendaan?
Perdata, Intermasa, Jakarta.
7. Jelaskan apa yang dimaksud
Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001, dengan hak priviligie dan hak
Kitab Undang-undang Hukum retensi?
Perdata, Pradnya Paramita, 8. Apakah hak priviligie dan hak
Jakarta. retensi merupakan hak
kebendaan, jelaskan?
Suhardana, F.X.,et.al., 2001, Hukum
Perdata I: Buku Panduan
Mahasiswa, PT Prenhallindo,
Jakarta.

Titik Triwulan Tutik, 2006, Pengantar


Hukum Perdata di Indonesia,
Prestasi Pustaka Publisher,
Jakarta.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974


tentang Perkawinan.

Wawan Muhwan Hariri, 2011, Hukum


Perikatan dilengkapi Hukum
Perikatan dalam Islam, CV
Pustaka, Jakarta.
BAB VII
HUKUM WARIS

Tujuan Instruksional Khusus dalam surat wasiat”. Selain

Mahasiswa diharapkan mampu


mengetahui dan menjelaskan tentang
Hukum Waris: Istilah dan Pengertian
Waris, Hak Mewaris, Menerima dan
Menolak Waris, Wasiat dan Executeur
Testamentair, Fidei Commis dan
Legietieme Portie, Pembagian
Warisan serta Warisan yang tidak
terurus

Sub Pokok Bahasan

A. Istilah dan Pengertian Waris


B. Hak Mewaris
C. Menerima dan Menolak Waris
D. Wasiat dan Executeur Testamentair
E. Fidei Commis dan Legietieme Portie
F. Pembagian Warisan
G. Warisan yang tidak terurus

Uraian :

A. Istilah dan Pengertian Waris

Istilah waris belum ada


kesatuan arti, baik yang ditemui dalam
kamus hukum maupun sumber
lainnya. Istilah waris ada yang
mengartikan dengan “harta
peninggalan, pusaka atau hutang
piutang yang ditinggalkan oleh
seorang yang meninggal dunia seluruh
atau sebagian menjadi hak para ahli
waris atau orang yang ditetapkan
itu, ada yang mengartikan waris
“yang berhak menerima harta Berkaitan dengan beberapa
pusaka dari orang yang telah istilah di atas, Hilman Hadikusumah
meninggal”. Terdapat perbedaan, mengemukakan bahwa warisan
disatu pihak mengartikan istilah menunjukkan harta kekayaan dari
waris dengan harta peninggalan dan orang yang telah meninggal, yang
dipihak lain mengartikan dengan kemudian disebut pewaris, baik harta
orang yang berhak menerima harta itu telah dibagi-bagi ataupun masih
peninggalan tersebut. dalam keadaan tidak terbagi-bagi.

Istilah waris berasal dari Pengertian hukum waris


bahasa Arab yang diambil alih dikemukakan oleh beberapa pakar
menjadi bahasa Indonesia, yaitu hukum, yaitu:
berasal dari kata “warisa” artinya
mempusakai harta, “waris artinya Menurut R. Santoso
ahli waris, waris”. Waris Pudjosubroto adalah hukum yang
menunjukkan orang yang menerima mengatur apakah dan bagaimanakah
atau mempusakai harta dari orang hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang telah meninggal dunia. tentang harta benda seseorang pada

waktu ia meninggal dunia akan beralih hubungan antara mereka dengan mereka,
kepada orang lain yang masih hidup. maupun dalam hubungan antara mereka dengan
pihak ketiga.
Menurut Ter Haar, hukum
waris adalah aturan-aturan hukum Hukum waris merupakan salah satu
mengenai cara bagaimana dari abad bagian dari hukum perdata secara keseluruhan
ke abad penerusan dan peralihan dari dan merupakan bagian terkecil dari hukum
harta kekayaan yang berwujud dan kekeluargaan. Hukum waris pada dasarnya
tidak berwujud dan dari generasi ke sangat berkaitan dengan ruang lingkup
generasi. kehidupan manusia, karena setiap manusia
dimuka bumi ini pastinya akan mengalami
Menurut Soepomo, hukum peristiwa hukum yang dinamakan kematian.
waris adalah peraturan-peraturan yang
mengatur proses meneruskan serta Menurut undang-undang terdapat
menoperkan barang-barang yang tidak dua yang mendapatkan warisan, yaitu:
berwujud benda (immaterielle
goederen) dari suatu angkatan
manusia (generatie) kepada
turunannya.

Berdasarkan pengertian hukum


waris yang uraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian hukum
waris adalah kumpulan peraturan yang
mengatur mengenai kekayaan yang
ditinggalkan oleh si mati dan akibat
dari pemidahan ini bagi orang-orang
yang memperolehnya, baik dalam
1. Sebagai ahli waris menurut menguasai satu benda warisan dengan
ketentuan undang- maksud untuk memilikinya.
undang
2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat Pada azasnya tiap orang,
meskipun seorang yang baru lahir,
Dalam hukum waris adalah cakap untuk mewarisi. Hanya
berlaku juga suatu azas, oleh undang-undang telah ditetapkan
bahwa apabila seorang ada orang-orang yang karena
meninggal, maka seketika perbuatannya, tidak patut
itu juga segala hak dan (onwaardig) menerima warisan (Pasal
kewajibannya beralih pada 838 KUH Perdata). Mereka itu, di
sekalian ahli warisnya. antaranya ialah seorang waris yang
Menurut Pasal 834 KUH dengan putusan hakim telah dihukum
Perdata, seorang ahli waris karena dipersalahkan membunuh atau
berhak untuk me- nuntut mencoba membunuh si meninggal.
supaya segala yang Seorang waris yang telah
termasuk harta peninggalan menggelapkan, memusnahkan atau
si meninggal diserahkan memalsukan surat wasiat atau dengan
padanya berdasarkan memakai kekerasan atau ancaman
haknya sebagai ahli waris. telah menghalang-halangi si
Hak penuntutan ini meninggal untuk membuat surat
menyerupai hak penuntutan wasiat menurut kehendaknya.
seorang pemilik suatu
benda, dan menurut Selain itu, undang-undang
maksudnya penuntutan itu telah ditetapkan bahwa ada orang-
harus ditujukan pada yang orang yang berhubung dengan jabatan
atau pekerjaan, maupun hubungannya
dengan si meninggal, tidak Unsur-unsur pewarisan, yaitu
diperbolehkan menerima keuntungan pewarisan baru terjadi jika ada:
dari suatu surat wasiat yang diperbuat
o1eh si meninggal. Mereka ini, di 1. Pewaris adalah seseorang yang
antaranya ialah notaris yang membuat meninggal-dunia dan
surat wasiat itu serta saksi-saksi yang meninggalkan harta warisan.
menghadiri pembuatan testamen itu, 2. Harta warisan ialah kekayaan
pendeta yang melayani atau dokter (vermogen), kumpulan aktiva dan
yang merawat si meninggal selama passiva yang ditinggalkan pewaris.
sakitnya yang terakhir. Bahkan 3. Ahli waris ialah mereka yang untuk
pemberian warisan dalam surat wasiat seluruhnya atau untuk sebagian
kepada orang-orang yang menjadi secara berimbang, berhak menerima
perantara dari orang-orang ini harta warisan dari pewaris yang
(tussenbeide komende personen) disebut “penerima hak berdasar
dapat dibatalkan. Sebagai orang-orang atas hak umum”.
perantara ini, oleh undang-undang
dianggap anak-anak dan isteri dari Dasar-dasar/asas-asas
orang-orang yang tidak diperbolehkan pewarisan, yaitu:
menerima warisan dari testamen.
1. Le mort saisit le vif, artinya
pewarisan hanya berlangsung atau penerimaan menggantikan
karena kematian (Pasal 830 KUH kedudukan pewaris. Menurut KUH
Perdata). Sejak saat pewaris Perdata setiap orang sekalipun
meninggal dunia sekalian ahli masih berada dalam kandungan
waris dengan sendirinya karena ibunya asalkan lahir hidup cakap
hukum tanpa ada perbuatan untuk menerima warisan (Pasal 2
penyerahan KUH Perdata).

Seorang anak adalah ahli waris jika


ia mempunyai hubungan
keperdataan dengan ayahnya
selaku pewaris seperti anak sah,
anak yang disahkan, anak yang
diakui, sedangkan menurut Pasal
43 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun
1974 anak luar kawin hanya mem-
punyai hubungan perdata dengan
ibu dan keluarga ibunya.

2. hanya hak dan kewajiban dalam


lapangan hukum kekayaan (yang
dapat dinilai dengan uang) saja
yang dapat diwariskan/diwarisi.

Jadi hak dan kewajiban dalam


lapangan hukum kekeluargaan
seperti hak dan kewajiban sebagai
seorang suami atau isteri, sebagai
orang tua/wali, dengan beberapa
pengecualian seperti hak seorang
anak untuk dinyatakan sebagai
anak sah dari bapak dan ibunya,
tidak dapat diwarisi. Selain itu, hak
dan kewajiban seseorang sebagai
anggota perkumpulan, sebagai
sekutu dagang, buruh,
serta perjanjian untuk melakukan
suatu jasa seperti melukis dan
memimpin konser, juga tidak
dapat diwariskan.

3. Seseorang ahli waris cakap untuk


mewaris asalkan: (a) pewaris telah
meninggal dunia, (b) penunjukkan
ahli waris dilakukan menurut
undang-undang atau menurut
surat
wasiat pewaris, (c) objek warisan meninggal dunia. Jadi hak mewarisi
nyata ada berupa hak maupun ada pada ahli waris (mewarisi) yang
kewajiban kebendaan pada saat mewakili hubungan darah dengan
pewaris meninggal dunia, (d) ahli pewaris, baik itu keturunan langsung
waris tidak dinyatakan sebagai maupun keturunan tidak langsung.
orang yang tidak layak menerima Siapa orang-orang yang berhak
warisan itu. mewarisi harta peninggalan
seseorang? Untuk menetapkan ahli
Cara memperoleh warisan di
waris dari seseorang yang meninggal,
dalam KUH Perdata ada 2 (dua) cara,
dibagi dalam berbagai golongan, yaitu:
yaitu:
1. Golongan Pertama, yaitu:
1. Secara ab intestato (bij versterf)
suami/istri yang hidup terlama dan
atau menurut undang-undang
anak/keturunannya (Pasal 852 KUH
(KUH Perdata) yang menetapkan
Perdata).
siapa berhak mewaris tanpa
membedakan siapa yang lahir lebih
Jika orang-orang dari golongan
dahulu dan jenis kelaminnya
pertama masih hidup, maka merekalah
pria/wanita, bahkan anak-anak
yang berhak mewarisi semua harta
luar kawin yang diakui (natuurlijke
peninggalan, sedangkan anggota
er- kende kinderen) merupakan keluarga lain-lainnya tidak mendapat
ahli waris.
bagian apapun. Dalam golongan
2. Secara testamentair atau ditunjuk
pertama, dimasukkan anak-anak
dalam Surat Wasiat (testament).
beserta turunan-turunan dalam garis
lencang ke bawah, dengan tidak
B. Hak Mewaris
membedakan laki-laki atau perempuan
dan dengan tidak membedakan urutan
Hak mewaris merupakan hak
kelahiran. Jika tidak terdapat anggota
yang dimiliki seseorang karena
keluarga dari golongan orang-orang
hubungan darah dan perkawinan
pertama, maka golongan kedua yang
apabila terjadi kematian (terbukanya
tampil sebagai ahliwaris.
warisan). Prinsip pewarisan itu terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu:
Hak mewarisi oleh suami atau
isteri dari si meninggal, baru sejak
1. Harta waris baru terbuka (dapat
tahun 1935 (di Negeri Belanda tahun
diwariskan kepada pihak lain)
1923) dimasukkan dalam undang-
apabila terjadi suatu kematian
undang, yaitu mereka dipersamakan
2. Adanya hubungan darah di antara
dengan seorang anak yang sah.
pewaris dan ahli waris, kecuali
Akibatnya, apabila tiada terdapat anak
untuk suami atau istri pewaris.
sama sekali, suami atau isteri itu
mengecualikan lain-lain anggota
Dalam prinsip kedua, antara
keluarga.
pewaris dan ahli waris harus memiliki
“hubungan darah” kecuali suami/istri
Bagian seorang anak yang lahir
pewaris dalam hal mereka masih
di luar perkawinan, tetapi diakui dan
terikat dalam perkawinan saat pewaris
tergantung kepada berapa adanya ang- gota keluarga yang sah. Jika ada
ahli waris dari golongan pertama, 4. Golongan Keempat, yaitu: paman
maka bagian anak yang lahir di luar dan bibi pewaris baik dari pihak
perkawinan tersebut, 1/3 (sepertiga) bapak maupun dari pihak ibu,
dari bagian yang akan diperolehnya yaitu:
seandainya ia dilahirkan dari a. keturunan paman dan bibi
perkawinan yang sah. Jika ia bersama- sampai derajat keenam
sama mewarisi dengan anggota- dihitung dari pewaris,
anggota keluarga dari golongan
kedua, bagiannya menjadi 1/2 Skema keturunan paman dan bibi
(seperdua) dari bagian yang akan sampai derajat keenam dihitung
diperolehnya seandainya ia dilahirkan dari pewaris:
dari perkawinan yang sah. Pembagian
warisan, harus dilakukan sedemikian
rupa, sehingga bagian anak yang lahir
di luar perkawinan itu, harus dihitung
dan dikeluarkan lebih dahulu, barulah
sisanya dibagi antara ahliwaris yang
lainnya, seolah-olah sisa itu warisan
yang masih utuh.

2. Golongan Kedua, yaitu: orang tua


dan saudara kandung pewaris.

Dalam golongan kedua


dimasukkan orang tua dan saudara-
saudara dari si meninggal. Pada
asasnya orang tua itu dipersamakan
dengan saudara, tetapi bagi orang tua
diadakan peraturan-peraturan yang
menjamin bahwa ia pasti mendapat
bagian yang tidak kurang dari
seperempat harta peninggalan. Jika
tidak terdapat sama sekali anggota Berdasarkan skema di atas
keluarga dan golongan kedua, harta bahwa derajat penerima warisan
peninggalan itu dipecah menjadi dua, adalah paman dan bibi, sepupu, anak
Satu untuk para anggota keluarga sepupunya dan cucu sepupu. Keadaan
pihak ayah dan satu bagian untuk ini adalah hubungan kekeluargaan
para anggota keluarga pihak ibu. sedarah dalam garis menyimpang
sampai derajat keenam dari pewaris
3. Golongan Ketiga, yaitu: keluarga apabila keturunan paman dan bibi
dalam garis lurus ke atas sesudah sampai derajat keenam yang berhak
bapak dan ibu pewaris dan mewaris.
keturunannya (Pasal 853 KUH
Perdata).
b. saudara kakek dan nenek pewaris.
beserta keturunannya sampai
derajat keenam dihitung dari Skema saudara kakek dan nenek beserta
keturunannya, sampai derajat secara fitnah telah mengajukan
keenam dihitung dari pewaris: pengaduan bahwa pewaris telah
melakukan kejahatan yang diancam
hukuman penjara sekurangnya 5
tahun,

3. mereka yang dengan kekerasan


telah mencegah pewaris membuat
atau mencabut surat wasiatnya,

4. mereka yang telah menggelapkan,


merusak atau memalsukan surat
wasiat pewaris (Pasal 838 KUH
Perdata).

C. Menolak dan Menerima


Warisan

Seseorang dapat menerima


Berdasarkan skema di atas, maupun menolak warisan yang jatuh
bahwa derajat dari pewaris adalah kepadanya, sebagaimana ditegaskan
kakek nenek, paman bibi, sepupu dalam Pasal 1045 KUH Perdata, bahwa
pewaris, anak sepupu pewaris dari tiada seorang pun diwajibkan untuk
saudara kakek dan nenek pewaris. menerima warisan yang jatuh ke
Keadaan ini adalah dalam hubungan tangannya. Ada 3 (tiga) sikap bagi ahli
kekeluargaan sedarah dalam garis waris dalam menerima warisan:
menyimpang sampai derajat keenam
1. menerima secara penuh bagian
dari pewaris.
warisannya dengan me-
Mereka yang tidak layak nyatakannya secara tegas dalam
menerima suatu warisan, yaitu: sebuah akta, atau dengan
mengambil, menjual bagian
1. mereka yang telah dihukum karena warisannya atau membayar utang-
dipersalahkan telah membunuh utang pewaris.
atau mencoba membunuh pewaris, 2. menerima dengan syarat bahwa ia
tidak akan diwajibkan membayar
2. mereka yang dengan putusan utang-utang pewaris melebihi dari
hakim pernah dipersalahkan karena bagian harta warisan yang diterima
(beneficiare aanvaarding) yang
dilakukan dengan membuat
pernyataan pada Panitera Penga-
dilan Negeri tempat terbukanya
warisan dan wajib dalam waktu
empat bulan sejak ia menyatakan
sikapnya:
a. mencatat segala harta warisan b. mengurus harta warisan dengan
yang diterima, sebaik-baiknya,
c. memanggil melalui surat kabar kepaniteraan Pengadilan Negeri yang
semua pihak yang berpiutang dalam daerah hukumnya warisan itu
dan belum dikenalnya, terbuka (Pasal 1057 KUH Perdata).
d. membereskan segala urusan Penolakan warisan tersebut tidak
yang berkaitan dengan harus diberikan secara tertulis, tetapi
warisan, oleh pengadilan pernyataan tersebut
e. atas permintaan pihak-pihak dicatat dalam register yang
yang berpiutang, menyerahkan bersangkutan.
nilai harga harta warisan yang
tidak diserahkan kepada pe- Penolakan warisan ini tidak ada
megang hipotik atas harta daluarsanya (Pasal 1062 KUH
warisan, Perdata), akan tetapi, dengan adanya
f. memberikan pertanggungan- daluarsa menerima warisan yang lewat
jawaban kepada para pihak dengan lampaunya 30 (tiga puluh)
yang berpiutang secara sah. tahun, maka secara otomatis, setelah
30 (tiga puluh) tahun berlalu, orang
Sikap ini tidak boleh tersebut sama kedudukannya dengan
digantungkan pada suatu ketetapan orang yang menolak warisan. Dengan
waktu dengan bersyarat, atau kata lain, setelah 30 (tiga puluh)
dilakukan hanya untuk sebagian harta tahun, orang tidak perlu lagi
warisan yang menjadi bagiannya dan melakukan penolakan warisan apabila
jika ia meninggal sebelum tidak mau menjadi ahi waris.
menentukan sikap, hak menentukan
sikap beralih kepada ahli warisnya. Penolakan warisan tidak dapat
dilakukan hanya untuk sebagian harta
5. menolak harta warisan, maka ahli warisan, ini karena penolakan warisan
waris tidak berhak dan tidak tersebut mengakibatkan orang
berkewajiban untuk membayar tersebut dianggap tidak pernah
hutang pewaris. Apabila semua menjadi ahli waris (Pasal 1058 KUH
golongan ahli waris menolak maka Perdata). Dengan dianggap tidak
warisan jatuh pada negara. pernah menjadi ahli waris, maka orang
Pernyataan menolak harus dengan tersebut tidak berhak atas harta
akte notaris. warisan.

Ahli waris yang menolak Seseorang yang menolak


warisan, berarti ia melepaskan warisan, dapat diminta untuk
pertanggung jawabannya sebagai ahli menerima warisan atas permohonan
waris dan menyatakan tidak menerima kreditur dari orang yang menolak
pembagian harta peninggalan. Dalam warisan tersebut. Akan tetapi,
menolak warisan yang jatuh permohonan menerima warisan
kepadanya, orang tersebut harus tersebut hanya sebesar utang debitur
menolaknya secara tegas, dengan saja, dan penerimaan tersebut
suatu pernyataan yang dibuat di diwakilkan oleh kreditur, sebagaimana
terdapat dalam Pasal 1061 KUH
Perdata, bahwa:

“Para kreditur yang dirugikan oleh


debitur yang menolak warisannya,
dapat mengajukan permohonan warisan
kepada Hakim, supaya diberi kuasa
untuk menerima warisan itu atas
nama dan sebagai pengganti debitur
itu. Dalam hal itu, penolakkan
warisan itu hanya boleh dibatalkan
demi kepentingan para kreditur dan
sampai sebesar piutang mereka,
penolakkan itu sekali-kali tidak batal
untuk keuntungan ahli waris yang
telah menolak warisan itu.”

Alasan dibalik ketentuan Pasal


1061 KUH Perdata tersebut adalah
dalam hal seorang ahli waris menolak
warisan yang positif yang jatuh
padanya, maka tindakannya tersebut
bisa merugikan kreditur, artinya
menempatkan kreditur dalam
kedudukan yang lebih jelek daripada
kalau warisan diterima. Dengan
diterimanya warisan yang positif,
maka warisan tersebut bercampur
dengan harta si debitur, sehingga
aktiva harta debitur bertambah.
Namun, kalau saldo aktiva harta
debitur sendiri jumlahnya cukup untuk
memenuhi utang- utangnya terhadap
kreditur yang bersangkutan, maka
tidak ada masalah.

Menurut Tahir Azhary, hak


untuk menolak warisan hanya dikenal
dalam Hukum Waris Perdata Barat,
dalam Hukum Waris Islam ahli waris
tak boleh menolak warisan. Kompilasi
Hukum Islam (KHI) telah jelas bahwa
orang Islam berlaku Hukum Waris
Islam kecuali, pewaris dan ahli waris
pindah agama, artinya, mereka sudah
melepaskan diri dari Hukum Islam.

Pemulihan Penolakan Kewarisan

Pada prinsipnya seorang ahli


waris yang telah menolak harta
secara sah dianggap tidak dipulihkan.
pernah berkedudukan
sebagai ahli waris dan tidak D. Wasiat dan Executeur
dapat dipulihkan kembali Testamentair
kedudukannya sebagai ahli
waris, kecuali penolakan itu Wasiat adalah akta yang berisi
dilakukan karena ditipu atau kehendak terakhir (uiterste will)
dipaksa pihak lain (Pasal seseorang tentang apa yang ia
1065 KUH Perdata). inginkan terjadi pada harta
Pemulihan penolakan kekayaannya setelah ia meninggal dan
warisan yang dimaksud olehnya dapat dicabut kembali (Pasal
dalam Pasal 1056 KUH 874 KUH Perdata). Surat wasiat
Perdata hanya sah apabila merupakan keinginan terakhir dari
penolakan itu memang pewaris mengenai harta pewaris, yang
dilakukan atas kesadaran mana kehendak terakhir itu dapat
dan kemauan yang ikhlas berupa pengangkatan ahli waris, hibah
dari ahli waris dan jika wasiat, pengangkatan executeur
berkeinginan untuk testamenter, dan terkadang ada juga
membatalkan surat memasukan pengakuan anak di dalam
penetapan penolakan harus wasiat.
didasarkan pada ketulusan
hati atau keikhlasan dari Meskipun wasiat merupakan
ahli waris yang telah kehendak terakhir pewaris, tidak
menolak itu. Namun, berarti harus selalu dilaksanakan jika
isinya bertentangan dengan undang-
penolakan yang dilakukan
undang atau meniada-
oleh ahli waris karena ditipu
kan/menghapuskan, mengurangi Legi-
atau dipaksa yang dapat
tieme Portie. Jika wasiat yang dibuat
oleh pewaris mengandung unsur dimana tindakan atau pernyataan
penghilangan hak legitimaris maka, kehendak satu orang saja sudah
legitimaris berhak menuntut cukup untuk timbulnya akibat hukum
legitimportie dari haknya. yang dikehendaki. Jadi, testament
bukan merupakan suatu perjanjian,
Oleh karena itu, dapat karena suatu perjanjian
disimpulkan unsur-unsur testament, mensyaratkan adanya “sepakat
yaitu: mereka yang mengikatkan dirinya”
(paling sedikit ada 2 kehendak saling
1. Testament harus berbentuk tertulis bertemu). Terstamen menimbulkan
(akta), karena testament suatu perikatan, sepanjang tidak
mempunyai akibat yang luas dan secara khusus ditentukan lain.
baru berlaku sesudah pewaris 3. Apa yang akan terjadi setelah ia
mati, maka testament terikat meninggal dunia (pewaris) berarti
kepada syarat-syarat yang ketat bahwa testamen baru berlaku dan
2. Berisi pernyataan kehendak mempunyai efek kalau si pembuat
(merupakan suatu tindakan hukum testamen telah meninggal dunia.
sepihak), yaitu tindakan-tindakan 4. Syarat “dapat dicabut kembali”,
atau pernyataan-pernyataan dipakai untuk menetapkan apakah
suatu tindakan hukum harus 1. Wasiat Terbuka (Openbaare
dibuat dalam bentuk surat wasiat Testament) adalah wasiat
atau cukup dalam bentuk lain. berbentuk akta notaris yang isinya
dibuat sesuai dengan kehendak
Macam-macam surat wasiat
pembuat surat wasiat dengan
(Testament), yaitu:
dihadiri oleh dua orang saksi untuk
dibacakan saat pembuat surat
wasiat meninggal dunia.
2. Wasiat tulisan tangan (Olografis
Testament) adalah wasiat yang
ditulis tangan oleh pembuat surat
wasiat dengan dihadiri oleh dua
orang saksi, kemudian diserahkan
sendiri kepada seorang notaris
untuk disimpan dan nantinya
diserahkan kepada Kantor Balai
Harta Peninggalan (BHP) untuk
dibacakan saat pembuat surat
wasiat meninggal dunia.
3. Wasiat Rahasia (Geheimde
Testament) adalah wasiat yang
dibuat sendiri oleh pembuat Surat
Wasiat di hadapan 4 (empat)
orang saksi, kemudian dimasukkan
dalam sampul tertutup yang
disegel serta diserahkan kepada
seorang notaris untuk disimpan
dan dibacakan saat pembuat surat
wasiat meninggal dunia.

Suatu testament dapat


berisikan suatu legaat, yaitu suatu
pemberian kepada seorang. Adapun
yang dapat diberikan dalam suatu
legaat dapat berupa:

1. Satu atau beberapa benda tertentu;


2. Seluruh benda dari satu macam
atau jenis, misalnya seluruh benda
yang bergerak;
3. Hak vruchtgebruik atas sebagian
atau seluruh warisan;
4. Sesuatu hak lain terhadap boedel,
misalnya hak untuk

Orang yang menerima suatu


legaat disebut dengan legataris tetapi ia bukan ahliwaris. Oleh karenanya, ia tidak
menggantikan si meninggal dalam diwajibkan menyegel segala harta
hak-hak dan kewajiban- kewajibannya peninggalan. Salah satu kewajiban lagi
(tidak diwajibkan membayar dari seorang executeur testamentair
hutang-hutangnya). ialah membuat catatan mengenai
Biasanya dalam suatu testament benda-benda warisan, dengan dihadiri
terdapat beberapa orang menjadi para ahli waris atau ahli waris-ahli
waris, disebutkan untuk berapa bagian waris yang tidak dapat hadir dipanggil
masing-masing. Isi suatu testament, secara sah. Suatu hal yang terang,
tidak usah terbatas pada hal-hal yang bahwa seorang executeur
mengenai harta benda saja. Dalam testamentair tidak dibolehkan menjual
suatu testamen dapat juga dengan barang-barang warisan dengan
sah dilakukan, penunjukan seorang maksud untuk memudahkan
wali untuk anak-anak si meninggal, pembagian warisan. Sebab pembagian
pengakuan seorang anak yang lahir di ini harus diserahkan pada ahliwaris
luar perkawinan, atau pengangkatan sendiri.
seorang executeur testamentair, yaitu
seorang yang dikuasakan mengawasi Orang yang akan meninggalkan
dan mengatur pelaksanaan testament. warisan, berhak pula dalam surat
wasiatnya atau dalam suatu akte
Executeur-testamentair notaris khusus menentukan bagian
warisan salah seorang ahli waris atau
dan Bewindvoerder benda yang diberikannya kepada
seorang legataris selama hidupnya
Executeur testamentair atau
ahliwaris atau legataris tersebut atau
pelaksana wasiat adalah orang yang
untuk suatu waktu yang tertentu
ditunjuk oleh pewaris, yang
ditaruh di bawah kekuasaan seorang
ditugaskan sungguh-sungguh
bewindvoerder yang ditugaskan untuk
melaksanakan kehendak si meninggal.
mengurus kekayaan itu, sedangkan
Penunjukan dapat diizinkan di dalam
ahli waris atau legataris tersebut
surat wasiat sendiri. Di dalam
hanya dapat menerima
penunjukan executeur testamentair
penghasilannya saja dari kekayaan
dapat diberikan kekuasaan untuk
tersebut.
menarik semua atau sebagian benda-
benda yang termasuk warisan dalam
Bewind merupakan yang
kekuasaannya, tetapi ia tidak boleh
ditunjuk untuk menjaga jangan sampai
menguasai benda-benda itu lebih dari
kekayaan itu dalam waktu yang
satu tahun lamanya.
singkat dihabiskan oleh ahli waris atau
legataris tadi. Hal ini dirasakan sebagai
Jika di antara para ahliwaris
suatu beban yang diletakkan atas
ada anak-anak yang di bawah umur
warisan atau legaat tersebut. Oleh
yang tidak mempunyai wali, atau ada
undang- undang ditetapkan, bahwa
orang- orang yang di bawah curatele
mengadakan bewind itu tidak boleh
tetapi tidak ada curatornya, ataupun
sampai melanggar larangan perihal
jika ada sementara ahliwaris yang
fideicommis. Lagi pula tidak boleh
tidak dapat hadir sendiri, misalnya
mengurangi hak seorang legitimaris,
berada di luar negeri, maka executeur
sebab legitimaris ini berhak untuk
testamentair
menerima bagiannya yang termasuk
legitieme portie bebas dari segala
beban macam apapun juga. untuk menyimpan barang-barang
warisan atau hibahnya, untuk kemudian
menyerahkannya baik

E. Fidei Commis dan Legitieme


Portie

Perkataan fidei commis


berasal dari fides yang berarti
kepercayaan. Warisan itu seolah-olah
dipercayakan pada waris yang
pertama ditunjuk. Pada umumnya
suatu fidei commis dilarang oleh
undang-undang, karena ada benda-
benda yang tak bergerak, yang waktu
lama dan tidak tertentu akan
tersingkir.

Ada 2 (dua) macam fidei


commis yang diperbolehkan undang-
undang, yaitu:

1. untuk memenuhi keinginan


seseorang yang hendak mencegah
kekayaannya dihabiskan oleh
anak- anaknya. Orang
diperbolehkan membuat
penetapan agar anaknya tidak
boleh menjual benda-benda
warisan dan supaya benda-benda
itu kemudian diwariskan lagi
kepada anak-anak si waris sendiri.
2. yang lazim dinamakan
fideicommis de residuo, di mana
hanya ditetapkan, bahwa seorang
waris harus mewariskan lagi di
kemudian hari apa yang masih
ketinggalan dari warisan yang
diperolehnya itu. Jadi hanya
sisanya saja kepada seorang lain
sudah ditetapkan.

