Anda di halaman 1dari 17

Learning Objectives

1. Memahami dan menjelaskan Oksigen dalam fungsi sel


1.1 Definisi Oksigen
-Oksigen: sebuah elemen gas tanpa rasa, tidak berwarna, tidak berbau dengan kadar
21% dari volume udara [Kamus Dorland, ed. 29]
-Oksigen: komponen vital dari proses respirasi; tanpa itu, sebagian besar organisme
akan mati dalam beberapa menit. [artikeltop.xyz]

1.2 Fungsi Oksigen


-Bagi tubuh
a. Diperlukan dalam sistem pernapasan, karena sebagai pemenuhan kebutuhan
metabolisme tubuh.
b. Membantu fungsi sel tubuh manusia, di dalam tubuh manusia ada bakteri aerob
yang memerlukan oksigen sehingga berguna untuk penguraian limbah yang
dilakukan bakteri aerob di dalam usus
c. Mencegah pertumbuhan sel anaerob¸di dalam tubuh manusia ada bakteri anaerob
yang apabila kadar oksigen rendah populasinya meningkat sehingga limbah yang
dihasilkan menumpuk
d. Membantu sistem peredaran darah, pada darah ada Hb yang akan mengikat O2 ,
jika kekurangan akan menyebabkan sesak nafas
e. Membantu degenerasi sel secara biologi
-Bagi industri
a. Membantu pembakaran
b. Menerbangkan pesawat
c. Dalam industri baja

1.3 Respirasi Sel


a. Respirasi Aerob [edubio.com]
Respirasi aerob adalah peristiwa pemecahan glukosa dengan bantuan oksigen
untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat). ATP
digunakan oleh organisme untuk melakukan berbagai aktivitas yang
membutuhkan energi. Organisme yang melakukan respirasi aerob adalah Hewan,
tumbuhan, sebagian besar jamur, dan sebagian kecil bakteri. Pemecahan disebut
katabolisme
1) Glikolisis
Merupakan peristiwa pemecahan 1 molekul glukosa menjadi 2 molekul asam
piruvat. Reaksi ini terjadi di sitoplasma sel. Jalur glikolisis terdiri atas 10
langkah dan masing-masing dikatalisis oleh enzim yang spesifik
Glikolisis menghasilkan 4 molekul ATP, namun 2 ATP digunakan untuk membayar
hutang langkah ke-1 dan ke-3 yang justru membutuhkan ATP. Dua molekul NADH
dihasilkan dalam proses ini, nantinya NADH tersebut akan diubah menjadi ATP
dalam tahap transfer elektron.
Hasil akhir dari glikolisis adalah sebagai berikut:

 2 molekul asam piruvat


 2 molekul ATP
 2 molekul NADH

2) Dekarboksilasi Oksidatif
Merupakan reaksi pengubahan asam piruvat menjadi Asetil-CoA yang terjadi di matriks
mitokondria Asam piruvat dari sitoplasma
akan masuk ke dalam mitokondria dan menuju matriks mitokondria. Kemudian, gugus karboksil
dalam piruvat dikeluarkan sebagai CO2 yang berdifusi keluar dari sel. NAD+ direduksi menjadi
NADH. Akhirnya, koenzim A diikatkan dan terbentuklah asetil CoA.
Terdapat dua asam piruvat hasil glikolisis yang masuk dekarboksilasi oksidatif, hasil akhirnya
adalah sebagai berikut. Asetil CoA kemudian akan masuk siklus krebs untuk diproses lebih
lanjut menghasilkan energi.

 2 molekul Asetil CoA


 2 molekul NADH

3) Siklus Krebs
Siklus krebs terjadi di matriks mitokondria. Asetil CoA akan masuk siklus krebs berikatan
dengan oksaloasetat. Dalam siklus krebs terdapat 8 tahap reaksi. Dua molekul asetil CoA
masing-masing akan menjalani siklus krebs. Dimulai dengan bereaksinya asetil CoA dengan
oksaloasetat yang berubah menjadi asam sitrat. Siklus krebs dalam sekali siklusnya melepaskan
dua molekul CO2. Proses ini disebut sebagai suatu siklus karena dalam tahap-tahap reaksinya
selalu berputar-putar seperti roda.
Hasil akhir dari siklus krebs dalam respirasi 1 molekul glukosa (2 kali siklus) adalah sebagai
berikut.

 2 molekul ATP
 6 molekul NADH
 2 molekul FADH

4) Transfer Elektron
Transfer elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Proses transfer elektron diawali dengan
NADH melepaskan elektron dan H+ sehingga berubah menjadi NAD+. Elektron akan ditangkap
oleh komplek protein pembawa elektron yang terletak pada membran dalam mitokondria. Saat
elektron melewati kompleks protein pertama, H+ dari matriks akan dipompa menuju ruang antar
membran. Elektron kemudian ditangkap oleh quinon yang dapat bergerak untuk mengantarkan
elektron menuju kompleks protein kedua. Saat elektron melewati kompleks protein kedua, H+
dipompa dari matriks menuju ruang antar membran. Elektron kemudian akan ditangkap oleh
sitokrom c yang bergerak menuju kompleks protein ketiga. Saat elektron melewati kompleks
protein ketiga, H+ dipompa menuju ruang antar membarn mitokondria. H+ yang tadi dikeluarkan
akan masuk kembali menuju matriks melalui ATP sintase, yaitu enzim yang terdapat pada
membran dalam mitokondria. Setiap H+ melewati ATP sintase, energi dari H+ akan digunakan
untuk membentuk ATP yang dilepaskan dalam matriks.

Transfer elektron dari 1 molekul NADH menyebabkan 3 H+ keluar dan dimasukkan kembali
sehingga terbentuk 3 ATP. Sedangkan transfer elektron dari 1 molekul FADH2 tidak melewati
protein pembawa pertama, hanya melewati yang kedua dan ketiga. Hal ini menyebabkan hanya 2
H+ yang dikeluarkan dan masuk kembali melaui ATP sintase, sehingga hasilnya hanya 2 ATP
saja. Oksigen akan masuk sebagai penerima elektron terakhir setelah lepas dari protein pembawa
ketiga. Oksigen akan menerima elektron dan berikatan dengan H+sehingga terbentuklan H2O.
Hasil akhir dari transfer elektron adalah sebagai berikut.
 2 molekul NADH dari glikolisis = 6 ATP
 2 molekul NADH dari dekarboksilasi oksidatif = 6 ATP
 6 molekul NADH dari siklus krebs = 18 ATP
 2 molekul FADH2 dari siklus krebs = 4 ATP

Total ATP yang dihasilkan dalam respirasi aerob glukosa adalah 38 molekul ATP, dengan
rincian sebagai berikut.

 2 molekul ATP dari glikolisis


 2 molekul ATP dari siklus krebs
 34 molekul ATP dari transfer elektron

b. Respirasi Anaerob [http://fungsi.web.id]

Dalam keadaan anaerob, asam piruvat hasil glikolisis akan di ubah menjadi karbon dioksida dan
etilalkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh enzim dalam sitoplasma. Dalam respirasi
anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya 2 molekul untuk setiap satu molekul glukosa. Hal ini
dikarenakan respirasi anaerob menghasilkan karbon yang masih reduktif, misalnya etanol dan
asam laktat. Fermentasi etanol dilakukan oleh jamur ragi secara anaerob. Fermentasi asam laktat
terjadi pada otot manusia saat melakukan kerja keras dan persediaan O2 kurang mencukupi.
Penimbunan asam laktat pada otot menyebabkan elastisitas otot menjadi berkurang dan
menimbulkan gejala kram serta kelahan. Dalam respirasi anaerob dapat terjadi peristiwa:
a. Peristiwa asam laktat : terjadi di otot, penimbunan asam laktat yang
berlebihan akan mengakibatkan otot terasa lelah, pegal, dan linu.

b. Fe
rm
en
tas
i

alkohol : terjadi
pada khamir (ragi),
dengan mengubah
asam piruvat
menjadi etil alkohol
(C2H5OH). Selain itu
juga pada fermentasi
ragi pada pembuatan
tape ketan, tape
ketela.
2. Memahami dan menjelaskan tentang Hipoksia
2.1 Definisi [alodokter.com]
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen bagi tubuh untuk menjalankan
fungsi normalnya. Hipoksia bisa merupakan kondisi lanjutan dari hipoksemia, yaitu
rendahnya pasokan oksigen pada pembuluh darah bersih (pembuluh arteri).

Hipoksia merupakan kondisi berbahaya, karena otak, hati, dan organ lainnya bisa
rusak dengan cepat ketika tidak mendapat oksigen yang cukup. Kondisi ini juga bisa
terjadi pada bayi prematur, disebabkan paru-parunya belum berkembang sempurna.

