Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
PI
Pada tanggal 23 Maret 2019 tepatnya pada pukul 13.00 WIB di
Ruang anak Samolo 3 RSUD Sayang Kabupaten Cianjur dilakukan
pengkajian pada pasien anak yang bernama An. S berusia 5 tahun. Klien
berjenis kelamin perempuan. Ibu klien mengatakan keluarga klien
menganut agama islam dan tinggal di Kp. Sadang Kec.Karang tengah
Kab.Cianjur. Klien dibawa ke RSUD Sayang Kabupaten Cianjur pada
tanggal 22 Maret 2019 pukul 11 : 26 WIB. Penulis melakukan
pengkajian identitas klien pada penanggung jawab yakni Ny. S sebagai
ibu dari klien yang berusia 33 tahun, pekerjaannya adalah Ibu Rumah
Tangga dan pendidikan terakhir ibu klien yakni SD.
Pada saat dikaji, ibu klien mengatakan klien demam disertai
lemas, mata tampak cekung, demam dirasakan saat 8 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam terjadi ketika sore hari menjelang malam. Demam
berkurang saat pagi hari, ibu klien juga mengatakan klien langsung di
bawa ke IGD Anak RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. Kemudian klien
harus melakukan rawat inap, An. S dibawa ke Ruang Samolo 3 RSUD
Sayang Kabupaten Cianjur.
Pada riwayat penyakit sebelumya, Ibu klien mengatakan bahwa
sebelumnya An. S pernah masuk rumah sakit mengidap penyakit yang
sama yaitu demam typoid, An. S tidak memiliki riwayat alergi.
Ibu klien mengatakan An. S merupakan anak ke-2 dari dua
bersaudara. Kakak klien berusia 12 tahun. Ibu klien mengatakan selama
masa kehamilan saat mengandung An. S tidak pernah mengalami
pendarahan maupun kelainan saat kehamilan juga sering memeriksakan
kehamilanya ke bidan desa. An. S lahir spontan di bidan desa, ibu klien
mengatakan tidak ada kelainan maupun perdarahan saat persalinan. Ibu

49
klien juga mengatakan klien sudah mengikuti proses imunisasi dasar
lengkap mulai dari BCG, DPT I, DPT II, DPT III, Polio 1, 2, 3, Hepatitis
B 1,2,3, dan campak di posyandu dan bidan setempat.
Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos mentis
dengan GCS 15 (E4V5M6). Nadi klien 99x/menit, respirasi 24x/menit,
suhu tubuh klien 38,6ºC. Hasil pemeriksaan fisik didapat, rambut An. S
berwarna kecoklat, potongan rambut rapi, distribusi merata, tidak
lengket, tidak ada lesi, rambut teraba lembut dan tidak mudah rontok juga
tidak ada nyeri tekan pada kepala. Mata simetris, mata tampak, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik dan pupil isokor. Hidung tampak simetris, tidak ada secret, tidak
ada pembesaran polip, tidak ada kelainan, tidak ada ekimosis dan tidak
terpasang alat bantu pernafasan, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Mukosa
bibir klien tampak kering, lidah tampak kotor, tidak ada karies gigi, tidak
ada gigi berlubang. Telinga tampak simetris, tidak ada serumen, tidak ada
pendarahan, tidak ada kelainan, tidak menggunakan alat bantu dengar,
tidak ada lesi dan nyeri tekan. Kulit : Kulit kering, tidak ada lesi, warna
kulit sawo matang, turgor kulit <2 detik, akral hangat. Pemeriksaan pada
leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP tidak ada kekakuan pada leher,
tidak ada gangguan menelan, tidak ada lesi dan nyeri tekan.
Pengembangan pada dada simetris, tidak ada nyeri tekan, terdapat bunyi
ronchi, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, bunyi nafas
vesikuler, bunyi jantung regular, tidak ada bunyi tambahan mumur dan
tidak ada nyeri tekan. Tidak ada bekas luka/lesi pada abdomen, bising
usus 8x/menit, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan, tidak
kembung, tidak ada masa dan tidak ada acites juga tidak ada kelainan.
Pada bagian genetalia, klien berjenis kelamin laki-laki, skrotum dan testis
lengkap, terdapat anus, tidak ada kelainan pada genetalia, dan tidak ada
kelainan atresiani pada anus. Kulit klien tampak memerah karena demam
dan akral hangat, turgor kulit kembali lebih<2 detik, kuku bersih pendek.
Ekstermitas klien lengkap dengan skala kekuatan otot 5 dari rentang 0-5
pada ekstermitas atas maupun bawah, pada ekstremitas atas kanan
terpasang terapi infuse RL, tidak ada kelainan sindaktili maupun
polidaktili, refleks babinsky dan patella positif. Pola kebiasaan sehari-
hari An. S ibu klien mengatakan anaknya susah makan dan hanya
menghabiskan ¼ porsi saja, asupan minum berkurang, sehingga menjadi
lemas.
Hasil pemeriksaan laboratorium An. S pada tanggal 23 Maret
2019 pukul 08:07 WIB. Hemoglobin 87,0g/dl (N: 12-16), hematokrit
22,0% (N: 37-47), eritrosit 2,77% (N: 4,2-5,4), trombosit 106 ribu/ul (N:
150-450), MCV 79,5 fL (N: 80-94), MCH 25,2 pg (N: 27-31), MCHC
31,7% (N: 33-37), PDW 16,6 fL (N: 9-14), Kemudian dilakukan
pemeriksaan Differential darah, dengan hasil : Limfosit 77,6 % (N : 26-
36), Monosit 3,7 % (N : 4-8), Neutrofil 18,4 % (N : 40-70), Eosinofil
0,2% (N : 1-3), pemeriksaan Absolut Limfosit# 4,13 ribu/ul (N : 1,00-
1,43), Neutrofil 0,98 ribu/ul (N : 1,8-7,6), Eosinofil# 0,01 ribu/ul (N :
0,02-0,50),. Hasil pemeriksaan uji widal Salmonella Typhi –O maupun –
H keduanya negatif.
Dari hasil pengkajian klien tampak takut menggerakan tangan
yang terpasang infuse, dan keluar keringat dingin berdasarkan
pengukuran koesioner di dapatkan skala kecemasan sedang, suka
mengumpet saat didatangi oleh petugas kesehatan.

Analisa data pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 13.00 WIB


ditemukan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit. Data subyektif yang di dapat ibu
An. S mengatakan badan klien panas. Data obyektif yang didapat klien
tampak lemas, akral teraba hangat, kulit tampak memerah, suhu 38,6ºC.
Dignosa keperawatan yang kedua yaitu resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan intake yang adekuat data subyektif yang didapat
adalah ibu klien mengatakan An. S tidak mau minum dan mual. Data
obyektif yang didapat adalah klien tampak lemas, mukosa bibir kering,
turgor kulit kembali < 3 detik. Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu
Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Data objektif yang
didapat adalah klien tampak takut menggerakan tangan yang terpasang
infus, keluar keringat dingin dan gelisah
P II
Pada tanggal 24 Maret 2019 tepatnya pada pukul 09.00 WIB di
Ruang anak Samolo 3 RSUD Sayang Kabupaten Cianjur didapatkan data
pengkajian pada pasien anak yang bernama An. A berusia 6 tahun. Klien
berjenis kelamin laki-laki. ibu klien mengatakan keluarga klien menganut
agama islam dan tinggal di Kp. Nangela, Desa Payusuhan, Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Klien dibawa ke RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur pada tanggal tanggal 23 Maret 2019 pukul 21:52 WIB. Penulis
melakukan pengkajian identitas klien pada penanggung jawab yakni
Ny.S sebagai ibu dari klien.
Pada saat dikaji, Ibu klien mengatakan klien demam disertai mual
muntah dan tidak mau makan, nafsu makan menurun, demam dirasakan
semenjak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. demam terjadi ketika
sore hari menjelang malam. Demam berkurang saat pagi hari, kemudian
klien di bawa ke IGD Anak RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. Ibu klien
mengatakan klien mual muntah kurang lebih 2x satu hari sebelum masuk
rumah sakit.
Pada riwayat penyakit sebelumya, Ibu klien mengatakan bahwa
sebelumnya An.A tidak memiliki riwayat penyakit menular dan tidak
pernah terserang penyakit yang parah. An. A tidak memiliki riwayat
alergi dan riwayat pengobatan. An. A juga baru pertama kali menjalani
rawat inap di Rumah Sakit..
Ibu klien mengatakan An. A merupakan anak ke-2 dari dua
bersaudara. kakak klien berusia 9 tahun. Ibu klien mengatakan selama
masa kehamilan istrinya saat mengandung An.A tidak pernah mengalami
pendarahan maupun kelainan saat kehamilan juga sering memeriksakan
kehamilanya ke bidan desa. An. A lahir spontan di bidan desa dengan
berat lahir 3200 gram dan panjang lahir 50 cm, Ibu klien mengatakan
tidak ada kelainan maupun perdarahan saat persalinan. Ibu klien juga
mengatakan dulu klien sudah mengikuti proses imunisasi dasar lengkap
mulai dari BCG, DPT I, DPT II, DPT III, Polio 1, 2, 3, Hepatitis B 1,2,3,
dan campak di posyandu dan bidan setempat.
Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos mentis
dengan GCS 15 (E4V5M6). Nadi klien 100x/menit, respirasi 24x/menit,
suhu tubuh klien 38,5ºC. Hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian, rambut
An.A berwarna hitam, potongan rambut rapi, distribusi merata, tidak
lengket, tidak ada lesi, rambut teraba lembut dan tidak mudah rontok juga
tidak ada nyeri tekan pada kepala. Mata tampak simetris, tidak
menggunakan alat bantu penglihatann, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik dan pupil isokor. Hidung tampak simetris, tidak ada secret,
tidak ada pembesaran polip, tidak ada kelainan, tidak ada ekimosis dan
tidak terpasang alat bantu pernafasan. Mukosa bibir klien tampak kering,
lidah tampak kotor, tidak ada karies dentis, tidak ada gigi berlubang,
tidak ada pembesaran tonsil, telinga simetris, tidak ada serumen, tidak
ada pendarahan, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan pada leher tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak pembesaran JVP tidak ada kekakuan pada leher, tidak ada
gangguan menelan. Kulit : kulit kering, tidak ada lesi, warna kulit sawo
matang, turgor kulit kembali dalam 2 detik, akral hangat. Pengembangan
pada dada simetris, tidak ada nyeri tekan, terdapat bunyi ronchi, S1>S2
di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, bunyi nafas vesikuler, bunyi
jantung regular, tidak ada bunyi tambahan mumur. Tidak ada bekas luka
pada abdomen, bising usus 8x/menit, tidak ada pembesaran hepar,
adanya nyeri dengan skala nyeri 3 dari rentang 0-10, tidak kembung,
tidak ada masa dan tidak ada acites. Pada bagian genitalia, klien berjenis
kelamin perempuan, tidak ada kelainan pada genitalia dan tidak ada
kelainan atresiani pada anus. Kulit klien tampak memerah karena demam
dan akral hangat, turgor kulit kembali kurang dari 3 detik, kuku agak
sedikit panjang dan kotor. Ekstermitas klien lengkap dengan skala
kekuatan otot 5 dari rentang 0-5 pada ekstermitas atas maupun bawah,
tidak ada kelainan sindaktili maupun polidaktili, refleks babinsky dan
patella positif. Pola kebiasaan sehari-hari An.A pada saat sakit sulit
makan karena mual dan muntah, tidak ada nafsu makan, hanya
menghabiskan ¼ porsi saja.
Hasil pemeriksaan laboratorium An.A pada tanggal 24 Maret
2019; Trombosit 100 ribu/ul (N: 150-450), MCV 72,7 fL (N: 80-94),
MCH 25,4 pg (N: 27-31), PDW 15,5 fL (N: 9-14), Kemudian dilakukan
pemeriksaan Differential darah, dengan hasil : Monosit 9,9 % (N : 4-8),
Eosinofil 0,4% (N : 1-3), pemeriksaan Absolut Limfosit# 2,29 ribu/ul
(N : 1,00-1,43). Hasil pemeriksaan widal Salmonella Typhi –O maupun –
H keduanya negatif.
Dari hasil pengkajian klien tampak selalu memerlukan bantuan
orang tua dalam melakukan aktifitas ringan di tempat tidur dan klien
menolak setiap kali di lakukan tindakan invasi berdasarkan pengukuran
koesioner di dapatkan skala kecemasan sedang, dengan nilai kecemasan
19 (kecemasan sedang).

Analisa data pada tanggal 24 Maret 2019 pukul 09.00 WIB


ditemukan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi. Data subyektif yang di dapat ibu An.
A mengatakan badan klien panas. Data obyektif yang didapat klien
tampak lemas, akral teraba hangat, kulit tampak memerah, suhu 38,2ºC.
Diagnos keperawatan yang kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
akibat mual muntah dan nafsu makan yang menurun. Data subyektif yang
didapat adalah klien mengatakan mual, tidak mau makan, dan Ibu klien
mengatakan klien muntah 5x satuhari sebelum masuk rumah sakit dan
porsi makan hanya habis ¼. Data obyektif yang didapat adalah klien
tampak lemas, muntah, asupan makan hanya ¼ porsi. Dignosa
keperawatan yang ketiga yaitu Ansietas berhubungan dengan dampak
hospitalisasi. Data objektif yang didapat adalah klien tampak selalu
memerlukan bantuan orang tua dalam melakukan aktifitas ringan di
tempat tidur dan klien menolak setiap kali di lakukan tindakan invasi

2. Diagnosa Keperawatan
PI
Dari uraian di atas diperoleh diagnosa keperawatan sesuai
prioritas utama menurut (Nanda,NIC, NOC) pada An.S, yaitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
3. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
P II
Dari uraian di atas diperoleh diagnosa keperawatan sesuai
prioritas utama menurut (Nanda,NIC, NOC) pada An.A, yaitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi

3. Intervensi
PI
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan pengobatan pada demam, ukur tanda-tanda vital
klien, kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik Tujuan
dari intervensi ini adalah suhu normal, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Dengan kriteria hasil suhu dalam rentang normal (36,5ºC-
37,5ºC) dan kulit tidak memerah.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu kekurangan
volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan management pada
cairan, monitor intake cairan dan status hidrasi anjurkan klien untuk
memperbanyak minum dan kolaborasi memberikan cairan infus.
Tujuan dari intervensi ini adalah keseimbangan cairan tubuh adekuat.
Dengan kriteria hasil, tidak ada tanda dehidrasi, kulit elastis,
membran mukosa lembab.
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi akibat, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan penurunan kecemasan, kaji tingkat kecemasan,
Dorong keluarga untuk menemani anak setiap melakukan aktifitas
atau bermain beri terapi bermain lego . Tujuan dari intervensi ini
adalah rasa cemas menurun. Dengan kriteria hasil klien tidak tampak
gelisah, dan tingkat kecemasan menurun
P II
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan pengobatan pada demam, ukur tanda-tanda vital
klien, kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Tujuan
dari intervensi ini adalah suhu normal, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Dengan kriteria hasil suhu dalam rentang normal (36,5ºC-
37,5ºC) dan kulit tidak memerah.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun, penulis membuat rencana asuhan keperawatan
management nutrisi dan monitor nutrisi, kaji adanya alergi terhadap
makanan, anjurkan makan saat keadaan makanan disajikan masih
hangat, anjurkan memberi anak makan sedikit tapi sering. Tujuan dari
intervensi ini adalah intake nutrisi adekuat. Dengan kriteria hasil
nafsu makan meningkat
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi akibat demam thyphoid, penulis
membuat rencana asuhan keperawatan penurunan kecemasan, kaji
tingkat kecemasan, Dorong keluarga untuk menemani anak setiap
melakukan aktifitas atau bermain beri terapi bermain lego . Tujuan
dari intervensi ini adalah rasa cemas menurun. Dengan kriteria hasil
klien tidak terlihat gelisah, dan tingkat kecemasan menurun

4. Implementasi
PI
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Hari pertama Pada tanggal 23 Maret 2019, pukul 13.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari kedua Pada tanggal 24 Maret 2019, pukul 10.50, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari ketiga Pada tanggal 25 Maret 2019, pukul 14.40, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
P II
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Hari pertama Pada tanggal 24 Maret 2019, pukul 09.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari kedua Pada tanggal 25 Maret 2019, pukul 13.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)
Hari ketiga Pada tanggal 26 Maret 2019, pukul 10.30, penulis
melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan yaitu mengkaji
tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk menemani anak
setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan terapi bermain
lego menurut hasil penelitian dari Mariyam, dkk (2015)

5. Evaluasi
PI
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Hari
pertama 23 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang didapatkan
adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara takut melihat
perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre terapi skor
nilai 17 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi, skor nilai 14
(kecemasan sedang). Analisa masalah belum teratasi, planning intervensi
dilanjutkan
Hari kedua 24 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 14 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 10 (kecemasan ringan). Analisa masalah teratasi sebagian ,
planning intervensi dilanjutkan
Hari ketiga 25 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan sudah tidak takut
menggerakan tangannya yang di infus. Data objektif tampak senang
bermain, skala kecemasan pre terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan)
dan setelah post terapi terapi skor nilai 6 (kecemasan ringan). Analisa
masalah teratasi, planning intervensi dihentikan.
P II
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi. Hari
pertama 24 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang didapatkan
adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara takut melihat
perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre terapi skor
nilai 19 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi terapi skor nilai 17
(kecemasan sedang). Analisa masalah belum teratasi, planning intervensi
dilanjutkan
Hari kedua 25 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 16 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 10 (kecemasan ringan). Analisa masalah belum teratasi,
planning intervensi dilanjutkan
Hari ketiga 25 Maret 2019, evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 5 (kecemasan ringan). Analisa masalah teratasi, planning
intervensi dihentikan

6. Aplikasi dari tindakan utama


Aplikasi tindakan terapi bermain Lego dilakukan selama 20 menit.
Hasil dari kasus I anak dengan typoid dilakukan tindakan terapi bermain
lego didapatkan hasil hari pertama tanggal: 23 Maret 2019 masih
mengalami cemas dengan skala kecemasan pre terapi skor nilai 17
(kecemasan sedang) dan setelah post terapi skor nilai 14 (kecemasan
sedang). Hari kedua tanggal : 24 Maret 2019 hasilnya anak sudah bisa di
ajak bermain, tidak takut melihat perawat, skala kecemasan pre terapi
skor nilai 14 (kecemasan sedang) dan setelah post terapi skor nilai 10
(kecemasan ringan). Pada hari ketiga tanggal : 25 Maret 2019 anaknya
sudah bisa diajak komunikasi, tidak rewel, selalu ingin bermain plastisin,
anak tampak tenang dan rileks, bisa diajak bermain, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan) dan setelah post terapi skor nilai
6 (kecemasan ringan).

Hasil dari kasus II anak dengan typoid dilakukan tindakan terapi


bermain lego didapatkan hasil hari pertama Tanggal : 24 Maret 2019,
anak tidak mau bicara dan takut melihat perawat, tampak gelisah, rewel,
skala kecemasan pre terapi skor nilai 19 (kecemasan sedang) dan setelah
post terapi skor nilai 16 (kecemasan sedang). Pada hari kedua Tanggal :
25 Maret 2019, anak ingin cepat pulang, anak mau diajak bermain,
lemas, skala kecemasan pre terapi skor nilai 16 (kecemasan sedang) dan
setelah post terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan). Pada hari ketiga
tanggal : 18 26 Maret 2019, anak tidak takut melihat perawat, Anak
tampak tenang dan rileks, skala kecemasan pre terapi skor nilai 10
(kecemasan ringan) dan setelah post terapi skor nilai 5 (kecemasan
ringan).
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Menurut Sodikin, 2011: 243 pengkajian keperawatan pada demam
tifoid adalah keluhan utama berupa panas badan, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang bersemangat, nyeri perut
serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi). Suhu
tubuh, pada kasus yang khas, dengan demam berlangsung selama 3
minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama
seminggu pertama, suhu tubuh berangsur- angsur naik setiap harinya,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu kedua, pasien trus dalam keadaan demam.
Dari pengkajian didapatkan hasil pada P I An. S klien demam sejak
8 hari sebelum masuk rumah sakit, demam disertai lemas dan mata tampak
cekung, saat dikaji suhu 38,50C. Pada P II An. A klien demam sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. demam disertai mual muntah dan
tidak mau makan, nafsu makan menurun.
Kesenjangan antara pengkajian P I dan P II dengan teori adalah
yang pertama pada riwayat penyakit sekarang, jika dalam pengkajian
riwayat penyakit sekarang itu adanya manifestasi demam pada P I dengan
suhu tubuh 38,6ºC selama 8 hari, sedangkan pada P II terjadi demam
dengan suhu 38,5ºC selama 1 minggu. Kemudian pada PI anak tidak
mengalami mual dan muntah sedangkan pada P II anak mengaalami mual
dan muntah. Serta pada P I anak tidak mengalami nafsu makan menurun
dan mual, sedangkan pada P II anak mengalami nafsu makan berkurang
dan mual muntah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul menurut Nurarif & Kusuma (2015 :
180) ada 7 yaitu : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, konstipasi
berhubungan dengan penurunan peristaltik usus, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, ansietas
berhubungan dengan dampak hospitalisasi, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum.

Pada kasus pertama diagnosa yang muncul ada 3 yaitu : hipertermi


berhubungan dengan proses penyakit, kekurangan volume cairan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, ansietas berhubungan
dengan dampak hospitalisasi. Pada kasus kedua diagnosa yang muncul ada
3 yaitu : hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, ansietas berhubungan dengan dampak
hospitalisasi. Adanya kesesuaian beberapa diagnosa keperawatan P I dan P
II muncul 3 diagnosa sedangkan pada teori terdapat 7 diagnosa
keperawatan.

Perbedaan diagnosa pada P I dan P II. P I diagnosa yang muncul


yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat karna pada saat dikaji mukosa bibir kering, CRT >2 detik dan
anak mengatakan lemas, pada P II diagnosa yang muncul yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat karna pada saat dikaji anak tampak lemas, tidak
mau makan, dan nafsu makan menurun

3. Intervensi Keperawatan
Tidak ada kesenjangan dalam intervensi keperawatan karena kasus
I dan kasus II sesuai dengan teori menurut (Nanda, 2015, p.153).
Pada kasus I, menurut teori intervensi yang dilakukan pada kasus 1
diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan pengobatan pada demam,
ukur tanda-tanda vital klien, kolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotic. Diagnosa kedua yaitu kekurangan volume cairan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan management pada cairan, monitor intake cairan dan status
hidrasi anjurkan klien untuk memperbanyak minum dan kolaborasi
memberikan cairan infus. Diagnosa ketiga yaitu Ansietas berhubungan
dengan hospitalisasi, penulis membuat rencana asuhan keperawatan
penurunan kecemasan, kaji tingkat kecemasan, Dorong keluarga untuk
menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain beri terapi
bermain lego
Pada kasus II dan pada kasus I, menurut teori intervensi yang
dilakukan pada kasus 1 diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit, penulis membuat rencana asuhan keperawatan
pengobatan pada demam, ukur tanda-tanda vital klien, kolaborasi
pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Diagnosa kedua yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun, penulis membuat rencana asuhan keperawatan management
nutrisi dan monitor nutrisi, kaji adanya alergi terhadap makanan, anjurkan
makan saat keadaan makanan disajikan masih hangat, anjurkan memberi
anak makan sedikit tapi sering. Diagnosa ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan penurunan kecemasan, kaji tingkat kecemasan, Dorong
keluarga untuk menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain
beri terapi bermain lego.
4. Implementasi Keperawatan
Fase implementasi dimulai ketika perawat menempatkan intervensi
tertentu ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik mengenai
efeknya. Umpan balik muncul kembali kedalam bentuk observasi dan
kemunikasi serta memberi dasar data untuk mengevaluasi hasil intervensi
keperawatan. (Donna dkk. 2009).
Pada P 1 implementasi pada diagnosa pertama yaitu, mengukur
tanda-tanda vital klien, berkolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotik paracetamol 3 x 1 peroral, pemberian obat gentamicine 2 x 24
mg via bolus dan obat cefotaxime 2 x 600 mg via bolus. Pada diagnosa
kedua yaitu, memonitor intake cairan dan status hidrasi menganjurkan An.
S untuk memperbanyak minum dan berkolaborasi memberikan cairan
infus RL 500 cc pada vena An. S sebanyak 20 tpm. Pada diagnosa ketiga
yaitu, mengkaji tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk
menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan
terapi bermain lego Implementasi P II diagnosa pertama yaitu, mengukur
tanda-tanda vital klien, berkolaborasi pemberian obat antipiretik dan
antibiotik paracetamol 3 x 1 peroral, pemberian obat gentamicine 2x
24 mg via bolus dan obat cefotaxime 2 x 600 mg via bolus. Pada diagnosa
kedua yaitu, mengkaji adanya alergi terhadap makanan, menganjurkan
makan saat keadaan makanan disajikan masih hangat, menganjurkan
memberi anak makan sedikit tapi sering. Pada diagnosa ketiga yaitu,
mengkaji tingkat kecemasan, menjelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan pada anak kepada orang tua, mendorong keluarga untuk
menemani anak setiap melakukan aktifitas atau bermain dan memberikan
terapi bermain lego. Adanya kesesuaian beberapa implementasi
keperawatan P I dan P II dengan teori (Donna dkk. 2009).

5. Evaluasi
Menurut (Wong, 2009) bahwa dalam evaluasi keperawatan itu
menggunakan format SOAP yaitu, S (Subjective) adalah inormasi yang
berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diperbaiki. O
(Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan. A (Analisa) adalah membandingkan antara inormasi subjektif
dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah
teratasi sebagian, atau muncul masalah baru. P (Planning) adalah rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik
itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai
(tujuan tercapai). Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperawatan
karena kasus I dan kasus II sesuai dengan teori. Evaluasi keperawatan pada
kasus I dan kasus II juga menggunakan SOAP yaitu :
PI
Diagnosa 1 Hari ketiga evaluasi pada diagnosa pertama yang
didapatkan adalah data subyektifnya ibu An.S mengatakan keadaan An.S
baik sudah tidak demam lagi. Data obyektifnya hasil tanda-tanda vital An.
S nadi 92 x/menit, respirasi 24x/menit, dan suhu 37,3ºC. Diagnosa 2 Hari
ketiga evaluasi pada diagnosa kedua yang didapatkan adalah Data
obyektifnya mukosa bibir tampak lembab, konjungtiva tidak anemis,.
Analisa masalah teratasi, planning intervensi dihentikan. Diagnosa 3 Hari
ketiga evaluasi pada diagnosa ketiga yang didapatkan adalah. Data
subjekif klien mengatakan tidak mau bicara takut melihat perawat. Data
objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre terapi skor nilai 10
(kecemasan ringan) dan setelah post terapi terapi skor nilai 6 (kecemasan
ringan). Analisa masalah teratasi, planning intervensi dihentikan
P II

Diagnosa 1 Hari ketiga Evaluasi pada diagnosa pertama yang


didapatkan adalah data subyektifnya ibu An. A mengatakan keadaan An.
A baik. Data obyektifnya hasil tanda-tanda vital An.A nadi 95 x/menit,
respirasi 24x/menit, dan suhu 37,4ºC Diagnosa 2 Hari ketiga Evaluasi
pada diagnosa kedua yang didapatkan adalah data subyektifnya An. A
mengatakan sudah mau makan. Data obyektifnya makanan yang
disediakan habis,. Analisa masalah teratasi, dengan planning intervensi
dihentikan Diagnosa 3 Hari ketiga Evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah. Data subjekif klien mengatakan tidak mau bicara
takut melihat perawat. Data objektif tampak gelisah, skala kecemasan pre
terapi skor nilai 10 (kecemasan ringan) dan setelah post terapi terapi
skor nilai 6 (kecemasan ringan).. Analisa masalah teratasi, planning
intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai