Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

Model Distribusi Hasil Pertanian Yang Berdampak Pada


Perbaikan Kualitas Lingkungan
Emmy Darmawati
Institut Pertanian Bogor
Darmaga Bogor
Email : emi_handono@yahoo.com
Naskah diterima : 14 Februari 2011 Revisi Pertama : 7 Juni 2011 Revisi Terakhir : 25 Juni 2011

ABSTRAK
Sampah pasar tidak saja berasal dari mata rantai distribusi tetapi juga dari jumlah
pasokan yang berlebih. Perbaikan pada sistem distribusi hasil pertanian khususnya
hortikultura menjadi satu solusi yang efektif dan efisien terhadap penanggulangan
sampah kota. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengkaji sistem distribusi komoditas
hortikultura dan membuat model sistem distribusi yang mampu mengurangi pasokan
sampah ke pusat-pusat distribusi yang umumnya berlokasi di kota. Hasil pengamatan
di lapang menunjukkan bahwa sistem distribusi komoditas hortikultura pada umumnya
masih menghasilkan sampah cukup besar. Tujuh puluh delapan persen komoditas
sayuran di Jabotabek didistribusikan dengan cara tersebut dan sampah yang dihasilkan
mencapai 60 persen dari volume pasokan. Berdasarkan tingkat kegiatan pascapanen
yang dilakukan, sistem distribusi dimodelkan dalam bentuk perwilayahan (zona) dimana
dalam setiap zona diberlakukan aturan kegiatan pasca panen. Ada dua zona yang
dibuat yaitu zona podusen dan zona konsumen (pasar kota, pasar induk, dan terminal
agribisnis). Dengan model tersebut diharapkan sampah pasar berkurang sampai 40
persen untuk sayuran daun dan 20 persen untuk sayuran umbi. Untuk mendukung
penerapan model distribusi yang diusulkan, pada penelitian ini dibangun prototipe sistem
berbasis web yang secara real time menginformasikan permintaan dan penawaran atas
suatu komoditas sehingga diharapkan dapat memperkecil peluang dalam menghasilkan
sampah pasar.
kata kunci : sampah, sistem distribusi, sistem informasi pasokan, hortikultura
ABSTRACT
Market waste comes not only from the distribution chain but also from the amount
of excess supply. Therefore improvements in the distribution system of horticultural
product may be one solution that can effectively reduce city waste. This research is
conducted to study the supply-chain system of horticultural commodities that is capable
of reducing the supply of waste to the distribution centers which are generally located
in the city. The results of observation show that horticultural commodity distribution
system still generates considerable amount of waste in the market. 78 percent of vegetable
in Jabotabek are distributed in such manner in which the waste reaches 60 percent of
the volume. Based on the level of post-harvest activities, the distribution system is
modeled in the form of zoning system where in every zone the rules of post-harvest
activities are applied. There are two zones, namely the zone of producers (farmers,
collectors) and the zone of consumers (market town, the main markets, and agribusiness
terminal). With this model it is expected that waste market will decrease up to 40 percent
for leafy vegetables and 20 percent for tuber vegetables. By utilizing the information
system it is expected that the supply matches with the demand, so that it will reduce the
chance of producing waste.
keywords : waste, distribution system, supply-chain information, horticulture

PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 199-208 199


I. PENDAHULUAN beterbangan. Satu ton sampah organik akan
asil pertanian menjadi salah satu sumber menghasilkan 9 kg partikel padat yang
H pangan yang dibutuhkan sehari-hari oleh
masyarakat. Kebutuhan masyarakat kota akan
mengandung senyawa hidrokarbon berbahaya,
salah satu diantaranya adalah benzopirena.
komoditas tersebut dipasok oleh petani Menurut beberapa kajian diketahui asap dari
produsen dari berbagai sentra produksi dalam pembakaran sampah mengandung
suatu proses distribusi. Proses distribusi benzopirena 350 kali lebih besar dari asap
komoditas pertanian terutama buah dan rokok (Anonim, 2011).
sayuran pada umumnya masih dilakukan Walaupun sampah saat ini bisa diproses
secara tradisional yaitu membawa semua menjadi kompos, namum persentasinya masih
panen ke pasar dengan penanganan sangat kecil sehingga tetap saja sampah
pascapanen yang minim (Dinas Pertanian, menjadi masalah kota. Salah satu solusi adalah
Pemerintah DKI, 1997). Hal ini menyebabkan dengan mengatur distribusi khususnya buah
banyak bagian dari komoditas yang datang ke dan sayur yang sedikit menghasilkan sampah.
pasar kota tidak layak jual sehingga menjadi Penelitian ini mengkaji dan merancang sistem
sumber sampah organik. distribusi yang ramah lingkungan. Sistem
Sampah, khususnya di daerah perkotaan distribusi dibangun dengan dukungan sistem
sering menjadi masalah. Timbunan sampah informasi berbasis jaringan komputer (internet)
yang dihasilkan terus bertambah seiring yang mampu menginformasikan kebutuhan
dengan bertambahnya penduduk kota. konsumen dan ketersediaan produk dari
produsen serta memberikan arahan kepada
Timbunan sampah di Jawa mencapai 21,2 ton
produsenuntuk melakukan distribusi sesuai
per tahun (Anonim, 2008). Sementara setiap
dengan permintaan konsumen yang akan
warga kota Jakarta menghasilkan sampah
memberikan nilai tambah yang optimal.
rata-rata 650 gram/hari dengan komposisi
Dengan media ini maka produk yang dibawa
sampah organik sebesar 74 persen pada
ke wilayah konsumen yang umumnya ada di
persen basah (Damanhuri E dan Padmi T,
perkotaan adalah produk-produk yang sesuai
2010). Salah satu cara penanganan sampah
dengan permintaan sehingga tercipta produk
organik yang banyak dilakukan dengan
bersih yang siap juga. Dengan berkembangnya
pembakaran. Pembakaran sampah organik
pasar-pasar bersih maka sistem ini akan
akan menghasilkan zat atau gas polutan yang
mengurangi sampah pasar baik di pasar
tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi
maupun di rumah tangga karena konsumen
juga berbahaya langsung terhadap manusia.
hanya akan membeli bagian komoditas yang
Sebagai gambaran, pembakaran 1 ton sampah
layak konsumsi.
akan menghasilkan 30 kg gas
karbonmonoksida (CO), jika dihirup akan II. METODE PENELITIAN
berikatan sangat kuat dengan hemoglobin Penelitian dilakukan dalam dua tahap.
darah sehingga dapat menyebabkan tubuh Tahap pertama untuk mengkaji sistem distribusi
orang menghirup akan kekurangan oksigen produk pertanian yang ada dengan studi kasus
(O2) dan menimbulkan kematian. Pembakaran komoditas sayuran. Komoditas sayuran dipilih
juga akan menghasilkan gas methana (CH4) karena sebagai penyumbang sampah organik
yang memiliki kemampuan 20 kali lebih besar pasar terbesar. Wilayah kajian untuk sistem
dari gas karbondioksida (CO 2 ) sebagai distribusi dilakukan dengan survei langsung
penyebab efek rumah kaca (Anonim, 2010). melakukan pengamatan diwilayah produsen
Sampah organik yang masih agak basah (Bogor, Cianjur, Sukabumi, Bekasi) dan wilayah
seperti sisa sayuran atau buah jika dibakar konsumen (Jakarta, Bogor, Bandung, Bekasi).
menghasilkan partikel-partikel padat yang akan Tahap ke dua adalah merancang model

200 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 199-208


Gambar 1. Diagram Alir Optimasi Distribusi

distribusi dan sistem informasinya sebagai III. HASIL DAN PEMBAHASAN


prasarana aplikasi model. Sistem informasi 3.1. Sistem Distribusi
dirancang untuk menghasilkan luaran berupa Secara umum sistem distribusi
optimasi distribusi yang akan menjadi pilihan dikelompokkan dalam dua kelas yaitu
produsen (petani, pedagang, pengumpul). komoditas kelas satu dan komoditas kelas
Indentifikasi pengguna sistem dan kebutuhan dua. Komoditas kelas satu adalah komoditas
informasinya dilakukan dengan wawancara yang bermutu baik dan telah dilakukan
dan kuesioner,untuk produsen pada petani, penanganan pascapanen sehingga hanya
kelompok tani, pengumpul, suplier, sedang bagian yang layak yang dikirim ke pasar.
untuk konsumen dilakukan pada pedagang Pasar utama komoditas ini adalah swalayan,
pasar intritusi (supermarket, restoran). hotel, restoran, rumah sakit besar dan eksportir.
Sistem distribusi berbasis komputer akan Komoditas kelas dua pada umumnya
menyimpan data produsen berikut informasi dipasarkan langsung dari kebun dan hanya
terkait produksi dan data konsumen berikut mendapat perlakuan pascapanen seadanya
informasi permintaannya. Berdasarkan data sehingga banyak bagian yang tidak layak
tersebut dilakukan optimasi yang didasarkan untuk dijual. Bagian yang tidak layak dijual
pada perhitungan biaya yang paling optimum dianggap sebagai susut. Susut karena
yang akan diperoleh produsen dengan penanganan pascapanen untuk mendapat
berbagai pilihan tujuan konsumen yang yang mutu yang baik pada masing-masing kelas
dihasilkan oleh sistem komputer. Komponen komoditas disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
perhitungan biaya untuk pemilihan distribusi Data tersebut menunjukkan bahwa ada
yang optimum disajikan pada gambar 1, 40 persen bagian sayuran jenis daunan yang
sedangkan sistem informasi dibangun dengan tidak layak dijual dan dibuang sebagai sampah
menggunakan Acces untuk database-nya dan di lokasi pemborong dan pengumpul,
bahasa program VB, Java Sript dan ASP untuk sementara di pasar yang akan menjadi sampah
program optimasi yang dapat beroperasi dalam sebesar 20 persen. Sayuran jenis umbi
jaringan komputer dengan menggunakan memasok sampah 10 persen dari total sayuran
internet Explorer. umbi yang masuk pasar, sementara di tingkat

Model Distribusi Hasil Pertanian Yang Berdampak Pada Perbaikan Kualitas Lingkungan (Emmy Darmawati) 201
Tabel 1. Besarnya Susut Pada Mata Rantai Distribusi Untuk Komoditas Kelas Dua

Sumber : diolah dari Anggraini, W.(1997)

Tabel 2. Besarnya Susut Pada Mata Rantai Distribusi Komoditas Kelas Satu

Sumber : diolah dari Anggraini W.,1997

pemborong dan pengumpul mencapai 20 pasokan akan memperbesar peluang


persen. bertambahnya sampah organik di kota.
Pada mata rantai distribusi komoditas Berdasar dari kondisi tersebut maka
kelas satu, penyusutan terbesar ada di lokasi perbaikan sistem distribusi harus
produsen yaitu di lahan petani dan di packing memperhatikan dua aspek yaitu aspek mutu
house artinya bagian yang menjadi sampah dan jumlah yang sesuai kebutuhan. Aspek
ada dilokasi produsen. Di tingkat suplier ada mutu dilakukan dengan perlakuan pascapanen
3 persen yang akan menjadi sampah sedang yang terkontrol sedang aspek jumlah dilakukan
di supermarket kondisi komoditas adalah siap dengan menyediakan informasi real time akan
jual tanpa ada lagi kegiatan yang menghasilkan kebutuhan komoditas oleh konsumen.
sampah. Hasil survei yang dilakukan oleh Konsumen adalah bagian dari mata rantai
Darmawati (2002) menunjukkan bahwa distribusi kecuali petani.
distribusi sayuran yang dilakukan tanpa
3.2. Model Sistem Distribusi Alternatif
penanganan pascapanen (distribusi kelas dua)
mencapai 85 persen dari total produk yang Sistem distribusi yang dikembangkan
dihasilkan dari dari suatu kawasan produksi, adalah sistem distribusi yang didukung oleh
artinya 20 persen s.d. 40 persen dari 85 persen sistem informasi berbasis jaringan. Arsitektur
yang datang ke pasar kota akan menjadi sistem informasi disajikan pada lampiran 1,
sampah karena banyak kegiatan pengumpulan yang juga menggambarkan mekanisme intraksi
oleh pedagang pengumpul dilakukan diwilayah pengguna dengan sistem. Sistem informasi
pasar kota agribisnis berbasis internet telah dikembangkan
Sampah tidak saja berasal dari mata rantai di negara-negara Asia diantaranya di Taiwan
distribusi tetapi juga dari jumlah pasokan yang (Lin J, 1998). Sedangkan Jepang sejak tahun
berlebih pada suatu wilayah pasar. Buah dan 1983 telah mulainya (Nanseki, 1998). Oleh
sayuran adalah komoditas segar yang mudah karena itu bukan sesuatu yang sulit untuk
busuk sehingga harus cepat terjual. Tanpa memulai memanfaatkan jaringan informasi
adanya perlakuan untuk mempertahankan sebagai media distribusi produk pertanian di
mutu yang memadai, maka kelebihan jumlah Indonesia (Suprapto A, 1999).

202 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 199-208


Sistem distribusi yang akan didukung oleh melakukan penanganan pascapanen
sistem jaringan informasi dikembangkan (pembersihan, sortasi, grading, pengemasan)
dengan memodifikasi model distribusi yang yang menghasilkan komoditas bermutu sesuai
sudah ada saat ini agar mudah diaplikasikan dengan permintaan pasar.
(Darmawati, E. 2002). Modifikasi dilakukan Kedua, Pusat-pusat distribusi yang ada
dengan pembagian zona terkait pada aturan di zona konsumen mendapat pasokan dari
pascapanen yang dibuat. Secara garis besar terminal-terminal agribisnis, sementara
dibagi dalam dua zona yaitu zona produsen pengguna akhir dan eceran mendapatkan
dan zona konsumen. Aturan terhadap kebutuhannya dari pusat-pusat distribusi.
perlakuan pascapanen yang diberlakukan di Kegiatan pascapanen yang ada di zona
zona produsen bertujuan untuk memperkecil konsumen adalah grading, pengemasan atau
jumlah sampah produk yang akan masuk ke pengemasan ulang (repacking).
zona konsumen yang umumnya ada diwilayah
Ketiga, Sistem menyediakan informasi
perkotaan.
komoditas yang ditawarkan oleh produsen dan
Mekanisme dan aturan yang diberlakukan yang dibutuhkan konsumen dengan rincian
pada model distribusi ini adalah : harga, volume dan mutu. Berdasarkan data
Pertama, Petani disarankan untuk ini, konsumen maupun produsen dapat
melakukan kegiatan distribusi secara melakukan pilihan jalur distribusi yang optimum
berkelompok untuk meningkatkan daya saing dalam memberikan keuntungan. Pemasok dan
pada volume distribusi yang ekonomis. Untuk editor data penawaran, permintaan adalah
mendorong petani berkelompok maka sistem anggota komonitas dari sistem tersebut yang
dibuat dengan batasan pengakses produsen teridentifikasi sebagai produsen dan konsumen
(petani) adalah kelompok tani. Pada zona termasuk didalamnya bila ada perubahan
produsen, pelaku mata rantai distribusi harus karena adanya transaksi.

Gambar 2. Model Sistem Distribusi Alternatif

Model Distribusi Hasil Pertanian Yang Berdampak Pada Perbaikan Kualitas Lingkungan (Emmy Darmawati) 203
3.3. Rancangan Sistem Informasi Pendu- Bila pilihan distribusi dapat dilakukan
kung Model Distribusi melalui alat bantu komputer, maka tidak
Arsitektur sistem informasi disajikan pada diperlukan fisik pasar untuk bertransaksi antara
Lampiran 1, yang juga menggambarkan produsen dan konsumen. Dengan jalur yang
meknisme interaksi pengguna dengan sistem. dipilih dan kontak mengunakan media yang
Untuk informasi permintaan dan penawaran ada seperti telepon, komoditas dapat dikirim
dapat diakses oleh pengguna umum, sedang langsung ke konsumen sesuai dengan jumlah
untuk informasi pemilihan jalur distribusi hanya dan syarat mutu yang diminta (Darmawati, E.
dapat dilakukan oleh anggota sistem melalui 2002). Bila pasar sendiri sebagai pengelola
pengisian password. Pemilihan jalur distribusi distribusi maka komoditas yang didistribusikan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu memilih adalah komoditas yang ramah lingkungan
sendiri dan optimasi oleh sistem. Pada karena komoditas yang datang ke pasar kota
pemilihan sendiri, sistem akan menampilkan tersebut dalam kondisi tersortasi bahkan sudah
daftar konsumen yang sesuai dengan di grading sehingga tinggal dilakukan repacking
komoditas yang ditawarkan. Bila pengguna untuk dijual secara eceran. Disamping itu akan
memilih jalur otomatis, maka sistem akan tercipta distribusi yang efisien dimana biaya
menampilkan daftar konsumen yang distribusi dapat ditekan, presentasi harga
memberikan keuntungan optimum. Prototipe antara produsen dan konsumen tidak terlalu
sistem informasi telah diuji pada server lokal tinggi, adanya kompetisi pasar yang sehat
yang contoh tampilannya dapat dilihat di (Soekartawi, 1993)
Lampiran 2. Sistem belum diuji pada server IV. PENUTUP
milik suatu provider karena organisasi
pendukung bagi beroperasinya sistem ini belum 4.1. Kesimpulan
terbentuk. Organisasi tersebut berfungsi Pertama, Mata rantai dan proses distribusi
menghimpun dan melakukan verifikasi komoditas kelas dua masih menghasilkan
terhadap anggota sistem sehingga akurasi sampah kota yang besarnya mencapai 20
anggota dapat dipertanggungjawabkan karena persen untuk sayuran jenis daun dan 10 persen
anggota sistem adalah pemasok utama data untuk jenis umbi-umbian dari volume sayuran
penawaran/permintaan yang akan dijadikan yang masuk kota. Untuk komoditas kelas satu,
dasar bagi pemilihan jalur-jalur distribusi. perlakuan pascapanen di zona produsen
3.4. Aplikasi Model Distribusi Yang sudah mengurangi sampah kota hanya saja
volume pasok yang melebihi kebutuhan
Didukung Oleh Sistem Informasi
konsumen menghasilkan sampah organik
Model distribusi yang dirancang dengan karena komoditas sayuran dan buah mudah
dukungan sistem informasi sebagai alternatif busuk.
distribusi tidak berbeda dengan model distribusi
Kedua, Sistem distribusi alternatif
yang ada, maka untuk aplikasinya dapat
diharapkan mampu mengurangi sampah kota
menggunakan institusi yang telah ada. Institusi
karena dalam sistem membagi dua zona
ini berfungsi sebagai pengelola sistem, baik
dengan aturan penanganan pascapanen yang
sistem informasinya maupun sistem
tepat. Dengan aturan tersebut maka
distribusinya. Untuk itu perlu : (i) merelisasikan
penumpukan sampah berada di zona produsen
program pemerintah dalam pembangunan
yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan
terminal-terminal agribisnis yang berada di
langsung diserap oleh petani. Pasar kota
sentra-sentra produksi sebagai pasar untuk
menjadi pasar yang bersih bahkan hanya
distribusi zona produsen; dan (ii) pasar yang
sebagai pasar display produk.
ada di tingkat kabupaten/kotamadya dan pasar
induk yang ada di tingkat propinsi sebagai Ketiga, Teknologi informasi berbasis
pengelola informasi dan pasar untuk distribusi jaringan dapat dimanfatkan untuk
zona konsumen. mengembangkan model distribusi yang sesuai

204 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 199-208


dengan harapan sebagai alternatif dari Dinas Pertanian Pemerintah DKI. 1997. Kajian
distribusi yang sudah ada. Dengan informasi Pemasaran Hasil Pertanian Menghadapi
yang disediakan oleh sistem, produsen dapat Pasar Global. Lembaga Sumberdaya
melakukan pilihan konsumen-konsumen yang Informasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
hendak dituju. Kepastian dalam harga, volume Damanhuri, E. dan Padmi T. 2010. Pengolahan
dan mutu permintaan/penawaran akan S a m pa h . P r o g r a m St u d i Te h n i k
memberikan jamiman pendapatan yang akan Lingkungan. Fakultas Tehnik Sipil dan
diperoleh oleh produsen atau biaya pembelian Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.
oleh konsumen. Edisi Semester I – 2010/2011
4.2. Saran Darmawati, E. 2002. Desain Sistem Pendukung
Pertama, Sistem distribusi alternatif dapat Keputusan Distribusi Hortikultura Dengan
diaplikasikan bila ada dukungan dari Pendekatan berorientasi Objek (Kasus
pemerintah. Dengan menetapkan pasar-pasar Komoditas Sayuran).Desertasi. Program
yang jadi pusat distribusi maka semua barang Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
harus dikawal untuk masuk pusat distribusi Lin, J. 1998. The Information Technology in
sehingga mutu barang yang datang mudah Agriculture in Taiwan. Proceeding of the
dikontrol. First Asian Conferense for Information
Kedua, Organisasi dari sistem distribusi Technology in Agriculture, January 24-26,
alternatif dapat dibentuk dengan 1998. Wakayana-City, Japan.
memanfaatkan institusi yang sudah ada seperti Nanseki, T. 1998. Development and Application
terminal agribisnis, pasar kecamatan, pasar of Nationwide Marketing Information
kabupaten dan pasar induk propinsi. Untuk itu Database for Vegetables and Fruits in
perlu dilakukan kajian terhadap kesiapan Japan. Proceeding of the First Asian
institusi baik dari segi sumber daya manusia, Conference for Information Technology
sarana dan prasarananya dalam menjalankan in Agriculture, January 24-26, 1998.
fungsinya sebagai pengelola model sistem Wakayama-City, japan.
distribusi alternatif tersebut.
Solahuddin, S. 1998. Strategi Pengembangan
Agribisnis dan Agroindustri Dalam
DAFTAR PUSTAKA Mengatasi Krisis Ekonomi. Agromedia,
Vol. 4 No. 2 Juni 1998.
Anonim, 2008. Statistik Persampahan Domestik Suprapto, A. 1999. Peranan Informasi Pasar
Indonesia. Bidang Pengendalian dalam Pengembangan Agribisnis di
Pencemaran Lingkungan, Kementerian Indonesia. Agromedia, Vol. 5, No. 3,
Negara Lingkungan Hidup. Nopember 1999.
Anonim, 2010. Adipura dan Sampah. http://
www.depok.go.id/21/03/2010/himbauan-
pemerintah-kota-depok/adipura-dan- BIODATA PENULIS
sampah[diakses 5 Juni 2011] Dr.Ir.Emmy Darmawati,M.Si., dilahirkan di
Anonim 2011. Stop Pembakaran Sampah Malang, 5 Mei 1961. Menamatkan pendidikan
!!!!.http://blhkotabengkulu.web.id/berita- S1 bidang Mekanisasi Pertanian Universitas
umum[diakses 5 Juni 2011] Gajah Mada tahun 1980, S2 bidang Keteknikan
Anggraini, W. 1997. Analisis Jaringan Distribusi Pertanian, IPB tahun 1994 dan S3 bidang
Sayur-Sayuran Untuk Konsumsi Pasar Keteknikan Pertanian, IPB tahun 2002. Saat ini
beliau menjabat sebagai Lektor Kepala IPB dan
Institusi di Sentra Produksi Cipanas.
sebagai pengajar pada beberapa mata kuliah
Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
di IPB.
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Model Distribusi Hasil Pertanian Yang Berdampak Pada Perbaikan Kualitas Lingkungan (Emmy Darmawati) 205
Lampiran 1. Arsitektur Sistem Informasi Pendukung Model Distribusi Altenatif

206 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 199-208


Lampiran 2. Contoh Tampilan Hasil Pengujian Sistem Informasi di Lokal Internet

Formulir Isian Data Penawaran

Formulir Isian Data Permintaan

Model Distribusi Hasil Pertanian Yang Berdampak Pada Perbaikan Kualitas Lingkungan (Emmy Darmawati) 207
Contoh Hasil Distribusi yang Dipilih Oleh Produsen

208 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 199-208

Anda mungkin juga menyukai