Fidei commis adalah suatu


ketetapan wasiat, di mana orang yang
diangkat sebagai ahli waris atau yang
menerima hibah wasiat diwajibkan
seluruh maupun sebagian
kepada orang lain Pelarangan fedei commis di
(berkewajiban dalam membuat suatu ketetapan yang
untuk menyimpan yang mempunyai akibat hukum beruntun,
mereka terima, dan sesudah suatu seri atas satu/beberapa barang yang
jangka waktu tertentu atau pada sama terhadap beberapa orang secara
waktu matinya si penerima, urutan dengan akibat bahwa barang
menyampaikannya/menyerahkannya tersebut untuk suatu jangka waktu
kepada orang ketiga. lama tidak dapat dipindahtangankan.
Akibatnya menjadi batal demi hukum.
Ada 3 (tiga) pihak di dalam Tujuan larangan tersebut adalah untuk
fidei commis, yaitu: menyelundupi ketentuan yang
terdapat dalam Hukum Romawi
1. Pewaris /insteller dimana orang- orang tertentu adalah
2. Orang yang pertama-tama bukan ahli waris dan karenanya tidak
ditunjuk sebagai ahli mewaris dari orang-orang tertentu
waris/legetaris, sengan atau ia adalah ahli waris.
tugas/kewajiban menyimpan
barang tersebut Fidei commis oleh undang-
dan menyampaikannya kepada undang diperbolehkan asal, yaitu:
pihak ketiga
(bezwaarde/pemikul beban) 1. Yang menjadi bezwaarde adalah
3. Orang yang akan menerima seorang anak atau lebih
harta dari pewaris melalui 2. Verwachter adalah sekalian
bezwaarde disebut verwachter anak/keturunan
(penunggu)
3. Yang diberikan adalah bagian legitieme portie.
bebas daripada warisan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
seseorang tersebut memperoleh kedudukan
sebagai legitimaris, adalah:
Legietimate Portie
1. Orang tersebut adalah keluarga sedarah
Legitiematie portie adalah dalam garis lurus.
suatu bagian mutlak tertentu dari 2. Orang tersebut adalah merupakan ahli waris
harta warisan terutama bagi anak sah menurut ketentuan undang-undang pda saat
maupun anak luar kawin yang si peninggal warisan meninggal dunia.
disahkan, yang dijamin hukum tidak
dapat dihapuskan oleh siapapun Contoh kasus:
termasuk pewaris dengan surat
wasiat. Hak legitieme portie baru P meninggal dunia dengan meninggalkan 2 orang
timbul jika ada ahli waris ab intestato anak, yaitu C dan D. Legitimaris adalah C dan D,
tampil me- nuntut pembatalan suatu sebab adalah keluarga sedarah P dalam garis
surat wasiat dan/atau menuntut lurus C dan D tersebut adalah ahli waris ab-
supaya diadakan pengurangan intestato.
terhadap pembagian warisan jika ia
merasa dirugikan karena dikurangi P meninggal dunia dengan meninggalkan A
(kakek), B dan C (saudara). A bukan legitimaris, karena
pada waktu meninggalnya P, A bukan
ahli waris. Dan C dan B juga bukan
karena tidak merupakan sedarah
dalam garis lurus.

Legitieme portie ini harus


dihitung, apabila salah satu atau
beberapa ahli waris menuntut haknya,
atau salah satu/beberapa orang ahli
waris/legitimaris masih ada di bawah
umur (minderjarig). Legitieme portie
masing-masing legitimaris:

1. Legitieme portie untuk anak


keturunan yang sah adalah
sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang anak legitieme
portie nya adalah 1/2 dari
bagian menurut undang-
undang.
b. 2 (dua) orang anak legitieme
portie adalah 2/3 dari bagian
menurut undang-undang.
c. 3 (tiga) orang anak legitieme
portie adalah 3/4 dari bagian
menurut undang-undang.
2. Legitieme portie untuk keluarga
sedarah dalam garis lurus keatas
adalah 1/2 dari bagian menurut
undang-undang.
3. Legitieme portie untuk anak luar
kawin adalah 1/2 dari bagian
menurut undang-undang.

Jadi dengan adanya ketentuan


tentang bagian mutlak atau
legietieme portie ini dapat
disimpulkan bahwa, seseorang boleh
saja mewariskan atau menghibahkan
hartanya kepada orang lain namun
tidak boleh mengurangi bagian mutlak
dari ahli waris, jika terjadi pelanggaran
terhadap hal ini maka dilakukan
pemotongan atau sering disebut
dengan istilah
“incorting” dengan urutan-urutan sebagai berikut:
Legitieme portie untuk B dan C
1. Yang harus dikurangi terlebih
adalah dari bagian menurut UU.
dahulu adalah wasiat.
2. Jika wasiat belum mencukupi Legitieme portie B = 2/3 x 1/2 = 1/3
maka diambilkan dari hibah. dan Legitieme portie C = 2/3 x 1/2 =
3. Pengurangan terhadap beberapa 1/3. Jika C telah meninggal dulu dan
wasiat harus dilakukan dengan digantikan Ca dan Ca, maka legitieme
perbandingan. portie Ca = AL Cb = 1/2 x 1/3 =1/6.

Cara menghitung legitieme portie, Dalam hal legitimaris menolak


yaitu: atau tidak patut menerima, besarnya
legitieme portie adalah dikaitkan
1. Harta peninggalan sewaktu
dengan besarnya warisan menurut
peninggal warisan meninggal
undang-undang, sedangkan adanya
dunia, dihitung dan diinventarisir penolakan harta warisan sangat
untuk mengetahui berapa nilai mempengaruhi besarnya harta
harganya. warisan, demikian juga adanya
2. Nilai harga dari barang-barang seseorang yang dianggap tidak patut
yang mungkin ketika si peninggal menerima juga mempengaruhi
warisan masih hidup diberikan besarnya harta warisan. Adanya
ditambahkan dengan yang di atas. penolakan atau ketidak patuhan ahli
3. Jumlah di atas dikurangi dengan waris untuk menerima tidak
utang-utang yang pernah dibuat mempengaruhi besar kecilnya
oleh si peninggal warisan. legitieme portie. Jika terjadi
4. Sisa dari pengurangan tersebut pelanggaran terhadap legitieme
menjadi dasar perhitungan portie sehingga hak mutlak tidak
legitieme portie. dapat dicapai besarnya, maka
diadakan pemotongan atau incorting
Legitieme portie dan terhadap wasiat dan jila masih belum
penggantian tempat dapat digantikan mencukupi maka diambilkan dari
oleh ahli warisnya/keturunannya. Hal hibah.
ini adalah sesuai dengan Pasal 914
KUH Perdata bahwa, jika ada anak Dalam keadaan biasa B dan C
yang telah meninggal terlebih dahulu, masing-masing menerima 1/3 dari
kedudukan anak yang telah meninggal legitieme portie masing-masing
lebih dahulu dapat digantikan oleh adalah 3/4 x 1/3 =1/4.
keturunannya.
Contoh kasus:
Contoh kasus:
A meninggal dunia dengan
A meninggal dunia dengan meninggalkan dua orang anak, yaitu B
meninggalkan 2 orang anak B dan C, dan C, di samping itu meninggalkan
serta Ca dan Cb anak sah dari C. wasiat yang isinya menerangkan X
sebagai ahli waris dengan bagian 3/4
dari seluruh harta warisan. Jumlah
harta warisan A senilai Rp. 120 juta.
Para legitimaris menurut legitieme portie. Bagaimana penyelesaiannya?
pasiva) yang tadinya dimiliki oleh
Harta peninggalan A senilai Rp. 120
seorang peninggal harta beralih
juta.
dengan sendirinya kepada segenap
ahli warisnya secara bersama-sama”.
Pelaksanaan wasiat kepada X = 3/4 x
Rp. 120 juta = Rp. 90 juta.
Kapan waktu pelaksanaan
pembagian warisan tidak ada
Sisa = Rp 120 juta- Rp. 90 juta = Rp.
ketentuan tersendiri dari peraturan
30 juta
waris perdata. Namun, ada ketentuan
mengenai tidak dibenarkan harta
Pembagian menurut undang-undang:
warisan atau harta peninggalan
B = C, masing-masing = 1/2 x Rp. 30 dibiarkan dalam keadaan tidak terbagi
juta = Rp. 15 juta, Bagaimana yang mana dituangkan dalam Pasal
1066 KUH Perdata. Pembagian harta
penghitungan legitieme portie?
warisan atau harta peninggalan
Legitieme portie B = legitieme portie diawali dengan penentuan siapa saja
C masing-masing = 2/3 x 1/2 x Rp. yang berhak untuk mendapatkan
120 juta = RP 40 juta. Jadi B dan C bagian- bagian tersebut, menentukan
tidak boleh menerima kurang dari Rp. besar bagian yang didapat oleh yang
40 juta, karena itu merupakan hak berhak tersebut serta langkah
mutlakya, padahal mereka masing- selanjutnya penyelesaian pembagian
masing baru menerima Rp. 15 juta, harta warisan yang dilaksanakan
jadi masing-masing kurang = Rp. 40 dengan kesepakatan para pihak yang
juta – Rp 15 juta, atau total (B+C) berhak dalam pembagian harta
kurang = Rp. 50 juta. warisan tersebut.

F. Pembagian Warisan Pihak yang berhak dalam


pembagian harta warisan atau harta
Pembagian warisan menurut peninggalan adalah ahli waris, ahli
Hukum Waris Perdata dapat waris merupakan “orang-orang yang
dilaksanakan ketika terbukanya berhak menerima harta warisan (harta
warisan, ditandai dengan pusaka)”. Ahli waris dalam waris
meninggalnya pewaris. Dalam Hukum perdata ada dua pembagian, yaitu:
Waris Perdata untuk mewarisi harus
adanya orang yang meninggal yang 1. Ahli waris karena undang-undang
disebut dengan pewaris. Seperti yang (ab intenstato), merupakan
disebutkan dalam Pasal 830 KUH keluarga yang sedarah, baik sistem
Perdata, yaitu “pewarisan hanya kekeluargaan ke atas maupun ke
berlangsung karena kematian”. bawah. “Prinsip yang dipegang oleh
“Peristiwa kematian menurut hukum undang-undang ialah bahwa dalam
pewarisan menurut undang-
mengakibatkan terbukanya warisan
undang, keluarga sedarah yang
dan sebagai konsekuensinya seluruh
terdekat selalu mengenyampingkan
kekayaan (baik berupa aktiva maupun
atau menindih keluarga yang lebih
jauh sehingga keluarga yang lebih
jauh itu tidak ikut mewaris”.
2. Ahli waris karena wasiat (testamentair). Segala harta
peninggalan seorang yang seorang/beberapa orang ahli
meninggal dunia, adalah waris dan mengangkat seorang
kepunyaan sekalian ahli warisnya walin, mengangkat seorang
menurut undang-undang, sekedar
testamentair executoir
terhadap itu dengan surat wasiat
(pelaksana wasiat) atau
tidak telah diambilnya sesuatu
mengakui seorang anak.
ketetapan yang sah.
G. Warisan yang Tidak Terurus
Ada perbedaan penting antara
ahli waris ab intestate dengan ahli Istilah harta tak terurus
waris yang diangkat dengan suatu memberikan pengertian “jika suatu
testament, yaitu: warisan terbuka, tiada seorangpun
menuntutnya ataupun semua ahli
1. Pewarisan testamentair tidak
waris yang terkenal menolaknya, maka
mengenal penggantian tempat.
dianggaplah warisan itu sebagai tak
Akibatnya kalau seorang yang
terurus”. Bila batasan pengertian harta
sedianya mendapat warisan
peninggalan tak terurus tersebut di
berdasarkan wasiat, meninggal
atas dianalisa dengan cermat, dapat
lebih dahulu dari pewaris, maka
diketahui beberapa unsur yang
wasiat tersebut sepanjang
membentuk pengertian harta tak
mengenai bagian dari orang yang
terurus, yaitu:
meninggal lebih dahulu dari
pewaris tidak dapat dilaksanakan 1. Adanya orang yang meninggal
(gugur). dunia;
2. Ahli waris testamentair tidak 2. Adanya harta yang ditinggalkan
menikmati inbreng oleh almarhum;
a. Wasiat dapat juga berisi 3. Tidak ada ahli waris, atau jika ada,
pemberian suatu benda para ahli waris menolak warisan
tertentu (hibah wasiat/legaat). tersebut;
b. Testament pada umumnya 4. Tidak terdapat bukti otentik yang
berisi suatu ketetapan berisikan pengurusan harta
mengenai harta (harta peninggalan itu.
peninggalan)
c. Testament dapat menyangkut Pada dasarnya proses
hal-hal yang tidak atau tidak pengurusan harta peninggalan tak
secara langsung berhubungan terurus tidak jauh berbeda dengan
dengan harta penginggalan, proses pengurusan harta orang yang
yaitu: pengankatan waris, dinyatakan tidak hadir. Jika
suatu perintah, pencabutan pengurusan harta orang yang
testament, menawarkan dinyatakan tidak hadir berawal dari
sesuatu barang, memberikan Penetapan Pengadilan Negeri tentang
suatu hak kebendaan tertentu ketidakhadiran orang tersebut, maka
atau membebaskan suatu pengurusan harta peninggalan tak
barang, menyingkirkan terurus bertolak dari proses
pemeriksaan harta peninggalan
seseorang yang telah meninggal dunia
yang akta kematiannya diperoleh dari Kantor Catatan Sipil. Apabila dalam pemeriksaan
terdapat unsur seperti tersebut di terhitung mulai terbukanya warisan
atas, maka demi hukum Balai Harta belum juga ada seorang waris yang
Peninggalan (BHP) berkewajiban tampil ke muka atau melaporkan diri,
untuk mengurus harta tersebut antara maka BHP akan melakukan
lain dengan melakukan pendaftaran pertanggungjawab tentang
Harta Kekayaan (budel), bila dirasakan pengurusan harta peninggalan itu
perlu BHP dapat melakukan kepada negara, yang akan berhak
penyegelan atas harta tersebut. untuk mengambil atas barang warisan
dan kemudian harta peninggalan itu
Syarat-syarat pendukung dalam
akan menjadi milik negara.
pengurusan warisan yang tidak
terurus, yaitu:

1. Identitas pemohon, Literatur:


2. Surat/Akta Kematian Pemilik,
3. Surat-Surat Lain yang berkenaan Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum
dengan tanah & Bangunan. Perdata Indonsesia, Citra
Aditya, Bandung.
Pada waktu mengambil
pengurusan warisan itu BHP harus Ali Afandi, Hukum Waris,
1997,
memberitahukannya kepada Hukum Keluarga, Hukum
Kejaksaan Negeri setempat. Dalam hal Pembuktian, Rineka Cipta,
ada perselisihan, apakah suatu Jakarta.
warisan dapat dianggap sebagai tak
terurus atau tidak, hal itu akan Anisitus Amanat, Membagi Warisan
diputuskan oleh hakim. BHP Berdasarkan Pasal-
diwajibkan untuk membuat catatan Pasal Hukum Perdata BW, Cet.
tentang keadaan harta peninggalan 1, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
tersebut. Jika perlu dapat didahului Persada, 2000.
dengan penyegelan barang- barang,
dan seterusnya membereskan warisan Eman Suparman, Hukum Waris di
itu. Menagih piutang-piutang dan Indonesia Dalam Perspektif
membayar hutang-hutang si me- Islam Adat BW, (Bandung: PT.
ninggal. Tentang perbuatan-perbuatan Refika Aditama, 2005
itu, jikalau dikehendaki oleh yang
berwajib, BHP harus memberikan Hazairin, 1982, Hukum Kewarisan
pertanggunganjawab. BHP juga Bilateral Menurut Al-Qur’an
diwajibkan memanggil para ahliwaris dan Hadith, Tintamas, Jakarta.
yang mungkin ada dengan panggilan-
panggilan umum yang diniat dalam MR. A. Pitlo, Hukum Waris: Menurut
surat-surat dan lain-lain cara yang Undang-Undang Hukum
dianggapnya layak. Perdata Belanda, (Jakarta:
Intermasa, 1990
Jika setelah lewat 3 (tiga)
tahun Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum
Perdata, Intermasa, Jakarta.
Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk
dan Azas-azas Hukum
Perdata, Alumni, Bandung.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1990,


Hukum Perdata: Hukum
Benda,Liberty, Yogyakarta.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,


Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta.

Zainuddin Ali, 2008, Pelaksanaan


Hukum Waris di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta.

Catatan:

Setelah selesai Pokok Bahasan ini,


mahasiswa akan diminta untuk
membuat Tugas Rumah.

Soal Latihan:

1. Jelaskan apa yang dimaksud


dengan waris?
2. Apa yang dimaksud dengan hak
mewaris?
3. Bagaimanakah menolak dan
menerima warisan?
4. Apa yang dimaksud dengan surat
wasiat?
5. Apa yang dimaksud dengan
executeur testementair?
6. Apa yang dimaksud dengan
Fideicommis?
7. Jelaskan yang di maksud dengan
legitimate porsi?
8. Jelaskan tentang harta warisan
yang tidak terurus?
BAB VIII
HUKUM PERIKATAN

Tujuan Instruksional Khusus rumusan undang-undang tetapi dalam


ilmu pengetahuan hukum
Mahasiswa diharapkan dapat
menyebutkan perikatan adalah
mengetahui dan menjelaskan tentang
hubungan hukum antara dua pihak di
Hukum Perikatan: berkaitan dengan
dalam lapangan harta kekayaan, di
Istilah dan Pengertian Hukum
mana pihak yang satu berhak atas
Perikatan, Pengaturan Hukum
prestasi dan pihak yang lain
Perikatan, Macam-macam Perikatan,
berkewajiban memenuhi prestasi.
Perihal Resiko, Wanprestasi dan
Keadaan Memaksa serta Hapusnya Menurut Subekti, perkataan
Perikatan. “perikatan” dalam Buku III
KUHPerdata mempunyai arti yang
lebih luas dari perkataan perjanjian,
Sub Pokok Bahasan
sebab dalam Buku III itu di atur juga
perihal hubungan hukum yang sama
A. Istilah dan Pengertian Hukum
sekali tidak bersumber pada suatu
Perikatan
persetujuan atau perjanjian, yaitu
B. Pengaturan Hukum Perikatan
perihal perikatan yang timbul dari
C. Macam-macam Perikatan
perbuatan yang melanggar hukum dan
D. Perihal Resiko, Wanprestasi dan
perihal perikatan yang timbul dari
Keadaan Memaksa
pengurusan orang lain yang tidak
E. Hapusnya Perikatan
berdasarkan persetujuan.
Uraian:
Dalam pengetahuan Hukum
Perdata, perikatan diartikan sebagai
hubungan hukum yang terjadi di
A. Istilah dan Pengertian
antara dua orang atau lebih yang
Perikatan
terletak dalam lapangan harta
Istilah verbentenissen kekayaan di mana pihak yang satu
diterjemahkan secara berbeda-beda berhak atas prestasi dan pihak lainnya
dalam kepustakaan Indonesia. Ada wajib memenuhi prestasi itu.
yang menterjemahkan perutangan,
Beberapa pakar hukum juga
perjanjian atau perikatan.
memberikan pengertian tentang
Penggunaan istilah perikatan lebih
perikatan, yaitu:
umum dipergunakan dalam hukum
Indonesia. Definisi perikatan tidak ada
dalam
Hofmann dalam R. Setiawan, Prestasi adalah apa yang
perikatan adalah suatu hubungan menjadi hak kreditur dan kewajiban
hukum antara sejumlah terbatas debitur. Prestasi terdiri dari: (1)
subyek-subyek hukum sehubungan memberikan sesuatu, (2) dapat
dengan itu seorang atau beberapa ditentukan, (3) mungkin dan
orang dari pada nya mengikatkannya diperkenankan, (4) dapat terdiri dari
diri nya untuk bersikap menurut cara- satu perbuatan saja atau terus-
cara tertentu terhadap pihak yang lain menerus. Bidang yang dimaksud
yang berhak atas sikap yang demikian adalah bidang harta kekayaan, yaitu
itu. menyangkut hak dan kewajiban yang
dapat dinilai uang.
Abdul Kadir Muhammad,
perikatan adalah hubungan hukum Obyek perikatan adalah hak
yang terjadi antara orang yang satu dari kreditur dan kewajiban dari
dengan yang lain karena perbuatan, debitur, yang menjadi obyek perikatan
peristiwa, atau keadaan, sehingga adalah prestasi, yaitu hal memenuhi
dapat dikatakan bahwa perikatan itu perikatan.
terdapat dalam bidang hukum harta
kekayaan, bidang hukum keluarga, Macam-macam prestasi, yaitu:
bidang hukum waris, dan dalam
bidang hukum pribadi. 1. Memberikan sesuatu, yaitu
menyerahkan kekuasaan nyata
Salim H. S., perikatan atas benda dari debitur kepada
mempunyai beberapa unsur pokok, kreditur, seperti membayar harga
antara lain: (1) adanya kaidah hukum; dan lainnya
(2) adanya Subyek hukum; (3) adanya 2. Melakukan perbuatan, yaitu
prestasi (obyek perikatan); (4) dan melakukan perbuatan seperti yang
dalam bidang tertentu. telah ditetapkan dalam perikatan,
misalnya: memperbaiki barang
Kaidah Hukum Perikatan yang rusak dan lainnya
meliputi: (1) kaidah hukum tertulis, 3. Tidak melakukan suatu perbuatan,
yaitu kaidah hukum yang terdapat yaitu tidak melakukan perbuatan
dalam undang-undang, traktat, atau seperti yang telah di perjanjikan,
jurisprudensi; (2) kaidah hukum tidak misalnya tidak mendirikan
tertulis, yaitu kaidah hukum yang bangunan dan lain-lainnya.
hidup, tumbuh, dan timbul dalam
praktik kehidupan masyarakat Subyek perikatan adalah para
(kebiasaan). pihak pada suatu perikatan, yaitu
kreditur yang berhak dan debitur yang
Subyek hukum terdiri dari: (1) berhak atas prestasi. Pada debitur
kreditur, yaitu orang (badan hukum) terdapat dua unsur, antar lain schuld
yang berhakat asprestasi, (2) debitur, adalah uang debitur terhadap kreditur
yaitu orang (badan hukum) yang dan haftung adalah harta kekayaan
berkewajiban untuk memenuhi debitur yang dipertanggung jawabkan
prestasi. bagi pelunasan utang.
B. Pengaturan Hukum Perikatan Hukum Perikatan diatur dalam Buku III
KUH Perdata, yang pengaturannya menganut
sistem terbuka. Artinya setiap orang e. Ada prestasi yang akan di
bebas melakukan perjanjian, baik yang laksanakan
sudah diatur maupun belum diatur f. Ada bentuk tertentu, lisan atau
dalam undang-undang. Pasal 1338 tulisan
KUH Perdata bahwa, “semua g. Ada syarat-syarat tertentu
perjanjian yang dibuat secara sah sebagai isi perjanjian
berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”. 2. Perikatan yang lahir karena
Ketentuan tersebut memberikan undang- undang
kebebasan para pihak untuk: Di dalam perikatan yang lahir
dari undang-undang, asas kebebasan
1. Membuat atau tidak membuat mengadakan perjanjian tidak berlaku,
perjanjian; suatu perjanjian menjadi perikatan
2. Mengadakan perjanjian dengan adalah karena kehendak undang-
siapapun; undang. Perikatan yang lahir karena
3. Menentukan isi perjanjian, undang-undang, di mana pembentuk
pelaksanaan, dan persyaratannya; undang-undang tidak memberikan
4. Menentukan bentuk perjanjian, aturan-aturan yang umum, artinya
yaitu tertulis atau lisan. apabila hendak mengetahui peraturan-
peraturan dari beberapa perikatan-
Sumber-sumber hukum
perikatan tersebut, hal ini harus dilihat
perikatan, yaitu:
pada peraturan yang bersangkutan.

1. Perikatan yang lahir karena


3. Perikatan lahir karena perbuatan
Perjanjian
melanggar hukum (onrechtmatige
daad) dan perwakilan sukarela
Berdasarkan Pasal 1313 KUH
(zaakwaarneming).
Perdata adalah sebuah perbuatan di
mana seseorang atau beberapa orang
Adapun syarat-syarat dari sah
mengikatkan dirinya kepada seseorang
perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata),
atau beberapa orang lain, yang
yaitu:
memiliki unsur-unsur, di antaranya:
1. Kata sepakat antara para pihak
a. Ada pihak-pihak (subyek),
yang mengikatkan diri, artinya para
sedikitnya dua pihak
pihak yang mengadakan perjanjian
b. Ada persetujuan antara pihak-
harus saling setuju dan seia sekata
poihak yang bersifat tetap
dalam hal yang pokok dari
d. Ada tujuan yang akan di capai
perjanjian yang akan diadakan
yaitu untuk memenuhi
tersebut. Sepakat tanpa adanya
kebutuhan pihak-pihak
paksaan (dwang), khilaf (dwaling)
dan penipuan (bedrog).
2. Cakap untuk membuat suatu
perjanjian, artinya bahwa para
pihak harus cakap menurut hukum,
yaitu telah dewasa (berusia 21
tahun) dan tidak di bawah
pengampuan.
3. Mengenai suatu hal tertentu, Di samping ketiga asas utama
artinya apa yang akan diperjanjikan tersebut, masih terdapat beberapa
harus jelas dan terinci (jenis, asas hukum perikatan nasional, yaitu:
jumlah, dan harga) atau
keterangan terhadap objek, 1. Asas kepercayaan;
diketahui hak dan kewajiban tiap- 2. Asas persamaan hukum;
tiap pihak, sehingga tidak akan 3. Asas keseimbangan;
terjadi suatu perselisihan antara 4. Asas kepastian hukum;
para pihak. 5. Asas moral;
4. Suatu sebab yang halal, artinya isi 6. Asas kepatutan;
perjanjian itu harus mempunyai 7. Asas kebiasaan;
tujuan (causa) yang diperbolehkan 8. Asas perlindungan.
oleh undang-undang, kesusilaan,
atau ketertiban umum. C. Macam-macam Perikatan

Asas-asas dalam Hukum Menurut undang-undang,


Perikatan, yaitu: perikatan dapat dibedakan atas
beberapa macam, yaitu:
1. Asas kebebasan berkontrak terlihat
di dalam Pasal 1338 KUH Perdata 1. Perikatan bersyarat
yang menyebutkan bahwa segala (voorwaardelijk), yaitu perikatan
sesuatu perjanjian yang dibuat yang lahir maupun berakhir
adalah sah bagi para pihak yang digantungkan pada suatu
membuatnya dan berlaku sebagai peristiwa yang belum atau tidak
undang-undang bagi mereka yang tentu terjadi. Contoh, A berjanji
membuatnya. memberikan buku kepada B kalau
2. Asas konsensualisme, artinya ia telah lulus ujian.
bahwa perjanjian itu lahir pada saat 2. Perikatan yang digantungkan pada
tercapainya kata sepakat antara suatu ketetapan waktu, yaitu
para pihak mengenai hal-hal yang perikatan yang pelaksanaan
pokok dan tidak memerlukan ditangguhkan sampai pada waktu
sesuatu formalitas. Dengan ditentukan pasti akan tiba.
demikian, azas konsensualisme Contoh: A berjanji akan
lazim disimpulkan dalam Pasal 1320 memberikan buku kepada B pada
KUH Perdata. tanggal 1 Januari tahun depan.
3. Asas pacta sunt servanda, ini 3. Perikatan mana suka, di mana
berkaitan dengan akibat suatu terdapat dua macam atau lebih
perjanjian. Pasal 1338 ayat (1) KUH prestasi.
Perdata bahwa, “Perjanjian yang 4. Perikatan tanggung-menanggung,
dibuat secara sah berlaku sebagai di mana beberapa orang bersama-
undang-undang….” Para pihak sama sebagai pihak yang
harus menghormati perjanjian dan berhutang berhadapan dengan
melaksanakannya karena perjanjian satu orang yang menghutangkan,
itu merupakan kehendak bebas atau sebaliknya. Beberapa orang
para pihak. yang bersama-sama menghadapi
satu orang berpiutang atau
penagih hutang, masing-masing dapat dituntut untuk membayar hutang
seluruhnya. pemberian suatu barang tertentu,
5. Perikatan yang dapat dibagi dan sejak lahirnya perjanjian, barang
yang tidak dapat dibagi. Persoalan tersebut sudah menjadi tanggungan
tentang dapat atau tidaknya orang yang berhak menagih
dibagi suatu perikatan, barulah penyerahannya. Artinya, suatu
tampil ke muka, jika salah satu perjanjian yang meletakkan kewajiban
pihak dalam perjanjian telah hanya pada suatu pihak saja
digantikan oleh beberapa orang (eenzijdige overeenkomst), misalnya
lain. Hal mana biasanya terjadi suatu schenking.
karena meninggalnya satu pihak
yang menyebabkan ia digantikan Menurut Pasal 1460 KUH
dalam segala hak-haknya oleh Perdata, perjanjian mengenai suatu
sekalian ahli warisnya. Pada barang yang sudah ditentukan sejak
azasnya jika tidak diperjanjikan ditutupnya, perjanjian barang itu
lain antara pihak-pihak yang sudah menjadi tanggungan pembeli,
semula suatu perikatan, tidak meskipun belum diserahkan dan
boleh dibagi-bagi, sebab si masih berada di tangan si penjual.
berpiutang selalu berhak Dengan demikian, jika barang itu
menuntut pemenuhan perjanjian hapus bukan karena salahnya si
untuk sepenuhnya dan tidak usah penjual, si penjual masih tetap berhak
ia menerima baik suatu untuk menagih harga yang belum
pembayaran sebagian demi dibayar.
sebagian.
6. Perikatan dengan ancaman Berhubung dengan sifatnya,
hukuman (strafbeding), untuk Pasal 1460 KUH Perdata sebagai
mencegah jangan sampai si kekecualian, menurut pendapat yang
berhutang dengan mudah saja lazim dianut, pasal tersebut harus
melalaikan kewajibannya, dalam ditafsirkan secara sempit, sehingga ia
praktek banyak dipakai perjanjian hanya berlaku dalam hal suatu barang
di mana si berhutang dikenakan yang sudah dibeli, tetapi belum
suatu hukuman, apabila ia tidak diserahkan hapus. Keadaan ini tidak
menepati kewajibannya. berlaku jika karena suatu larangan
yang dikeluarkan oleh pemerintah, si
D. Perihal Resiko, Wanprestasi penjual tidak lagi dapat mengirimkan
dan Keadaan Memaksa barangnya kepada si pembeli. Dalam
hal ini pernah diputuskan oleh hakim,
Perihal Resiko
si pembeli dibebaskan dari
pembayaran harga barang.
Resiko adalah kewajiban untuh
memikul kerugian jikalau ada suatu
Jika barang yang
kejadian di luar kesalahan salah satu
diperjualbelikan musnah diperjalanan
pihak yang menimpa benda yang
karena ada suatu kecelakaan misalnya
dimaksudkan dalam perjanjian. Pasal
perahu yang mengangkut barang itu
1237 KUH Perdata menegaskan,
karam. Siapakah yang harus memikul
bahwa dalam suatu perjanjian
kerugian-kerugian ketika barang yang
mengenai
dipersewakan habis terbakar selama
waktu dipersewakannya, inilah risiko.
Persoalan risiko adalah suatu keadaan lalai, tetap lalai untuk memenuhi
memaksa, sebagai mana ganti rugi perikatan itu, atau sesuatu yang
dalam wanprestasi. harus di berikan atau di
lakukannya hanya dapat
Dalam Pasal 1237 KUH Perdata
diberikan atau di lakukannya
ditegaskan bahwa “dalam hal adanya
dalam waktu yang melampaui
perikatan untuk memberikan suatu
tenggang waktu yang di
barang tertentu, maka barang itu
tentukan,
semenjak perikatan dilahirkan, adalah
3. beban resiko beralih untuk
tanggungan si berpiutang”. Perkataan
kerugian debitur jika halangan itu
tanggungan dalam pasal ini sama
timbul setelah wanprestasi,
dengan “risiko”. Dengan begitu, dalam
4. jika perikatan lahir dari perjanjian
perikatan untuk memberikan suatu
timbal balik, kreditur dapat
barang tertentu tadi, jika barang ini membebaskan diri dari
sebelum diserahkan, musnah karena kewajibannya, ditegaskan dalam
suatu peristiwa diluar kesalahan salah Pasal 1266 KUH Perdata, bahwa
satu pihak, kerugian ini harus dipikul “syarat batal dianggap selalu
oleh “si berpiutang”, yaitu pihak yang dicantumkan dalam persetujuan
menerima barang itu. Suatu perikatan yang timbal balik, andai kata
untuk memberikan suatu barang salah satu pihak tidak memenuhi
tertentu, adalah suatu perikatan yang kewajibannya, dalam hal
timbul karena perjanjian sepihak. demikian persetujuan tidak batal
Dengan kata lain, pembuat undang- demi hukum, tetap pembatalan
undang tidak memikirkan perjanjian harus di mintakan pada
timbal-balik, di mana pihak yang pengadilan. Permintaan ini juga
berkewajiban melakukan suatu harus dilakukan, meski syarat
prestasi juga berhak menuntut suatu batal mengenai tidak
kontraprestasi. dipenuhinya kewajiban
dinyatakan di dalam persetujuan.
Wanprestasi Jika syarat batal tidak dinyatakan
dalam persetujuan, maka hakim
Wanprestasi adalah tidak
dengan melihat keadaan, atas
memenuhi atau lalai melaksanakan
permintaan tergugat, leluasa
kewajiban sebagaimana yang di
memberkasuatu jangka waktu
tentukan dalam perjanjian yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban,
antara kreditur dan debitur. Ada 4
tetapi jangka waktu itu tidak
(empat) akibat wanprestasi, yaitu:
boleh lebih dari satu bulan”.
1. perikatan tetap ada, Sebelum seseorang dinyatakan
2. debitur harus membayar ganti rugi wanprestasi terlebih dulu dilakukan
kepada debitur, ditegaskan dalam somasi, sebagai peringatan kepada
Pasal 1243 KUH Perdata, bahwa
debitur agar memenuhi kewajibannya.
“penggantian biaya, kerugian
Somasi (ingebrekestilling) adalah
dan bunga karena tidak di teguran dari kreditur kepada debitur
penuhinya suatu perikatan mulai agar dapat memenuhi prestasi sesuai
diwajibkan, bila debitur, dengan isi dari perjanjian yang telah
walaupun dinyatakan disepakati keduanya, ketentuan
somasi
diatur dalam Pasal 1238 dan 1243 memaksa diatur dalam Pasal 1244-
KUH Perdata. Ada 3 (tiga) cara 1245 KUH Perdata. Pasal 1244 KUH
somasi, antara lain: Perdata menegaskan “jika ada alasan
untuk itu, si berutang harus dihukum
1. Debitur melaksanakan prestasi
mengganti biaya, rugi dan bunga
yang keliru
apabila ia tak dapat membuktikan,
2. Debitur tidak memenuhi prestasi
bahwa hal tidak atau tidak pada waktu
pada hari yang telah dijanjikan
yang tepat dilaksanakannya perikatan
3. Prestasi yang di lakukan oleh
itu, disebabkan suatu hal yang tak
debitur tidak lagi berguna bagi
terduga, pun tak dapat
kreditur karena kadaluarsa.
dipertanggungjawabkan padanya,
kesemaunya itu pun jika itikad buruk
Isi yang harus dimuat dalam
tidaklah ada pada pihaknya”.
somasi, yaitu: (1) apa yang di tuntut,
(2) dasar tuntutan, (3) tanggal paling
Selanjutnya Pasal 1245 KUH
lambat memenuhi presasi. Peristiwa-
Perdata menegaskan bahwa, “Tidaklah
peristiwa yang tidak memerlukan
biaya rugi dan bunga, harus
somasi, antara lain:
digantinya, apalagi lantaran keadaan
1. Debitur menolak pemenuhan
memaksa atau lantaran suatu kejadian
2. Debitur mengakui kelalaian
tak disengaja si berutang beralangan
3. Pemenuhan prestasi tidak
memberikan atau berbuat sesuatu
mungkin di lakukan
yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal
4. Pemenuhan tidak lagi berarti
yang sama telah melakukan
5. Debitur melakukan prestasi
perbuatanyang terlarang. Unsur-unsur
tidak sebagaimana mestinya.
overmacht, yaitu:
Keadaaan Memaksa
1. Ada halangan bagi debitur untuk
memenuhi kewajiban.
Istilah keadaan memaksa
2. Halangan itu bukan karena
berasal dari bahasa Inggris, yaitu
kesalahan debitur.
force majeure, sedangkan dalam
3. Tidak disebabkan oleh keadaan
bahasa Belanda disebut dengan
yang menjadi resiko dari debitur.
overmacht. Keadaan memaksa adalah
suatu keadaan ketika debitur tidak
Dengan adanya overmacht,
dapat melakukan prestasinya kepada,
mengakibatkan berlakunya perikatan
yang disebabkan adanya kejadian
menjadi terhenti. Ini berarti bahwa:
yang berada di luar kekuasaannnya,
seperti gempa bumi, banjir, tanah
1. Kreditur tidak dapat meminta
longsor, dan lain-lain. Menurut Wirjono
pemenuhan prestasi.
Prodjodikoro, keadaan memaksa
2. Debitur tidak dapat lagi dinyatakan
adalah keadaan yang menyebabkan
lalai.
bahwa suatu hak atau suatu
3. Resiko tidak beralih kepada
kewajiban dalam suatu perhubungan
debitur.
hukum tidak dapat dilaksanakan.

Ketentuan tentang keadaan


Macam-macam keadaan Contohnya, A telah meminjam,
memaksa, yaitu:

1. Keadaan memaksa absolut

Keadaan memaksa absolut adalah


suatu keaaan dimana debitur sama
sekali tidak dapat memenuhi
perutangannya kepada kreditur,
oleh karena adanya gempa bumi,
banjir bandang, dan adanya lahar.
Contohnya, si A ingin membayar
utangnya pada si B. Namun tiba-
tiba pada saat si A ingin melakukan
pembayaran utang, terjadi gempa
bumi. Maka si A sama sekali tidak
dapat membayar utangnya pada
si
B. Kalau keadaan memaksa
mengakibatkan, bahwa suatu hak
atau kewajiban dalam perhubungan
hukum sama sekali tidak dapat
dilaksanakan oleh siapapun juga
dan bagaimanapun juga, maka
keadaan memaksa itu dinamakan
“absolut”. Keadaan memaksa yang
bersifat mutlak (absolut) yaitu
dalam halnya sama sekali tidak
mungkin lagi melaksanakan
perjanjiannya (misalnya barangnya
sudah hapus karena bencana
alam).

2. Keadaan memaksa yang relatif

Keadaan memaksa yang relatif


adalah suatu keadaan yang
menyebabkan debitur mungkin
untuk melaksanakan prestasinya.
Tetapi pelaksanaan prestasi itu
harus dilakukan dengan
memberikan korban yang besar
yang tidak seimbang atau
menggunakan kekuatan jiwa yang
di luar kemampuan manusia atau
kemungkinan tertimpa bahaya
kerugian yang sangat besar.
kredit usaha tani dari Koperasi Unit Adanya keadaan memaksa yang
Desa (KUD), dengan janji akan relatif ini, sangat tergantung dari
dibayar pada musim panen. Tetapi pada isi, maksud, dan tujuan dari
sebelum panen, padinya diserang perhubungan hukum yang
oleh ulat. Dengan demikian, pada bersangkutan. Misalnya, seorang
saat itu ia tidak mampu membayar tukang berjanji akan membikin
kredit usaha taninya kepada KUD, rumah untuk orang lain, kemudian
tetapi ia akan membayar pada pada waktu pembikinan rumah itu
musim panen mendatang. Keadaan sedang berjalan segenap buruh-
memaksa dinamakan “relatif”, buruhnya bersama-sama mogok.
apabila keadaan itu pelaksanaan Kalau dapat dikatakan, bahwa
hak-hak dan kewajiban-kewajiban tukang pembikin rumah harus
pada suatu perhubungan hukum mempekerjakan lain-lain buruh,
tidak dapat dibilangkan sama sekali bagaimanapun mahalnya upah
tidak dapat terjadi bagaimanapun buruh-buruh itu, maka dalam hal ini
juga, akan tetapi demikian boleh dikatakan tidak ada keadaan
sukarnya dan dengan pengorbanan memaksa. Akan tetapi, kalau
dari yang harus melaksanakan, berhubungan dengan isi, maksud,
sedemikian rupa, sehingga dan tujuan dari persetujuan anatara
patutlah, bahwa keharusan untuk kedua belah pihak, dapat dikatakan
melaksanakan hak-hak dan bahwa pengorbanan yang
kewajiban-kewajiban yang sedemikian besarnya, tidak patut
bersangkutan dianggap lenyap. dibebankan kepada si tukang
pembikin rumah, maka kini boleh oleh umum, bahwa di perjalanan antar dua kota
dikatakan bahwa adalah keadaan itu sudah beberapa kali terjadi perampokan atas
memaksa. Kalau terjadinya barang-barang angkutan, maka patutlah apabila
keadaan memaksa dapat dikira- si pengangkut barang itu seberapa boleh
kirakan oleh siapapun juga secara berusaha untuk menghidarkan perampokan itu
objektif, dan tidak dapat misalnya mengadakan pengaawal yang
dihindarkan dengan usaha apapun bersenjata api. Kalau usaha ini sama sekali tidak
juga, maka dapat dikatakan bahwa dilakukan, maka kalau kemudian betul terjadi
dari pihak yang berkewajiban itu perampokan atas barang-barang yang diangkut
sama sekali tidak ada kesalahan, itu, si pengangkut dapatlah
dan seharusnya ia dibebaskan sama dipertangunggjawabkan atas keadaan memaksa
sekali dari pertanggung jawaban. yang menyebabkan barang- barang itu tidak
sampai di tempat yang dimaksudkan.
Sebaliknya, kalau keadaan
memaksa itu secara objektif dapat E. Hapusnya Perikatan
dikira-kiranya lebih dulu untuk
menjaga seberapa boleh jangan Pasal 1381 KUH Perdata telah
sampai keadaan memaksa itu terjadi, menegaskan cara-cara hapusnya atau
maka dapatlah si berwajib itu berakhirnya perikatan, yaitu:
dipertanggungjawabkan. Misalnya,
suatu perusahaan mengangkut
barang-barang berjanji akan
mengangkut barang-barang dari suatu
kota ke lain kota, dan sudah diketahui
1. Pembayaran debitur, atau jika ia bertindak atas
namanya sendiri, asal ia tidak
Pembayaran menggantikan hak-hak kreditur”.
merupakan salah satu
alasan yang menyebabkan Berdasarkan pasal tersebut di
hapusnya perikatan. atas, maka yang dimaksud dengan
Ketentuan terhadapnya pembayaran adalah pemenuhan
dapat dilihat pada Bagian I perikatan, kewajiban atau utang
Bab IV Buku III KUH debitur kepada kreditur. Keberadaan
Perdata, mulai ketentuan pihak ketiga selain para pihak yang
Pasal 1382 sampai dengan terikat dalam perikatan tersebut,
Pasal 1403. Pasal 1382 KUH memungkinkan untuk melakukan
Perdata menyatakan, ”Tiap- pemenuhan perikatan sepanjang
tiap perikatan dapat keberadaannya memenuhi ketentuan
dipenuhi oleh siapa saja sebagai berikut:
yang berkepentingan,
sepertinya seorang yang a. bahwa ia adalah seorang yang
turut berutang atau seorang turut berutang;
penanggung utang. Suatu b. bahwa ia adalah seorang
perikatan bahkan dapat penanggung utang;
dipenuhi juga oleh seorang c. bahwa ia adalah seorang pihak
pihak ketiga yang tidak ketiga yang tidak
mempunyai kepentingan, berkepentingan, dengan syarat
asal saja orang pihak ketiga bahwa :
itu bertindak atas nama dan 1) ia bertindak untuk dan atas
untuk melunasi utang nama debitur dan untuk
melunasi utang debitur;
2) ia bertindak untuk dan atas atau penitipan di sini adalah terhadap
namanya sendiri tetapi kebendaan yang bergerak saja.
tidak dengan tujuan untuk
menggantikan hak-hak Dalam Pasal 1404 KUH Perdata
debitur. ditegaskan bahwa jika kreditur menolak
pembayaran maka debitur dapat
2. Penawaran Pembayaran Tunai yang melakukan penanwaran pembayaran
diikuti oleh penyimpanan atau tunai atas apa yang diutangnya, dan jika
penitipan kreditur juga menolaknya, menitipkan
uang atau barangnya kepada
Ketentuan tentang ini diatur pengadilan. Penawaran yang
dalam Pasal 1404 sampai Pasal 1412 sedemikian, diikuti dengan penitipan,
KUH Perdata. Keberadaan jenis membebaskan debitur dan berlaku
hapusnya perikatan ini hanya dapat baginya sebagai pembayaran, asal
terjadi terhadap perikatan untuk penawaran itu telah dilakukan menurut
menyerahkan atau memberikan undang-undang, sedangkan apa yang
sesuatu, baik itu berupa kebendaan telah dititipkan secara itu tetap atas
dalam arti luas, maupun dalam bentuk tanggungan kreditur”.
uang sebagai pemenuhan utang dalam
arti yang sempit. Makna penyimpanan Pada dasarkan, ketentuan Pasal
ini berupaya memberikan kewajibannya. Syarat sah berlakunya
perlindungan bagi debitur yang telah penawaran ini adalah memenuhi
mempunyai itikad baik, yang ketentuan yang diatur dalam Pasal
bermaksud untuk memenuhi 1405 KUH Perdata, yaitu:
perikatannya atau melakukan
pembayaran sesuai dengan a. Penawaran dilakukan kepada
seorang kreditur atau kepada
seorang yang berkuasa
menerimanya untuk
kepentingan/atas nama kreditur;
b. Penawaran itu dilakukan oleh
seorang yang berkuasa untuk
membayar;
c. Penawaran itu mengenai semua
uang pokok dan bunga yang dapat
ditagih, beserta biaya yang telah
ditetapkan dan mengenai sejumlah
uang untuk biaya yang belum
ditetapkan, dengan tidak
mengurangi penetapan kemudian;
d. Ketetapan waktu yang telah
ditentukan telah tiba, jika
ketetapan waktu itu telah dibuat
untuk kepentingan kreditur;
e. Syarat dengan mana utang telah
dibuat telah terpenuhi;
f. Penawaran itu dilakukan di tempat
yang menurut persetujuan,
pembayaran harus dilakukan dan
jika tiada suatu persetujuan
khusus mengenai itu, kepada
kreditur pribadi atau di tempat
tinggal yang sungguh-sungguh
atau di tempat tinggal yang telah
dipilihnya;
g. Penawaran itu dilakukan oleh
seorang Notaris atau Juru Sita,
kedua-dua nya disertai dua orang
saksi.

3. Pembaharuan Utang (Novasi)

Cara hapusnya perikatan ini


adalah terwujud dalam bentuk lahirnya
perikatan baru. Ketentuan yang
memberikan pengaturan atasnya
adalah pada Pasal 1413 KUH Perdata
menegaskan, bahwa ada tiga macam terjadilah penghapusan utang-utang
jalan untuk melaksanakan mereka satu terhadap lainnya, dengan
pembaharuan utang: cara memperjumpakan utang pihak
yang satu dengan pihak yang lainnya.
a. apabila seorang debitur membuat
suatu perikatan yang baru guna Ketentuan yang mengatur
orang yang mengutangkan tentang perjumpaan utang didapat
kepadanya, yang menggantikan pada Pasal 1425 sampai dengan Pasal
utang yang lama, yang dihapuskan 1435 KUH Perdata. Perjumpaan utang
karenanya; ini mensyaratkan adanya 3 (tiga) hal,
b. apabila seorang debitur baru yaitu:
ditunjuk untuk menggantikan
debitur lama, yang oleh kreditur a. kedua kewajiban atau utang
dibebaskan dari perikatannya; yang diperjumpakan tersebut
c. apabila sebagai akibat dari suatu haruslah utang yang telah ada
persetujuan baru, seorang kreditur pada waktu perjumpaan serta
baru ditunjuk untuk menggantikan telah jatuh tempo dan dapat
kreditur lama, terhadap siapa ditagih serta dapat dihitung
debitur dibebaskan dari besarnya;
perikatannya”. b. kewajiban atau utang tersebut
ada secara bertimbal balik
Berdasarkan Pasal 1413 KUH antara dua pihak yang satu
Perdata, dapat disimpulkan bahwa merpakan debitur sekaligus
dalam hal terjadinya pembaharuan kreditur bagi pihak yang lain;
utang (novasi) maka perikatan yang c. kewajiban atau utang yang
lama hapus demi hukum dan diperjumpakan tersebut
selanjutnya dibuat/dibentuk suatu haruslah utang dengan wujud
perikatan baru antara pihak yang prestasi yang sama, atau objek
sama, yaitu antara debitur dan yang sama, atau jumlah uang
kreditur yang sama dalam perikatan yang sama.
yang dihapuskan, atau dengan pihak
yang lain yang selanjutnya akan Percampuran utang dapat
berkedudukan sebagai kreditur atau terjadi bagi perikatan yang lahir dari
debitur baru, yang menggantikan suatu perundang-undangan maupun
kreditur atau debitur lama. perikatan yang lahir karena perjanjian,
sepanjang memenuhi ketiga ketentuan
4. Perjumpaan Utang (Kompensasi) atau syarat sebagaimana yang
dinyatakan di atas.
Cara hapusnya perikatan ini
adalah menunjuk pada suatu kondisi 5. Pencampuran Utang
dimana dua orang saling memiliki
kewajiban yang satu terhadap yang Percampuran utang diatur
lainnya. Dalam keadaan demikian oleh dalam Pasal 1436 dan 1437 KUH
undang-undang ditetapkan bahwa Perdata. Pasal 1436 KUH Perdata
bagi kedua belah pihak yang saling menegaskan, bahwa “apabila
berkewajiban atau berutang tersebut, kedudukan-kedudukan sebagai
kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum
suatu percampuran utang dengan prestasi atau utang berdasarkan pada
mana piutang dihapuskan”. perikatannya kepada kreditur tersebut.

Pasal 1437 pada ayat (1) KUH Dilakukannya atau


Perdata menegaskan “percampuran diberikannya pembebasan
utang yang terjadi pada debitur utang akan
utama, berlaku juga untuk keuntungan menghapuskan perikatan yang
para penanggung utang nya”. melahirkan utang yang sedianya harus
Ketentuan ini merupakan konsekwensi dilaksanakan atau dipenuhi oleh si
logis dari pengertian Penanggungan debitur. Pembebasan utang, menurut
sebagaimana yang diatur dalam Pasal Pasal 1438 KUH Perdata tidak boleh
1820 KUH Perdata. Pasal 1820 KUH dipersangkakan, namun harus
Perdata sendiri mengatur bahwa dinyatakan secara tegas dan dapat
“Penanggungan adalah suatu dibuktikan. Bukti pembebasan utang
persetujuan dengan mana seorang ini dapat ditunjukkan dengan
pihak ketiga, guna kepentingan pihak pengembalian sepucuk tanda piutang
kreditur, mengikatkan diri untuk asli secara sukarela, oleh si berpiutang
memenuhi perikatannya debitur kepada si berutang.
manakala orang itu sendiri tidak
memenuhinya”. Dibebaskannya utang salah
satu debitur dalam suatu perikatan
Berdasarkan ketentuan kedua tanggung menanggung pasif, maka
pasal tersebut di atas dapat diketahui berarti seluruh kawan debitur yang
bahwa dalam hal utang pokok debitur terikat dalam perikatan tanggung
telah hapus, sebagai akibat menanggung pasif tersebut
percampuran utang, maka debitur dibebaskan pula dari seluruh perikatan
tidak lagi memiliki kewajiban untuk tersebut, kecuali jika pembebasan
memenuhi perikatannya yang tersebut semata-mata hanya diberikan
ditentukan dalam Pasal 1820 KUH untuk debitur tersebut secara pribadi.
Perdata.
7. Kebatalan atau Pembatalan Kontrak
6. Pembebasan Utang
Pembahasan mengenai
Pembebasan utang diatur kebatalan atau pembatalan suatu
dalam Pasal 1438 sampai Pasal 1443 kontrak sebagai alasan hapusnya
KUH Perdata. Namun di antara pasal- perikatan maknanya membicarakan
pasal tersebut, tidak didapat syarat subjektif perikatan. Pasal 1320
pernyataan tegas mengenai makna angka (1) dan (2) KUH Perdata
pembebasan hutang. Berkaitan mengatur syarat sah subjektif dari
dengan hapusnya perikatan, suatu perikatan, dengan tidak
pembebasan utang dimaknai sebagai dipenuhinya ketentuan ini maka
suatu perbuatan yang dilakukan oleh memberikan alasan kepada salah satu
kreditur yang membebaskan debitur pihak dalam perjanjian untuk
dari kewajibannya untuk memenuhi membatalkan perjanjian yang telah
dibuat olehnya.
Dengan demikian, pembatalan dimintakan dalam hal:
suatu perjanjian pada dasarnya dapat
a. tidak telah terjadi kesepakatan yang sebenarnya, atau khilaf
bebas dari para pihak yang mengenai orang/subjek terhadap siapa
membuat perjanjian, baik karena suatu perjanjian akan dibuat.
telah terjadi kekhilafan, paksaan
atau penipuan pada salah satu Pengajuan pembatalan
pihak dalam perjanjian pada saat perjanjian karena paksaan, dapat
perjanjian itu dibuat; terjadi dalam hal paksaan terjadi
b. salah satu pihak dalam perjanjian secara fisik maupun psikis, yang juga
tidak cakap untuk bertindak dalam mengancam kebendaan maupun jiwa
hukum, dan atau tidak memiliki salah satu pihak dalam perjanjian,
kewenangan untuk melakukan termasuk suami atau isteri dan sanak
tindakan atau perbuatan hukum keluarga dalam garis ke atas maupun
tertentu. ke bawah.

Dalam hal terjadi salah satu Dalam hal terjadinya penipuan,


atau kedua hal/kondisi di atas, maka maka pihak terhadap siapa penipuan
pihak yang telah khilaf, dipaksa atau telah terjadi wajib membuktikan
ditipu tersebut memiliki hak untuk bahwa lawan pihaknya telah
meminta pembatalan perjanjian pada memberikan suatu informasi secara
saat ia mengetahui adanya kekhilafan, tidak benar, dan hal tersebut
paksaan dan atau penipuan. disengaja olehnya, yang tanpa adanya
Sedangkan dalam hal terdapat informasi yang tidak benar tersebut,
ketidakcakapan salah satu pihak dalam pihak lawannya tersebut tidak
perjanjian, maka pihak yan tidak mungkin akan memberikan
cakap (setelah ia cakap) dan atau kesepakatannya untuk tunduk pada
wakilnya yang sah berhak untuk perjanjian yang dibuat tersebut.
memintakan pembatalan perjanjian.
Dengan terjadinya pembatalan Pasal 1453 KUH Perdata
tersebut, maka berarti perikatan yang menentukan bahwa pembatalan
lahir dari perjanjan tersebut hapus perjanjian adalah menerbitkan
demi hukum. Ketentuan mengenai hak kewajiban untuk memberikan ganti
untuk mengajukan pembatalan ini kerugian, biaya dan bunga oleh pihak,
dapat dilihat pada Pasal 1446 s.d 1450 dalam hal keacakapan bertindak
KUH Perdata. adalah orang yang dewasa yang
membuat perjanjian dengan orang-
Pengajuan pembatalan orang yang belum dewasa atau orang
perjanjian karena kekhilafan, semata- dewasa yang berada di bawah
mata bukanlah alasan untuk pengampuan; dan dalam hal
membatalkan perjanjian, kecuali terjadinya kekhilafan, pakasaan dan
kekhilafan tersebut terjadi mengenai penipuan adalah mereka yang telah
hakikat kebendaan yang menjadi menyebabkan kekhilafan, yang telah
pokok perjanjian tidak sesuai dengan melakukan paksaan maupun
keadaan penipuan.

Pengajuan pembatalan secara


umum dapat diajukan dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak:
a. dalam hal belum dewasa sejak hari diserahkan, atau dilakukan kepada
kedewasaan; keadaan semula, seolah-olah perikatan
b. dalam hal pengampuan, sejak hari tersebut tidak pernah terjadi.Syarat
pencabutan pengampuan; batal sendiri menurut Pasal 1266 KUH
c. dalam hal paksaan, sejak hari Perdata dianggap selalu dicantumkan
paksaan itu telah berhenti; dalam persetujuan-persetujuan yang
d. dalam hal kekhilafan atau bertimbal balik, manakala salah satu
penipuan, sejak hari diketahunya pihak tidak memenuhi kewajibannya.
kekhilafan atau penipuan itu; Dalam hal yang demikian, persetujuan
e. dalam hal batalnya siatu perikatan tidak batal demi hukum, tetapi
dimaksud dalam Pasal 1341 KUH pembatalan harus dimintakan kepada
Perdata (actio paulina), sejak hari Hakim.
diketahuinya bahwa kesadaran
yang diperlukan untuk kebatalan 9. Jangka waktu kontrak telah
itu ada.
berakhir Setiap perjanjian yang
8. Berlakunya Syarat Batal
dibuat
Ketentuan yang mengatur oleh para pihak, baik perjanjian yang
tentang berlakunya syarat batal dibuat melalui akta di bawah tangan
sebagai sebab hapusnya perikatan maupun yang dibuat oleh atau di
diatur dalam Bab I Buku III tentang muka pejabat yang berwenang telah
Perikatan pada Umumnya. Pasal 1265 ditentukan secara tegas jangka waktu
KUH Perdata mengatur mengenai dan tanggal berakhirnya perjanjian.
syarat batal, di dalamnya dinyatakan: Penentuan jangka waktu dan tangal
“Suatu syarat batal adalah syarat yang berakhirnya kontrak adalah
bila dipenuhi, menghentikan perikatan dimaksudkan bahwa salah satu pihak
dan membawa segala sesuatu kembali tidak perlu memberitahukan tentang
kepada keadaan semula, seolah-olah berakhirnya kontrak tersebut namun
tidak pernah ada suatu perikatan. para pihak telah mengetahuinya
Syarat ini tidak menangguhkan masing-masing. Penentuannya juga
pemenuhan perikatan; hanyalah ia adalah didasarkan pada kemauan dan
mewajibkan kreditur mengembalikan kesepakatan para pihak.
apa yang telah diterimanya, apabila
peristiwa yang dimaksud terjadi”. 10. Lewat Waktu

Berdasarkan ketentuan pasal Lewat waktu menurut Pasal


ini dapat diketahui bahwa setiap 1946 KUH Perdata adalah suatu upaya
perikatan yang sudah dilaksanakan untuk memperoleh sesuatu atau untuk
dan dipenuhi pun sesungguhnya dibebaskan dari suatu perikatan
masih dapat dikembalikan kepada dengan lewatnya suatu waktu tertentu
keadaan semula, jika hal tersebut dan atas syarat-syarat yang ditentukan
dikehendaki oleh para pihak. oleh undang-undang. Dalam Pasal
Pencantuman syarat batal dalam suatu 1967 KUH Perdata ditentukan bahwa
perjanjian, menandakan bahwa di segala tuntutan hukum baik yang
antara para pihak dapat bersifat kebendaan maupun yang
mengembalikan apa yang telah bersifat perseorangan, hapus karena
daluarsa dengan lewatnya waktu 30
tahun. Dengan lewatnya waktu 30 Umumnya, PT. Raja Grafindo
tahun maka hapuslah perikatan hukum Persada, Jakarta.
dan tinggallah perikatan bebas/wajar,
yaitu suatu perikatan yang boleh ------------, 2003,Perikatan Yang
dipenuhi oleh debitur tetapi tidak Lahir Dari Perjanjian, PT. Raja
dapat dituntut oleh kreditur melalui Grafindo Persada, Jakarta.
pengadilan.
Mariam Darus Badrulzaman, 1994,
Aneka Hukum Bisnis, Alumni,
Bandung.
Literatur :
----------, 2001, Kompilasi Hukum
Abdulkadir Muhammad, 1986, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung.
Perjanjian, Alumni, Bandung.
Rachmadi Usman, 2008, Hukum
Djaja Meliala, 2007, Perkembangan Jaminan Keperdataan,
Hukum Perdata tentang Cetakan Ke-1, Penerbit Sinar
Benda dan Hukum Perikatan, Grafika, Jakarta.
Nuansa Aulia, Bandung.
Subekti, 1994, Kitab Undang-undang
Gunawan Wijaya dan Kartini Muljadi, Hukum Perdata, Cetakan Ke-
2002, Hapusnya Perikatan, 26, Pradnya Paramita, Jakarta.
Radja Grafindo Perkasa,
Jakarta. -----------, 1995, Aneka Hukum
Perjanjian, Citra Aditya,
J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan: Bandung.
perikatan yang lahir dari
undang-undang (bagian Sutan Remy Sjahdeini, 1993,
pertama), Cetakan Ke-1, Citra Kebebasan Berkontrak Dan
Adtya Bakti, Bandung. Perlindungan Yang Seimbang
Bagi Para Pihak Dalam
J. Satrio, 2003, Hukum Jaminan, hak- Perjanjian Kredit Bank di
hak jaminan pribadi tentang Indonesia, Institut Bankir
perjanjian penanggungan dan Indonesia, Jakarta.
perikatan tanggung
menanggung, Edisi revisi, Wirjono Prodjodikoro, 2000, Azas-
Cetakan Ke-2, Citra Aditya Azas Hukum Perjanjian,
Bakti, Bandung. Mandar Maju, Bandung.

Kansil C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu


Hukum dan Tata Hukum
Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya,


2003, Perikatan Pada
Soal Latihan:

1. Jelaskan pengertian hukum


perdata?
2. Jelaskan tentang pengaturan sistem
hukum perikatan?
3. Sebutkan dan jelaskan macam-
macam perikatan?
4. Jelaskan tentang risiko dalam
hokum perikatan?
5. Apa yang dimaksud dengan
prestasi dan wanprestasi?
6. Jelaskan tentang keadaan
memaksa dalam hukum perikatan?
7. Sebutkan dan jelaskan tentang
sebab-sebab hapusnya perikatan?
BAB IX
PEMBUKTIAN DAN DALUARSA

Tujuan Instruksional Khusus kebenaran yang memiliki nilai


kepastian, keadilan, dan kepastian
Mahasiswa akan dapat mengetahui
hukum.
dan menjelaskan tentang Pembuktian
Dalam pembuktian itu, maka
dan Daluarsa: Pembuktian Pada
para pihak memberi dasar-dasar yang
Umumnya, Alat-alat Bukti serta
cukup kepada hakim dilarang
Daluarsa atau Lewat Waktu
melampaui batas yang diajukan oleh
para pihak yang berperkara. Berkaitan
Sub Pokok Bahasan
dengan materi pembuktian maka
dalam proses gugat menggugat,
A. Pembuktian Pada Umumnya
beban pembuktian dapat ditujukan
B. Alat-alat Bukti
kepada penggugat, tergugat, maupun
C. Daluarsa atau Lewat Waktu
pihak ketiga yang melakukan
intervensi. Pada prinsipnya, siapa yang
Uraian:
mendalilkan sesuatu maka ia wajib
A. Pembuktian Pada Umumnya membuktikannya.
Kebenaran yang diperoleh dari
Menurut Pasal 1865 KUH pembuktian berhubungan langsung
Perdata, pembuktian pada umumnya dengan keputusan yang adil oleh
di mana setiap orang yang mengaku hakim. Ada hal atau peristiwa yang
mempunyai suatu hak, atau menunjuk dikecualikan atau tidak perlu diketahui
suatu peristiwa untuk meneguhkan oleh hakim, di antaranya :
haknya itu atau untuk membantah
suatu hak orang lain, wajib 1. Peristiwanya memang dianggap
membuktikan adanya hak itu atau tidak perlu diketahui oleh atau
kejadian yang dikemukakan itu. tidak mungkin diketahui oleh
hakim.
Pembuktian merupakan 2. Hakim secara ex officio dianggap
tindakan yang dilakukan oleh para mengenall peristiwanya, sehingga
pihak dalam suatu sengketa. tidak perlu dibuktikan lebih lanjut.
Pembuktian ini bertujuan untuk 3. Pengetahuan tentang pengalaman.
menetapkan hokum diantara kedua
belah pihak yang menyangkut suatu Seperti yang dijelaskan dalam
hak sehingga diperoleh suatu KUH Perdata bahwa pembuktian pada
umumnya diatur dalam Buku keempat
tentang Pembuktian dan Daluarsa,
Pasal 1865 bahwa, “Setiap orang yang perdata harus menemukan
mengaku mempunyai suatu hak, atau peristiwanya atau hubungan
menunjuk suatu peristiwa untuk hukumnya kemudian menerapkan
meneguhkan haknya itu atau untuk hokum terhadap peristiwa yang
membantah suatu hak orang lain, tersebut, kaitan antara peristiwa dan
wajib membuktikan adanya hak itu hukum yang ada tersebut. Peristiwa
atau kejadian yang dikemukakan itu.” tersebut yang harus dibuktikan adalah
kebenarannya di mana kebenaran itu
Terdapat juga hal yang perlu
harus kebenaran formil, artinya hakim
dibuktikan di luar yang telah
tidak boleh melampaui batas yang
dikecualikan di atas, membuktikan
diajukan oleh yang berperkara, maka
dalam pembahasan Hukum Acara
hakim tidak melihat kepada bobot atau
dikenal dengan arti yuridis. Seperti
isi, tetapi kepada luas dari
yang diuraikan Sudikno Mertokusumo
pemeriksaan oleh hakim. Pasal 178
bahwa, membuktikan berarti memberi
ayat 3 HIR (Pasal 189 ayat (3) Rbg
dasar yang cukup kepada hakim yang
dan Pasal 50 ayat (3) Rv) melarang
memeriksa perkara yang bersangkutan
hakim untuk menjatuhkan putusan
guna memberi kepastian tentang
atas perkara yang tidak dituntut, atau
kebenaran peristiwa yang diajukan.
akan meluluskan lebih dari yang
dituntut.
Lebih lanjut Sudikno
menjelaskan tujuan pembuktian ilmiah
Dalam mencari kebenaran dan
dan pembuktian yuridis. Tujuan
menetapkan peristiwa, wajib
pembuktian ilmiah adalah semata-
memembuktikan atau mengajukan
mata untuk mengambil kesimpulan,
alat-alat bukti adalah yang
sedangkan tujuan pembuktian yuridis
berkepentingan di dalam perkara atau
adalah untuk mengambil keputusan
sengketa, berkepentingan bahwa
yang bersifat definitif, yakni keputusan
gugatannya dikabulkan atau ditolak.
yang pasti, dan tidak meragukan serta
Sesuai Pasal 283 HIR “Barang siapa
mempunyai keputusan hukum.
beranggapan mempunyai suatu hak
Putusan pengadilan harus objektif
atau suatu keadaan untuk
sehingga tidak ada pihak yang
menguatkan haknya atau menyangkal
merasakan terlalu rendah kadar
hak orang lain, harus membuktikan
keadilannya dari pihak lainnya.
hak atau keadaan itu” (Pasal 1865
KUH Perdata dan Pasal 163 HIR).
Hukum Pembuktian Positif
dalam acara perdata diatur dalam HIR,
Beban pembuktian kedua belah
Rbg, dan Buku keempat KUH Perdata,
pihak, baik penggugat maupun
sedangkan hukum pembuktian yang
tergugat dapat dibebani dengan
materiil maupun formil diatur dalam
pembuktian, terutama penggugat yang
HIR dan Rbg.
wajib membuktikan peristiwa yang
diajukannya, sedang tergugat
Mengenai apa dan siapa yang
berkewajiban membuktikan kebenaran
dibuktikan dan membuktikan maka
bantahannya. Dalam hal ini ada
yang harus dibuktikan adalah
beberapa teori tentang beban
peristiwanya, hakim dalam proses
pembuktian yang dapat merupakan
pedoman bagi hakim.
1. Teori Pembuktian yang bersifat 4. Teori Hukum Publik
menguatkan belaka (bloot
affirmatief). Teori ini mencari kebenaran suatu
peristiwa di dalam peradilan
Teori ini mengemukakan sesuatu merupakan kepentingan publik.
harus membuktikannya dan bukan
yang mengingkari atau 5. Teori Hukum Acara
menyangkalnya. Dasar hukum teori
ini adalah pendapat bahwa hal-hal Asas audi et alteram atau juga
yang negatif tidak mungkin asas kedudukan prosesuil yang
dibuktikan (negativa opn sunt sama daripada para pihak di muka
probanda). hakim yang merupakan asas
pembagian beban pembuktian
2. Teori Hukum Subjektif. menurut teori ini.

Teori ini menggambarkan suatu B. Alat-alat Bukti


proses perdata itu selalu
merupakan pelaksanaan hokum Alat pembuktian diatur dalam
subjektif atau bertujuan Pasal 1866 KUH Perdata, bahwa alat
mempertahankan hukum subjektif, pembuktian meliputi: bukti tertulis,
dan siapa yang mengemukakan bukti saksi, persangkaan, pengakuan,
atau mengaku mempunyai sesuatu sumpah. Pembahasan mengenai
hak harus membuktikannya. macam alat bukti akan dibahas dipoin
kedua ditambah pemeriksaan
Teori ini berdasarkan Pasal 1865 setempat dan saksi ahli. Alat bukti
KUH Perdata, bahwa “Setiap orang
(bewijsmiddel) memiliki macam-
yang mengaku mempunyai suatu
macam bentuk dan juga jenisnya,
hak, atau menunjuk suatu peristiwa
yang memiliki kemampuan untuk
untuk meneguhkan haknya itu atau
menjelaskan dan juga memberikan
untuk membantah suatu hak orang
keterangan tentang masalah yang
lain, wajib membuktikan adanya
diperkarakan di pengadilan.
hak itu atau kejadian yang
Berdasarkan keterangan dan
dikemukakan itu.”
penjelasan dari alat bukti itulah hakim
melakukan penilaian, pihak mana yang
3. Teori Hukum Objektif
paling sempurna pembuktiannya. Jadi,
para pihak yang berperkara hanya
Teori ini mengajukan tuntutan hak
dapat membuktikan kebenaran dalil
atau gugatan berarti bahwa
gugat dan dalil bantahan sesuai fakta-
penggugat minta kepada hakim
fakta yang mereka kemukakan dengan
agar hakim menerapkan ketentuan-
jenis atau alat bukti tertentu. Hukum
ketentuan hukum objektif terhadap
pembuktian yang berlaku di Indonesia
peristiwa yang diajukan.
saat ini adalah masih berpegang pada
jenis alat bukti tertentu saja.

Para pihak yang terkait dalam


persidangan (hakim-tergugat-
penggugat) tidak bebas menerima-
mengajukan alat bukti dalam proses mengadakan perjanjian itu. Jika pihak
penyelesaian perkara. Undang-undang yang menandatangani surat perjanjian
telah menentukannya secara
itu mengakui atau tidak menyangkal
enumerative apa saja yang sah dan tanda tanganya, yang berarti ia
bernilai sebagai alat bukti, dengan mengakui atau tidak menyangkal
kata lain hukum pembuktian yang
kebenaran apa yang tertulis dalam
berlaku disini masih bersifat tertutup
surat perjanjian itu, maka akte di
dan terbatas.
bwah tangan tersebut memperoleh
suatu kekuatan pembuktian yang
Menurut undang-undang, ada
sama dengan akta resmi.
5 (lima) macam alat bukti yang sah,
yaitu:
Akta resmi yang mengandung
keterang-keterangan dari dua pihak
1. Alat bukti tertulis
dihadapan notaris sehingga notaris
Alat bukti tertulis dalam Pasal
hanya menetapkan saja, maka
1866 KUH Perdata sebagai urutan
dinamakan partij akte, sedangkan jika
pertama, ada juga yang menyebutkan
suatu akta resmi mengandung proses
alat bukti surat. Hal ini sesuai dengan
verbal tentang suatu perbuatan yang
kenyataan jenis surat atau akta dalam
telah dilakukan notaris atau juru sita
perkara perdata, memegang peran
seperti lelang atau penyitaan harta
yang penting. Semua kegiatan yang
benda maka dinamakan prosesverbal
menyangkut bidang perdata, sengaja
akte.
dicatat dan dituliskan dalam surat atau
akta. Surat-surat akta dapat dibagi
Akta resmi mempunyai
menjadi surat-surat akta resmi
kekuatan pembuktian yang
(authentiek) dan surat-surat akta di
sempurna.artinya apabila suatu pihak
bawah tangan (onderhands).
mengajukan suatu akte resmi, hakim
harus menerimanya dan menganggap
Surat akta resmi ialah suatu
apa yang ditulis di dalam akta,
akta yang dibuat oleh atau di hadapan
sungguh-sungguh telah terjadi
seorang pejabat umum yang menurut
sehingga hakim tidak boleh
undang-undang ditugaskan untuk
memerintahkan penambahan
membuat surat-surat akta tersebut.
pembuktian lagi. Suatu akta di bawah
Pejabat umum yang dimaksudkan itu
tangan adalah tiap akta atau dengan
ialah notaris, hakim, jurusita pada
perantaraan seseorang pejabat umum,
suatu pengadilan, pegawai pencatatan
misalnya surat perjanjian jual beli atau
sipil (ambtenaar burgerlijke stand)
sewa menyewa yang dibuat dan
dan sebagainya.
ditanda tangani sendiri.
Suatu akta di bawah tangan
Undang-undang menetapkan
ialah tiap akta yang tidak dibuat oleh
bahwa suatu cap jempol yang ditaruh
atau dengan perantaraan seorang
di atas akta di hadapan notaris, hakim
pejabat umum. Misalnya, surat
atau pegawai pamong praja, yang
perjanjian jual beli atau sewa
mengenal orang yang menghadap,
menyewa yang dibuat sendiri dan
dipersamakan dengan suatu tanda
ditanda tangani sendiri oleh kedua
tangan. Berbagai tulisan yang lain
belah pihak yang
yang
bukan akta seperti surat, faktur, terpenting dalam suatu perkara yang
catatan yang dibuat oleh suatu pihak
dan sebagainya, yang kekuatan
pembuktiannya diserahkan pada
pertimbangan hakim, hakim leluasa
untuk mempercayai atau tidak
kebenarannya.

2. Alat bukti saksi

Sesudah pembuktian dengan


tulisan, pembuktian dengan kesaksisn
merupakan cara pembuktian yang
terpenting dalam suatu perkara yang
sedang diperiksa di depan hakim.
Suatu kesaksian, harus mengenai
peristiwa- peristiwa yang dilihat
dengan mata sendiri atau yang dialami
sendiri oleh seorang saksi. Jadi tidak
boleh saksi itu hanya mendengar saja
tentang adanya peristiwa dari orang
lain. Selanjutnya, tidak boleh pula
keterangan saksi merupakan suatu
kesimpulan- kesimpulan yang ditarik
sendiri dari peristiwa yang dilihat atau
dialami.

Kesaksian bukanlah suatu alat


bukti yang sempurna dan mengikat
hakim tetapi terserah hakim untuk
menerima atau tidak. Artinya, hakim
leluasa untuk mempercayai atau tidak
keterangan saksi. Undang-undang
juga menetapkan bahwa satu saksi
bukanlah saksi, artinya hakim tidak
boleh menentukan menag kalah
berdasarkan satu saksi. Alat bukti
saksi seperti yang dijelaskan pada
Pasal 1895 KUH Perdata, yaitu
pembuktian dengan saksi-saksi
diperkenankan dalam segala hal yang
tidak dikecualikan oleh undang-
undang.

Sesudah pembuktian dengan


tulisan, pembuktian dengan kesaksian
merupakan cara pembuktian yang
diperiksa di depan hakim. undang-undang atau oleh hakim
Suatu kesaksian , harus ditarik dari suatu peristiwa yang
mengenai peristiwa- diketahui umum ke arah suatu
peristiwa yang dilihat peristiwa yang tidak diketahui umum.
dengan mata sendiri atau Menurut Subekti, persangkaan ialah
yang dialami sendiri oleh suatu kesimpulan yang diambil dari
seorang saksi. Jadi tidak suatu peristiwa yang sudah terang dan
boleh saksi itu hanya nyata. Dari peristiwa yang terang dan
mendengar saja tentang nyata ini ditarik kesimpulan bahwa
adanya peristiwa dari orang suatu peristiwa lain yang harus
lain. Selanjutnya, tidak dibuktikan juga telah terjadi.
boleh pula keterangan saksi
itu merupakan kesimpulan- Dalam hukum pembuktian, ada
kesimpulan yang ditariknya 2 (dua) macam persangkaan, yaitu
sendiri dari peristiwa yang persangkaan yang ditetapkan oleh
dilihat atau dialaminya, undang-undang sendiri (wattelijk
karena hakimlah yang vermoeden) dan persangkaan yang
berhak menarik kesimpulan- ditetapkan oleh hakim (rechtelijk
kesimpulan itu. vermoeden). Hal ini merupakan suatu
kesimpulan yang diambil dari suatu
3. Alat Bukti Persangkaan peristiwa yang sudah terang atau
nyata. Dalam hukum pembuktian, ada
Alat bukti dua macam persangkaan, yaitu yang
persangkaan seperti yang ditetapkan undang-undang dan
dijelaskan dalam Pasal 1915 persangkaan yang ditetapkan oleh
KUH Perdata, yaitu hakim. Persangkaan yang ditetapkan
persangkaan ialah undnag-undang pada hakekatnya
kesimpulan yang oleh
merupakan suatu pembebasan dari untuk membuktikan hal tersebut,
kewajiban membuktikan sesuatu hal sehingga tidak dapat dikatakan pihak
untuk keuntungan salah satu pihak lawan telah membuktikan hal tersebut.
yang berperkara. Akan tetapi, pemeriksaan di depan
hakim belum sampai pada tingkat
Suatu persangkaan yang pembuktian. Menurut undang-undang
ditetapkan oleh hakim terdapat dalam pengakuan di depan hakim merupakan
pemeriksaan suatu perkara di mana pembuktian yang sempurna tentang
untuk suatu pembuktian peristiwa kebenaran hal atau peristiwa yang
tidak bias didapat saksi-saksi dengan diakui. Hal ini berarti, hakim terpaksa
mata kepala sendiri telah melihat untuk menerima dan menganggap suatu
peristiwa tersebut. peristiwa yang telah diakui memang
benar-benar telah terjadi, meskipun
4. Alat Bukti Pengakuan dibetulnya sendiri tidak percaya bahwa
peristiwa itu sungguh-sungguh telah
Pada dasarnya pengakuan terjadi.
bukan suatu alat pembuktian karena
kalau telah mengaku, maka pihak Pengakuan yang bernilai alat
lawan dibebaskan dari kewajiban bukt dalam Pasal 1923 KUH Perdata
memiliki pengertian pernyataan atau confession), bahwa apa yang
keterangan yang dikemukakan salah didalilkan atau yang dikemukakan
satu pihak kepada pihak lain dalam pihak lawan benar untuk keseluruhan
proses pemeriksaan suatu perkara, atau sebagian.
pernyataan atau keterangan itu
dilakukan di muka hakim atau dalam 5. Alat Bukti Sumpah
sidang pengadilan, keterangan itu
merupakan pengakuan (bekentenis, Alat bukti sumpah merupakan
alat bukti yang terakhir yang
dijelaskan dalam Pasal 1866 KUH
Perdata. Dalam Pasal 1929 KUH
Perdata ada 2 (dua) macam sumpah di
hadapan hakim, yaitu:

1. Sumpah yang diperintahkan oleh


pihak yang satu kepada pihak yang
lain untuk pemutusan suatu
perkara; sumpah itu disebut
sumpah pemutus;
2. Sumpah yang diperintahkan oleh
hakim karena jabatannya kepada
salah satu pihak.

Pengertian sumpah sebagai


alat bukti, adalah suatu keterangan
atau pernyataan yang dikuatkan atas
nama Tuhan, dengan tujuan:

1. Agar orang yang bersumpah dalam


memberi keterangan atau
pernyataan itu, takut atas murka
Tuhan, apabila dia berbohong;
2. Takut kepada murka atau
hukuman Tuhan, dianggap sebagai
daya pendorong bagi yang
bersumpah untuk menerangkan
yang sebenarnya

Dalam undang-undang dikenal


ada 2 (dua) macam sumpah, yaitu:

1. Sumpah yang menentukan


(decussiure eed), yaitu sumpah
yang diperintahkan oleh salah satu
pihak yang berperkara kepada
pihak lawannya dengan maksud
untuk mengakhiri perkara yang sedang diperiksa oleh hakim. Jika pihak
lawan mengangkat sumpah yang Dalam sumpah tambahan, hakim
perumusannya disusun oleh pihak bebas apakah ia memerintahkan
yang memerintahkan suatu sumpah tambahan atau
pengangkatan sumpah itu, ia akan tidak. Hakim juga leluasa untuk
dimenangkan, sebaliknya, jika ia memerintahkan sumpah tambahan
tidak berani menolak kepada pihak penggugat/tergugat
pengangkatan sumpah ia akan jika suatu persangkaan/surat
dikalahkan. Pihak yang menyurat dianggap sebagai
diperintahkan mengangkat permulaan pembuktian. Bagi
sumpah, mempunyai hak untuk pihak yang mendapat perintah
“mengembalikan” perintah itu, untuk mengangkat sumpah
artinya meminta supaya pihak tambahan dapat menolak atau
lawannya sendiri mengangkat mengangkat sumpah itu tak dapat
sumpah itu. mengembalikan sumpah tersebut
kepada pihak lawan. Sebenarnya,
Contoh rumusan sumpah,
sumpah tambahan ini dapat
perumusan semula berbunyi: “Saya
dikatakan, ia menentukan juga
yang bersumpah bahwa sungguh-
jalan perkara, sehingga
sungguh saya telah menyerahkan
perbedaannya sebenarnya dengan
barang”. perumusan sumpah
suatu sumpah decissoir ialah,
yang dikembalikan berbunyi:
bahwa yang belakangan
“Saya bersumpah bahwa sungguh-
diperintahkan oleh suatu pihak
sungguh saya tidak menerima
yang berperkara kepada
barang.” Dapat
pihak lawannya, sedangkan sumpah
disimpulkan bahwa “Suatu
tambahan diperintahkan oleh
sumpah yang diperintahkan oleh
hakim karena jabatannya (karena
salah satu pihak yang berperkara
kehendak hakim).
kepada pihak lawannya,
mempunyai suatu kekuatan C. Daluarsa atau Lewat Waktu
pembuktian yang memaksa, jika
sumpah itu telah diangkat”. Menurut Pasal 1946 KUH
Perdata, lewat waktu atau daluarsa
2. Sumpah tambahan adalah suatu adalah suatu sarana untuk
sumpah yang diperintahkan oleh memperoleh sesuatu atau untuk
hakim pada salah satu pihak yang dibebaskan dari suatu perikatan
berperkara, apabila hakim dengan lewat suatu waktu tertentu
berpendapat bahwa di dalam dan atas syarat-syarat yang ditentukan
suatu perkara sudah terdapat oleh undang-undang. Daluarsa untuk
suatu “permulaan pembuktian”, memperoleh hak milik atas suatu
yang perlu ditambah dengan barang dinamakan daluarsa
penyumpahan, karena dipandang acquisitive, sedangkan daluarsa untuk
kurang memuaskan untuk dibebaskan dari suatu perikatan
menjatuhkan putusan atas dasar dinamakan daluarsa extinctif.
bukti-bukti yang ada.
Dengan lewat 30 tahun hapus
perikatan hukum dan tinggal perikatan
bebas, yaitu suatu perikatan yang
boleh dipenuhi debitur tetapi tidak itu,
dapat dituntut oleh kreditur melalui
pengadilan. Dalam Pasal 1967 KUH
Perdata ditentukan, bahwa segala
tuntutan hukum baik yang bersifat
kebendaan maupun yang bersifat
perseorangan, hapus karena daluarsa
apabila lewat dari 30 tahun,
sedangkan siapa yang menunjukan
adanya daluarsa tidak usah
mempertunjukkan alas hak, lagi pula
tidak dapat diajukan terhadap sesuatu
tangkisan yang didasarkan pada itikat
yang buruk.

Daluwarsa atau lewat waktu


menurut Pasal 1946 KUH Perdata ialah
suatu sarana hukum untuk
memperoleh sesuatu atau suatu
alasan untuk dibebaskan dari suatu
perikatan dengan lewatnya waktu
tertentu dan dengan terpenuhinya
syarat-syarat yang ditentukan dalam
undang-undang. Pasal 1967 KUH
Perdata menjelaskan bahwa, “semua
tuntutan hukum, baik yang bersifat
kebendaan maupun yang bersifat
perorangan, hapus karena lewat
waktu dengan lewatnya waktu 30
tahun, sedangkan orang yang
menunjuk adanya lewat waktu itu,
tidak usah menunjukkan suatu alas
hak, dan terhadapnya tak dapat
diajukan suatu tangkisan yang
didasarkan pada itikad buruk”.

Dalam Pasal 1968 KUH


Perdata, untuk para ahli dan
pengajar dalam bidang kebudayaan
dan ilmu pengetahuan, tuntutan
para penguasa rumah penginapan
dan rumah makan, tuntutan para
buruh yang upahnya harus dibayar
dalam bentuk uang tiap- tiap kali
lewat waktu yang kurang dari satu
triwulan untuk mendapatkan upah
mereka serta jumlah kenaikan upah
semua tuntutan ini lewat waktu menuntut pembayaran persekot dan
dengan lewatnya waktu satu jasa yang telah ditunggak lebih dari
tahun. sepuluh tahun. Kemudian tuntutan
para notaris untuk persekot dan
Selanjutnya, Pasal 1969 KUH upah mereka, lewat waktu juga
Perdata, tuntutan para dokter dan dengan lewatnya waktu dua tahun,
ahli obat-obatan,tuntutan para terhitung sejak hari dibuatnya akta
jurusita, tuntutan para pengelola yang bersangkutan.
sekolah berasrama, tuntutan para
buruh kecuali mereka yang Pasal 1971 KUH Perdata,
dimaksudkan dalam Pasal 1968, tuntutan para tukang kayu, tukang
semua tuntutan ini lewat waktu batu, dan tukang lainnya,
dengan lewatmya waktu 2 tahun. tuntutan para pengusaha toko, hapus
karena lewat waktu dengan lewatnya
Pasal 1970 KUH Perdata, waktu 5 tahun. Ada 2 (dua) macam
tuntutan para advokat dan daluarsa (Verjaring), yaitu:
pengacara, hapus karena lewat
waktu dengan lewat waktu 2 tahun, 1. Acquisitieve Verjaring
terhitung sejak hari diputuskannya
perkara, hari tercapainya Acquisitieve verjaring adalah
perdamaian antara pihak- pihak lewat waktu sebagai cara memperoleh
yang berperkara, atau hari hak milik atas suatu benda. Syarat
dicabutnya kuasa pengacara itu, adanya daluwarsa ini harus ada itikad
mengenai hal perkara yang tidak baik dari pihak yang menguasai benda
selesai, tak dapatlah mereka tersebut. Seperti dalam Pasal 1963
KUH Perdata, bahwa “ Siapa yang tersebut. Misalnya, Nisa menguasai tanah
dengan itikad baik, dan berdasarkan perkarangan tanpa adanya tanda yang sah
suatu alas hak yang sah, memperoleh selama 30 tahun. Selama waktu itu tidak ada
suatu benda tak bergerak, suatu gangguan dari pihak ketiga, maka demi hukum,
bunga, atau suatu piutang lain yang tanah pekarangan itu menjadi miliknya dan tanpa
tidak harus dibayar atas tunjuk, dipertanyakan alas hukum tersebut.
memperoleh hak milik atasnya dengan
jalan daluarsa, dengan suatu 3. Extinctieve Verjaring
penguasaan selama 20 tahun “. “
Siapa yang dengan itikad baik Extinctieve verjaring adalah seseorang
menguasainya selama 30 tahun, dapat dibebaskan dari suatu penagihan atau
memperoleh hak milik dengan tidak tuntutan hukum. Oleh undang-undang
dapat dipaksa untuk ditetapkan, bahwa dengan lewatnya waktu 30
mempertunjukkan alas haknya”. tahun, setiap orang dibebaskan dari semua
penagihan atau tuntutan hukum. Ini berarti, bila
Seorang bezitter yang jujur seseorang digugat untuk mebayar suatu hutang
atas suatu benda yang tidak bergerak yang sudah lebih dari 30 tahun lamanya, ia dapat
lama kelamaan dapat memperoleh hak menolak gugatan itu dengan hanya mengajukan
milik atas benda tersebut. Apabila ia bahwa ia selama 30 tahun belum pernah
bisa menunjukkan suatu tanda yang menerima tuntutan atau gugatan itu. Misalnya,
sah, maka dengan daluarsa 20 tahun Dea telah meminjam uang kepada Syamsul
sejak mulai menguasai benda
sebesar Rp.10.000.000,00 . ingin mempergunakan haknya
Dalam jangka waktu 30 dalam sebuah perikatan
tahun, uang itu tidak ditagih
oleh Syamsul, maka Literatur:
berdasarkan ketentuan
hukum yang berlaku, maka Afandi, Ali, Hukum Waris,
1997,
Dea dibebaskan untuk Hukum Keluarga, Hukum
membayar utangnya Pembuktian, Rineka Cipta,
kepada Syamsul. Jakarta.

Pelepasan lewat Mertokusumo, Sudikno, 2000, Hukum


waktu seperti apa yang Acara Perdata Indonesia, Edisi
dijelaskan dalam Pasal 1948 VII Liberty, Yogyakarta.
KUH Perdata, yaitu
pelepasan lewat waktu
dapat dilakukan secara
tegas atau secara diam-
diam. Pelepasan secara
diam-diam disimpulkan dari
suatu perbuatan yang
menimbulkan dugaan
bahwa seseorang tidak
hendak menggunakan suatu
hak yang telah
diperolehnya.
Pelepasan daluarsa
dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu :

1. Dilakukan secara tegas.


Seseorang yang
melakukan perikatan
tidak diperkenankan
melepaskan daluarsa
sebelum tiba waktunya,
namun apabila ia telah
memenuhi syarat- syarat
yang ditentukna dan
waktu yang telah
ditentukan pula, maka ia
berhak melepaskan
daluarsanya.
2. Dilakukan secara diam-
diam. Pelepasan yang
dilakukan secara diam-
diam ini terjadi karena si
pemegang daluarsa tidak
Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk
dan Azas-azas Hukum
Perdata, Alumni, Bandung.

Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum


Perdata, Intermasa, Jakarta.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,


Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta.

Vollmar, 1996, Pengantar Hukum


Perdata I, Rajawali Press,
Jakarta

Yahya, M. Harahap, 2011, Hukum


Acara Perdata, Sinar Grafika,
Jakarta.

Catatan:

Setelah selesai Pokok Bahasan ini akan


dilaksanakan Ujian Akhir Semester.

Soal Latihan:

1. Apa yang dimaksud dengan


pembuktian?
2. Apa yang dimaksud dengan akta di
bawah tangan dan bagaimana
kedudukannya sebagai alat bukti?
3. Sebutkan dan jelaskan mengenai
dengan alat-alat bukti?
4. Apa yang dimaksud dengan
daluarsa?
5. Jelaskan tentang daluarsa
acquisitive dan daluarsa extintif?
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 1986, Hukum Eman Suparman, 2005, Hukum Waris


Perjanjian, Alumni, Bandung. di Indonesia Dalam Perspektif
Islam Adat BW, PT. Refika
-------------, 1992, Hukum Perikatan,
Aditama, Bandung.
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Frieda Husni Hasbullah, 2005, Hukum
-------------, 2000, Hukum Perdata
Kebendaan Perdata: Hak-Hak
Indonsesia, Citra Aditya,
Yang Memberi Kenikmatan,
Bandung.
Ind-Hil-Co., Jakarta.

-------------, 2010, Hukum Perdata


Gunawan Wijaya dan Karini Muljadi,
Indonsesia, Citra Aditya,
2002, Hapusnya Perikatan,
Bandung.
Radja Grafindo Perkasa,
Jakarta.
Ahmad Supriyadi, 2010, Hukum
Perdata, Nora Media
Hazairin, 1982, Hukum Kewarisan
Enterprise, Kudus.
Bilateral Menurut Al-Qur’an
dan Hadith, Tintamas, Jakarta.
Ali Afandi, Hukum Waris,
1997,
Hukum Keluarga, Hukum
Joko Prakoso, et al, 1987, Asas-Asas
Pembuktian, Rineka Cipta,
Hukum Perkawinan di
Jakarta.
Indonesia, Bina Aksara,
Jakarta.
Anisitus Amanat, Membagi
2000,
Warisan Berdasarkan Pasal-
J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan:
Pasal Hukum Perdata BW,
perikatan yang lahir dari
Cetakan 1, PT. RajaGrafindo
undang-undang (bagian
Persada, Jakarta.
pertama), Cetakan Ke-1, Citra
Adtya Bakti, Bandung.
Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja,
1981, Hukum Perkawinan
------------, 2003, Hukum Jaminan,
Menurut Islam, Undang -
hak- hak jaminan pribadi
Undang Perkawinan Dan
tentang perjanjian
Hukum Perdata/BW, Jilid 2,
penanggungan dan perikatan
Hidakarya Agung, Jakarta.
tanggung
menanggung, Edisi revisi,
Djaja Meliala, 2007, Perkembangan
Cetakan Ke-2, Citra Aditya
Hukum Perdata tentang
Bakti, Bandung.
Benda dan Hukum Perikatan,
Nuansa Aulia, Bandung.
Kansil C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu
Hukum dan Tata Hukum
Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, Riduan Syahrani, 1989, Seluk-Beluk
2003, Perikatan Pada dan Asas-Asas Hukum
Umumnya, PT. Raja Grafindo Perdata, Alumni, Bandung.
Persada, Jakarta.
-------------, 2004, Seluk Beluk dan
------------, 2003,Perikatan Yang
Azas-azas Hukum Perdata,
Lahir Dari Perjanjian, PT. Raja Alumni, Bandung.
Grafindo Persada, Jakarta.
Salim HS, 2004, Pengantar Hukum
Mariam Darus Badrulzaman, 1994,
Perdata Tertulis (BW), Cet.
Aneka Hukum Bisnis, Alumni, ke- 4, Yogyakarta.
Bandung.
-------------, 2006, Pengantar Hukum
----------, 2003, Kompilasi Hukum Perdata Tertulis (BW),
Perikatan, Alumni, Bandung Cetakan Ke-4, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta.
Mertokusumo, Sudikno, 2000, Hukum
Acara Perdata Indonesia, Edisi Soedharyo Soimin, 2005, Himpunan
VII, Liberty, Yogyakarta.
Yurisprudensi tentang Hukum
Perdata, Cetakan Ke-2,
-----------, 1995, Aneka Hukum
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
Perjanjian, Citra Aditya,
Bandung.
-------------, 2007, Himpunan Dasar
Hukum Pengangkatan Anak,
Pitlo, MR. A., 1990, Hukum Waris:
Cetakan Ke-3, Penerbit Sinar
Menurut Undang-Undang
Grafika, Jakarta.
Hukum Perdata Belanda,
Intermasa, Jakarta.
Soeroso. R, 2007, Perbandingan
Hukum Perdata, Sinar Grafika,
Rachmadi Usman, 2002, Hukum
Jakarta.
Kebendaan, Sinar Grafika,
Jakarta.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1990,
Hukum Perdata: Hukum
-------------, 2008, Hukum Jaminan
Benda, Liberty, Yogyakarta.
Keperdataan, Cetakan Ke-1,
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
Subekti, 1985, Pokok-Pokok Hukum
Perdata, Intermasa, Jakarta.
Rahman, Bakri A. dan Ahmad
Sukardja, Hukum
1981,
-----------, 1994, Kitab Undang-
Perkawinan Menurut Islam,
undang Hukum Perdata,
Undang - Undang Perkawinan
Cetakan Ke-26, Pradnya
Dan Hukum Perdata/BW, Jilid
Paramita, Jakarta.
2, Hidakarya Agung, Jakarta.
----------, 2003, Pokok-Pokok Hukum
Perdata, Intermasa, Jakarta.
Subekti dan Tjitrisudibio, 1996, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pradya Paramita, Jakarta. Perikatan dalam Islam, CV
Pustaka, Jakarta.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2001,
Kitab Undang-undang Hukum Wirjono Prodjodikoro, 2000, Azas-
Perdata, Pradnya Paramita, Azas Hukum Perjanjian,
Jakarta. Mandar Maju, Bandung.

Suhardana, F.X.,et.al, 2001, Hukum Yahya, M. Harahap, 2011, Hukum


Perdata I: Buku Panduan Acara Perdata, Sinar Grafika,
Mahasiswa, PT Prenhallindo, Jakarta.
Jakarta.
Zainuddin Ali, 2006, Hukum Perdata
Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Islam di Indonesia, Sinar
Kebebasan Berkontrak dan Grafika, Jakarta,
Perlindungan Yang Seimbang
Bagi Para Pihak Dalam ------------, 2008, Pelaksanaan Hukum
Perjanjian Kredit Bank di Waris di Indonesia, Sinar
Indonesia, Institut Bankir Grafika, Jakarta.
Indonesia, Jakarta.

Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum


Perdata dalam Sistem Hukum
Nasional, Intermasa, Jakarta.

Tutik, Titik Triwulan, 2006, Pengantar


Hukum Perdata di Indonesia,
Prestasi Pustaka Publisher,
Jakarta.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974


tentang Perkawinan

Vollmar, 1996, Pengantar Hukum


Perdata I, Rajawali Press,
Jakarta.

Wantjik Saleh, 1980,Hukum


Perkawinan Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta.

Wawan Muhwan Hariri, 2011, Hukum


Perikatan dilengkapi Hukum
INDEKS

B M
baheer 65 merderjaring 65
bedrog 123 mirderjaring 71
Bezwaarde 111
bewindvoerder 109 O
C Onderhands 146
openbaar etestement 108
Curatele 72 olografis testament 108
D P
Domicile 77 person
decussiure eed 150 previligi
dwang 123 e
dwaling 123 perjanjian kawin 47
E R
executeur testament Retentie 92
109 Recht subject 8
Risiko 126
F
S
Fidei commis 110
G semenda 62
schuld 122
gemeenschap somasi 128
H
V
Handlichting 70
haftung 122 Vick person 9
vruchtgebruik 108
I

Immateriele 123
W
L
Wanprestasi 127
Legaat 108
legitiematie portie 110 Z

Zaakwaarneming 123

Anda mungkin juga menyukai