49
klien juga mengatakan klien sudah mengikuti proses imunisasi dasar
lengkap mulai dari BCG, DPT I, DPT II, DPT III, Polio 1, 2, 3, Hepatitis
B 1,2,3, dan campak di posyandu dan bidan setempat.
Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos mentis
dengan GCS 15 (E4V5M6). Nadi klien 99x/menit, respirasi 24x/menit,
suhu tubuh klien 38,6ºC. Hasil pemeriksaan fisik didapat, rambut An. S
berwarna kecoklat, potongan rambut rapi, distribusi merata, tidak
lengket, tidak ada lesi, rambut teraba lembut dan tidak mudah rontok juga
tidak ada nyeri tekan pada kepala. Mata simetris, mata tampak, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik dan pupil isokor. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak
ada pembesaran polip, tidak ada kelainan, tidak ada ekimosis dan tidak
terpasang alat bantu pernafasan, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Mukosa
bibir klien tampak kering, lidah tampak kotor, tidak ada karies gigi, tidak
ada gigi berlubang. Telinga tampak simetris, tidak ada serumen, tidak ada
pendarahan, tidak ada kelainan, tidak menggunakan alat bantu dengar,
tidak ada lesi dan nyeri tekan. Kulit : Kulit kering, tidak ada lesi, warna
kulit sawo matang, turgor kulit <2 detik, akral hangat. Pemeriksaan pada
leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP tidak ada kekakuan pada leher,
tidak ada gangguan menelan, tidak ada lesi dan nyeri tekan.
Pengembangan pada dada simetris, tidak ada nyeri tekan, terdapat bunyi
ronchi, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, bunyi nafas
vesikuler, bunyi jantung regular, tidak ada bunyi tambahan mumur dan
tidak ada nyeri tekan. Tidak ada bekas luka/lesi pada abdomen, bising
usus 8x/menit, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan, tidak
kembung, tidak ada masa dan tidak ada acites juga tidak ada kelainan.
Pada bagian genetalia, klien berjenis kelamin laki-laki, skrotum dan testis
lengkap, terdapat anus, tidak ada kelainan pada genetalia, dan tidak ada
kelainan atresiani pada anus. Kulit klien tampak memerah karena demam
dan akral hangat, turgor kulit kembali lebih<2 detik, kuku bersih pendek.
Ekstermitas klien lengkap dengan skala kekuatan otot 5 dari rentang 0-5
pada ekstermitas atas maupun bawah, pada ekstremitas atas kanan
terpasang terapi infuse RL, tidak ada kelainan sindaktili maupun
polidaktili, refleks babinsky dan patella positif. Pola kebiasaan sehari-
hari An. S ibu klien mengatakan anaknya susah makan dan hanya
menghabiskan ¼ porsi saja, asupan minum berkurang, sehingga menjadi
lemas.
Hasil pemeriksaan laboratorium An. S pada tanggal 23 Maret
2019 pukul 08:07 WIB. Hemoglobin 87,0g/dl (N: 12-16), hematokrit
22,0% (N: 37-47), eritrosit 2,77% (N: 4,2-5,4), trombosit 106 ribu/ul (N:
150-450), MCV 79,5 fL (N: 80-94), MCH 25,2 pg (N: 27-31), MCHC
31,7% (N: 33-37), PDW 16,6 fL (N: 9-14), Kemudian dilakukan
pemeriksaan Differential darah, dengan hasil : Limfosit 77,6 % (N : 26-
36), Monosit 3,7 % (N : 4-8), Neutrofil 18,4 % (N : 40-70), Eosinofil
0,2% (N : 1-3), pemeriksaan Absolut Limfosit# 4,13 ribu/ul (N : 1,00-
1,43), Neutrofil 0,98 ribu/ul (N : 1,8-7,6), Eosinofil# 0,01 ribu/ul (N :
0,02-0,50),. Hasil pemeriksaan uji widal Salmonella Typhi –O maupun –
H keduanya negatif.
Dari hasil pengkajian klien tampak takut menggerakan tangan
yang terpasang infuse, dan keluar keringat dingin berdasarkan
pengukuran koesioner di dapatkan skala kecemasan sedang, suka
mengumpet saat didatangi oleh petugas kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
PI
Dari uraian di atas diperoleh diagnosa keperawatan sesuai
prioritas utama menurut (Nanda,NIC, NOC) pada An.S, yaitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
3. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
P II
Dari uraian di atas diperoleh diagnosa keperawatan sesuai
prioritas utama menurut (Nanda,NIC, NOC) pada An.A, yaitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
3. Intervensi
PI
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan pengobatan pada demam, ukur tanda-tanda vital
klien, kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik Tujuan
dari intervensi ini adalah suhu normal, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Dengan kriteria hasil suhu dalam rentang normal (36,5ºC-
37,5ºC) dan kulit tidak memerah.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu kekurangan
volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan management pada
cairan, monitor intake cairan dan status hidrasi anjurkan klien untuk
memperbanyak minum dan kolaborasi memberikan cairan infus.
Tujuan dari intervensi ini adalah keseimbangan cairan tubuh adekuat.
Dengan kriteria hasil, tidak ada tanda dehidrasi, kulit elastis,
membran mukosa lembab.
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi akibat, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan penurunan kecemasan, kaji tingkat kecemasan,
Dorong keluarga untuk menemani anak setiap melakukan aktifitas
atau bermain beri terapi bermain lego . Tujuan dari intervensi ini
adalah rasa cemas menurun. Dengan kriteria hasil klien tidak tampak
gelisah, dan tingkat kecemasan menurun
P II
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan pengobatan pada demam, ukur tanda-tanda vital
klien, kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Tujuan
dari intervensi ini adalah suhu normal, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Dengan kriteria hasil suhu dalam rentang normal (36,5ºC-
37,5ºC) dan kulit tidak memerah.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun, penulis membuat rencana asuhan keperawatan
management nutrisi dan monitor nutrisi, kaji adanya alergi terhadap
makanan, anjurkan makan saat keadaan makanan disajikan masih
hangat, anjurkan memberi anak makan sedikit tapi sering. Tujuan dari
intervensi ini adalah intake nutrisi adekuat. Dengan kriteria hasil
nafsu makan meningkat
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi akibat demam thyphoid, penulis
membuat rencana asuhan keperawatan penurunan kecemasan, kaji
tingkat kecemasan, Dorong keluarga untuk menemani anak setiap
melakukan aktifitas atau bermain beri terapi bermain lego . Tujuan
dari intervensi ini adalah rasa cemas menurun. Dengan kriteria hasil
klien tidak terlihat gelisah, dan tingkat kecemasan menurun
4. Implementasi
PI
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Hari pertama Pada tanggal 23 Maret 2019, pukul 13.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari kedua Pada tanggal 24 Maret 2019, pukul 10.50, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari ketiga Pada tanggal 25 Maret 2019, pukul 14.40, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
P II
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Hari pertama Pada tanggal 24 Maret 2019, pukul 09.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari kedua Pada tanggal 25 Maret 2019, pukul 13.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari ketiga Pada tanggal 26 Maret 2019, pukul 10.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
5. Evaluasi
PI
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Hari
pertama 23 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang didapatkan
adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara takut melihat
perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre terapi skor
nilai 17 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi, skor nilai 14
(kecemasan sedang). Analisa masalah belum teratasi, planning intervensi
dilanjutkan
Hari kedua 24 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 14 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 10 (kecemasan ringan). Analisa masalah teratasi sebagian ,
planning intervensi dilanjutkan
Hari ketiga 25 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan sudah tidak takut
menggerakan tangannya yang di infus. Data objektif tampak senang
bermain, skala kecemasan pre terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan)
dan setelah post terapi terapi skor nilai 6 (kecemasan ringan). Analisa
masalah teratasi, planning intervensi dihentikan.
P II
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Hari
pertama 24 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang didapatkan
adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara takut melihat
perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre terapi skor
nilai 19 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi terapi skor nilai 17
(kecemasan sedang). Analisa masalah belum teratasi, planning intervensi
dilanjutkan
Hari kedua 25 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 16 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 10 (kecemasan ringan). Analisa masalah belum teratasi,
planning intervensi dilanjutkan
Hari ketiga 25 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 5 (kecemasan ringan). Analisa masalah teratasi, planning
intervensi dihentikan
3. Intervensi Keperawatan
Tidak ada kesenjangan dalam intervensi keperawatan karena kasus
I dan kasus II sesuai dengan teori menurut (Nanda, 2015, p.153).
Pada kasus I, menurut teori intervensi yang dilakukan pada kasus 1
diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan pengobatan pada demam,
ukur tanda-tanda vital klien, kolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotic. Diagnosa kedua yaitu kekurangan volume cairan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan management pada cairan, monitor intake cairan dan status
hidrasi anjurkan klien untuk memperbanyak minum dan kolaborasi
memberikan cairan infus. Diagnosa ketiga yaitu Ansietas berhubungan
dengan hospitalisasi, penulis membuat rencana asuhan keperawatan
penurunan kecemasan, kaji tingkat kecemasan, Dorong keluarga untuk
menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain beri terapi
bermain lego
Pada kasus II dan pada kasus I, menurut teori intervensi yang
dilakukan pada kasus 1 diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit, penulis membuat rencana asuhan keperawatan
pengobatan pada demam, ukur tanda-tanda vital klien, kolaborasi
pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Diagnosa kedua yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun, penulis membuat rencana asuhan keperawatan management
nutrisi dan monitor nutrisi, kaji adanya alergi terhadap makanan, anjurkan
makan saat keadaan makanan disajikan masih hangat, anjurkan memberi
anak makan sedikit tapi sering. Diagnosa ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan penurunan kecemasan, kaji tingkat kecemasan, Dorong
keluarga untuk menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain
beri terapi bermain lego.
4. Implementasi Keperawatan
Fase implementasi dimulai ketika perawat menempatkan intervensi
tertentu ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik mengenai
efeknya. Umpan balik muncul kembali kedalam bentuk observasi dan
kemunikasi serta memberi dasar data untuk mengevaluasi hasil intervensi
keperawatan. (Donna dkk. 2009).
Pada P 1 implementasi pada diagnosa pertama yaitu, mengukur
tanda-tanda vital klien, berkolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotik paracetamol 3 x 1 peroral, pemberian obat gentamicine 2 x 24
mg via bolus dan obat cefotaxime 2 x 600 mg via bolus. Pada diagnosa
kedua yaitu, memonitor intake cairan dan status hidrasi menganjurkan An.
S untuk memperbanyak minum dan berkolaborasi memberikan cairan
infus RL 500 cc pada vena An. S sebanyak 20 tpm. Pada diagnosa ketiga
yaitu, mengkaji tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk
menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan
terapi bermain lego Implementasi P II diagnosa pertama yaitu, mengukur
tanda-tanda vital klien, berkolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotik paracetamol 3 x 1 peroral, pemberian obat gentamicine 2x
24 mg via bolus dan obat cefotaxime 2 x 600 mg via bolus. Pada diagnosa
kedua yaitu, mengkaji adanya alergi terhadap makanan, menganjurkan
makan saat keadaan makanan disajikan masih hangat, menganjurkan
memberi anak makan sedikit tapi sering. Pada diagnosa ketiga yaitu,
mengkaji tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk
menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan
terapi bermain lego. Adanya kesesuaian beberapa implementasi
keperawatan P I dan P II dengan teori (Donna dkk. 2009).
5. Evaluasi
Menurut (Wong, 2009) bahwa dalam evaluasi keperawatan itu
menggunakan format SOAP yaitu, S (Subjective) adalah inormasi yang
berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diperbaiki. O
(Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan. A (Analisa) adalah membandingkan antara inormasi subjektif
dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah
teratasi sebagian, atau muncul masalah baru. P (Planning) adalah rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik
itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai
(tujuan tercapai). Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperawatan
karena kasus I dan kasus II sesuai dengan teori. Evaluasi keperawatan pada
kasus I dan kasus II juga menggunakan SOAP yaitu :
PI
Diagnosa 1 Hari ketiga evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subyektifnya ibu An.S mengatakan keadaan An.S
baik sudah tidak demam lagi. Data obyektifnya hasil tanda-tanda vital An.
S nadi 92 x/menit, respirasi 24x/menit, dan suhu 37,3ºC. Diagnosa 2 Hari
ketiga evaluasi pada diagnosa kedua yang didapatkan adalah Data
obyektifnya mukosa bibir tampak lembab, konjungtiva tidak anemis,.
Analisa masalah teratasi, planning intervensi dihentikan. Diagnosa 3 Hari
ketiga evaluasi pada diagnosa ketiga yang didapatkan adalah. Data
subjekif klien mengatakan tidak mau bicara takut melihat perawat. Data
objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre terapi skor nilai 10
(kecemasan ringan) dan setelah post terapi terapi skor nilai 6 (kecemasan
ringan). Analisa masalah teratasi, planning intervensi dihentikan
P II