2.2 Jenis
1) Hipoksia hipoksemik, disebabkan tekanan parsial O2 dalam darah arteri
2) Hipoksia anemik, disebabkan karena berkurangnya kapasitas hemoglobin dalam
mengangkut O2 akibat anemia
3) Hipoksia iskemik, disebabkan karena berkurangnya perfusi jaringan, baik umum
maupun local
4) Hipoksia histotoksik/sitotoksik, disebabkan berkurangnya kemampuan jaringan
menggunakan oksigen karena keracunan sel atau jaringan
5) Hipoksia difusi, disebabkan gangguan difusi oksigen karena adanya aliran darah
yang berlawanan dalam pembuluh kapiler
[http://staff.unila.ac.id/syazilimustofa/tag/jenis-hipoksia/]

1. Hipoksia hipoksik, merupakan bentuk tersering dari hipoksia, terjadi ketika terdapat
gangguan pertukaran oksigen di paru-paru. Beberapa penyebabnya antara lain:

 Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti pada ketinggian tertentu dari
permukaan laut;
 Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat alveolus dengan pembuluh
darah kapiler, seperti: pneumonia (radang paru), asma, tenggelam;
 Lain-lain, seperti penjeratan leher, terhirupnya asap (pada kebakaran), penyakit jantung
bawaan seperti Tetralogy of Fallot.

2. Hipoksia anemik, terjadi ketika tubuh tidak mampu mengangkut oksigen yang tersedia
ke jaringan target. Penyebab hal ini antara lain:

 Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis. Anemia yang bersifat
ringan-sedang tidak akan menyebabkan hipoksia anemik karena tubuh masih dapat
mengkompensasi walaupun pasien akan tetap mengalami hipoksia jika melakukan
aktivitas;
 Keracunan karbon monoksida (CO);
 Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;
 Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu pigmen darah
hemoglobin yang tidak normal, pada darah);
 Penyakit seperti anemia sel sabit, anemia defisiensi besi, anemia aplastik, anemia
hemolitik.

3. Hipoksia stagnant, terjadi ketika tidak adanya aliran darah yang cukup ke jaringan
target. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena mereka memiliki
kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:

 Gagal jantung;
 Menurunnya volume darah yang bersirkulasi;
 Melebarnya pembuluh darah vena;
 Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang dialami oleh para
pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).

4. Hipoksia histotoksik, terjadi ketika jaringan tubuh tidak dapat menggunakan oksigen
yang sudah dialirkan ke mereka. Kasus ini bukan merupakan hipoksia sebenarnya karena
tingkat oksigenisasi jaringan dapat normal atau lebih dari normal. Penyebab hal ini
sebagian besar berupa racun, antara lain:

 Keracunan sianida;
 Konsumsi alkohol;
 Narkotika.

[http://www.kerjanya.net/faq/6612-hipoksia.html]

2.3 Gejala
1) Masalah saluran pernapasan: sesak napas, napas cepat, batuk, dan mengi (utama)
2) Masalah saluran kardiovaskular: denyut jantung yang cepat
3) Masalah otak atau masalah kesadaran: sakit kepala
4) Perubahan warna kulit, mulai dari biru ke merah ceri

Tanda lainnya: gelisah dan berkeringat

1. Tidak Bergejala

Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala biasanya adalah
berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya penglihatan warna. Biasanya
perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang (serendah 4000 kaki) dan terutama sangat
signifikan untuk pilot saat malam hari. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 90-95%.

2. Kompensasi

Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki. Tubuh masih
dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman napas dan curah jantung
(volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit). Kadar oksigen dalam
darah biasanya antara 80-90%.
3. Perburukan / Gangguan

Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen. Sayangnya,
tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang berhubungan pada tingkat ini. Jika
tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat melakukan untuk mengoreksi masalah ini. Berikut
beberapa gejala yang dapat terjadi pada tingkat ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan
pada kulit dan selaput lendir), mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang terganggu,
inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas sederhana, berkurangnya
penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.

4. Kritis

Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang tidak berdaya
secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan kesadaran, kejang, henti
napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen dalam darah biasanya di bawah 70%.

2.4 Penyebab
Hipoksia disebabkan oleh kelainan pada fungsi dan struktur pernapasan dan sirkulasi
darah Anda. Beberapa kondisi dapat menyebabkan hipoksia, seperti:

 Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)


 Emfisema
 Bronkitis
 Edema paru (cairan di paru-paru)
 Anemia (rendahnya jumlah sel darah merah yang membawa oksigen)
 Keracunan sianida  

Hipoksia juga diakibatkan dari serangan asma yang parah. Selama serangan asma
berlangsung, jalur pernapasan Anda menyempit secara signifikan, membuatnya
sangat sulit untuk mendapatkan cukup udara ke dalam paru-paru Anda.
[https://hellosehat.com/penyakit/hipoksia/]

 Kondisi di mana kadar oksigen berkurang seperti: daerah ketinggian, fungsi paru-paru
yang sudah berkurang, hubungan yang tidak selaras antara oksigen yang masuk ke paru
dan oksigen yang dapat dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh, beberapa tipe penyakit
jantung bawaan;
 Hemoglobin dengan afinitas (ketertarikan) yang rendah terhadap oksigen;
 Kelainan dari hemoglobin seperti: methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia,
karboksihemoglobinemia.

Sedangkan sianosis perifer dapat disebabkan oleh:

 Kondisi yang dapat menyebakan menurunnya curah jantung (volume darah yang
dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit);
 Paparan terhadap dingin;
 Sumbatan pada pembuluh darah arteri atau vena.

[http://www.kerjanya.net/faq/6612-hipoksia.html]

2.5 Mekanisme terjadinya hipoksia

Pada manusia yang mencapai ketinggian lebih dari 3000 meter (10.000 kaki) dalam
waktu singkat, tekanan oksigen intraalveolar (PO2) dengan cepat turun hingga 60
mmHg. Pada ketinggian yang lebih, saturasi oksigen arteri menurun (Sat O2) menurun
dengan cepat, dan pada ketinggian 5000 meter (15.000 kaki).
Pada level seluler, hipoksia dapat menginduksi mekanisme adaptasi, kerusakan,
hingga kematian sel. Kerusakan dan kematian sel terjadi melalui mekanisme sebagai
berikut:
Sel menghasilkan energi melalui reduksi molekul O2 menjadi H2O. dalam
proses metabolisme normal, molekul oksigen reaktif yang tereduksi (ROS) dihasilkan
dalam jumlah kecil sebagai produk sampingan respirasi mitokondrial

Sel memiliki mekanisme untuk mencegah kerusakan akibat molekul ini, yaitu
sistem antioksidan. Ketidakseimbangan antara proses pembentukan dan eliminasi
radikal bebas mengakibatkan stress oksidatif. Pada hipoksia, gangguan homeostasis
ini dapat disebabkan melalui kedua mekanisme. Adapun fungsi enzim antioksidan
yaitu Superoksida Dismutase, Hidrogen Peroksidase, Katalase akan menurun akibat
penurunan pH sel dan fungsi DNA. [lib.ui.ac.id]

2.6 Penanganan dan Pencegahan

Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian oksigen.


Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan diberikan dengan
aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas 90%.

Pengobatan umum untuk hipoksia histotoksik adalah oksigen hiperbarik. Pengobatan


khusus untuk keracunan sianida adalah nitrit atau biru metilen dengan cara membentuk
methemoglobin dari hemoglobin yang selanjutnya akan menetralkan sianida. Akan tetapi,
penggunaan nitrit harus berhati-hati karena dapat menimbulkan hipoksia anemik jika
diberikan dalam jumlah besar.

Pemberian terapi oksigen juga perlu berhati-hati pada pasien dengan kegagalan
pernapasan yang berat seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Normalnya, laju
napas kita dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam darah. Jika kadar
karbondioksida tinggi, otak akan mempercepat laju napas kita agar kadar oksigen naik
dan kadar karbondioksida turun.

Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan kadar
karbondioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar oksigen yang
rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat membuat otak mengurangi
laju napas sampai dapat terjadi henti napas.

Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu terbentuknya
radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi saluran napas. Jika
diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru dan mata. Selain itu, oksigen
hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti iritasi saluran napas, kedutan pada
otot, telinga berdenging, kejang, dan koma. Semakin besar tekanan oksigen yang
diberikan, semakin cepat gejala-gejala tersebut muncul.
[http://www.kerjanya.net/faq/6612-hipoksia.html]

3. Memahami dan menjelaskan tentang Hemoglobin


3.1 Definisi
Hemoglobin atau Hb merupakan gabungan dari 2 kata yaitu heme ( besi ) dan globin
(protein). Warna darah disebabkan karena adanya Hemoglobin. Kadar Hb dalam
darah manusia dewasa, pria: 13 – 18 g/dl; wanita: 12 – 16 g/dl.
[http://www.kerjanya.net/faq/4844-hemoglobin.html]

3.2 Struktur

Globin adalah protein globular di mana heme-atom besi tertanam bahan kimia yang
utama yang mengikat oksigen. Jenis umum dari hemoglobin terdiri dari empat
subunit:

Dua subunit alpha (α) atau globin

Dua subunit beta (β) atau globin

Semua unit ini terdiri dari peregangan protein panjang yang biasanya melingkar
dalam bentuk delapan heliks alfa. Kelompok heme adalah cincin atom karbon
memiliki atom besi tertanam di tengah. Atom besi ini aman dilindungi di tengah
karena atom ini mampu menahan oksigen dengan membentuk ikatan kimia. Ion besi
mengikat enam sedangkan oksigen membentuk ikatan kovalen koordinat dengan itu
dan akan dirilis dalam darah di tempat yang tepat. Besi adalah logam transisi
memiliki warna merah dan itulah alasan mengapa darah berwarna merah.
molekul tetramer dimana terdiri rantai globin alpha dari 141 asam amino sedangkan
rantai beta globin merupakan 146 asam amino. Kedua protein globin memiliki
struktur tersier dan sekunder yang sama memiliki 8 segmen heliks masing-masing.
Juga setiap rantai globin terdiri dari 1 Hemme molekul yang terdiri dari cincin
porfirin yang mengandung 4 molekul pirol dihubungkan bersama siklis bersama
dengan ligan ion besi yang terikat pada pusat. Molekul Hemme ini ditempatkan di
antara protein globin helix E dan helix F. Subunit rantai globin yang hadir dalam dua
dimmer dan sangat terikat satu sama lain. [http://budisma.net/2015/12/struktur-
dan-fungsi-hemoglobin.html]

Hemoglobin adalah protein yang membuat darah berwarna merah. hemoglobin terdiri
dari empat rantai protein, dua rantai alfa dari 141 asam amino dan dua rantai beta dari
146 asam amino, masing-masing dengan satu cincin heme yang mengandung atom
besi. Oksigen mengikat reversibel untuk atom besi ini dan diangkut melalui darah.
Setiap rantai protein mirip dengan struktur mioglobin, protein yang digunakan untuk
menyimpan oksigen dalam otot dan jaringan lain. Namun, empat rantai hemoglobin
memberikan beberapa keuntungan tambahan.

Kedua protein globin memiliki struktur tersier dan sekunder yang masing-masing
sama memiliki 8 segmen heliks. Juga setiap rantai globin terdiri dari 1 molekul
Hemme yang terdiri dari cincin porfirin yang mengandung 4 molekul pirol
dihubungkan dengan ligan ion besi yang terikat di pusat. Molekul Hemme ini
ditempatkan di antara helix E dan F heliks dari protein globin. Subunit rantai globin
hadir dalam dua dimmer dan saling terikat satu sama lain.
[http://budisma.net/2015/12/struktur-dan-fungsi-hemoglobin.html]

3.3 Fungsi
Fungsi hemoglobin adalah:

Mengikat Oksigen. Protein dalam sel darah merah memiliki fungsi sebagai
pengikat oksigen yang akan disirkulasikan ke paru-paru. Mengatur pertukaran
oksigen dengan karbondioksida pada seluruh jaringan yang ada di dalam tubuh dan
kemudian dibuang ke udara bebas melalui paru-paru.
Selain mengangkut oksigen, darah juga akan menyuplai nutrisi ke jaringan tubuh
dan mengangkut zat sebagai hasil dari metabolisme.
Pertahanan Tubuh. Sirkulasi darah yang terus dipompa oleh jantung dapat
mempertahankan tubuh dari serangan virus, bahan kimia, maupun bakteri. Darah
tersebut nantinya akan disaring oleh fungsi ginjal dan dikeluarkan melalui urine
sebagai hasil toksin dari tubuh. [http://budisma.net/2015/12/struktur-dan-fungsi-
hemoglobin.html]

Hemoglobin adalah pigmen pernafasan dari darah yang berfungsi:


1. Mengambil oksigen (O2) dari paru-paru, membawa dalam aliran darah
dan memberikannya kepada jaringan tubuh;
2. Membawa karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru-paru;
3. Memelihara keseimbangan asam-basa tubuh;
4. Merupakan sumber bilirubin yang akan dirubah menjadi urobilin.
[http://www.kerjanya.net/faq/4844-hemoglobin.html]

3.4 Mekanisme pengikatan Oksigen


Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

Hemoglobin merupakan pembawa O2 yang baik. Hemoglobin merupakan protein


yang tersusun dari empat subunit yang masing-masing berisi heme yang separuhnya
menempel pada rantai polipeptida. Pada orang dewasa yang normal, kebanyakan
hemoglobin berisi dua rantai alfa dan dua rantai beta. Heme merupakan komplek
cincin porfirin yang meliputi satu atom ferrous besi. Masing-masing atom besi
tersebut secara reversibel dapat mengikat satu molekul oksigen. Besi tersebut selalu
dalam bentuk ferrous sehingga reaksi tersebut dinamakan oksigenasi, bukan oksidasi.
Reaksi hemoglobin dengan oksigen adalah Hb+O2 ↔HbO2.

Karena berisi empat deoksihemoglobin , molekul hemoglobin juga direpresentasikan


sebagai Hb4, dan sebenarnya bereaksi dengan empat molekul O2 untuk membentuk
Hb4O8.Reaksi tersebut berlangsung dengan sangat cepat, hanya kurang dari 0,01
detik. Begitu juga dengan deoksigenasi Hb4O8 juga berlangsung dengan sangat
cepat. 2

Struktur kuarter hemoglobin tersebut menentukan afinitasnya untuk O2 . Pada


deoksihemoglobin, unit globin terikat secara kuat pada tense (T) configuration, yang
mengurangi afinitas molekul terhadap O2. Saat O2 pertama terikat, ikatan yang
menahan unit globin dilepaskan, menghasilkan relaxed (R) configuration, yang
mengekspos lebih banyak tempat ikatan O2. Hasilnya, afinitasnya dapat meningkat
sampai 500 kali. Pada jaringan, reaksi ini berbalik, yaitu terjadi pelepasan oksigen.
Transisi dari satu keadaan ke keadaan lainnya diperkirakan terjadi sampai 108 kali
sepanjang masa hidup sel darah merah.

Hemoglobin sangat penting fungsinya dalam mengatur jumlah oksigen yang diambil
dari paru-paru dan dikeluarkan pada jaringan. Jika kadarnya turun sampai 50% seperti
pada penderita anemia, kapasitas pembawaan oksigennya juga akan turun sebesar
50% meskipun PO2 normal 100mmHg dan saturasi Hbnya 97%. 3

Oxygen-hemoglobin dissociation curve menghubungkan persentase saturasi


kekuatan pembawaan hemoglobin dengan PO2. Kurva ini ditandai dengan bentuk
sigmoid karena ada interkonversi antara T dan R. Kombinasi heme pertama pada
molekul Hb dengan O2 meningkatkan afinitas heme kedua, begitu juga seterusnya.
Oleh karena itu, afinitas Hb yang keempat jauh lebih banyak dari yang pertama.

Saat darah berada dalam kesetimbangan 100% O2 (PO2=760 mmHg), hemoglobin


normal menjadi tersaturasi 100%. Dalam keadaan tersaturasi penuh, tiap hemoglobin
berisi 1.39 ml O2. Meskipun begitu, darah normalnya berisi sedikit turunan
hemoglobin yang tidak aktif, dan nilai pengukuran in vivo lebih rendah. Biasanya
nilainya 1,34 mL O2. Konsentrasi hemoglobin dalam darah normal adalah sekitar 15
g/dL (14 g/dL pada wanita dan 16 g/dL pada pria). Oleh karena itu, 1 dL darah berisi
20.1 mL (1.34 mL X 15) O2 terikat pada hemoglobin saat hemoglobin tersaturasi
100%. Jumlah O2 terlarut tergambar dalam fungsi linear PO2. 2

In vivo, hemoglobin dalam darah pada ujung kapiler pulmonary tersaturasi 97,5%
dengan O2 (PO2 =97 mmHg). Karena ada sedikit pencampuran dengan darah vena
bronkialis yang mem-by pass kapiler pulmonary (aliran fisiologis), hemoglobin dalam
darah arteri sistemik hanya tersaturasi 97%. Pencampuran darah tersebut disebut
venous admixture of blood. 1,2

