Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666

Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah


Sektor Infrastruktur, Sektor Pertanian, Sektor Pariwisata
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 2011-2015
Husriatun Putri
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kata Kunci Abstrak


Economic Growth, This study aims to determine the effect of local government expenditure on
Local Government agriculture, tourism, road infrastructure and local own revenues (LOR) on
Expenditure, Local economic growth in province of Nusa Tenggara Barat by district/city
Own Revenues period 2011-2015. The method is used to analyze the research data is panel
(LOR), and Panel data, fixed effect model by using an application help Eviews 8.
Data The result of this research is government expenditure variable for
agriculture sector has a positive and significant influence on economic
growth, government expenditure for tourism sector has a negative and
insignificant effect on economic growth, government expenditure for road
infrastructure has a negative and insignificant effect on economic growth
and local own revenues (LOR) has a positive and significant influence on
economic growth.

Korespondensi: Husriatun Putri


Email: Husriatunputri@gmail.com

237
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

PENDAHULUAN proses, output per kapita, dan jangka


Pertumbuhan ekonomi adalah proses panjang (Boediono, 1988).
kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang yang terdiri dari tiga aspek yaitu

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2010 menurut kab./kota NTB
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Kabupaten/Kota Kab./Kota (Persen)
2011 2012 2013 2014 2015
Kabupaten Lombok Barat 6,05 5,27 5,26 5,7 6,39
Kabupaten Lombok Tengah 10,89 13,7 6,24 6,28 5,58
Kabupaten Lombok Timur 6,23 5,43 5,51 4,8 5,94
Kabupaten Sumbawa 6,97 6,67 6,44 6,63 6,43
Kabupaten Dompu 7,2 6,18 5,05 5,54 6,16
Kabupaten Bima 6,05 5,95 5,11 6,01 6,27
Kabupaten Sumbawa Barat -28,2 -26,3 3,53 -1,3 107
Kabupaten Lombok Utara 5,34 4,08 4,11 4,59 4,73
Kota Mataram 2,96 1,04 7,95 8,10 7,99
Kota Bima 5,12 5,6 5,58 5,89 5,76
Nusa Tenggara Barat -3,91 -1,54 5,16 5,17 21,8
Sumber: Badan Pusat Statistik, NTB

Persentase pertumbuhan ekonomi pendapatan per kapita menurun yang


NTB dari tahun 2011 hingga 2015, menyebabkan kemerosotan kesejahtraan
pertumbuhan ekonominya fluktuatif ( lihat masyarakat (Sukirno, 2004).
tabel 1.1) hal ini berasal dari turunya Penyebab lain rendahnya pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi secara drastis di ekonomi adalah fasilitas infrastruktur yang
Kabupaten Sumbawa Barat hingga minus belum memadai. Infrastruktur jalan, masih
pada 2011 hingga 2012, kontribusi PDRB menjadi keluhan masyarakat Sumbawa,
Sumbawa Barat paling dominan berasal karena jika dibandingkan dengan Lombok
dari pertambangan dan penggalian. Oleh infrastruktur di Sumbawa terbilang jauh
karena itu, ketika terjadi penurunan tertinggal yakni Sumbawa, antara 12,6
produksi pada sektor tersebut, pertumbuhan hingga 51,44 persen. Sedangkan Lombok
ekonomi secara keseluruhan (regional) juga dengan tingkat kemantapan jalan
menurun. kota/kabupaten 37,83 hingga 71,55 persen
Kecederungan bergantung pada satu (Lombok Post, 2017).
sektor ekonomi saja, membuat Pemerintah dalam mengelola
pertumbuhan ekonomi menjadi tidak stabil, kekayaan alam dan menyediakan fasilitas
Rendahnya pertumbuhan ekonomi, pembangunan, oleh karena itu bentuk
membuat produktivitas marginal intervensi pemerintah dalam mendorong
penduduknya rendah. Ini berarti pembangunan ekonomi adalah melalui
penambahan penggunaan tenaga kerja tidak kebijakan fiskal. Tujuan dari kebijakan
meningkatkan produksi nasional justru fiskal adalah menstabilkan harga tingkat

238
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

output, memperlebar kesempatan kerja dan dan manusia di masing-masing daerah


menstimulasi pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kemampuan masing-masing
(Anitasari & Soleh, 2015). APDB memiliki daerah, NTB selaku salah satu daerah
peran sebagai otoritasi, perencanaan, otonom, juga mengupayakan
mengawasi, alokasi, distribusi dan pengembangan potensi ekonomi
stabilisasi Bastian dalam (Basuki, 2016). wilayahnya. Ini merupakan salah satu cara
Dalam rangka mendukung agar pelaku ekonomi berperan aktif dan
pengembangan ekonomi di Indonesia mampu memberikan kontribusi bagi
pemerintah membuat kebijakan pertumbuhan ekonomi nasional maupun
pengembangan otonomi daerah. Melalui regional dan juga. Di bawah ini merupakah
otonomi daerah, dapat mengoptimalkan PDRB NTB menurut lapangan usaha
pengelolaan kemampuan sumber daya alam

