Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH KOPERASI SUSU “SAE” PUJON DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PUJON 1962-2010

ABSTRAK: Tujuan penulisan Skripsi ini adalah (1) Untuk mengetahui sejarah Koperasi Susu

“SAE” Pujon pada periode rintisan, periode kebangkitan, dan periode pengembangan, (2) Untuk

mengetahui dampak keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon terhadap kesejahteraan

masyarakat sekitar koperasi tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian historis dan

menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan

historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Susu “SAE” Pujon dalam upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat Pujon melalui berbagai fasilitas dan bantuan dari

koperasi berupa kredit sapi maupun kredit uang serta beberapa fasilitas penunjang kebutuhan

sehari-hari seperti Waserda dan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit belum bisa dikatakan

berhasil 100% karena terdapat beberapa masyarakat yang merasa belum sejahtera dengan

menjadi peternak sapi perah dan anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon karena beberapa faktor,

seperti modal, jumlah kepemilikan sapi perah dan kesulitan dalam mencari maupun membeli

pakan ternak.

Sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan sebagai pertumbuhan hikmah kebijaksanaan

(rasionalisme) manusia (Dekker, 1993:2). Dengan kata lain sejarah adalah suatu sistem ilmu

pengetahuan, yakni sebagai daya cipta manusia untuk mencapai hasrat ingin tahu serta

perumusan sejumlah pendapat yang tersusun atas keseluruhan masalah. Sehubungan dengan

ini tidak dapat dilepaskan sifatnya sebagai ilmu mengenai berlakunya hukum sebab dan akibat

atau kausalitas. Dalam hal ini keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga mempengaruhi

masyarakat sekitar, terutama terhadap kesejahteraan. Sejauh ini sebagian besar fakta di

lapangan telah menunjukkan bahwa Koperasi Susu “SAE” Pujon telah berhasil dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat Pujon dengan usaha peternakan sapi perah, namun

masih ada beberapa masyarakat peternak sapi perah yang belum merasakan sejahtera, hal ini

karena beberapa faktor. Adapun pertimbangan yang mendorong peneliti memilih Koperasi Susu

“SAE” sebagai tema penelitian yaitu peran dan posisi koperasi yang pada hakikatnya adalah

bertujuan untuk mensejahterakan anggota, namun masih saja terdapat anggota 2 yang belum

sejahtera dengan keberadaan koperasi. Berangkat dari realita inilah peneliti akhirnya merasa

tertarik dan berinisiatif untuk membuat dan melanjutkan penulisan sejarah koperasi tersebut

dalam bentuk sebuah karya yang utuh berupa Skripsi. Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk

mencari fakor-faktor penyebab masyarakat anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon yang masih

belum sejahtera berdasarkan hasil dan fakta yang terjadi pada masyarakat Pujon.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Koperasi

Susu “SAE” Pujon. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian historis dan menggunakan

metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Heuristik

adalah dengan mengumpulkan sumbersumber baik yang tertulis maupun sumber lisan, sumber

yang tertulis antara lain buku tentang koperasi, majalah/literatur yang sesuai dengan topik

penelitian, dokumen-dokumen seperti dokumen perkembangan jumlah anggota Koperasi Susu

“SAE” dari tahun 1980-2010, monografi Dusun Delik tahun 2010. Sumber lisan yaitu informasi

yang diperoleh dari narasumber dengan menggunakan teknik wawancara yang dilakukan di

Kantor Unit Koperasi Susu “SAE” Pujon dan di rumah-rumah penduduk Dusun Delik. Kritik

sumber merupakan kegiatan yang menyelidiki serta mengadakan pengujian atau penelaahan

terhadap sumbersumber sejarah yang telah diperoleh untuk menetukan nilai kebenarannya.

Interpretasi merupakan langkah untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-

fakta yang telah diperoleh, kemudian menyimpulkannya. Dengan kata lain disebut juga sebagai

tindakan menyusun dan merangkai antar fakta (kejadian) yang satu dengan fakta yang lain.
Dalam proses ini tidak semua fakta yang peneliti dapatkan dimasukkan tetapi dipilih yang

relevan dengan gambaran cerita yang akan disusun. Historiografi adalah proses penyajian

dalam bentuk penulisan sejarah yang di susun secara kronologis. Langkah ini merupakan

langkah yang terakhir dalam suatu kegiatan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Koperasi Susu “SAE” Pujon Pada Periode Rintisan, Kebangkitan, dan

Pengembangan

Pada tanggal 30 Oktober 1962 sebanyak 23 orang peternak sepakat mendirikan

koperasi susu yang diberi nama Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi (belajar

memperbaiki ekonomi) di Pujon, dengan populasi ternak 35 ekor dengan jumlah produksi 50

liter per hari. Koperasi Susu “SAE” Pujon mendapat bantuan dari pemerintah lewat Direktur

Jenderal Peternakan berupa sapi impor dari New Zealand sebanyak 90 ekor pada tahun 1963.

Pada tahun 1968 Koperasi Susu “SAE” Pujon resmi berstatus badan hukum yakni Nomor

2789/II/12-1967 pada tanggal 16 Agustus 1968. Tahun 1970Titik terendah keadaan Koperasi

Susu “SAE” Pujon yaitu mempunyai hutang kepada anggota akibat dari kegagalan pengelolaan

koperasi sebesar Rp 809.500 sementara piutang tidak ada sama sekali. Pada tahun tersebut

yakni pada tanggal 23 Mei 1970 sekalipun pengurus periode II belum habis masa jabatan,

terpaksa direformasi melalui Rapat Anggota, atas keputusan Rapat Anggota tersebut ditunjuk

Kalam Tirtorahardjo sebagai ketua Koperasi Susu “SAE” Pujon.

Pada tahun 1974, Timbul masalah baru yaitu produksi susu meningkat dengan

pemasaran yang kurang memadai. Saat itu produksi susu mencapai 2.000 liter per hari

sedangkan yang dapat dipasarkan hanya 1.500-1600 liter per hari, sisanya 400-500 liter

diberikan kepada anak sekolah (Sekolah Dasar) atau masyarakat yang mau menerima dan

selebihnya dibuang karena telah rusak. Pembuangan susu terpaksa dilakukan karena pada
saat itu Koperasi Susu “SAE” Pujon belum mempunyai peralatan yang dapat menyelamatkan

susu. Bulan Januari 1975 pengurus menawarkan produk susu sapi ke PT. Nestle di Surabaya,

PT. Nestle pun menyetujuinya hingga mulai 1 Mei 1975 PT. Nestle mau menerima dan membeli

produksi susu Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan pengiriman perdana sebanyak 160 liter per

hari dengan harga Rp 90 per liter.

Harga susu mengalami penurunan pada tahun 1977 dari Rp 90 per liter menjadi Rp 62

per liter sehingga dengan harga tersebut perjalanan perkembangan Koperasi Susu “SAE”

kembali tersendat masalah harga baru yang ditetapkan PT. Food Specialities Indonesia (PT.

FSI) tidak mencukupi pengeluaran yang harus 4 ditanggung anggota. Menteri Muda urusan

Koperasi Bustanil Arifin pada tanggal 12 Juni 1978 berkunjung ke Koperasi Susu “SAE” Pujon

dan membantu koperasi dengan memberi modal sebesar Rp 10.000.000 untuk penyelesaian

pembangunan gedung perkantoran. Pada tahun yang sama yakni pada tanggal 19-21 Juli 1978

diadakan Temu Karya Koperasi Susu ke-I yang dihadiri 14 Koperasi susu terbesar di seluruh

Indonesia dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan pemecahannya serta membuat

program kerja.

Pada sekitar tahun 1979 Bustanil Arifin mengirim utusan ke India untuk mempelajari

koperasi persusuan di sana. Kemudian dibentuk Tim Teknis Peneliti dan Pengembangan

Koperasi Susu Indonesia untuk menganalisis tiap-tiap industri pengolahan sus, pembelian susu

impor dan penjualan susu hasi Industri Pengolahan Susu (IPS). Di tahun yang sama yakni pada

tanggal 29-31 Maret 1979 diadakan Temu Karya Koperasi ke-II untuk mengevaluasi kerja sama

dengan Industri Pengolahan Susu (IPS) dan membuat rencana kerja lebih mantap dalam

organisasi koperasi. Harga susu disepakati menjadi Rp 165 per liter dengan standar fat 30 %

pada tahun 1980.Kemudian tahun 1982 Koperasi Susu “SAE” Pujon mendapat kredit sapi

sebanya 90 ekor dari program Kredit Koperasi (Krekop).


Tahun 1990 terjadi perkembangan drastis jumlah anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon

mencapai 3.601 orang dengan populasi ternak 16.774 ekor dan produksi susu sapi sebanyak

20.371.512,5 liter per hari. Dan pada tahun 2010 muncul program Biogas yang telah membawa

banyak perubahan pada masyarakat Pujon, khususnya bagi anggota Koperasi Susu “SAE”

Pujon selain dapat menghemat biaya juga untuk pemanfaatan kembali limbah yang dalam hal

ini adalah kotoran sapi.

Kisah Para Anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon

1. Kisah Bapak Haji Djiat

Bapak Haji Djiat adalah peternak sapi perah dengan jumlah sapi sebanyak 25 ekor sapi

perah,Bapak Haji Djiat sebelumnya adalah petani sayuran sebagaimana penduduk Dusun Delik

lainnya, namun kategori petani dengan modal besar dan mempunyai tanah yang cukup luas.

Pada sekitar tahun 1970-an Bapak Haji Djiat 5 mengalami banyak gagal panen dan terkadang

harga sayuran yang ditanam merosot murah. Bapak Haji Djiat mengalami gulung tikar.

Setahun berikutnya yaitu sekitar tahun 1973, teman Bapak Haji Djiat yaitu Bapak Ba’i

Kadhim yang telah bergabung menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon sejak tahun 1972

mengajak Bapak Haji Djiat untuk bertenak sapi perah dan mendaftar menjadi anggota Koperasi

Susu “SAE” Pujon, Bapak Haji Djiat menyetujui dan mendaftar sebagai anggota Koperasi Susu

“SAE”. Setelah dirasa manfaatnya maka Bapak Haji Djiat memutuskan untuk menjual sebagian

tanahnya dan sebagian lagi disewakan sehingga pertanian lama-kelamaan telah ditinggalkan

dan beralih ke usaha peternakan sapi perah.

Saat ini Bapak Haji Djiat telah mempunyai kandang sapi yang besar dengan jumlah sapi

sebanyak 28 ekor jumlah tersebut adalah jumlah terbesar di Dusun Delik, dan dibantu oleh 7

orang pekerja yang bertugas mencari rumput, membersihkan kandang sapi, memandikan sapi,

memerah dan menyetorkan susu sapi ke pos penampungan susu sementara di Dusun Delik.
Untuk pengelolaan keuangan adalah anak pertamanya dan Bapak Haji Djiat hanya menerima

uang bersih dari hasil penyetoran susu, setelah dikurangi biaya operasional, termasuk biaya

gaji pegawai. Hasil yang diperoleh Haji Djiat perbulan yaitu sekitar Rp 7.000.000 – Rp

8.000.000.

Demikian yang membuat Bapak Haji Djiat memutuskan untuk meninggalkan profesinya

sebagai petani, dan beralih menjadi peternak sapi perah dengan berbagai macam keuntungan

yang diperoleh. Walaupun mampu untuk mengakses layanan biogas yang digalangkan oleh

Koperasi Susu “SAE” Pujon, Bapak Haji Djiat masih belum menggunakan Biogas dengan

alasan masih belum mengetahui secara pasti bagaimana prosedur penggunaan Biogas.

2. Kisah Bapak Ba’i Kadhim

Bapak Ba’i Kadhim pada sekitar tahun 1970-an mengalami kesulitan dalam mencari

pekerjaan, sehingga pekerjaannya masih serabutan terkadang mencari Jamur di hutan,

membuat meja, kursi, ranjang dari balok kayu yang ditemukan di hutan kemudian dijual, dan

menjual kayu bakar. Bapak Ba’i Kadhim tidak mempunyai tanah juga modal untuk bertani.

Namun setelah Bapak Ba’i Kadhim 6 mendengar bahwa Koperasi Susu “SAE” Pujon

menyediakan perkreditan sapi perah Bapak Ba’i Kadhim mencoba untuk berhutang sapi perah

kepada Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan lebih dahulu mendaftar sebagai anggota Koperasi

Susu “SAE” Pujon pada tahun 1972. Bapak Ba’i Kadhim meminjam 2 ekor sapi perah kepada

koperasi. Dengan telaten 2 ekor sapi tersebut dirawat dan diperah susunya. Sehingga tahun-

tahun berikutnya jumlah sapi Bapak Ba’i Kadhim bertambah, sehingga pendapatannyapun

bertambah. Saat ini Bapak Ba’i Kadhim mempunyai sapi perah sebanyak 12 ekor.

Selanjutnya Bapak Ba’i Kadhim mampu membeli tanah dan kemudian profesinya

bertambah menjadi petani sayuran. Loyalitas Bapak Ba’i Kadhim telah membuat Koperasi Susu

“SAE” Pujon memberikan penghargaan kepada Bapak Ba’i Kadhim sebagai anggota terbaik

pada tahun 1992. Ketertarikan Bapak Ba’i Kadhim kepada peternakan sapi telah membuatnya
juga berprofesi sebagai Belantik atau orang yang melakukan jual beli sapi. Hingga saat ini

Bapak Ba’i Kadhim tetap menjadi anggota Koperasi Susu ”SAE” Pujon namun yang mengelola

usaha peternakan sapi perahnya adalah menantunya yaitu Bapak Rohman dengan dibantu 2

orang pekerja.

3. Kisah Bapak Misdi

Bapak Misdi dahulunya adalah peternak sapi perah dengan jumlah sapi hanya 2 ekor

dan juga anggota Koperasi Susu “SAE”, namun pada tahun 1991 Bapak Misdi memutuskan

untuk keluar dari anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon karena dirasa sangat melelahkan karena

pada waktu tersebut yaitu tahun 2005 ketika Bapak Misdi memutuskan untuk berhenti dari

anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon usianya sudah 41 tahun, ditambah dengan pekerjaan

lainnya seperti mencari rumput, kalau musim kemarau dan rumput tidak tumbuh maka Bapak

Misdi harus membeli rumput dengan harga yang mahal yaitu sekitar Rp 5.000/ikat, Pak Misdi

membandingkan dengan harga beras yang dikonsumsi sehari-hari yaitu Rp 6.500/Kg, Pak Misdi

harus membeli minimal 4 ikat rumput yaitu Rp 20.000 sedangkan pak Misdi memerlukan 1,5 Kg

beras yaitu Rp 9.750 akibatnya lama-lama Pak Misdi berpikir makanan sapi perah lebih mahal

dari pada makanan peternak, sehingga sapi-sapi kepunyaan Bapak Misdi dijual dan 7 sekarang

hanya menekuni profesi sebagai petani sayur saja. Dari kisah tersebut mencerminkan bahwa

jumlah kepemilikan sapi yang sedikit cenderung malah rugi dengan biaya operasional yang

cukup mahal. Jadi keuntungan hanya diperoleh pemilik sapi perah dengan jumlah lebih dari 5

ekor. Dilihat dari biaya operasional seperti rumput per 2 minggu untuk 2 ekor jika dikalkulasi

menghabiskan biaya Rp 20.000 x 14 hari yaitu sejumlah Rp 280.000, Saepro Feed makanan

sapi yang diproduksi oleh Koperasi Susu “SAE” Pujon yang harganya Rp 120.000/sak, 1 sak

berisi 50 Kg untuk 2 minggu jadi rata-rata Rp 8.500/hari. Jadi jumlah keseluruhan adalah Rp

400.000/2 minggu. Sedangkan perolehan susu hanya 8 liter x Rp 3.000 (harga susu) = Rp

24.000/hari. Jika dijumlah maka per 14 hari hasil setoran susu hanya mendapat Rp 336.000.
Jadi bisa disimpulkan bahwa biaya operasional yaitu Rp 400.000 lebih besar dengan

pendapatan hasil penjualan susu yaitu Rp 336.000.

Dampak Keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon Terhadap Perekonomian Masyarakat

Pujon

A. Dampak Fisik

Berkembangnya Koperasi Susu “SAE” Pujon, memberikan harapan bagi masyarakat

sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka yang selama ini hanya didapat dari pertanian

sayuran. Banyak penduduk yang kemudian menjadi peternak sapi perah dan kemudian menjadi

anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan alasan mereka akan mendapatkaan penghasilan

yang lebih tinggi dari pada penghasilan yang didapat dari pertanian sayuran. Kehadiran

Koperasi Susu “SAE” Pujon, membawa perubahan dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

Dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat primer atau pokok, seperti pangan, sandang,

dan perumahan serta pendidikan bagi anak-anaknya dirasakan sudah mengalami peningkatan

yang lebih baik, dengan mengandalkan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai

petani sayur dan peternak sapi perah tersebut. Umumnya masyarakat Dusun Delik dapat

memenuhi kebutuhan primernya. Dapat dikatakan peningkatan taraf hidup mereka semakin

membaik, setelah menjadi peternak sapi perah dan menyetorkan air susu ke Koperasi Susu

“SAE” Pujon.

B. Dampak Sosial

1. Menambah Sistem Mata Pencaharian

Dengan semakin berkembangnya Koperasi Susu “SAE” Pujon, secara tidak

langsung telah menambah sistem mata pencaharian sebagian warga masyarakat

Pujon. Dari sektor pertanian sayur sekarang ditambah dengan sektor peternakan,

sektor peternakan kemudian menjadi pekerjaan sampingan. Masyarakat Pujon


menyadari bahwa sektor pertanian sayur merupakan mata pencaharian pokok

sebelum tumbuh dan berkembang usaha peternakan sapi perah. Seperti yang

2. Menumbuhkan Tingkat Kesadaran Pentingnya Pendidikan

Banyak dari masyarakat Pujon, khususnya Dusun Delik yang tidak mengenyam

pendidikan formal. Kondisi seperti ini mencerminkan tingkat kesadaran untuk

pendidikan masih rendah. Masyarakat Delik lebih menyukai bekerja daripada

melanjutkan sekolah. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat era 90-an

sampai dengan 2010 telah banyak yang menamatkan sekolah sampai tingkat SLTP

atau sederajat, dan SMU, bahkan bagi para peternak sapi yang cukup mampu bisa

menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi (universitas) atau akademi

karena keberhasilannya dalam usaha sapi perah. Dengan demikian maka bisa

dikatakan kesejahteraan ekonomi masyarakat Pujon meningkat dengan adanya

usaha peternakan sapi perah.

3. Menekan Tingkat Pengangguran dan Menghambat Laju Urbanisasi.

Keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga dapat menekan tingkat

pengangguran dan menghambat laju urbanisasi masyarakat Dusun Delik khususnya

bagi para pemuda dan pemudi untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar di

Indonesia. Banyak penduduk Dusun Delik yang mendapatkan pekerjaan dengan

adanya Koperasi Susu “SAE” Pujon.

4. Interaksi yang Baik

Akibat adanya Koperasi Susu “SAE” Pujon, interaksi masyarakat Dusun Delik

juga semakin membaik karena pada saat menyetorkan susu ke pos penampungan

susu sementara para penyetor sering bertatap muka dan berinteraksi 9 dari situ

dapat dilihat bahwa masyarakat Dusun Delik menunjukkan adanya kegotong-

royongan.
5. Mudah dalam Memperoleh Layanan Kesehatan

Dengan adanya (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) BKIA Nurul Ihsan yang

berlokasi di Mantung-Pujon yaitu sejenis klinik yang dibawah pembinaan Koperasi

Susu “SAE” Pujon yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan

anak, serta pelayanan kesehatan umum yang semata-mata tidak berorientasi pada

profit namun lebih cenderung pada pelayanan sosial, karena tidak dipungut biaya

(gratis) bagi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon.

6. Program Biogas

Selanjutnya program Koperasi Susu “SAE” Pujon dalam upaya mensejahterakan

masyarakat Pujon yaitu dengan menggalangkan program Biogas. Biogas adalah

program Koperasi Susu “SAE” Pujon yang menciptakan sumber energi berasal dari

kotoran sapi yang kemudian diolah dan menghasilkan gas sebagai pengganti gas

LPG (Liquid Petrolium Gas).

PENUTUP

Kesimpulan

Keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon di tengah masyarakat telah menimbulkan

dampak baik fisik maupun dampak sosial. Dampak fisiknya yaitu kesejahteraan masyarakat

khususnya yang mempunyai jumlah kepemilikan sapi perah lebih dari 5 ekor semakin

meningkat, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari (sandang pangan) dan dari

kondisi perumahan dan kepemilikan akan barang-barang mewah semakin marak. Sedangkan

dampak sosialnya yaitu semakin meningkatnya kesadaran penduduk akan arti penting

pendidikan, dapat dilihat dengan banyaknya anak usia sekolah yang tetap melanjutkan

sekolahnya dan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Kemudian dari

program ataupun fasilitas yang disediakan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga dapat dikatakan
menunjang kesejahteraan masyarakat seperti program Biogas yang dapat membantu

masyarakat dalam memperoleh energi pengganti yaitu berupa 10 bahan bakar yang dirasa saat

ini sudah mulai langka dan harganya mahal, serta fasilitas kesehatan berupa (Balai Kesehatan

Ibu dan Anak) BKIA Nurul Ihsan yang telah membantu masyarakat dalam mengakses fasilitas

kesehatan karena sekarang menjadi balai pengobatan umum yang dapat diakses masyarakat

umum tidak hanya bagi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon. Namun terdapat sebagian

masyarakat Pujon yang beranggapan bahwa beternak sapi perah itu malah justru rugi dan

dengan menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon juga tidak lantas hidup sejahtera karena

Koperasi Susu “SAE” Pujon tidak memberikan jaminan terhadap peternak yang masih dalam

kondisi miskin. Masyarakat tersebut adalah masyarakat dengan jumlah kepemilikan sapi perah

kurang dari 5 ekor.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Bagi Koperasi

Susu “SAE” Pujon lebih memperhatikan lagi bagi masyarakat atau anggota yang kurang

sejahtera yakni anggota yang memiliki sapi perah kurang dari 5 ekor dengan menambahkan

beberapa program bantuan sosial seperti lebih melunakkan dalam hal perkreditan sapi perah

dari Koperasi Susu “SAE” Pujon kepada anggota, dengan demikian setiap anggota dapat

menikmati keuntungan dengan menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon dan secara tidak

langsung Koperasi “SAE” Pujon mampu mengangkat atau mensejahterakan perekonomian

masyarakat Pujon khususnya yang memiliki sapi perah kurang dari 5 ekor. Kemudian untuk

sosialisasi Program Biogas agar diperluas dan diperjelas sehingga masyarakat akan lebih

mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan penggunaan Biogas agar apabila ingin

masyarakat ingin menggunakan tidak terjadi keragu-raguan. Bagi peternak sapi perah yang

bermodal kecil hendaknya belajar dari peternak-peternak lain yang lebih sukses, misalnya

tentang cara perawatan, makanan, dan pemerahan susu sapi. Kesadaran dari para peternak
sapi perah akan pentingnya koperasi sebagai salah satu alat penunjang kelangsungan usaha

peternakan sapi perah perlu ditingkatkan, sehingga akan terjalin suatu hubungan yang

harmonis antara Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan para peternak sapi perah yang menjadi

anggota koperasi. Bagi peternak sapi perah yang bermodal besar hendaknya bersedia untuk

membantu peternak yang masih 11 kurang mampu. Penelitian ini masih terdapat kekurangan

dalam pelaksanaan observasi lapangan karena terbatasnya waktu untuk penyelidikan sehingga

diharapkan penelitian berikutnya dapat memaksimalkan dan menyempurnakan hasil

penelitian.Bagi penelitian mendatang disarankan dapat lebih melengkapi data-data yang belum

tertera agar informasi lebih lengkap.

Anda mungkin juga menyukai