Darah arteri berisi total 19.8 mL O2 tiap dL: 0.29 mL terlarut, dan 19.5 mL terikat
pada hemoglobin. Pada ujung vena, hemoglobin tersaturasi 75% dan total konten O2
sekitar 15.2 mL/dL: 0.12 mL dalam larutan dan 15.1 mL terikat pada hemoglobin.
Oleh karena itu, pada saat istirahat dapat diperkirakan bahwa jaringan mengambil
sekitar 4.6 mL O2 tiap dL darah yang melewatinya; 0.17 mL merepresentasikan O2
yang terlarut dalam darah dan sisanya yang terikat hemoglobin. Dengan cara ini, 250
mL O2 per menit ditransportasikan dari darah ke jaringan dalam keadaan istirahat.2
Oksigen yang terikat pada Hb tidak mempengaruhi PO2. Oleh karena itu, PO2 tidak
diukur berdasarkan jumlah total oksigen dalam darah, melainkan hanya bagian yang
terlarut saja. 3

Olahraga berat akan meningkatkan pemakaian oksigen sampai 20 kali. Peningkatan


curah jantung menurunkan waktu darah berada di kapiler paru kurang dari setengah
normal. Namun, darah tetap dapat jenuh oleh oksigen ketika meninggalkan paru
karena terjadi peningkatan kapasitas difusi dan transit time safety factor.1
Kapasitas difusi oksigen dapat meningkat hampir tiga kali lipat saat olahraga,
terutama karena terjadi peningkatan luas permukaan kapiler dan rasio ventilasi-
perfusi yang mendekati ideal di bagian atas paru. Sementara itu, dalam keadaan
normal, sebenarnya darah sudah mengalami kejenuhan oleh oksigen pada sepertiga
pertama kapiler paru. Dalam keadaan itu, darah berada selama tiga kali lebih lama
dari waktu yang dibutuhkan untuk mengalami kejenuhan. Oleh karena itu, meskipun
aliran darah semakin kencang saat olahraga berat, darah masih tetap tersaturasi
penuh. 1

PO2 jaringan ditentukan oleh laju pengangkutan oksigen ke jaringan dan laju
pemakaian oksigen oleh jaringan. Jika aliran darah dalam suatu jaringan meningkat,
lebih banyak oksigen yang diangkut ke jaringan dalam periode tertentu sehingga PO2
meningkat. Sementara penggunaan oksigen untuk metabolisme jaringan akan
menurunkan nilai PO2 cairan interstitium.

PO2 di bagian-bagian awal kapiler adalah 95 mmHg dan PO2 di cairan interstitium di
sekitar sel jaringan adalah sekitar 40mmHg. Karena terdapat perbedaan tekanan
inilah, oksigen berdifusi cepat dari darah ke dalam jaringan dan PO2 darah yang
meninggalkan kapiler juga menjadi sekitar 40 mmHg.

Faktor yang mempengaruhi afinitas hemoglobin untuk oksigen

Meskipun PO2 merupakan faktor terpenting yang menentukan persentase saturasi


oksigen hemoglobin, ada beberapa faktor yang mempengaruhi afinitas pengikatan
oksigen terhadap O2. Ada empat kondisi penting yang mempengaruhi kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin, yaitu pH, tekanan parsial karbon dioksida, suhu, dan
konsentrasi 2,3-bifosfogliserat (2,3-BPG). Peningkatan suhu atau penurunan pH akan
menggeser kurva ke kanan. Pada keadaan ini, semakin tinggi PO2 yang dibutuhkan
hemoglobin untuk mengikat oksigen. 2,4

Peningkatan keasaman akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin. Asam


utama yang dihasilkan jaringan yang aktif secara metabolik di antaranya adalah asam
laktat dan asam karbonat. Pengurangan afinitas hemoglobin saat pH turun disebut
efek bohr. 3,4 Efek Bohr bekerja dengan dua jalur yaitu peningkatan H+ dalam darah
akan menyebabkan O2 terlepas dari hemoglobin dan pengikatan oksigen ke
hemoglobin menyebabkan pelepasan H+ dari hemoglobin. Dengan begitu,
hemoglobin juga bisa berfungsi sebagai buffer. Namun, jika berikatan dengan asam
amino dalam hemoglobin, H+ akan mengubah struktur dari hemoglobin sehingga
kemampuannya dalam membawa oksigen turun. (4)