Tabel 1.2
PDRB NTB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat
Lapangan Usaha
ADH Kontan 2010 (Juta Rupiah)
PDRB
2011 2012 2013 2014
Pertanian,Kehutanan,dan
16,407,442 16,946,743 17,702,366
Perikanan 15,691,914
Pertambangan dan
14,709,393 10,788,742 11,254,503 11,238,698
Penggalian
Industri Pengolahan 3,277,041 34,148,735 35,395,368 3,658,662
Konstruksi 6,139,781 63,663,067 66,969,633 7,219,308
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Sepeda 7,662,944 83,931,033 90,526,635 9,747,296
Motor dan Mobil
Transportasi dan
4,427,516 4,717,941 49,639,827 5,335,371
Pergudangan
Sumber: Badan Pusat Statistik, NTB

Sejak tahun 2011 hingga 2014 bahwa perekonomian NTB saat ini
sektor pertanian merupakan pendorong disokong oleh sektor pertanian dengan
PDRB paling dominan, akan tetapi kontribusi sebesar 24,14 persen. Sektor
pertumbuhanya cenderung lambat dari pertanian sangat krusial untuk diperhatikan
tahun ke tahun. Sektor pertanian oleh pemerintah melalui pengeluaran
memegang peranan dalam meningkatkan pemerintah, serta faktor pendukung
perekonomian, Pada tahun 2013 pengembangan sektor pertanian yakni,
penyerapan tenaga kerja di NTB infrastruktur sebagai akses utama dalam
didominasi oleh sektor pertanian yakni pendistribusian hasil pertanian.
sebesar 45,02 persen (Badan Pusat Statistik Kesiapan Sektor infrastruktur juga
NTB, 2013). Seperti yang disampaikan oleh penting dalam menunjang aktivitas
Presiden pemerintahan yang sekarang, perekonomian. Sektor infrastruktur

239
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

berkesinambungan dengan sektor-sektor budaya, aneka makanan tradisional, serta


lain, dalam menyokong kelancaran keramah tamahan masyarakatnya (Media
aktivitas perekonomian. Dalam rangka Republika.co.id, 2017).
mempercepat pembangunan di NTB, Dalam Buku Agenda Pembagunan
Pemerintah daerah melakukan Nasional tentang Rencana Pembangunan
pembangunan Infrastruktur diberbagai Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019,
aspek, dipaparkan juga dalam RPJMD NTB ada empat langkah konkret untuk
(2013-2018), infrastruktur menjadi salah mendorong terciptanya kesempatan kerja
satu prioritas pembangunan di NTB. Hal yang berkualiatas, yakni: (a) meningkatkan
ini berkaitan dengan target pertumbuhan produktivitas, melalui akslerasi penyerapan
ekonomi sebesar 5,90%, menurunkan tenaga kerja ke industri yang memberikan
angka kemiskinan menjadi 16,25%, tingkat nilai tambah dan berproduktivitas tinggi
pengangguran terbuka 3,5%, inflasi 2,77% akan membuka peluang kesempatan kerja
dan indeks gini rasio 0,273%. selebar lebarnya, termasuk sektor pertanian
(WartaNTB.com, 2017). melalui sektor pengelolaan industri; (b)
Dampak postif terhadap meningkatkan standar hidup pekerja, tidak
peningkatan pengeluaran pemerintah terkecuali pekerja miskin melalui
adalah semakin meningkatnya aktivitas penyediaan lapangan kerja produktif; (c)
ekonomi, yang mana meningkatkanya juga transformasi struktur tenaga kerja, hal ini
aliran Pendapatan Asli Daerah (PAD). dapat dilakukan dengan dukungan fasilitas
Susanto (2014), melakukan penelitian seperti infrastruktur pengembangan
tentang analisis kemampuan keuangan kompentensi untuk pekerja yang dapat
daerah pemerintah Provinsi NTB, hasil meningkatkan skill di bidang industri; (d)
penelitianya adalah berdasarkan memberikan insentif bagi investasi yang
pengukuran Indeks Kemampuan Keuangan menciptakan padat karya hal ini berlaku
(IKK) dan klasifikasi kreteria tingkat juga untuk pelaku usaha kecil-menengah.
keuangan daerah Provinsi NTB memiliki Melalui otonomi daerah diharapkan
kemampuan keuangan yang tinggi. Melihat mampu untuk menggali potensi sumber
dari potensi sumber daya alam yang daya yang dimiliki NTB, sehingga akan
dimiliki NTB, peluang meningkatkan PAD mencapai tujuan pembangunan ekonomi,
dapat dimanfaatkan secara optimal. dengan pengoptimalan pengelolaan daerah
Pengembangan sektor pariwisata disektor-sektor yang berpotensi yang
menjadi perhatian publik di NTB, setelah akhirnya akan menciptakan kemandirian
mendapatkan predikat wisata halal terbaik ekonomi suatu daerah. Dengan harapan
di dunia tahun 2015 dan 2016. Tidak hanya melalui penelitian ini mampu membuktikan
itu, NTB juga dinobatkan sebagai wisata variabel-variabel diatas dapat memberikan
tempat bulan madu halal terbaik di dunia pengaruh positif terhadap pertumbuhan
tahun 2016. Hal ini pantas diraih oleh NTB, ekonomi, sehingga dapat mecapai tujuan
karena Pulau Lombok merupakan bagian pembangunan ekonomi kesejahtraan dan
dari NTB dikenal sebagai Pulau Seribu keadilan. Berdasarkan uraian paparan pada
Masjid, dan juga mayoritas masyarakat latar belakang, tujuan dari penelitian ini
NTB pemeluk agama islam. Faktor sebagai berikut:
pendukung lainya yang menarik di NTB 1. Untuk mengetahui pengaruh
adalah keindahan Alamnya, keunikan seni pengeluaran pemerintah sektor

240
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

infrastruktur terhadap pertumbuhan sudah diperoleh suatu wilayah selama satu


ekonomi NTB tahun 2011-2015 tahun.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pengelauran Pemerintah
pengeluaran pemerintah sektor Pengeluaran pemerintah setiap tahun
Pertanian terhadap pertumbuhan selalu meningkat, di hampir seluruh macam
ekonomi NTB tahun 2011-2015 kegiatan ekonomi. Semakin besar peran
3. Untuk mengetahui pengaruh pemerintah maka semakin besar pula
pengeluaran pemerintah disektor pengeluarannya dalam proporsi pendapatan
pariwisata terhadap pertumbuhan nasional. Dalam hubungan ini, Adolp
ekonomi NTB tahun 2011-2015 Wagner mengemukakan hukum yang
4. Untuk mengetahui pengaruh disebut dengan “Law of ever increasing
Pendapatan Asli Daerah (PAD) state activity”. (hukum tentang kegiatan
terhadap pertumbuhan ekonomi tahun pemerintah selalu meningkat).
2011-2015 (Suparmoko, 2000)
Menurut Todaro (1998) ada dua
TINJAUAN PUSTAKA manfaat berkembangnya kebijakan
Pertumbuhan Ekonomi perpajakan yaitu : (1) konsensi pajak dan
Pertumbuhan ekonomi adalah insentif fiskal yang sama dianggap sebagai
proses kenaikan output per kapita dalam pendorong bagi perusahaan swasta. Setiap
jangka panjang yang terdiri dari tiga aspek persetujuan dan dorongan pajak
yaitu proses, output per kapita, dan jangka ditawarkan kepada investor swasta asing
panjang (Boediono, 1988). Kuznet dalam untuk menanamkan modalnya di
(Todaro, 2000) mendefinisikan perusahaan negara negara berkambang; dan
pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan (2) memobilasasi sumber daya untuk
kapasitas dalam jangka panjang dari negara pengeluaran pemerintah, kemampuan
yang bersangkutan untuk menyediakan pemerintah dalam meningkatkan kemajuan
berbagai barang ekonomi kepada ekonomi dan sosialnya tergantung dari
penduduknya. pertumbuhan ekonomi biaya pengembangan program-program
merupakan proses memperlebar kapasitas pelayanan umum yang sangat penting bagi
dengan penambahan output per kapita masyarakat.
melalui investasi yang memperbaiki Pembangunan dan Pengeluaran Sektor
kualitas baik sumber daya manusia maupun Infrastruktur
modal sehingga bisa menambahkan Kodoatie dalam Prasetyo & Firdaus,
pendapatan yang merupakan imbal balik (2009) mengartikan infrastruktur sebagai
dari hasil faktor produksi. Sedangkan fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan
pembangunan adalah usaha meningkatkan oleh agen publik yang dilakukan
kualitas hidup suku bangsa dengan pemerintah dalam penyediaan fasilitas
menggunakan tolak ukur tinggi rendahnya publik berupa penyediaan air, tenaga listrik,
pendapatan riil per kapita (Sukirno, 1996). pembuangan limbah, transportasi dan
Ahman & Indriani (2007), pelayanan-pelayanan lainya untuk tujuan
mengatakan tingkat kemajuan ekonomi sosial. The World Bank (1994),
perekonomian di suatu negara dapat diukur mengklasifikasikan infrastruktur menjadi
dengan angka pertumbuhan ekonomi yang tiga, yaitu:

241
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

1) Infrastruktur ekonomi adalah saling menunjang oleh masyarakat


Infrastruktur berupa fisik untuk pertanian.(Todaro, 2000).
menunjang kegiatan ekonomi, terdiri Pembangunan dan Sektor Pariwisata
dari (public utilities) tenaga kerja, gas, Keberadaan pariwisata dalam suatu
air, sanitasi, telekomunikasi, (public wilayah akan memberikan kontribusi
work) jalan, bendungan, kanal, irigasi terhadap perekonomian, sehingga
dan drainase (transportation sector) pemerintah memiliki peran dalam
jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang peningkatan pariwisata. Sektor Pariwisata
dan lain sebagainya. bukan industri yang berdiri sendiri, akan
2) Infrastruktur sosial, yang termasuk tetapi didukung oleh beberapa sektor
dalam katagori ini adalah Pendidikan, ekonomi terkait. Oleh karena itu, untuk
kesehatan dan perumahan. mengetahui peranan sektor pariwisata
3) Infrastruktur administrasi terdiri dari dalam perekonomian nasional tidak dapat
penegakan hukum, control dilakukan secara lansung, peranan itu
administrasi dan koordinasi. diperoleh melalui identifikasi semua sektor
Dalam kehidupan sehari hari ekonomi yang terkait dengan pariwisata,
infrastruktur merupakan pendukung utama seperti perikanan, pertanian, berbagai
fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem macam industri pangan, hotel, tekstil dan
ekonomi. Ketersediaan insfrastruktur dapat lain-lain (Hermawan, 2012).
menunjang proses pelaksanaan kegiatan Biasanya parawisatawan akan
ekonomi. Manfaat ketersediaan banyak membelanjakan uangnya untuk
infrastruktur dalam perekonomian sangat transportasi, makanan dan minuman,
membantu dalam kegiatan pertanian, cindera mata dan hal-hal yang berkaitan
industri, perdagangan dan juga dengan kebutuhan pada saat melakukan
mengefisienkan masyarakat dalam perjalanan di pariwisata. Hal ini dapat
melakukan aktivitas ekonomi. membuka peluang bagi pelaku usaha mulai
Pembangunan dan Pengeluaran Sektor dari kecil hingga pelaku usaha besar. Oleh
pertanian karena itu, semakin banyak fasilitas yang
Suatu strategi pembangunan yang memadai dalam sektor pariwisata akan
dilandaskan pada prioritas pertanian dan semkain meningkatkan peminatnya.
ketenagakerjaan paling tidak membutuhkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tiga unsur pelengkap dasar, yaitu: pertama, Menurut undang-undang nomor 33
percepatan pertumbuhan output melalui tahun 2004 definisi Pendapatan Asli Daerah
serangkaian adaptasi teknologi, intitusional (PAD) adalah pendapatan asli daerah yang
dan insentif harga yang khusus dirancang bersumber dari; (a) hasil pajak daerah; (b)
untuk untuk meningkatkan produktivitas hasil retribusi Daerah; (c) hasil pengelolaan
para petani kecil. Kedua, meningkatkan kekayaan daerah yang dipisahkan; (d) dan
permintaan domestik terhadap output Lain-lain PAD yang sah. Dalam rangka
pertanian yang didasarkan pada strategi untuk memberikan kebebasan kepada
pembangunan perkotaan yang berorientasi daerah untuk menggali pendanaan dalam
pada pembinaan ketenagakerjaan. Dan pelaksaan otonomi daerah sebagai bentuk
ketiga, diversifikasi kegiatan pembangunan wujud dari asas desentralisasi.
pedesaan padat karya non-pertanian baik Peningkatan PAD menunjukan
secara lansung maupun tidak lansung akan bentuk partisipasi masyarakat terhadap

242
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

program pemerintah di daerah terkait, PAD menggunakan aplikasi eviews 8.0. Data
yang tinggi dapat meningkatkan panel merupakan gabungan data time series
pembiayaan pengeluaran pemerintah di dan cross section. Data time series berupa
berbagai sektor dan percepatan data tahunan meliputi tahun 2011-2015.
pembangunan ekonomi. Hubungan Sedangkan data cross section berupa
fungsional antara PAD dan PDRB. kabupaten-kabupaten atau kota NTB terdiri
Peningkatan PDRB artinya penerimaan dari Lombok Barat, Lombok Tengah,
daerah juga meningkat. Hal ini dapat Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima,
dimafaatkan untuk menambah pembiayaan Sumbawa Barat, Lombok Utara, Kota
untuk program-program pembangunan Mataram dan Kota Bima.
daerah. Maka pelayanan kepada
masyarakat juga dapat di tingkatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
Santoso dan Rahayu dalam (Rani, 2016). Uji Asumsi Klasik
METODE PENELITIAN Uji ini dilakukan untuk mengetahui
Jenis dan Sumber Data penyimpangan-penyimpangan asumsi
Data ini menggunakan data panel klasik yang terjadi dari hasil penelitian.
merupakan gabuangan antara data cross (Basuki & Yuliadi, 2015).
section dengan time series. Peneliti 1. Uji Heteroskedastisitas
memperoleh data dengan cara library Uji heteroskedastisitas dilakukan
seacrh dan internet search. Sumber data dengan menggunakan uji Park. Uji
dari Direktorat Jendral Perimbangan Park pertama kali dikembangkan
Keuangan dan BPS NTB per oleh Park pada tahun 1996.
kabupaten/kota. Terdiri dari variabel Menurutnya, masalah munculnya
dependen yakni Pertumbuhan ekonomi heteroskedastisitas karena
yang diproksikan menggunakn PDRB tergantung dari variabel independen
periode 2011-2015. Dan variabel yang ada di dalam model Widarjono
independen terdiri dari pengeluaran dalam (basuki & Yuliadi, 2015).
pemerintah untuk sektor pertanian, Heteroskedastisitas merupakan
pariwisata, infrastruktur jalan dan PAD masalah regresi yang faktor
periode 2011-2015 semua variabel dalam gangguan tidak memiliki varian
satuan juta. yang sama atau yang tidak konstan.
Metode Analisis Data
metode analisis menggunakan data
panel, sedangkankan alat analisis dengan
Tabel 5.1
Heteroskedastisitas (Uji Park)
Variable Probabilitas
C 0.3933
LOG(PERTANIAN?) 0.3082
LOG(PARIWISATA?) 0.1772
LOG(JALAN?) 0.3904
LOG(PAD?) 0.2381
Sumber: Lampiran, data diolah

243
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

Probabilitas dari uji variabel-variabel penjelas dalam


heteroskedastisitas adalah lebih persamaan regresi. Aturan dari metode
besar dari 0,05 artinya data yang ini adalah jika nilai koefisien diatas
digunakan sebagai variabel 0,9. Maka diduga adanya
independen terbebas dari masalah multikolinieritas dalam model,
heterokedastisitas. sebaliknya jika koefisien cukup
2. Uji Multikolinearitas rendah maka model diduga tidak
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengandung multikolinieritas. Ajija
menguji ada atau tidaknya korelasi atal dalam (Basuki & Yuliadi, 2014).
Tabel 5.2
Multkolinearitas (Corellation Test)

LOG LOG
LOG LOG LOG
Variabel (PARIWI (PERTA
(PDRB) (JALAN) (PAD)
SATA) NIAN)
LOG(PDRB) 1. 0.418749 0.772398 0.367494 0.363873
LOG
0.418749 1. 0.412038 0.344010 0.630458
(JALAN)
LOG
0.772398 0.412038 1. 0.485896 0.519418
(PAD)
LOG
0.367494 0.344010 0.485896 1. 0.242807
(PARIWISATA)
LOG
0.363873 0.630458 0.519418 0.242807 1.
(PERTANIAN)
Sumber: Lampiran, data diolah

Berdasarkan hasil uji multkolinearitas, (FEM) merupakan teknik estimasi data


nilai semua variabel lebih kecil dari panel dengan memakai variabel dummy
0,9. Dapat disimpulkan bahwa data ini untuk melihat adanya perbedaan intercept
uji lolos pada uji multkolinearitas. antar cross section (Basuki, 2015).
Hasil regresi Data Panel Pendekatan model ini tidak memperhatikan
Setelah menentukan model terbaik dimensi waktu atau individu sehingga
dalam penelitian, maka dapat diambil muncul asumsi bahwa perilaku data
kesimpulan, bahwa Fixed Effect Model kabupaten/kota sama dalam berbagai kurun
yang paling tepat. Fixed Effect Model waktu.

Tabel 5.5 . Least Square Fixed Effect


Variabel Dependen: Model
Pertumbuhan Ekonomi (Log(PDRB)) Fixed Effect
Konstanta -11.7547
Standar Error 3.733742
T-Statistic -3.14825
Probabilitas 0.0033

244
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

Lanjutan tabel 5.5


Variabel Dependen: Model
Pertumbuhan Ekonomi (Log(PDRB)) Fixed Effect
LOG(Pertanian) 1.293301
Standar Error 0.276749
T-Statistic 4.673198
Probabilitas 0.0000
LOG(Pariwisata) -0.10753
Standar Error 0.082978
T-Statistic -1.29586
Probabilitas 0.2033
LOG(Jalan) -0.070001
Standar Error 0.128672
T-Statistic -0.544025
Probabilitas 0.5898
LOG(PAD) 0.264928
Standar Error 0.088793
T-Statistic 2.983645
Probabilitas 0.0051
Sumber: Lampiran, Data diolah

LogPDRBit = α + β1Log(Pertanian)it β1 = Nilai 1,293301 dapat


+β2Log(Pariwisata)it + β3Log(PAD)it + diartikan bahwa ketika jumlah
β3Log(Jalan)it +et Pengeluaran
Hasil yang diperoleh adalah, sebagai Pemerintah di sektor
berikut: Pertanian naik sebesar 1 persen,
LogPDRB = α + β1*Log(Pertanian) + maka
β2*Log(Pariwisata) + β3*Log(Jalan) + Pertumbuhan ekonomi
Β4*Log(PAD) + et mengalami kenaikan sebesar
LogPDRB = -11,75474 + 1,293301 1,293301
Log(Pertanian) -0,107529 Log (Pariwisata) persen dengan asumsi
-0,070001 Log(jalan) + 0,264928 faktor lain dianggap tetap.
Log(PAD) + et β2 = Nilai -0,107529 dapat
Keterangan : diartikan bahwa ketika jumlah
α = Nilai -11,75474 dapat Pengeluaran Pemerintah di
diartikan bahwa apabila semua variabel sektor Pariwisata naik sebesar 1
independen (Pertanian, persen,
Pariwisata, PAD, Jalan) dianggap maka, pertumbuhan
konstan atau tidak ekonomi mengalami penurunan
mengalami perubahan maka sebesar
petumbuhan 0,107529 persen dengan
ekonomi sebesar – asumsi faktor lain dianggap tetap.
11,75474 persen.

245
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

β3 = Nilai -0,070001 dapat diartikan


bahwa ketika pengeluaran untuk sektor
infrastruktur Jalan naik sebesar 1 persen, Intercept Lombok Utara = -11,75474
maka pertumbuhan ekonomi mengalami – (-1,083726)
penurunan sebesar 0,070001 persen = -10,67101
dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. Intercept Dompu = -11,75474
β4 = Nilai 0,264928 dapat diartikan – 0,776601
bahwa ketika jumlah PAD naik = -12,53134
sebesar 1 persen maka, pertumbuhan
ekonomi akan mengalami Kenaikan Estimasi diatas memperlihatkan
sebesar 0.264928 persen dengan asumsi hasil estimasi model fixed effect memiliki
faktor lain dianggap tetap. Hasil estimasi hasil yang berbeda-beda dari setiap
diatas, dapat disusun dalam model data kabupaten/kota, ini mengindikasikan
panel dengan interprestasi sebagai berikut: bahwa model fixed effect diterima karena
Intercept Bima = -11,75474 terdapat perbedaan intercept dan
– 0,258269 persamaan pada slopenya tetap sama antar
= - kabupaten/kota dan waktu. Intercept yang
12,013009 digunakan dalam penelitian ini adalah
Intercept Kota Bima = -11,75474 Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
– 0,837951 Sumbawa Barat.
= -
12,592691 Uji Statistik
Intercept Sumbawa = -11,75474 1. Koefisien Determinan (adjusted R²)
– (-0,538769) Hasil Regresi menggunakan fixed
= -11,21597 effect, dengan koefisien determinasi
Intercept Sumbawa Barat = -11,75474 (R2) sebesar 0,781887. Hal ini
– (-0,247188) menunjukkan bahwa secara statistic
= -11,50755 78,19 persen total variasi dalam
Intercept Mataram = -11,75474 pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
– (-0,123259) oleh variabel bebas yakni pengeluaran
= -11,63148 pemerintah untuk sektor pertanian,
Intercept Lombok Tengah = -11,75474 pariwisata, infrastruktur jalan dan
– 0,005297 PAD. Sedangkan sisanya yaitu sebesar
= -11,76004 2,04 persen dijelaskan oleh variabel
Intercept Lombok Timur = -11,75474 diluar penelitian.
– (-0,831466)
= -10,92327 2. Uji Signifikasi Variabel Serempak
Intercept Lombok Barat = -11,75474 (Uji F-statistik)
– 0,946291 Hasil estimasi Fixed Effect model
= -12,70103 yang diperoleh nilai probabilitas F-
statistik sebesar 0,00000 (signifikan
pada α 5%), artinya secara keseluruhan
variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.

246
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

3. Uji T-statistik
Tabel 5.7
Uji T-statistik

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -11.75474 3.733742 -3.148247 0.0033


LOG(PERTANIAN?) 1.293301 0.276749 4.673198 0.0000
LOG(PARIWISATA?) -0.107529 0.082978 -1.295864 0.2033
LOG(JALAN?) -0.070001 0.128672 -0.544025 0.5898
LOG(PAD?) 0.264928 0.088793 2.983645 0.0051
Sumber : Lampiran, data diolah

Variabel pengeluaran lain di NTB periode 2011-2015. Selain


pemerintah terhadap sektor pertanian, itu, peningkatan PDRB NTB juga
koefisien sebesar 1.293301 dan seiring dengan peningkatan
probabilitas sebesar 0.0000 < 0,05 kesejahtraan masyarakat, dilihat dari
artinya variabel ini berpengaruh positif penyerapan tenaga kerja di Nusa
dan signifikan terhadap pertumbuhan Tenggara Barat. Berdasarkan pada
ekonomi NTB periode 2011-2015. data tahun 2011 hingga 2015 jumlah
Kontribusi PDRB sektor tenaga kerja sektor pertanian paling
pertanian setiap tahun selalu paling banyak diantara sektor lainya
mendominasi dari pada sektor-sektor
.
Tabel 5.8
Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
di Nusa Tenggara Barat per Agustus (%)
Lapangan usaha utama 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian 44.44 44.25 45.29 43.13 93.01
Industri 8.64 8.5 8.05 8.89 9.38
Konstruksi 0 0 5.33 5.01 7.36
Perdagangan 18.87 18.83 18.88 20.2 21.58
Transportasi,
Pergudangan & 0 0 3.55 3.9 3.28
Komunikasi
Keuangan 0 0 1.52 1.4 1.14
Jasa Kemasyarakatan 14.97 16.05 15.62 15.51 16.47
Lainnya 13.07 12.37 1.76 1.97 1.77
Sumber: Statistik NTB, 2015

Penelitian ini seiring dengan infrastruktur, sarana prasarana, protect


hasil temuan Manoi, (2015). lahan pertanian, penyediaan benih dan
Menurutnya, upaya pengembangan bibit unggul dapat memberikan hasil

247
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

produksi yang maksimal dan berpengaruh negatif tidak berpengaruh


pemasaran hasil produksi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
menguntungkan bagi petani guna NTB tahun 2011-2015. Hal ini terjadi
meningkatkan pendapatan petani. karena adanya ketidakpadanan antara
Variabel pengeluaran jumlah anggaran yang di keluarkan
pemerintah sektor pariwisata koefisien dengan jumlah target kunjungan
sebesar -0.107529 dan nilai probabilitas wisatawan di Nusa Tenggara Barat
sebesar 0.2033 > 0,05 artinya variabel ini periode 2011-2015

Tabel 5.9. Persentase Perbandingan Jumlah Anggaran dan


Jumlah Kunjungan Pariwisata
Anggaran
Kunjungan
Tahun % Pariwisata %
Wisatawan NTB
2011 886,880 21,774,086,475
2012 1,629,122 83.69 22,453,831,700 3.12
2013 1,357,602 -16.67 23,121,229,800 2.97
2014 1,629,122 20.00 49,272,739,500 113.11
2015 2,210,527 35.69 48,438,088,840 -1.7
Sumber: BPS NTB, data diolah

Berdasarkan tabel diatas, pada pariwisata hingga 113 persen, akan


tahun 2011-2012 jumlah pengeluaran tetapi kenaikan jumlah kunjungan
pemerintah untuk sektor pariwisata pariwiata hanya meningkat 20 persen.
dinaikan sebesar 3,12 persen Harapanya dinaikan anggaran juga
(anggaran 2011-2012) dan jumlah dapat meningkatkan jumlah kunjungan
kunjungan pariwisata meningkat lebih dari itu. Sehingga jika bercermin
sebesar 83,69 persen (jumlah pada anggaran sebelumnya, besarnya
kunjungan 2011-2013). Pada tahun jumlah anggaran kurang efektif dalam
2012-2013 jumlah pengeluaran pengelokasianya. Dengan
pemerintah untuk sektor pariwisata menggunakan asumsi bahwa jika
dinaikan lagi sebesar 2,97 persen, akan APBD (Anggaran Pemerintah dan
tetapi jumlah kunjungan pariwisata Belanja Daerah) dialokasikan terlalu
turun mencapai 16,7 persen, artinya besar untuk sektor pariwisata, maka
kontribusi PAD (pendapatan Asli dapat mengurangi anggaran di sektor
Daerah) sektor pariwisata juga akan lain yang sebenarnya bisa lebih
menurun dan begitu juga kontribusi optimal. Hal ini mengakibatkan
PAD terhadap PDRB ikut menurun. berkurangnya sumbangan sektor lain
Sedangkan pada tahun 2013-2014 terhadap PDRB. Sedangkan pada
pemerintah menambah jumlah tahun 2014-2015 jumlah anggaran
pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata turun sebesar 1,7 persen,

248
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

justru jumlah kunjungan pariwisata dimanfaatkan masyarakat luas. Selain


naik sebesar 35,7 persen artinya PAD itu adanya fenomena penumpukan
pariwisata juga akan meningkat dan pencairan realiasi Anggaran
menambah kontribusi terhadap PDRB, Pendapatan dan Belanja Daerah
hal ini juga bisa disebabkan oleh (APBD) sehingga dana-dana yang
adanya dampak belanja sektor tahun- tersedia dalam jangka panjang
tahun sebelumnya. tersimpan di kas daerah dan tidak
Variabel pengeluaran pemerintah dimanfaatkan secara optimal.
sektor infrastruktur jalan dengan nilai Variabel PAD dengan nilai
koefisien sebesar -0.070001 dan koefisien sebesar 0.264928 dan
probabilitas sebesar 0.5898 > 0,05 artinya probabilitas sebesar 0.0051 < 0,05 artinya
variabel ini berpengaruh negatif tidak variabel ini berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
NTB periode 2011-2015. NTB periode 2011-2015.
Hal ini disebabkan karena Meningkatnya PAD, maka pemerintah
anggaran pembangunan infrastruktur memiliki kelebihan dana untuk
NTB hanya fokus pada satu wilayah meluaskan pengembangan daerah atau
saja, yakni Lombok. sedangkan mengelola potensi daerah sehingga
pembangunan infrastruktur di aktivitas perekonomian di Nusa
Sumbawa dilakukan belum secara Tenggara Barat akan menjadi lebih
maksimal. Dan persentase anggaran berkembang dan juga akan mencetak
Pulau Lombok memperoleh anggaran pertumbuhan ekonomi agar mencapai
sebesar 70 persen dan Sumbawa hanya target. Hal ini sesuai dengan penelitian
memperoleh 30 persen, dana sebanyak yang dilakukan oleh Rori, Luntungan,
itu hanya mampu digunakan untuk & Niode (2007) Menurutnya,
memperbaiki infrastuktur jalan penerimaan dari PAD dapat
Sumbawa. Anggaran tetap meningkat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
tetapi, tidak meratanya pembangunan daerah yang akan berdampak pada
menimbulkan ketimpangan pertumbuhan ekonomi nasional,
pembangunan yang dapat tingginya nilai PAD akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi mengoptimalkan aktivitas pada sektor-
Sedangkan PDRB NTB bukan hanya sektor yang berhubungan dengan
dari pulau Lombok saja indikator pertumbuhan ekonomi, selain
(LombokPost.com). itu manfaat lain dari peningkatan PAD
Penelitian ini memiliki hasil adalah meningkatkan investasi
serupa dengan penelitian yang pemerintah daerah yang mana dapat
dilakukan oleh Hakim (2014) bahwa meningkatkan pelayanan publik.
belanja modal infrastruktur jalan
berpengaruh tidak signifikan dan KESIMPULAN DAN SARAN
negatif terhadap pertumbuhan Kesimpulan
ekonomi, menurutnya ini disebabkan 1. Pengeluaran pemerintah untuk sektor
belanja modal infrastruktur yang pertanian berpengaruh positif dan
dilakukan terkadang memerlukan signifikan terhadap pertumbuhan
waktu lebih dari satu tahun untuk bisa ekonomi Nusa Tenggara Barat

249
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

menurut kabupaten/kota periode 2011- besar dan sektor-sektor kontribusi kecil


2015. terhadap pertumbuhan ekonomi
2. Pengeluaran pemerintah untuk sektor 3. Untuk penelitian selanjutnya, time
pariwisata berpengaruh tidak series yang digunakan lebih panjang
signifikan terhadap pertumbuhan rentang waktunya. Agar dapat
ekonomi Nusa Tenggra Barat menurut memberikan gambaran dan
kabupaten/kota periode 2011-2015. kesimpulan hasil penelitian lebih
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) komprehensif. Dan juga menggunakan
berpengaruh positif dan signifikan variabel yang lebih variatif.
terhadap pertumbuhan ekonomi Nusa
Tenggra Barat menurut kabupaten/kota DAFTAR PUSTAKA
periode 2011-2015. Anitasari, M., & Soleh, A. (2015).
4. Pengeluaran pemerintah untuk sektor Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
infrastruktur jalan berpengaruh tidak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
signifikan terhadap pertumbuhan Provinsi Bengkulu. jurnal Ekombis
ekonomi Nusa Tenggra Barat menurut Review, 2.
kabupaten/kota periode 2011-2015. Basuki, A. T., & Yuliadi, I. (2015).
Saran Ekonomitrika : Teori & Aplikasi (1
1. Untuk terus dapat meningkatkan ed.). Yogyakarta: Mitra Pustaka
pertumbuhan ekonomi melalui sektor Nurani (MATAN).
pertanian maka, harus dibarangi Ahman, E., & Indiriani, E. 2007. Membina
dengan peningkatan fasilitas pertanian Kompetensi Ekonomi. Bandung:
melalui peningkatan belanja untuk Grafindo Media Pratama.
sektor pertanian. dan sektor pariwisata Boediono. (1988). Teori Pertumbuhan
agar lebih efisien dalam Ekonomi (4 ed.). Yogyakarta:
menganggarkan dana pembangunan BPFE.
pariwisata. Begitu juga dengan sektor E. E. (2007). Membina kompetensi
infrastruktur, pemerintah daerah agar Ekonomi. Bandung: Grafindo
lebih merata dalam menggunakan Media Pratama.
anggaran dalam artian pembangunan Hakim, L. 2014. “Pengaruh belanja modal
dilakukan sesuai dengan kebutuhan terhadap pertumbuhan ekonomi
pembangunan daerah. (Studi Kasus Kabupaten dan Kota di
2. Untuk meningkatkan pendapatan asli Pulau Jawa dan Bali)”. Universitas
daerah di Provinsi Nusa Tenggara Brawijaya, FEB, Jurnal Ilmiah.
Barat, semestinya diringi dengan Hermawan, B. (2012). Analisis Kontribusi
perbaikan pelayanan kepada pihak- Transaksi Pariwisata Terhadap
pihak yang menjadi objek pajak daerah PDB sektor Pariwisata. Jurnal
yang ada, retribusi daerah dengan Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA,
meningkatkan pelayanan kepada Yogyakarta, 17.
publik. Selain itu pemerintah daerah Ilham. 2017. “Wisata Halal Disebut Identik
harus mulai memperhatikan efisiensi dengan NTB”.
penggunaan anggaran untuk sektor- Nasional.republika.co.id, 09 Juni
sektor yang memberikan kontribusi 2017, http://bit.ly/2ySZX2x.

250
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) p-ISSN: 2461-0666
Volume 5 Nomor 2 2019 (PP. 237-251) e-ISSN: 2461-0720

Diakses pada 10/20/2017, pukul Suparmoko. (2000). Keuangan Negara (5


05.09 wib. ed.). Yogyakarta: BPFE.
Susanto, H. 2014. "Analisis Kemampuan
Manoi, C. S. 2015. “pengaruh pengeluaran Keuangan Daerah Pemerintah
pemerintah terhadap pdrb sektor pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat.".
di Jurnal Organisasi dan Manajemen,
provinsi Sulawesi Utara”. jurnal Volume 10, Nomor 1, Mataram.
sosial ekonomi fakultas pertanian Taufiq, M., S, R. P., & Viphindrartin, S.
Universitas Sam Ratulangi (2016). Pengaruh Pengeluaran
Manado. Pemerintah di Sektor Pertanian
Prasetyo, R.B., & Firdaus, M. 2009. Terhadap PDRB Sektor Pertanian di
“Pengaruh Infrastruktur Pada Wilayah EKS Karesidenan Besuki.
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Fakultas Ekonomi,
Kebijakan Pembangunan, 4. Universitas Jember (UNEJ).
Rani, H. F. 2016. "Analisis Faktor-Faktor Todaro. 2000. Pembangunan Ekonomi: di
yang Mempengaruhi Pendapatan Dunia Ketiga (7 ed.). Jakarta:
ASLI Daerah (PAD) (Studi Kasus Erlangga.
di Kabupaten/Kota Eks- Jurnalis WartaNTB. 2017. “Inilah Program
Karesidenan Pekalongan Periode Prioritas Pembangunan Lombok Barat
2005-2014)". ,Jurnal Universitas 2018”. WartaNTB.com, 12
Muhammadiyah Yogyakarta, 5. Oktober 2017
Sukirno, S. (2004). Makroekonomi (3 ed.). http://bit.ly/2kNGhUu. Diakses,
2011: PT RajaGRafindo Persada. 12/19/2017 pukul 14.00 wib.
________.1996. Makroekonomi : World Bank. 1994. World Development
Pengantar Teori (2 ed.), Jakarta. PT. Report: Infrastructure for
RajaGrafindo Persada. Development. Oxford University
Press, New York
.

251

Anda mungkin juga menyukai