1 PB PDF
1 PB PDF
1, Maret 2017: 22 - 32
ABSTRAK
Ancaman terorisme yang marak berkembang, terutama pasca tragedi 9/11, membayangi stabilitas keamanan di
Asia Tenggara. Terdapat gerakan-gerakan separatis di beberapa negara anggota ASEAN yang dikhawatirkan
gerakan-gerakan ini melakukan tindakan radikal yang mampu menggoyahkan stabilitas keamanan regional.
Masing-masing negara ASEAN telah berupaya untuk mengatasi gerakan tersebut. Sayangnya, terorisme
merupakan kejahatan transnasional yang penanganannya sulit dilakukan oleh satu negara saja sehingga
membutuhkan kerjasama regional dalam rangka membangun keamanan regional di kawasan Asia Tenggara.
Tujuan artikel ini adalah untuk menelaah upaya-upaya membangun keamanan regional di bawah ASEAN
dalam rangka menanggulangi ancaman terorisme di kawasan Asia Tenggara. Manfaat tulisan ini diarahkan bagi
pengembangan kajian keamanan regional dalam Studi Hubungan Internasional dengan lokus Asia Tenggara.
Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek kaji adalah regulasi ASEAN mengenai penanganan
terorisme sebagai tatanan rezim regional keamanan di ASEAN. Teknik pengumpulan data wawancara untuk
mendapatkan data primer yang menguatkan studi literatur untuk memperoleh data dalam mengkaji dokumen-
dokumen regulasi keamanan di ASEAN. Proposisi artikel ini adalah ASEAN sebagai sebuah asosiasi kerjasama
regional memliki peran signifikan dalam harmonisasi upaya kontra terorisme di kawasan Asia Tenggara.
Penelitian ini menemukan bahwa ASEAN memiliki seperangkat kebijakan kontra terorisme yang telah
diratifikasi dalam jangka waktu berbeda oleh para anggotanya sebagai bentuk harmonisasi kebijakan regional.
Namun, dalam level strategis, negara-negara ASEAN memiliki otoritas sendiri untuk mengatasi isu terorisme
dengan kemungkinan untuk menjalin sebuah kejasama dengan negara yang bukan anggota ASEAN. Sebagai
tambahan, Amerika Serikat juga memiliki peran signifikan dalam membantu upaya kontraterorisme bagi negara-
negara anggota ASEAN.
ABSTRACT
The terrorism attack in the 9/11 tragedy has been overshadowing the security and stability in Southeast Asia.
There are separatist movements in some ASEAN countries which potentially transformed into radical-violence
group that could destabilize security and stability in the region. Each ASEAN countries have an obligation to
overcome the movement. Unfortunately, terrorism is considered as a transnational crime that requires regional
cooperation in order to establish regional security in Southeast Asia. The objective of this article is to examine
efforts to build regional security under the ASEAN and the purpose of to analyze the harmonization of counter
terrorism cooperation between ASEAN members in order to tackle the threat of terrorism in Southeast Asia.
Based on primary and secondary data by using qualitative method the research found that ASEAN has a set
of counter terrorism policies that had been ratified several times as a form of regional policies harmonization.
However in terms of strategic-operational level, the ASEAN’s member states has the authority to tackle terrorism
issue on their own with the possibility to establish a cooperation with a non ASEAN member state. In addition,
the US also has a significant role in assisting counter terrorism effort for ASEAN’s states members.
tahun 2002, penindakan tindak kriminal Tenggara untuk menjalin kerjasama. Deklarasi
terorisme masih mengandalkan seluruh ini memungkinkan AS untuk membantu negara-
security apparatus yang dimiliki oleh negara anggota ASEAN sangatlah besar tetapi
negara mulai dari Badan Intelijen, BNPT, apakah kenyataannya akan semudah itu?
TNI, Polisi dan Jaksa meskipun sifatnya Sebagai negara yang sedang siaga
masih reaktif. Tetapi keunikan upaya kontra akibat peristiwa 9/11, perluasan agenda AS
terorisme di Indonesia adalah dibentuknya dalam Global War on Terror khususnya di
militarized police dengan bantuan AS seperti Asia Tenggara memiliki beberapa tantangan.
yang terlihat pada logistik dan kapabilitas Persepsi masyarakat di Asia Tenggara yang
Densus 88. mayoritas anti barat terutama akibat serangan
Sementara di Thailand dan Filipina, upaya unilateralnya terhadap Afghanistan dan Irak
kontra terorisme masih sangat mengandalkan akan menimbulkan opini public negative tidak
peran intelijen dan Militer terutama angkatan hanya AS tetapi juga negara anggota ASEAN
darat dan laut. Hal ini dilakukan karena tersebut. Padahal AS sangat berkepentingan
kelompok-kelompok teroris yang beroperasi dalam Global War on Terror di Asia Tenggara
di kedua negara tersebut merupakan kategori yang disebut-sebut sebagai front kedua Al-
pemberontak atau kelompok separatis bersenjata Qaeda. Selain itu, perang melawan terorisme
yang mengancam kedaulatan nasional mereka membutuhkan informasi intelijen yang sangat
sehinggaperlupendekatanmiliteristik.Sementara kuat. Hal ini sangat sulit dilakukan karena
bagi beberapa negara anggota ASEAN lainnya berbeda dengan AS, mayoritas agen-agen
seperti Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja intelijen negara-negara anggota ASEAN di
dan Myanmar upaya kontra terorisme masih gunakan untuk melanggengkan kekuasaan
menggunakan pendekatan hukum dan kriminal pemimpinnya. Artinya kemampuan intelijen
serta pembekuan asset tersangka terorisme negara-negara anggota ASEAN belum
tanpa sama sekali melibatkan kekuatan militer. sampai pada standar yang dibutuhkan oleh
Perbedaan operasi dan strategi kontra terorisme AS untuk penanggulangan terorisme di Asia
bergantung juga dari tingkat kerawanan dan Tenggara.2 Oleh karena itu, untuk strategi dan
pengalaman negara-negara tersebut dengan operasionalisasi kontra terorisme di ASEAN
aksi terorisme. Oleh karena itu, berbeda tampaknya peran AS masih hanya terbatas pada
dengan tataran kebijakan, harmonisasi kontra pemberian pelatihan dan kebutuhan finansial
terorisme negara-negara anggota ASEAN serta logistic persenjataan canggihnya terutama
tidak terimplementasi pada tataran operasional kepada polisi negara-negara anggota ASEAN.
dan strategi karena otoritas untuk penanganan
terorisme dikembalikan lagi kepada masing- Strategi dan Operasionalisasi Kontra
masing negara anggota sebagai eksekutor Terorisme oleh ASEAN
kebijakan. Dalam kelanjutan ASEAN Join Decla-
Bagi ASEAN sendiri, ASEAN sama sekali ration on Counter Terrorism, ASEAN telah
tidak keberatan dengan kehadiran AS untuk membuat laporan mengenai ASEAN Effort to
membantu negara-negara anggotanya dalam Counter Terrorism yang dipresentasikan di
kontra terorisme di wilayahnya. Hal ini dapat depan UN - Counter-Terrorism Committee.
terlihat dari kontribusi AS sejak tahun 2001 hingga Dalam dokumen tersebut, ASEAN secara
sekarang dalam penanganan terorisme di negara- kolektif mempersepsikan kejahatan terorisme
negara anggota ASEAN terutama Indonesia, sebagai kejahatan luar biasa yang akan
Filipina, dan Thailand terutama dari segi finansial, menghambat pencapaian ASEAN Vision
logistik, strategi dan operasional. Bahkan dalam 2020. Perlu diingat kembali bahwa dampak
ASEAN Declaration on Joint Action to Counter 9/11 terhadap ASEAN adalah peningkatan
Terrorism yang disetujui oleh seluruh anggota persepsi ancaman ASEAN terhadap terorisme
ASEAN pada tahun 2001 disebutkan bahwa yang mengeksklusifkan terorism dari kejahatan
“Underlining the importance of strengthening transnational organized crime. Untuk me-
regional and international cooperation in nanggulangi permasalahan terorisme di
meeting the challenges confronting us”. Ini 2
David Wright-Neville. US Counter-terrorism in Southeast Asia:
artinya, terdapat peluang bagi aktor negara di luar Problems on the Horizon. Dalam Vicziany, M, Wright-Neville, D,
Lentini, P. (2004). Regional Security in the Asia Pasific: 9/11 and
kawasan yang hirau akan keamanan regional Asia After. Massachusetts: Edward Elgar Publishing, Inc. hal: 51-55.
Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 27
Asia Tenggara, maka beberapa langkah perlu Crime (ISM CT – TC) yang disetujui di Sabah
dilakukan oleh ASEAN termasuk kerjasama pada tahun 2003. Melalui konsensus ini, AS
dengan negara di luar ASEAN termasuk PBB. menyediakan dukungan teknis bagi beberapa
Strategi dan operasionalisasi kontra negara ASEAN untuk melakukan pelatihan
terorisme di ASEAN sebetulnya sudah dilak- bersama seperti pasca ledakan, investigasi
sanakan di masing-masing negara. Setidaknya forensik, pelatihan pasukan respon cepat,
terdapat dua strategi kontra terorisme utama yang keamanan perbatasan, pengembangan software,
dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN dan cyberterrorism. Selain itu, pelatihan
dan hal ini merupakan kesepakatan bersama pengamanan penerbangan dan lokakarya
sebagai follow up dari ASEAN Declaration on kesiapan menghadapi senjata kimia, biologi
Joint Action to Counter Terrorism: dan nuklir oleh kelompok teroris pun
dilakukan antara AS dengan Singapura serta
a. Kerjasama Intelijen melalui ASEAN Australia.
Chiefs of Police (ASEANOPOL) Oleh karena itu, apa yang saat ini terjadi
Strategi dan operasi ASEANAPOL khu- di Asia Tenggara sejak tahun 2001 sampai
susnya di bidang terrorisme mencakup beberapa dengan sekarang dapat dikatakan selaras
hal, yakni; pertukaran informasi yang berkaitan dengan kepentingan AS dalam konteks Global
dengan tersangka terrorisme dan organisasi War on Terror. ASEAN menyediakan landasan
terkait terrorisme, berbagi informasi dan fasi- kebijakannya tetapi dalam konteks operasional
litas akses diantara Negara anggota dalam dan strategi kontraterorisme, semuanya diserah-
menginterview tersangka teroris, menyediakan kan kepada masing-masing negara anggota
bantuan kepada Negara anggotta termasuk ASEAN itu sendiri apakah dengan atau
pelacakan, pembekuan, dan penyitaan assets tanpa bantuan AS. Konsistensi ASEAN untuk
yang terkait dengan teroris atau organisasi yang tidak melakukan kontra terorisme di tataran
terkait teroris dan mempromsikan kerjasama operasional-strategi didasari atas landasan
yang erat antara entitas penegak hukum dan tujuan ASEAN Charter itu sendiri yaitu fokus
institusi keuangan3. Serta menjalin kerjasama pada confidence building measure, pendekatan
dengan entitas yang terkait semisal Interpol damai terhadap segala ancaman dan sengketa
serta pembentukan pasukan anti terorisme tanpa perlu mendeklarasikan diri sebagai pakta
di masing-masing negara anggota ASEAN.4 pertahanan seperti NATO apalagi membentuk
Namun demikian, ASEANOPOL ini ternyata pasukan khusus ASEAN. Jika hal itu dilakukan
bukan bagian dari struktur organisasi ASEAN. tentu akan mengubah konstelasi perimbangan
Penggunaan nama ASEAN di sini adalah untuk kekuatan di kawasan Asia, apalagi ancaman
menunjukkan cakupan kawasan yang men- yang muncul adalah ancaman terorisme yang
jadi ruang lingkup pekerjaan ASEANOPOL. bersifat abstrak. Dengan demikian, keamanan
ASEANOPOL ini hirau dengan keamanan regional di Asia Tenggara tampaknya sedikit
regional di kawasan Asia Tenggara yang juga banyak masih bergantung dari peran AS
merupakan joint partnership dengan Pemerintah khususnya dalam upaya kontra terorisme.
AS. Tidak hanya dalam urusan terorisme namun
juga dalam urusan trans national organized Harmonisasi ASEAN dalam upaya kontra
crime (yang sebelumnya merupakan bagian dari terorisme di Asia Tenggara dalam konteks
kejahatan terorisme). Selain itu, operasionalisasi ASEAN Political and Security Community
kontra terorisme oleh ASEANOPOL ini juga Sebagai organisasi kerjasama tingkat
meliputi pembekuan asset dan perjanjian regional, pada prinsipnya ruang lingkup kerja-
ekstradisi teroris. sama ASEAN tidak tergantung pada dina-
mika internal di kawasan Asia Tenggara saja.
b. Pelatihan bersama kontra terorisme di Sebelum peristiwa 9/11 ASEAN memiliki
ASEAN persepsi sendiri terhadap ancaman terorisme.
Pernah dilaksanakan sebagai tindak Signifikansi ancaman terorisme saat itu masih
lanjut dari The ARF Inter-Sessional Meeting sebatas pada lingkup kejahatan lintas batas
on Counter Terrorism and Transnational negara sama seperti kejahatan narkoba dan
3
http://www.policylaundering.org/keyplayers/ASEAN-aseanapol.html Human Trafficking. Hal ini terlihat jelas pada
4
http://www.interpol.int/News-and-media/News-media-releases/2011/ kesepakatan Second Informal Summit tahun
PR047
28 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari
di kawasan Asia Tenggara, maka dapat yang berlaku di wilayah Asia Tenggara
dikatakan bahwa ASEAN Political-Security mengenai kontra terorisme adalah bebas dari
Community merupakan payung kerjasama kepentingan-kepentingan di luar kawasan serta
utama negara-negara anggota ASEAN dalam konsisten dengan prinsip-prinsip dasar ASEAN
kontra terorisme. Dengan cita-citanya untuk Charter.
tidak membentuk pakta pertahanan dan
lebih mengedepankan capacity building, b. Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional
ASEAN Political and Security Community Forum/ARF)
seharusnya dapat berperan lebih dalam ASEAN Regional Forum (ARF) dipra-
isu-isu kritis di kawasan seperti terorisme karsai oleh ASEAN pada tahun 1994, sebagai
terutama pasca 9/11. Melalui skema tersebut forum untuk saling tukar pandangan dan
setidaknya terdapat empat implementasi informasi bagi negara-negara Asia-Pasifik
Rencana Aksi Komunitas Politik Keamanan mengenai masalah-masalah politik dan keaman-
ASEAN yang harus menjadi prioritas utama an, baik regional maupun internasional. Sasaran
dalam upaya harmonisasi kontra terorisme di yang hendak dicapai melalui ARF adalah
wilayah Asia Tenggara: mendorong saling percaya (confidence building
measures) melalui transparansi dan mencegah
a. Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan kemungkinan timbulnya ketegangan maupun
Terorisme (ASEAN Convention on Counter konflik di kawasan Asia Pasifik.
Terrorism/ACCT) Dalam forum kerjasama ARF ini, ASEAN
ACCT ditandatangani pada KTT ke- yang terdiri dari berbagai macam negara-negara
12 ASEAN di Cebu, Filipina, Januari 2007. di kawasan Asia Tenggara bersatu dalam satu
Konvensi ini memberikan dasar hukum yang institusi dalam forum dialog keamanan di
kuat guna peningkatan kerjasama ASEAN luar PBB, yang dihadiri kekuatan besar dunia
di bidang pemberantasan terorisme. Selain antara lain: Amerika Serikat, China, Rusia, Uni
memiliki karakter regional, ACCT bersifat Eropa dan Jepang. Forum ini tidak ditujukan
komprehensif (meliputi aspek pencegahan, untuk menyesuaikan dengan kepentingan dan
penindakan, dan program rehabilitasi) sehingga selera aktor lain di luar kawasan mengenai
memiliki nilai tambah bila dibandingkan dengan bagaimana upaya kontra terorisme seharusnya
konvensi sejenis. diimplementasi tetapi lebih kepada menunjukkan
Harmonisasi kerjasama pada ACCT ini ASEAN sebagai satu kesatuan menjalin
terlihat dari kekompakan negara-negara ang- hubungan dengan lingkungan eksternal untuk
gota ASEAN dalam menyetujui netralitas menumbuhkan rasa saling percaya dan dialog
pengdefinisian terorisme sebagai musuh ber- serta berkonsultasi dalam isu-isu keamanan
sama dan juga upaya kontra terorisme dengan termasuk terorisme.
tetap menyesuaikan pada prinsip penegakkan Harmonisasi negara-negara anggota
HAM, Hukum Internasional dan resolusi ASEAN dalam upaya kontra terorisme ter-
PBB serta tanpa melabeli komunitas tertentu lihat dari kesepakatan-kesepakatan yang
sebagai kelompok teroris. Penyesuaian Hukum difa-silitasi melalui forum ARF Statement
Internasional dan resolusi PBB pun bukan on Measures Against Terroris Financing di
berarti ASEAN mengabaikan prinsip-prinsip Brunei Darussalam tahun 2002. Dalam forum
yang tercantum dalam ASEAN Charter seperti tersebut, disebutkan bahwa seluruh anggota
non intervensi dan penghormatan kepada ASEAN berkomitmen untuk bekerjasama
kedaulatan territorial negara-negara anggotanya. melawan terorisme dengan tetap berkoordinasi
Wilayah kerjasama yang disetujui dalam ACCT dengan beberapa organisasi internasional
ini terfokus pada peningkatan kerjasama pre- lainnya seperti PBB, International Finansial
ventif seperti pertukaran informasi, pening- Institutions (IFIs), The Finansial Action Task
katan pengawasan perbatasan (border control), Force Money Laundering (FATF) dan Finansial
pembekuan asset tersangka teroris, perjanjian Stability Forum (FSF). Harmonisasi ini terlihat
ekstradisi dan program rehabilitasi serta dari bagaimana negara-negara anggota ASEAN
diutamakan di dalam wilayah yuridiksinya menyesuaikan upaya kontra terorisme dengan
masing-masing. Artinya dalam merumuskan terfokus pada pembekuan asset kelompok teroris
ACCT, ASEAN berupaya agar segala kebijakan terlebih dahulu. Selain itu, untuk mengontrol
30 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari
kebijakan ini, ARF bertemu setahun sekali untuk senjata-senjata api illegal. Namun demikian,
mengevaluasi perkembangan langkah-langkah patut diketahui bahwa terorisme menjadi
kontra terorisme ke depan. kejahatan sendiri yang harus mendapat
perhatian khusus dari negara-negara anggota
c. Kerjasama di Bidang Pemberantasan ASEAN adalah pada tahun 2001 ASEAN
Kejahatan Lintas Negara Declaration on Counter Terrorism. Pemisahan
Kerjasama ASEAN dalam rangka mem- ancaman terorisme menjadi kejahatan khusus
berantas kejahatan lintas negara (transnational terlepas dari kejahatan trans national crime ini
crime) pertama kali diangkat pada pertemuan pun merupakan konsensus dari negara-negara
para Menteri Dalam Negeri ASEAN di Manila anggota ASEAN karena wilayah Asia Tenggara
tahun 1997 yang mengeluarkan ASEAN yang terdiri dari bermacam-macam agama dan
Declaration on Transnational Crimes. Dalam etnis sangat rentan dengan ancaman terorisme.
deklarasi kerjasama tersebut disepakati beberapa
perjanjian yang telah dihasilkan ASEAN terkait d. Kawasan Bebas Senjata Nuklir Di Asia
dengan pemberantasan kejahatan lintas negara Tenggara (South-East Asia Nuclear
yaitu: Weapon Free Zone/SEANWFZ)
a) ASEAN Plan of Action to Combat Trans- South-East Asia Nuclear Weapon Free
national Crimes yang mencakup kerjasama Zone (SEANWFZ) Treaty ditandatangani di
pemberantasan terorisme, perdagangan obat Bangkok pada tanggal 15 Desember 1995 dan
terlarang, pencucian uang, penyelundupan telah diratifikasi oleh seluruh negara ASEAN.
dan perdagangan senjata ringan dan manusia, Traktat ini mulai berlaku pada tanggal 27 Maret
bajak laut, kejahatan internet dan kejahatan 1997. Pembentukan SEANWFZ menunjukkan
ekonomi internasional; upaya negara-negara di Asia Tenggara untuk
b) Treaty on Mutual Legal Assistance in meningkatkan perdamaian dan stabilitas
Criminal Matters (MLAT) ditandatangani kawasan baik regional maupun global, dan
tahun 2006; dalam rangka turut serta mendukung upaya
c) Agreement of Information Exchange and tercapainya suatu pelucutan dan pelarangan
Establishment of Communication Procedures senjata nuklir secara umum dan menyeluruh.
ditandatangani tahun 2002, merupakan Traktat SEANWFZ ini disertai protokol
perjanjian di tingkat sub regional guna yang merupakan suatu legal instrument
penanganan kejahatan lintas batas melalui mengenai komitmen negara ASEAN dalam
pertukaran informasi; upayanya memperoleh jaminan dari negara
d) ASEAN Declaration on Joint Action to yang memiliki senjata nuklir (Nuclear Weapon
Counter Terrorism ditandatangani tahun State/NWS) bahwa mereka akan menghormati
2001 dalam penanganan terorisme; dan Traktat SEANFWZ dan tidak akan menyerang
e) ASEAN Convention on Counter Terrorism negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Saat
(ACCT) ditandatangani tahun 2007 sebagai ini, negara-negara ASEAN dan NWS masih
instrumenhukumdalampenangananterorisme. mengupayakan finalisasi formulasi beberapa
Konvensi ini telah diratifikasi oleh dua negara masalah yang diatur dalam Protokol dimaksud.
yaitu Thailand dan Singapura, sementara Penandatanganan Traktat SEANWFZ merupa-
Indonesia dalam proses untuk meratifikasi kan tonggak sejarah yang sangat penting bagi
Konvensi tersebut. Telah dilaksanakan dua ASEAN dalam upaya mewujudkan kawasan
Working Group untuk membahas ASEAN Asia Tenggara yang aman dan stabil, serta bagi
Comprehensive Plan of Action on Counter usaha mewujudkan perdamaian dunia.
Terrorism guna pengimplementasian ACCT. Rencana aksi tersebut menetapkan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
Harmonisasi negara-negara anggota Negara Pihak dalam jangka waktu 2007-
ASEAN terkait upaya kontra terorisme di 2012 sebagai berikut: (1) Compliance with
wilayah Asia Tenggara terlihat dari kesadaran the Undertakings in the SEANWFZ Treaty,
kolektif akan bahaya terorisme sebagai salah satu (2) Accession by Nuclear Weapons States, (3)
kejahatan yang diakibatkan oleh permasalahan Cooperation with the IAEA; (4) Institutional
trans national crime seperti Human Trafficking, Arrangements.
peredaran obat-obatan terlarang dan peredaran
Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 31
Rebecca Devitt on September 1, 2011, Liberal Sukma, Rizal. (2003). Keamaan Internasional
Institutionalism: An Alternative IR Pasca 11 September: Terorisme, Hege-
Theory or Just Maintaining the Status moni AS, dan Implikasi Regional
Quo?, http://www.e-ir.info/?p=13482 , dalam proceeding Seminar Pem-
diakses pada tanggal 5 Desember 2011 bangunan Hukum Nasional VIII oleh
Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia RI. Denpasar, 14-18 Juli 2003..