Efek Bohr berkaitan dengan fakta bahwa hemoglobin yang terdeoksigenasi mengikat
H+ lebih aktif daripada hemoglobin yang teroksigenasi. Selain itu, pH akan turun saat
kadar CO2 meningkat sehingga saat PCO2 meningkat, kurva juga akan bergeser ke
kanan dan P50 meningkat (P50 merupakan PO2 saat hemoglobin tersaturasi setengah
dengan O2). 2,4
2,3-BPG dibentuk dari 3-fosfogliseraldehid yang merupakan produk glikolisis
melalui jalur Embden-Meyerhof . Molekul banyak terkandung di dalam sel darah
merah. Ini merupakan anion bermuatan tinggi yang mengikat rantai β
deoksihemoglobin. Satu mol deoksihemoglobin mengikat 1 mol 2,3-BPG. Rumusnya
adalah HbO2 + 2,3-BPG ↔ Hb – 2,3-BPG + O2

Pada kesetimbangan ini, pengingkatan konsentrasi 2,3-BPG akan menggeser reaksi


ke kanan menyebabkan lebih banyak oksigen dilepaskan. Karena asidosis
menghambat glikolisis sel darah merah, kadar 2,3-BPG turun saat pH rendah.
Sebaliknya, hormon tiroid, hormon pertumbuhan dan androgen dapat menginkatkan
konsentrasi 2,3-BPG dan P50. [http://www.medicinesia.com/kedokteran-
dasar/respirasi/biokimia-respirasi/]

Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke


seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paru-paru terjadi reaksi antara
hemoglobin dengan oksigen.

2 Hb2 + 4 O2 → 4 Hb O2 (oksihemoglobin)

Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.

4 Hb O2 → 2 Hb2 + 4 O2

Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah.


[http://www.bhataramedia.com/forum/jelaskan-reaksi-yang-terjadi-saat-
hemoglobin-mengikat-oksigen-o2/]

Mioglobin dan hemoglobin adalah hemoprotein yang memiliki kemampuan untuk


mengikat molekul oksigen
Mioglobin terjadi sebagai protein monomer dimana globin berada dusekitarnya heme.
Bertindak sebagai pembawa sekunder oksigen dalam jaringan otot. Ketika sel-sel otot
akan beraksi, mereka membutuhkan sejumlah besar oksigen

mioglobin
1. Hemoglobin mengangkut oksigen dalam darah, sementara mioglobin mengangkut atau
menyimpan oksigen dalam otot.
2. mioglobin terdiri dari rantai polipeptida tunggal dan hemoglobin terdiri dari beberapa
rantai polipeptida.
3. Tidak seperti mioglobin, konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah sangat tinggi.
4. Pada awalnya, mioglobin mengikat molekul oksigen yang sangat mudah dan akhirnya
menjadi jenuh. Proses pengikatan ini sangat cepat dalam mioglobin daripada hemoglobin.
Hemoglobin awalnya mengikat oksigen dengan susah payah.
5. mioglobin terjadi sebagai protein monomer sementara hemoglobin terjadi sebagai
protein tetramerik.
6. Dua jenis rantai polipeptida (dua rantai α – dan dua rantai β) yang hadir dalam
hemoglobin.
7. mioglobin dapat mengikat satu molekul oksigen yang disebut monomer, sedangkan
hemoglobin dapat mengikat empat molekul oksigen, yang disebut tetramer.
8. mioglobin mengikat oksigen lebih erat daripada hemoglobin.
9. Hemoglobin dapat mengikat dan melepas oksigen dan karbon dioksida, tidak seperti
mioglobin.
10. Kurva disoasi mioglobin adalah

4. Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang menjaga kesehatan pada keadaan
darurat
 Menjaga Thoharoh artinya menjaga kesucian dan kebersihan dari semua aspek mulai
dari sekujur badan,makanan,pakaian,tempat tinggal maupun lingkungan. Imam al-
Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian
dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah. Dari ‘Ali ra., dari Nabi
SAW, beliau berkata, “Kunci shalat adalah bersuci,” (HR. Ibnu Majah, al-Turmudzi,
Ahmad, dan al-Darimi). Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata telah bersabda Rasulullah SAW : ‘Suci itu sebagian dari iman. (Muslim).
 Menjaga Makanan. Ajaran islam selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal, baik dan halal itu baik secara dzatnya maupun secara
mendapatkannya. Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan
baik sebagaimana dalam Firman Allah SWT di dalam Alquran, yang artinya : “ Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”(Q.S. Al
Maidah : 88). “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena
sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah : 168). Hal
ini menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah
satu penentu sehat tidaknya seseorang. Sebagai salah sau contoh makanan yang halal
adalah sayuran. Menurut Prof. Dr. Musthofa dari Mesir menyatakan bahwa sayuran
memiliki kandungan zat dan fungsi untuk menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi
dari serangan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai