Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 Vol. 2, No.

1, Maret 2017: 22 - 32

MEMBANGUN KEAMANAN REGIONAL DI ASEAN DALAM MENANGGULANGI


ANCAMAN TERORISME

Arfin Sudirman, dan Deasy Silvya Sari

Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran


E-mail: arfinsudirman@gmail.com

ABSTRAK
Ancaman terorisme yang marak berkembang, terutama pasca tragedi 9/11, membayangi stabilitas keamanan di
Asia Tenggara. Terdapat gerakan-gerakan separatis di beberapa negara anggota ASEAN yang dikhawatirkan
gerakan-gerakan ini melakukan tindakan radikal yang mampu menggoyahkan stabilitas keamanan regional.
Masing-masing negara ASEAN telah berupaya untuk mengatasi gerakan tersebut. Sayangnya, terorisme
merupakan kejahatan transnasional yang penanganannya sulit dilakukan oleh satu negara saja sehingga
membutuhkan kerjasama regional dalam rangka membangun keamanan regional di kawasan Asia Tenggara.
Tujuan artikel ini adalah untuk menelaah upaya-upaya membangun keamanan regional di bawah ASEAN
dalam rangka menanggulangi ancaman terorisme di kawasan Asia Tenggara. Manfaat tulisan ini diarahkan bagi
pengembangan kajian keamanan regional dalam Studi Hubungan Internasional dengan lokus Asia Tenggara.
Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek kaji adalah regulasi ASEAN mengenai penanganan
terorisme sebagai tatanan rezim regional keamanan di ASEAN. Teknik pengumpulan data wawancara untuk
mendapatkan data primer yang menguatkan studi literatur untuk memperoleh data dalam mengkaji dokumen-
dokumen regulasi keamanan di ASEAN. Proposisi artikel ini adalah ASEAN sebagai sebuah asosiasi kerjasama
regional memliki peran signifikan dalam harmonisasi upaya kontra terorisme di kawasan Asia Tenggara.
Penelitian ini menemukan bahwa ASEAN memiliki seperangkat kebijakan kontra terorisme yang telah
diratifikasi dalam jangka waktu berbeda oleh para anggotanya sebagai bentuk harmonisasi kebijakan regional.
Namun, dalam level strategis, negara-negara ASEAN memiliki otoritas sendiri untuk mengatasi isu terorisme
dengan kemungkinan untuk menjalin sebuah kejasama dengan negara yang bukan anggota ASEAN. Sebagai
tambahan, Amerika Serikat juga memiliki peran signifikan dalam membantu upaya kontraterorisme bagi negara-
negara anggota ASEAN.

Kata Kunci: ASEAN, Kontraterorisme, Kerjasama Keamanan Regional, Harmonisasi

BUILDING REGIONAL SECURITY IN ASEAN


IN COUNTER TERRORISM EFFORT

ABSTRACT
The terrorism attack in the 9/11 tragedy has been overshadowing the security and stability in Southeast Asia.
There are separatist movements in some ASEAN countries which potentially transformed into radical-violence
group that could destabilize security and stability in the region. Each ASEAN countries have an obligation to
overcome the movement. Unfortunately, terrorism is considered as a transnational crime that requires regional
cooperation in order to establish regional security in Southeast Asia. The objective of this article is to examine
efforts to build regional security under the ASEAN and the purpose of to analyze the harmonization of counter
terrorism cooperation between ASEAN members in order to tackle the threat of terrorism in Southeast Asia.
Based on primary and secondary data by using qualitative method the research found that ASEAN has a set
of counter terrorism policies that had been ratified several times as a form of regional policies harmonization.
However in terms of strategic-operational level, the ASEAN’s member states has the authority to tackle terrorism
issue on their own with the possibility to establish a cooperation with a non ASEAN member state. In addition,
the US also has a significant role in assisting counter terrorism effort for ASEAN’s states members.

Key words: ASEAN, Counter Terrorism, Regional Security Cooperation, Harmonization


Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 23

PENDAHULUAN dilakukan oleh new People’s Army (NPA),


Jamaah Islamiyah, Moro National Liberation
Setiap negara anggota ASEAN memiliki Front (2001), Moro Islamic Liberation Fron
persepsi ancaman yang berbeda mengenai isu (MILF) dan Abu Sayyaf Group (ASG).
terorisme. Persepsi ini ada yang berkaitan dengan Ancaman teroris bagi pemerintah Kam-
tragedi 9/11 ada juga yang tidak. Indonesia, boja berasal dari sisa-sisa simpatisan Khmer
misalnya, memandang gerakan-gerakan yang Merah dan Cambodian Freedom Fighters
merongrong kemerdekaan dianggap sebagai isu (CFF). Jaringan gerakan ini pernah melakukan
terorisme karena pemerintah Indonesia harus pelemparan granat dan serangan terhadap
menghadapi serangan gerilyawan yang memiliki instalasi pemerintahan Kamboja di Amerika
jaringan gerakan yang tertata rapi. Pasca tragedi Serikat pada 2000. Bagi Negara Brunei
9/11, Indonesia mengalami serangkaian bom Darussalam, meski tidak terjadi serangan-
yang disinyalir memiliki keterkaitan langsung serangan teroris, namun negara ini sangat
dengan jaringan teroris global yang berada di aktif melakukan kerjasama menyangkut isu
Afghanistan. terorisme. Sementara negara Laos dan Vietnam
Pesepsi ancaman teorisme di Vietnam tergolong sebagai negara yang aman dari isu
lebih mengarah pada terorisme maritim serta terorisme.
gerakan separatisme di Thailand Selatan. Guna menghadapi serangkaian isu
Di Malaysia, jaringan kelompok Komunis terorisme, negara-negara anggota ASEAN telah
pra 9/11 dan jamaah Islamiyah pasca 9/11 melakukan berbagai upaya kontraterorisme
dipandang sebagai teroris yang merongrong yang didukung dengan eksistensi serangkaian
keamanan nasional Malaysia terlebih dengan kebijakan formal. Artikel ini bertujuan untuk
berlangsungnya peristiwa pembajakan pesawat menelaah upaya-upaya membangun keamanan
Malaysia Airlines 653 (pada 1977) dan regional di bawah ASEAN dalam rangka
keterlibatan beberapa warga negara Malaysia menanggulangi ancaman terorisme di kawasan
yang menjadi pentolan aksi-aksi teror di Asia Teng-gara. Manfaat tulisan ini diarahkan
Indonesia. bagi pengembangan kajian keamanan regional
Tiga peristiwa pemboman yang ber- dalam Studi Hubungan Internasional dengan
langsung di Myanmar (Ranggon, 1983; Yangon, lokus Asia Tenggara.
2005 dan 2010) mempersepsi pemerintahan
Myanmar akan eksistensi teroris di negaranya. METODE
Agen Korea Utara, united liberations Front of
Assam dan United National Liberation Front Studi ini bertujuan untuk mengetahui
disinyalir sebagai jaringan aktor-aktor teroris di memahami proses kerjasama yang ideal bagi
Myanmar. organisasi regional dalam menanggulangi suatu
Meski tergolong aman, pemerintah ancaman regional yang bersifat transnasional
Singapura tetap waspada dengan ancaman melalui kacamata liberal institusionalisme.
teroris. Terlebih, pada 1965, Singapura pernah Metode penelitian yang digunakan dalam
mengalami pemboman di McDonald dan penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pembajakan pesawat Singapore Airlines pada menggunakan teknik library research, internet
1991. Pasca tragedi 9/11, pemerintah Singapura research dan wawancara terstruktur dari
aktif dalam serangkaian kerjasama dalam praktisi bidang keamanan dan pertahanan di
memberantas terorisme, khususnya dalam ASEAN serta praktisi di bidang kerjasama
menghadap gerakan jaringan Jamaah Islamiyah regional di negara-negara anggota ASEAN.
dan Moro Islamic Liberation Front. Penelitian ini pun menggunakan metode
Filipina mengalami serangkaian serangan deduktif dimana untuk menganalisis tantangan
teroris, seperti pemberontakan Moro National dan peluang harmonisasi kerjasama ASEAN
Liberation Front (2001), pembunuhan wisa- dalam memberantas tindak pidana terorisme
tawan asing di Filipina Selatan (2001), serangan digunakan teori Liberal Institusionalisme. Teori
di Manila (2002), pengeboman pangkalan militer ini digunakan untuk menekankan pentingnya
Filipina di Zamoanga (2002), pengeboman peran institusi internasional yang menjadi
Bandara di Davao City (2003) serta penembakan wadah kerja sama antar aktor negara meskipun
kapal Ferry (2004). Aksi-aksi teror ini disinyalir dalam lingkungan sistem internasional yang
24 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari

anarki1. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penggunaan metode penelitian kualitatif
dalam penelitian ini adalah untuk mencari Regulasi Kontra Terorisme Negara-Negara
makna dari suatu fenomena yang akan diteliti Anggota ASEAN
untuk mencari pemahaman-pemahaman ilmiah. Pada 2002, lahir Instruksi Presiden
Fenomena terorisme yang terjadi di AS pada No.5 tahun 2002 yang ditujukan kepada
tanggal 11 September 2001 merupakan pertanda Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) untuk
bahwa aksi terorisme tidak mengenal ruang dan penanganan terorisme di Indonesia. Kebijakan
waktu. Tidak ada yang dapat memprediksi kapan ini diperkuat dengan Undang-undang No.
ancaman tersebut dapat datang di kawasan asia 15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
tenggara. Oleh karena itu ASEAN sebagai Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
institusi regional diharapkan dapat menjadi 1 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
peredam ancaman tersebut melalui harmonisasi Pidana Terorisme. Bekerjasama dengan peme-
kerjasama yang baik. rintah Amerika Serikat, Kejaksaan Agung
Pengolahan data dalam penelitian ini akan Republik Indonesia mendirikan Terrorisme
dilakukan melalui reduksi data jika data yang and Transnational Crime Task Force (TTCTF).
didapat selama berada di lapangan terlalu banyak Beberapa institusi resmi dibangun untuk
dan tidak relevan dengan masalah penelitian. kontraterorisme, seperti Detasemen C Gegana
Kemudian analisis data akan dilakukan melalui Brimob, Densus 88 (Polri), Desk Anti Terror,
triangulasi teknik terhadap hasil wawancara BNPT, TNI (Dengultor, AD, AU, Marinir AL)
dengan hasil teknik studi literatur dan internet ditambah Babinsa, dan BIN.
method melalui dokumentasi dan teori serta Pemerintah Thailand memiliki Supreme
member check untuk melakukan verifikasi data. Command of the Royal Thai Armed Forces
Selain itu penyajian data melalui penulisan yang bergerak pada tataran operasional kontra-
secara kualitatif dan naratif serta penarikan terorisme. Terdapat juga institusi lain, seperti
kesimpulan berdasarkan temuan-temuan yang Counter Terrorism Program oleh Royal Thai
ada setelah seluruh kegiatan penelitian telah Navy, the National Security Council (NSC)
dilakukan. yang dipelopori oleh Kementerian Luar Negeri
Sumber data diperoleh dari pengumpulan Thailand, Thailand Maritime Enforcement
data yang dilakukan dengan studi pustaka, Coordination Center (THAI-MECC), Marial
berupa dokumen atau arsip yang di dapat dari Law against insurgency di daerah Thailand
pihak Direktorat Politik dan Keamanan ASEAN Selatan (Darurat militer dan jam malam di
dan First Political Secretary masing-masing daerah Pattani, Yala dan Narathiwat tahun 2004)
perwakilan negara anggota ASEAN yang serta Perluasan penanganan kontra terorisme di
berada di Jakarta termasuk Direktur Kerjasama sektor finansial, TNC dan Narkoba.
Internasional dan Perlucutan Senjata di Dalam penanggulangan teroris, pemerintah
Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta. Selain Malaysia melibatkan semua level masyarakat
itu, Penulis juga menggunakan data sekunder termasuk militer, polisi, keamanan perbatasan,
yang diperoleh dari studi kepustakaan (library pertahanan sipil, medis dan persiapan psikologis.
research) dan studi internet (internet research) Pemerintah Malaysia memiliki serangkaian
dengan menggunakan berbagai informasi terkait kebijakan berkaitan dengan terorisme, seperti
upaya ASEAN dalam melakukan kerjasama Internal Security Act (ISA), Penal Code, dan
kontra terorisme di kawasan Asia Tenggara Rejimen Gerak Khas di bawah pelatihan British
dan kebijakan kontra terorisme masing-masing 22nd SAS.
negara anggota ASEAN sebanyak-banyaknya Pemerintah Myanmar meratifikasi ASEAN
yang berasal dari buku, jurnal, majalah, surat Convention on Counter Terrorism pada 2012
kabar, terbitan-terbitan khusus, situs resmi dan melegislasi kebijakan strategic anti-money
yang dimiliki oleh ASEAN, Lembaga Kajian laundering and countering the financing of
ASEAN, Kemenlu serta referensi lainnya yang terrorism (AML/CFT) deficiencies pada 2011.
dianggap sesuai dengan penelitian ini. Sementara pada tataran hukum nasioanl,
1
Rebecca Devitt  on September 1, 2011, Liberal Institutionalism: An
kebijakan atau undang-undang mengenai
Alternative IR Theory or Just Maintaining the Status Quo?, http://ww- kontraterorisme masih sebatas pada Criminal
w.e-ir.info/?p=13482 , diakses pada tanggal 5 Desember 2011
Justice Sistem (Undang-undang subversif).
Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 25

Dalam menghadapi ancaman terorisme, Beberapa peristiwa teror yang berlangsung


Singapura memiliki seperangkat kebijakan, di negara-negara anggota ASEAN menun-
seperti Internal Security Act, Singapore Armed jukkan bahwa ASEAN menghadapi complex
Forces Act, membentuk pasukan khusus Air security sebagai tantangan untuk mencapai
Marshal Unit, Police MRT Unit, Singapore keamanan regional. Complex Security ini
Special Operations Force, Special Operations muncul dari pengalaman yang berbeda dengan
Command, Chemical, Biological, Radiological kelompok teroris yang melahirkan pendekatan
and Explosive Defence Group, Undang- kontra terorisme yang berbeda pula.
undang anti-money laundering/counter terrorist Tantangan ini sebetulnya merupakan
financing regimes, melakukan pelatihan militer hal yang lumrah bagi organisasi-organisasi
dengan China dan Amerika Serikat, serta regional di dunia. Untuk membangun
melakukan deradikalisasi muslim klerik dengan sebuah konsensus apalagi komunitas politik
pemberdayaan potensi-potensi umat muslim. keamanan ASEAN bukanlah sejenis pakta
Beberapa kebijakan yang digulirkan pertahanan layaknya NATO, ASEAN harus
pemerintah Filipina dalam menghadapi mampu mengakomodir persepsi ancaman
terorisme, di antaranya National Plan to masing-masing negara anggotanya yang
Address Terrorism and its Consequences (2002), berbeda-beda khususnya dalam menghadapi
Autonomous Region of Muslim Mindanao terorisme.
(ARMM), Operation Freedom Eagle 2002 Meskipun demikian, dalam kasus tero-
berupa pengerahan personil militer AS di risme faktor security complex relatif tidak
Filipina Selatan, Sokongan dana $92 juta untuk terlalu signifikan karena sejak proses pembuatan
bantuan militer di Mindanao pada 2001, Unit ASEAN Joint Declaration on Counter Terrorism
anti terror campuran antara Armed Forces of tahun 2001 tidak ada suara resisten dari negara-
Phillipines dan Phillipines National Police, negara anggota ASEAN. Bahkan ketika
serta pembentukan Special Force Regiment kehadiran AS sebagai overlay sangat terasa
untuk menangani terorisme. terutama pada saat AS membantu di tingkat
Pemerintah Kamboja melakukan kerja- operasi strategis seperti penyediaan logistic dan
sama dengan PBB dengan mendukung Resolusi persenjataan Densus 88 dan Polri di Indonesia
DK PBB no 1368 dan 1373 tentang perang serta militer Singapura pun tidak ada nota
terhadap terorisme internasional. Membentuk protes yang disampaikan oleh salah satu negara
Royal Cambodian Army Forces (RCAF) yang anggota ASEAN. Sebagai institusi, ASEAN pun
bekerjasama dengan militer AS berupa sharing tidak pernah keberatan akan kehadiran kekuatan
informasi dan intelijen, pengawasan transaksi strategi AS untuk penanggulangan terorisme di
keuangan, akses terhadap penggunaan pesawat Asia Tenggara.
AS. Membentuk Royal Cambodian Armed Hal yang sama pun berlaku kepada masing-
Forces’ 911 yang terdiri dari para komandan masing negara anggota ASEAN sebagai negara
Battalion. Pemerintah Kamboja meratifikasi yang berdaulat. Kebijakan kontra terorisme
4 konvensi internasional untuk memerangi di negara-negara ASEAN didasarkan kepada
terorisme dan meresmikan pendirian Sekretariat persepsi ancaman masing-masing negara ter-
Cambodian National Counter Terrorism hadap ancaman terorisme di negaranya yang
Committee (NCTC). semakin meningkat. Hal ini terlihat dari tabel
Pemerintah Brunei Darussalam menge- pemetaan kebijakan kontra terorisme negara-
luarkan serangkaian kebijakan terkait dengan negara ASEAN di atas di mana dalam tataran
terorisme, seperti: Financing Terrorist Acts, operasional-strategis tidak ada pendekatan dan
Prevention Supression of Terrorist Acts, National tindakan kontra terorisme yang seragam.
Security, Travel and Border Safety, Generating Bagi Malaysia dan Singapura misalnya
Awareness, Cooperation on Information Exchange, kebijakan ISA dan penegakkan hukum yang
dan Biological Attack. Sementara pemerintahan tegas yang sudah ada sebelum peristiwa 9/11
Vietnam masih mengandalkan Amandemen masih menjadi ujung tombak pencegahan
Penal Code tahun 2009 guna memberantas aksi terorisme. Bagi Indonesia yang pernah
terorisme serta penekanan pada criminal justice mengalami peristiwa terorisme terbesar
response untuk memerangi ancaman terorisme. sepanjang sejarah ASEAN yaitu Bom Bali
26 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari

tahun 2002, penindakan tindak kriminal Tenggara untuk menjalin kerjasama. Deklarasi
terorisme masih mengandalkan seluruh ini memungkinkan AS untuk membantu negara-
security apparatus yang dimiliki oleh negara anggota ASEAN sangatlah besar tetapi
negara mulai dari Badan Intelijen, BNPT, apakah kenyataannya akan semudah itu?
TNI, Polisi dan Jaksa meskipun sifatnya Sebagai negara yang sedang siaga
masih reaktif. Tetapi keunikan upaya kontra akibat peristiwa 9/11, perluasan agenda AS
terorisme di Indonesia adalah dibentuknya dalam Global War on Terror khususnya di
militarized police dengan bantuan AS seperti Asia Tenggara memiliki beberapa tantangan.
yang terlihat pada logistik dan kapabilitas Persepsi masyarakat di Asia Tenggara yang
Densus 88. mayoritas anti barat terutama akibat serangan
Sementara di Thailand dan Filipina, upaya unilateralnya terhadap Afghanistan dan Irak
kontra terorisme masih sangat mengandalkan akan menimbulkan opini public negative tidak
peran intelijen dan Militer terutama angkatan hanya AS tetapi juga negara anggota ASEAN
darat dan laut. Hal ini dilakukan karena tersebut. Padahal AS sangat berkepentingan
kelompok-kelompok teroris yang beroperasi dalam Global War on Terror di Asia Tenggara
di kedua negara tersebut merupakan kategori yang disebut-sebut sebagai front kedua Al-
pemberontak atau kelompok separatis bersenjata Qaeda. Selain itu, perang melawan terorisme
yang mengancam kedaulatan nasional mereka membutuhkan informasi intelijen yang sangat
sehinggaperlupendekatanmiliteristik.Sementara kuat. Hal ini sangat sulit dilakukan karena
bagi beberapa negara anggota ASEAN lainnya berbeda dengan AS, mayoritas agen-agen
seperti Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja intelijen negara-negara anggota ASEAN di
dan Myanmar upaya kontra terorisme masih gunakan untuk melanggengkan kekuasaan
menggunakan pendekatan hukum dan kriminal pemimpinnya. Artinya kemampuan intelijen
serta pembekuan asset tersangka terorisme negara-negara anggota ASEAN belum
tanpa sama sekali melibatkan kekuatan militer. sampai pada standar yang dibutuhkan oleh
Perbedaan operasi dan strategi kontra terorisme AS untuk penanggulangan terorisme di Asia
bergantung juga dari tingkat kerawanan dan Tenggara.2 Oleh karena itu, untuk strategi dan
pengalaman negara-negara tersebut dengan operasionalisasi kontra terorisme di ASEAN
aksi terorisme. Oleh karena itu, berbeda tampaknya peran AS masih hanya terbatas pada
dengan tataran kebijakan, harmonisasi kontra pemberian pelatihan dan kebutuhan finansial
terorisme negara-negara anggota ASEAN serta logistic persenjataan canggihnya terutama
tidak terimplementasi pada tataran operasional kepada polisi negara-negara anggota ASEAN.
dan strategi karena otoritas untuk penanganan
terorisme dikembalikan lagi kepada masing- Strategi dan Operasionalisasi Kontra
masing negara anggota sebagai eksekutor Terorisme oleh ASEAN
kebijakan. Dalam kelanjutan ASEAN Join Decla-
Bagi ASEAN sendiri, ASEAN sama sekali ration on Counter Terrorism, ASEAN telah
tidak keberatan dengan kehadiran AS untuk membuat laporan mengenai ASEAN Effort to
membantu negara-negara anggotanya dalam Counter Terrorism yang dipresentasikan di
kontra terorisme di wilayahnya. Hal ini dapat depan UN - Counter-Terrorism Committee.
terlihat dari kontribusi AS sejak tahun 2001 hingga Dalam dokumen tersebut, ASEAN secara
sekarang dalam penanganan terorisme di negara- kolektif mempersepsikan kejahatan terorisme
negara anggota ASEAN terutama Indonesia, sebagai kejahatan luar biasa yang akan
Filipina, dan Thailand terutama dari segi finansial, menghambat pencapaian ASEAN Vision
logistik, strategi dan operasional. Bahkan dalam 2020. Perlu diingat kembali bahwa dampak
ASEAN Declaration on Joint Action to Counter 9/11 terhadap ASEAN adalah peningkatan
Terrorism  yang disetujui oleh seluruh anggota persepsi ancaman ASEAN terhadap terorisme
ASEAN pada tahun 2001 disebutkan bahwa yang mengeksklusifkan terorism dari kejahatan
“Underlining the importance of strengthening transnational organized crime. Untuk me-
regional and international cooperation in nanggulangi permasalahan terorisme di
meeting the challenges confronting us”. Ini 2
David Wright-Neville. US Counter-terrorism in Southeast Asia:
artinya, terdapat peluang bagi aktor negara di luar Problems on the Horizon. Dalam Vicziany, M, Wright-Neville, D,
Lentini, P. (2004). Regional Security in the Asia Pasific: 9/11 and
kawasan yang hirau akan keamanan regional Asia After. Massachusetts: Edward Elgar Publishing, Inc. hal: 51-55.
Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 27

Asia Tenggara, maka beberapa langkah perlu Crime (ISM CT – TC) yang disetujui di Sabah
dilakukan oleh ASEAN termasuk kerjasama pada tahun 2003. Melalui konsensus ini, AS
dengan negara di luar ASEAN termasuk PBB. menyediakan dukungan teknis bagi beberapa
Strategi dan operasionalisasi kontra negara ASEAN untuk melakukan pelatihan
terorisme di ASEAN sebetulnya sudah dilak- bersama seperti pasca ledakan, investigasi
sanakan di masing-masing negara. Setidaknya forensik, pelatihan pasukan respon cepat,
terdapat dua strategi kontra terorisme utama yang keamanan perbatasan, pengembangan software,
dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN dan cyberterrorism. Selain itu, pelatihan
dan hal ini merupakan kesepakatan bersama pengamanan penerbangan dan lokakarya
sebagai follow up dari ASEAN Declaration on kesiapan menghadapi senjata kimia, biologi
Joint Action to Counter Terrorism: dan nuklir oleh kelompok teroris pun
dilakukan antara AS dengan Singapura serta
a. Kerjasama Intelijen melalui ASEAN Australia.
Chiefs of Police (ASEANOPOL) Oleh karena itu, apa yang saat ini terjadi
Strategi dan operasi ASEANAPOL khu- di Asia Tenggara sejak tahun 2001 sampai
susnya di bidang terrorisme mencakup beberapa dengan sekarang dapat dikatakan selaras
hal, yakni; pertukaran informasi yang berkaitan dengan kepentingan AS dalam konteks Global
dengan tersangka terrorisme dan organisasi War on Terror. ASEAN menyediakan landasan
terkait terrorisme, berbagi informasi dan fasi- kebijakannya tetapi dalam konteks operasional
litas akses diantara Negara anggota dalam dan strategi kontraterorisme, semuanya diserah-
menginterview tersangka teroris, menyediakan kan kepada masing-masing negara anggota
bantuan kepada Negara anggotta termasuk ASEAN itu sendiri apakah dengan atau
pelacakan, pembekuan, dan penyitaan assets tanpa bantuan AS. Konsistensi ASEAN untuk
yang terkait dengan teroris atau organisasi yang tidak melakukan kontra terorisme di tataran
terkait teroris dan mempromsikan kerjasama operasional-strategi didasari atas landasan
yang erat antara entitas penegak hukum dan tujuan ASEAN Charter itu sendiri yaitu fokus
institusi keuangan3. Serta menjalin kerjasama pada confidence building measure, pendekatan
dengan entitas yang terkait semisal Interpol damai terhadap segala ancaman dan sengketa
serta pembentukan pasukan anti terorisme tanpa perlu mendeklarasikan diri sebagai pakta
di masing-masing negara anggota ASEAN.4 pertahanan seperti NATO apalagi membentuk
Namun demikian, ASEANOPOL ini ternyata pasukan khusus ASEAN. Jika hal itu dilakukan
bukan bagian dari struktur organisasi ASEAN. tentu akan mengubah konstelasi perimbangan
Penggunaan nama ASEAN di sini adalah untuk kekuatan di kawasan Asia, apalagi ancaman
menunjukkan cakupan kawasan yang men- yang muncul adalah ancaman terorisme yang
jadi ruang lingkup pekerjaan ASEANOPOL. bersifat abstrak. Dengan demikian, keamanan
ASEANOPOL ini hirau dengan keamanan regional di Asia Tenggara tampaknya sedikit
regional di kawasan Asia Tenggara yang juga banyak masih bergantung dari peran AS
merupakan joint partnership dengan Pemerintah khususnya dalam upaya kontra terorisme.
AS. Tidak hanya dalam urusan terorisme namun
juga dalam urusan trans national organized Harmonisasi ASEAN dalam upaya kontra
crime (yang sebelumnya merupakan bagian dari terorisme di Asia Tenggara dalam konteks
kejahatan terorisme). Selain itu, operasionalisasi ASEAN Political and Security Community
kontra terorisme oleh ASEANOPOL ini juga Sebagai organisasi kerjasama tingkat
meliputi pembekuan asset dan perjanjian regional, pada prinsipnya ruang lingkup kerja-
ekstradisi teroris. sama ASEAN tidak tergantung pada dina-
mika internal di kawasan Asia Tenggara saja.
b. Pelatihan bersama kontra terorisme di Sebelum peristiwa 9/11 ASEAN memiliki
ASEAN persepsi sendiri terhadap ancaman terorisme.
Pernah dilaksanakan sebagai tindak Signifikansi ancaman terorisme saat itu masih
lanjut dari The ARF Inter-Sessional Meeting sebatas pada lingkup kejahatan lintas batas
on Counter Terrorism and Transnational negara sama seperti kejahatan narkoba dan
3
http://www.policylaundering.org/keyplayers/ASEAN-aseanapol.html Human Trafficking. Hal ini terlihat jelas pada
4
http://www.interpol.int/News-and-media/News-media-releases/2011/ kesepakatan Second Informal Summit tahun
PR047
28 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari

1997 di Kuala Lumpur yang memasukkan Dalam proses pengambilan keputusannya, AS


ancaman terorisme sebagai bagian dari program sama sekali tidak berusaha untuk menekan
pemberantasan transnational crime di kawasan apalagi memaksa ASEAN sebagai institusi untuk
Asia Tenggara. Namun tragedi 9/11 yang terjadi bertindak sesuai dengan kebijakan luar negerinya
di AS memberikan persepsi ancaman baru bagi dalam Global War on Terror sebagai respon
ASEAN terhadap aksi terorisme itu sendiri. terhadap peristiwa 9/11. Apa yang menyebabkan
Tidak hanya dari segi besarnya skala serangan ekskalasi kontra terorisme di negara-negara
serta dampak dari 9/11 secara global namun anggota ASEAN pasca 9/11 adalah dampak
juga ASEAN mempersepsikan bahwa ancaman dari peristiwa-peristiwa terorisme besar yang
terorisme dapat menghambat tercapainya terjadi di kawasan Asia Tenggara sendiri.
ASEAN Vision tahun 2020 sehingga butuh Pemerintah Thailand mempersepsikan ancaman
penanggulangan khusus. terorisme dengan fokus pada permasalahan
Sebagai respons dari persepsi ancaman Thailand selatan, Singapura mempersepsikan
baru tersebut, salah satu kesepakatan kolektif- ancaman terorisme dengan fokus pada per-
yang juga menjadi pelopor-dalam kerjasama masalahan gerakan Jamaah Islamiyah yang
kontra terorisme ini adalah disepakatinya militant, Malaysia mempersepsikan ancaman
ASEAN Declaration on Joint Action to Counter terorisme dengan fokus kepada permasalahan
Terrorism yang disepakati di Brunei Darussalam mobilisasi aktor-aktor Jamaah Islamiyah yang
tahun 2001 yang meliputi kolaborasi, kerjasama tumbuh di negerinya, Filipina mempersepsikan
dan koordinasi terutama pada tingkat Menteri ancaman terorisme dengan hirauan utamanya
seperti ASEAN Ministerial Meeting on Trans- adalah gerakan pemberontakan oleh Moro/
national Crime, ASEAN+3 dan ASEAN MILF di daerah Filipina selatan, dan Indonesia
Regional Forum (ARF) dengan tetap memegang mempersepsikan ancaman terorisme sebagai
teguh pada prinsip-prinsip non intervensi ancaman signifikan bagi keamanan nasional
dan pendekatan non kekerasan. Inti dari sejak peristiwa Bom Bali I tahun 2002 ditam-
kesepakatan-kesepakatan ini adalah optimalisasi bah dengan potensi ancaman terorisme oleh
kerjasama keamanan regional terutama di 6 kelompok simpatisan ISIS di Indonesia.
level strategis yaitu: pertukaran informasi (yang Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa
melibatkan intelijen dan polisi), kerjasama di tujuan ASEAN dalam merumuskan kerjasama
bidang hukum, kerjasama di bidang penegakkan kontra terorisme untuk melindungi keamanan
hukum, pembangunan kapasitas institusi yang regional di kawasan Asia Tenggara adalah untuk
diinterpretasi sebagai confidence building mengakomodir persepsi ancaman negara-negara
measure, pelatihan kontra terorisme bersama anggotanya yang mulai terganggu oleh aktivitas
antar pasukan kontra terorisme yang dimiliki terorisme melalui kerangka kerjasama di bidang
oleh masing-masing negara anggota ASEAN keamanan. Dalam hal ini, security apparatus
dan kerjasama ekstra regional. seperti kepolisian dan militer masing-masing
Kesepakatan ini merupakan landasan negara anggota memainkan peran kunci untuk
politik awal dari kerjasama negara-negara menanggulangi masalah terorisme di ASEAN.
anggota ASEAN dalam upaya kontra terorisme Dalam deklarasi ASEAN Joint Action on
di kawasan Asia Tenggara. Diikuti dengan Counter Terrorism disebutkan bahwa terorisme
beberapa kesepakatan kerjasama kontra teror- menjadi sebuah kejahatan yang secara eksklusif
isme lainnya seperti ASEAN Plan of Action terlepas dari skema ancaman regional yang
to Combat Transnational Crime tahun 2002, lebih besar yaitu trans national crime. Deklarasi
Joint Declaration of ASEAN and China on ini merupakan perubahan dari kesepakatan
Cooperation in the Field of Non-Traditional sebelumnya yang ditandatangani oleh Kepala
Security Issues tahun 2002, ASEAN Convention Negara masing-masing negara anggota pada
on Counter Terrorism tahun 2004 dan titik Second Informal Summit pada bulan Desember
kulminasinya diakomodir pada pembentukan 1997 di Kuala Lumpur. Deklarasi ini kemudian
ASEAN Political and Security Community ditindaklanjuti dengan didirikannya ASEAN
sebagai salah satu pilar kerjasama the New Political-Security Community sebagai salah satu
ASEAN Charter pada tahun 2008. pilar kerjasama New ASEAN Charter pada tahun
Dalam proses pembuatannya, peran AS 2007.
untuk mempengaruhi dihasilkannya kebijakan Sebagai pilar kerjasama yang hirau
ini dapat dikatakan tidak terlalu signifikan. akan masalah-masalah keamanan dan politik
Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 29

di kawasan Asia Tenggara, maka dapat yang berlaku di wilayah Asia Tenggara
dikatakan bahwa ASEAN Political-Security mengenai kontra terorisme adalah bebas dari
Community merupakan payung kerjasama kepentingan-kepentingan di luar kawasan serta
utama negara-negara anggota ASEAN dalam konsisten dengan prinsip-prinsip dasar ASEAN
kontra terorisme. Dengan cita-citanya untuk Charter.
tidak membentuk pakta pertahanan dan
lebih mengedepankan capacity building, b. Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional
ASEAN Political and Security Community Forum/ARF)
seharusnya dapat berperan lebih dalam ASEAN Regional Forum (ARF) dipra-
isu-isu kritis di kawasan seperti terorisme karsai oleh ASEAN pada tahun 1994, sebagai
terutama pasca 9/11. Melalui skema tersebut forum untuk saling tukar pandangan dan
setidaknya terdapat empat implementasi informasi bagi negara-negara Asia-Pasifik
Rencana Aksi Komunitas Politik Keamanan mengenai masalah-masalah politik dan keaman-
ASEAN yang harus menjadi prioritas utama an, baik regional maupun internasional. Sasaran
dalam upaya harmonisasi kontra terorisme di yang hendak dicapai melalui ARF adalah
wilayah Asia Tenggara: mendorong saling percaya (confidence building
measures) melalui transparansi dan mencegah
a. Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan kemungkinan timbulnya ketegangan maupun
Terorisme (ASEAN Convention on Counter konflik di kawasan Asia Pasifik.
Terrorism/ACCT) Dalam forum kerjasama ARF ini, ASEAN
ACCT ditandatangani pada KTT ke- yang terdiri dari berbagai macam negara-negara
12 ASEAN di Cebu, Filipina, Januari 2007. di kawasan Asia Tenggara bersatu dalam satu
Konvensi ini memberikan dasar hukum yang institusi dalam forum dialog keamanan di
kuat guna peningkatan kerjasama ASEAN luar PBB, yang dihadiri kekuatan besar dunia
di bidang pemberantasan terorisme. Selain antara lain: Amerika Serikat, China, Rusia, Uni
memiliki karakter regional, ACCT bersifat Eropa dan Jepang. Forum ini tidak ditujukan
komprehensif (meliputi aspek pencegahan, untuk menyesuaikan dengan kepentingan dan
penindakan, dan program rehabilitasi) sehingga selera aktor lain di luar kawasan mengenai
memiliki nilai tambah bila dibandingkan dengan bagaimana upaya kontra terorisme seharusnya
konvensi sejenis. diimplementasi tetapi lebih kepada menunjukkan
Harmonisasi kerjasama pada ACCT ini ASEAN sebagai satu kesatuan menjalin
terlihat dari kekompakan negara-negara ang- hubungan dengan lingkungan eksternal untuk
gota ASEAN dalam menyetujui netralitas menumbuhkan rasa saling percaya dan dialog
pengdefinisian terorisme sebagai musuh ber- serta berkonsultasi dalam isu-isu keamanan
sama dan juga upaya kontra terorisme dengan termasuk terorisme.
tetap menyesuaikan pada prinsip penegakkan Harmonisasi negara-negara anggota
HAM, Hukum Internasional dan resolusi ASEAN dalam upaya kontra terorisme ter-
PBB serta tanpa melabeli komunitas tertentu lihat dari kesepakatan-kesepakatan yang
sebagai kelompok teroris. Penyesuaian Hukum difa-silitasi melalui forum ARF Statement
Internasional dan resolusi PBB pun bukan on Measures Against Terroris Financing di
berarti ASEAN mengabaikan prinsip-prinsip Brunei Darussalam tahun 2002. Dalam forum
yang tercantum dalam ASEAN Charter seperti tersebut, disebutkan bahwa seluruh anggota
non intervensi dan penghormatan kepada ASEAN berkomitmen untuk bekerjasama
kedaulatan territorial negara-negara anggotanya. melawan terorisme dengan tetap berkoordinasi
Wilayah kerjasama yang disetujui dalam ACCT dengan beberapa organisasi internasional
ini terfokus pada peningkatan kerjasama pre- lainnya seperti PBB, International Finansial
ventif seperti pertukaran informasi, pening- Institutions (IFIs), The Finansial Action Task
katan pengawasan perbatasan (border control), Force Money Laundering (FATF) dan Finansial
pembekuan asset tersangka teroris, perjanjian Stability Forum (FSF). Harmonisasi ini terlihat
ekstradisi dan program rehabilitasi serta dari bagaimana negara-negara anggota ASEAN
diutamakan di dalam wilayah yuridiksinya menyesuaikan upaya kontra terorisme dengan
masing-masing. Artinya dalam merumuskan terfokus pada pembekuan asset kelompok teroris
ACCT, ASEAN berupaya agar segala kebijakan terlebih dahulu. Selain itu, untuk mengontrol
30 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari

kebijakan ini, ARF bertemu setahun sekali untuk senjata-senjata api illegal. Namun demikian,
mengevaluasi perkembangan langkah-langkah patut diketahui bahwa terorisme menjadi
kontra terorisme ke depan. kejahatan sendiri yang harus mendapat
perhatian khusus dari negara-negara anggota
c. Kerjasama di Bidang Pemberantasan ASEAN adalah pada tahun 2001 ASEAN
Kejahatan Lintas Negara Declaration on Counter Terrorism. Pemisahan
Kerjasama ASEAN dalam rangka mem- ancaman terorisme menjadi kejahatan khusus
berantas kejahatan lintas negara (transnational terlepas dari kejahatan trans national crime ini
crime) pertama kali diangkat pada pertemuan pun merupakan konsensus dari negara-negara
para Menteri Dalam Negeri ASEAN di Manila anggota ASEAN karena wilayah Asia Tenggara
tahun 1997 yang mengeluarkan ASEAN yang terdiri dari bermacam-macam agama dan
Declaration on Transnational Crimes. Dalam etnis sangat rentan dengan ancaman terorisme.
deklarasi kerjasama tersebut disepakati beberapa
perjanjian yang telah dihasilkan ASEAN terkait d. Kawasan Bebas Senjata Nuklir Di Asia
dengan pemberantasan kejahatan lintas negara Tenggara (South-East Asia Nuclear
yaitu: Weapon Free Zone/SEANWFZ)
a) ASEAN Plan of Action to Combat Trans- South-East Asia Nuclear Weapon Free
national Crimes yang mencakup kerjasama Zone (SEANWFZ) Treaty ditandatangani di
pemberantasan terorisme, perdagangan obat Bangkok pada tanggal 15 Desember 1995 dan
terlarang, pencucian uang, penyelundupan telah diratifikasi oleh seluruh negara ASEAN.
dan perdagangan senjata ringan dan manusia, Traktat ini mulai berlaku pada tanggal 27 Maret
bajak laut, kejahatan internet dan kejahatan 1997. Pembentukan SEANWFZ menunjukkan
ekonomi internasional; upaya negara-negara di Asia Tenggara untuk
b) Treaty on Mutual Legal Assistance in meningkatkan perdamaian dan stabilitas
Criminal Matters (MLAT) ditandatangani kawasan baik regional maupun global, dan
tahun 2006; dalam rangka turut serta mendukung upaya
c) Agreement of Information Exchange and tercapainya suatu pelucutan dan pelarangan
Establishment of Communication Procedures senjata nuklir secara umum dan menyeluruh.
ditandatangani tahun 2002, merupakan Traktat SEANWFZ ini disertai protokol
perjanjian di tingkat sub regional guna yang merupakan suatu legal instrument
penanganan kejahatan lintas batas melalui mengenai komitmen negara ASEAN dalam
pertukaran informasi; upayanya memperoleh jaminan dari negara
d) ASEAN Declaration on Joint Action to yang memiliki senjata nuklir (Nuclear Weapon
Counter Terrorism ditandatangani tahun State/NWS) bahwa mereka akan menghormati
2001 dalam penanganan terorisme; dan Traktat SEANFWZ dan tidak akan menyerang
e) ASEAN Convention on Counter Terrorism negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Saat
(ACCT) ditandatangani tahun 2007 sebagai ini, negara-negara ASEAN dan NWS masih
instrumenhukumdalampenangananterorisme. mengupayakan finalisasi formulasi beberapa
Konvensi ini telah diratifikasi oleh dua negara masalah yang diatur dalam Protokol dimaksud.
yaitu Thailand dan Singapura, sementara Penandatanganan Traktat SEANWFZ merupa-
Indonesia dalam proses untuk meratifikasi kan tonggak sejarah yang sangat penting bagi
Konvensi tersebut. Telah dilaksanakan dua ASEAN dalam upaya mewujudkan kawasan
Working Group untuk membahas ASEAN Asia Tenggara yang aman dan stabil, serta bagi
Comprehensive Plan of Action on Counter usaha mewujudkan perdamaian dunia.
Terrorism guna pengimplementasian ACCT. Rencana aksi tersebut menetapkan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
Harmonisasi negara-negara anggota Negara Pihak dalam jangka waktu 2007-
ASEAN terkait upaya kontra terorisme di 2012 sebagai berikut: (1) Compliance with
wilayah Asia Tenggara terlihat dari kesadaran the Undertakings in the SEANWFZ Treaty,
kolektif akan bahaya terorisme sebagai salah satu (2) Accession by Nuclear Weapons States, (3)
kejahatan yang diakibatkan oleh permasalahan Cooperation with the IAEA; (4) Institutional
trans national crime seperti Human Trafficking, Arrangements.
peredaran obat-obatan terlarang dan peredaran
Membangun Keamanan Regional di Asean dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme 31

Kesepakatan SEANWFZ merupakan DAFTAR PUSTAKA


harmonisasi yang memiliki nilai strategis
penting bagi ASEAN dalam penanggulangan Adler, Emanuel and Barnett. eds. (1998).
terorisme. Di tengah-tengah kekhawatiran Security Communities. Cambridge:
negara-negara Barat akan kemungkinan akses Cambridge University Press.
teknologi senjata nuklir oleh kelompok teroris. Audrey Kurth Cronin and Ludes. eds. (2004).
Harmonisasi negara-negara anggota ASEAN Attacking Terrorism: Elements of a
dalam kesepakatan SEANWFZ terlihat dari Grand Strategy. Washington, DC:
komitmen negara-negara anggota ASEAN Georgetown University Press.
untuk tidak memproduksi dan mengembangkan Buzan, B., Waever, O., Wilde, J.D. (1998).
senjata nuklir di wilayah Asia Tenggara. Security: A New Framework of
Sehingga kemungkinan upaya kelompok Analysis. London: Lynne Rienner
teroris untuk mendapatkan teknologi senjata Publisher.
nuklir menjadi berkurang. Bom Bali pertama Buzan, Barry. (1991). People, States and
tahun 2002 dapat dikatakan merupakan bom Fear: an Agenda for International
terbesar yang pernah diledakkan oleh kelompok Security Studies in The Post-Cold War
teroris di kawasan ASEAN, namun dilihat dari Era. Boulder, Colorado: Lynne Rienner
bahan-bahannya yang terdiri dari racikan 1 Publisher.
kg TNT dan 50 kg RDX tidak ada sedikit pun Lubis, Fuad Hasan. (2009). ASEAN
yang mendekati elemen senjata nuklir seperti Community 2015 dan Keamanan
uranium atau plutonium. Bahan-bahan ini Regional: Studi Kasus Upaya ASEAN
umumnya digunakan untuk keperluan industri dalam Menangani Terorisme di Asia
pertambangan tetapi bukan untuk kebutuhan Tenggara. Disertasi, FISIP, Universitas
militer. Yang mungkin perlu diwaspadai adalah Sumaterta Utara.
pengawasan terhadap penggunaan dan sirkulasi Pillar, Paul R. (2003). Terrorism and US
bahan-bahan berbahaya ini. Foreign Policy. Washington DC:
Brookings Institution Press.
SIMPULAN Paul F. Dhiel and Joseph Lepgold. Eds. (2003).
Regional Conflict Management. New
Sebagai sebuah kawasan yang mempunyai York: Rowman and Littlefield.
nilai penting dalam percaturan politik global, Suparman, Nuraeni; Sari, Deasy Silvya, dan
perkembangan isu terorisme di Asia Tenggara Sudirman, Arfin. (2010). Regionalisme
menjadi hal yang penting untuk ditelaah terlebih dalam Studi Hubungan Internasional.
pasca tragedi 9/11. Dengan digulirkannya War Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
on Terror oleh Amerika Serikat serta munculnya Wardlaw, Grant. (1982). Political Terrorism:
peristiwa-peristiwa terror di beberapa negara Theory, Tactics and Counter-measures.
ASEAN, ASEAN merespon perkembangan Cambridge: Cambridge University
isu-isu terorisme di kawasan ini dengan Press.
mengeluarkan serangkaian kebijakan terkait Williams, Paul D. (2008), Security Studies:
penanganan terorisme. Proses ratifikasi terhadap An Introduction .New York: Routledge.
kebijakan-kebijakan yang ada menunjukkan Chalk, P. Rabasa, A. Rosenau, W. Piggott, L.
harmonisasi dalam tataran kesepakatan di 2009. The Evolving Terrorist Threat
antara anggota ASEAN. Adapun dalam tataran to Southeast Asia: A Net Assessment.
praktis, ASEAN mempersilakan setiap anggota Pittsburgh: RAND Corporation.
untuk mengembangkan upaya kontraterorisme Wright-Neville, D. (2004). US Counter-
dengan tidak menutup kemungkinan untuk terrorism in SOutheast Asia: Problems on
mengembangkan kerjasama baik dengan sesa-ma the Horizon. In M. Vicziany, & D. L. P,
negara anggota ASEAN maupun dengan negara- Regional Security in the Asia Pacific: 9/11
negara diluar kawasan Asia Tenggara. Amerika and After (pp. 51-55). Massachussets:
Serikat memiliki peran intrusif dalam proses Edward Elgar Publishing.
penanganan terorisme di kawasan Asia Tenggara ASEAN Selayang Pandang, diakses pada
melalui pengembangan kerjasama bilateral tanggal 5 Desember 2011 melalui
dengan beberapa negara anggota ASEAN. www.deplu.go.id
32 Arfin Sudirman, Deasy Silvya Sari

Rebecca Devitt on September 1, 2011, Liberal Sukma, Rizal. (2003). Keamaan Internasional
Institutionalism: An Alternative IR Pasca 11 September: Terorisme, Hege-
Theory or Just Maintaining the Status moni AS, dan Implikasi Regional
Quo?, http://www.e-ir.info/?p=13482 , dalam proceeding Seminar Pem-
diakses pada tanggal 5 Desember 2011 bangunan Hukum Nasional VIII oleh
Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia RI. Denpasar, 14-18 Juli 2003..

Anda mungkin juga menyukai