Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

POLIDAKTILI

Oleh:
DIANA MERINARSYLIA
2019.02.19

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Bagian dari Tulang Karpal yaitu :
a. Metakarpal
b. Falang

Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna
dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara tulang-tulang
karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate,
triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
a. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian yang
dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel.
Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal
memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan
memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu
jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
b.  Falang

Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil
diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu
jari.Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi
lebih fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu.

2. Pengertian
Polidaktili atau polidaktilisme (berasal dari bahasa yunani kuno (polus) yang artinya
banyak dan (daktulos) yang artinya jari, dikenal sebagai hiperdaktilisme, yaitu anomali
congenital pada manusia dengan jumlah jari tangan atau kaki berlebihan. Kelainan
ekstremitas kongenital bervariasi dari kelainan yang hampir tak terlihat hingga tidak
adanya ekstremitas.
Polidaktili adalah kelainan bawaan dimana didapatkan jari lebih dari lima pada satu tangan
atau kaki.
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P. yang di
maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom.
Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesip. Oleh karena laki-laki dan perempuan
mempunyai autoaom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal
dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bias mempunyai tambahan
jari pada kedua tangan atau kakinya. Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan
pada satu atau kedua tangannya. Tempatnya jari tammbahan itu berbeda-beda, ada yang
terdapat didekat ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat jari kelingking.
Suatu kelainan yang diwariskan gen autosomal dominan P, sehingga penderita akan
mendapatkan tambahan jari pada satu atau dua tangannya dan atau pada kakinya. Orang
normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Polidaktili juga dikenal
sebagai Hyperdaktili, bisa terjadi ditangan atau dikaki manusia ataupun hewan. Tempat jari
tambahan tersebut berbeda-beda ada yang di dekat ibu jari dan ada pula yang berada
di dekat jari kelingking.
Orang normal adalah homozigotik resesip pp. pada individu heterozigotik Pp derajat
ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari dapat
bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterizigotik menikah dengan orang
perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50%
p ♀ pp x ♂ Pp
normal polidaktili
F1 Pp = polidaktili (50%)
Pp = normal (50%)

3. Etiologi
1) Kegagalan pembentukan bagian,
2) Kegagalan diferensiasi,
3) Duplikasi berlebih
4) Sindrom penyempitan pita kongenital,
5) Kelainan tulang umum.
6) Keturunan
7) Cacat genetic

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1) Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri
memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan genetik pada
ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di
antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula
diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau
kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi
adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-
langkah selanjutya.
2) Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya
perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan
kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna
(terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001),
teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada
kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang
dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek
teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis.
Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem
biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan
pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata,
sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau
teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel,
jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi
pada fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas
berdasarkan golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
a. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik
misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena
radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka
janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu
pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik
karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen
teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu
sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari
12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
b. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila
masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat
menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik
adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik. Alkohol merupakan bahan
kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol
tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di
trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya
kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut
masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak
terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat
menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak
bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga
bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan
berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek
teratogenik.
c. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil.
Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes
merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam
masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan
abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti
penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik

4. Patofisiologi dan Pathway(Terlampir)


Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh
janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan organ
tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan pengawet.
Atau ada unsur steratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kelebihan
jumlah jari bukan masalah selain kelainan bentuk tubuh.
Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru bayi, karena mungkin
terjadi multiple anomali.
Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu
heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga lokasi
tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterozigotik
menikah dengan perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya
polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah polidaktili (heterozigot) Pp x, ibu normal
homozigot (pp) maka anaknya polidaktili (heterozigot Pp) 50%, normal (homozigot pp)
50%.

5. Manifestasi Klinis
1) Ditemukan sejak lahir
2) Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki
3) Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat sampai ke
tulang
4) Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya
5) Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

6. Komplikasi
Polidaktili mungkin dapat mengganggu kenyamanan, terutama polidaktili di kaki, saat
memakai sepatu.
7. Penatalaksanaan Medik
1) Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk
mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan
jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik
dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi dokter bedah anda untuk melakukan
prosedur pembedahan. Operasi “pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari
tersebut tidak berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya
berupa gumpalan daging, biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak, tapi mungkin anak menjadi malu atau minder.
2) Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan
mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat
operasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis mengenai riwayat keluarga
b. Riwayat pranatal –postnatal
c. Riwayat kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati –hati.
d. Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya kelainan atau
anomali lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik dengan dilakukan secara
sistematik, dengan cara inspeksi yaitu terlihat adanya jari tambahan.
Berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :
a.   Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan, keterlibatan
jaringan yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang setiap jari, dan tampilan
dari kuku.
b. Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan biasanya
sangat membantu diagnosis.
c. Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang dengan
penambahan jaringan lunak.
d. Periksa dengan memalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.
e. Tingkat anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan kompeksitas dari
polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau kompleks biasanya melibatkan
bagian distal dari falang ( jari ).
f.  Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi anomali lainnya,
seperti bony synostosis, delta falang atau symphalangism.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d luka pascaoperasi
2) Kerusakan integritas kulit b/d pembedahan
3) Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan

3. Intervensi Keperawatan
1)   Nyeri b/d luka pasca operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan nyeri
klien berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri klien
b) Dengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri
c) Ajarkan strategi relaksasi khusus
d) Tentukan konsep anak tentang penyebab nyeri, bila mungkin
e) Tanyakan pada anak apa yang meredakan nyeri dan apa yang membuatnya lebih
buruk
f) Tingkatkan rasa aman dengan penjelasan yang jujur dan kesempatan untuk memilih
g) Jelaskan pada anak bahwa dia dapat dialihkan perhatiannya dari prosedur jika hal
itu yang diinginkan
h) Berikan terapi analgesic
2)   Kerusakan integritas kulit b/d tindakan pembedahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien
menunjukkan penyembuhan jaringan progresif.
Intervensi :
a) Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet
b) Bersihkan kulit saat terkena kotoran
c) Minimalkan terpajannya kulit pada lembab
d) Jadwalkan mandi untuk pasien, gunakan pembersih yang ringan
e) Gunakan lapisan pelindung, seperti krim atau bantalan penyerap kelembapan untuk
menghilangkan kelebapan yang berlebihan, jika memungkinkan
f) Ganti posisi dengan hati-hati untuk menghindari cedera pada kulit yang rentan
g) Pantau status gizi dan asupan makanan
h) Rujuk ke perawat terapi enkorostoma untuk mendapatkan bantuan dalam
pencegahan, pengkajian dan penanganan luka/kerusakan kulit
3)   Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien
melaporkan factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang
diperlukan
Intervensi :
a) Kurangi organisme yang masuk ke individu
b) Lindungi individu yang mengalami defisit imundari infeksi
c) Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
d) Amati manifestasi klinis infeksi
e) Instruksikan individu dan keluaraga mengenai penyebab, risiko dan kekuatan
penularan infeksi

4. Implementasi
Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.

5. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,
respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil yang mungkin
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Engz katroxz .2010 [cited 2012 November 4];.Available from: URL


http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html

Novick C. Polydactyly of the foot [Online]. 2009 Dec 4 [cited 2012 November 4]; [5 screens].
Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview

University of Maryland Medical Center. Polydactyly-treatment. [Online]. 2009 [cited 2012


November 4]; Available from: URL: http://www.umm.edu/ency/article/003176trt.htm

Weill Cornell Medical College [Online]. [cited 2012 November 4]; Available from: URL:
http://www.cornellsurgery.org/patients/health/congenital-hand-defor-mities.html

Wikipedia [Online]. 2008 June [cited 2012 November 4 ]; Available from:


URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Polydactyly

Yen CH, Chan WL, Leung HB, Mak KH. Thumb polydactyly: clinical outcome after
reconstruction. Journal of Orthopaedic Surgery [serial online] 2006 [cited 2012 November
4];14(3):295-302. Available from: URL: http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf

Yuda handaya[ONLINE]. 2010 Dec 28 [cited 2012 November 4]; Available from:
URL:http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/
PATHWAY
Faktor Penyebab.

Kelainan Genetik Faktor Teratogenik


dan Kromosom Fisik Kimia Biologis

Bawaan dari orang Radiasi, sinar X Obat-obatan, alkohol, Virus,Rubella


tua, ibu/bapak polutan
TORCH

Mutasi pada gen Gangguan proses


pembentukan organ

Perubahan formasi dari sel, jaringan, & organ

Teratogenesis (pembentukan cacat bawaan)

Malformasi (Kelainan bentuk)

Kelainan Kongenital

Terjadi Duplikasi Jaringan lunak hingga


disertai metacarpal & falang pada jari

Polidaktili

Pre Operasi Post Operasi

Penambahan jari Luka Operasi

Menolak atas Ketidaktahuan keluarga Kontak dgn


Dx 1 : Nyeri Dx 2 :
kelainan diri mengenai penyakit bakteri kerusakan
integritas kulit
Dx 1 :
Dx 2 : Dx 3 : Kurang Dx 3 : Resiko
Gangguan
Ansietas Pengetahuan Tinggi Infeksi
Konsep Diri
(Citra diri)
FORMAT PENGKAJIAN

(PERINATOLOGI)

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Nama : By. A
b. Umur/Tanggal Lahir : 5 Bulan
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Nomor Register : 28-52-38
e. Tanggal MRS :10 Mei 2020
f. Tanggal Pengkajian :11 Mei 2020
g. Diagnosa Medis : Polidaktili

PENANGGUNG JAWAB

a. Nama Ortu : Ny. B


b. Umur/Tanggal Lahir : 30 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Pendidikan Terakhir : SD
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

2. KELUHAN UTAMA / ALASAN UTAMA MASUK RUMAH SAKIT


a. Keluhan MRS
Ibu klien mengatakan anaknya memiliki kelebihan jumlah jari pada tangan dan
kakinya
b. Keluhan Saat Pengkajian
Ibu klien mengatakan anaknya akan melakukan operasi

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


a. Kronologis penyakit pasein (di rumah, UGD/poli)
Mulai tanggal 10 juni 2020 Bayi Ny. B dibawa ke IGD pada pukul 20.00 untuk
melakukan tidakan operasi pengangkatan jari tambahan pada tangan dan kakinya,
setelah dilakukan pemeriksaan Bayi Ny. B dipindah ke ruang perawatan untuk
tindakan lebih lanjutnya

4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


a. Antenatal (riwayat kehamilan)
 Status GPA :G3P3A0
 Usia Kehamilan : 9 bulan
 Perawatan antenatal (ANC) : teratur
 Tempat pemriksaan : bidan
 Penggunaan obat-obatan selama kehamilan : vitamin penambah darah
 Imunisasi TT : 2 kali
 Komplikasi penyakit selama kehamilan : tidak ada
b. Natal (riwayat persalinan sekarang)
 Penolong persalinan : bidan
 Tempat persalinan : rumah bidan praktek
 Jenis persalinan : normal
 Air ketuban : jernih
 Lama persalinan kala II : 2 jam
 Keadaan tali pusat : bersih
c. Post natal (neonatus)
 APGAR 1 – 5 : 7-8
 Gestasi : 39 minggu
 Resusitasi : dilakukan
 Pemberian O2 : 2 liter/menit
 Pernafasan spontan/tidak : spontan
 Frekuensi : 49 kali/menit
 Teratur/ tidak : tidak
 Menangis : menangis
 Berat badan lahir/Panjang badan lahir : 2900 gram/50 cm
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
a. Genogram (3 generasi)

; laki-laki meninggal

; perempuan meninggal

; laki-laki

; perempuan

; klien
b. Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan ayah dari By. A memiliki penyakit yang sama seperti yang
di derita klien
c. 1. Pengasuh : ibu
2. Dukungan sibling : ada
3. Keterlibatan orang tua
 Berkunjung : ya
 Kontak mata : ya
 Menyentuh : ya
 PMK : ya
 Berbicara : ya
 Menggendong : ya

6. RIWAYAT IMUNISASI
Ibu klien mengatakan imunisasi By. A lengkap

7. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


a. Pola nutrisi
 Jenis makanan/minuman : ASI
 Frekuensi : 8 kali
 Jumlah :-
 Cara pemberian : disusui ibu
 Infus /jumlah :-
b. Pola Eliminasi
BAK
 Frekuensi/jumlah : memakai pampers/jumlah 1 pampers penuh
 Warna : kuning jernih
BAB
 Frekuensi :1X
 Warna : kuning
 Konsistensi : padat
c. Pola Istirahat dan tidur
 Lamanya : 22 jam/hari
 Keadaaan waktu tidur : tenang

8. .PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
- k/u baik
- menangis
b. Tanda-tanda Vital
 Nadi = 115 x/menit
 Suhu = 36,6oc
 RR = 50 x/menit
c. Status Gizi/ Pertumbuhan
 Berat badan : 600 gr
 Panjang badan : 70 cm
 Lingkar Lengan : 60 cm
 Lingkar Dada : 55 cm
 Lingkar Kepala : 40 cm
d. Pemeriksaan Cepalo caudal
1. Kepala dan rambut
 Caput succedenum : tidak ada
 Chepal hematom : tidak ada
 Fontanela : lunak
 Sutura sagitalis : terpisah
 Gambaran wajah : simetris
 Ukuran Lingkar Kepala : 40 cm

2. Mata
 Bentuk/simetris : simetris
 Kotoran : tidak ada
 Konjutiva : warna merah muda
 Sklera : putih
 Palpebra : normal, tidak oedem

3. Hidung
 Lubang Hidung : simetris
 Pernafasan cuping hidung : tidak ada
 Sekret : tidak terdapat
 Kelainan : tidak ada
 Reflek grabella : saat bayi di sentuh hidungnya, dia
berkedip

4. Telinga
 Bentuk : normal
 Letak telinga terhadap mata : sejajar
 Pengeluaran cairan : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
 Reflek startel : saat telingan di sentuh, bayi
menoleh ke samping

5. Rongga mulut dan tenggorokan


 Warna bibir : merah muda
 Palatum : lengkap
 Lidah : warna merah muda
 Gigi : tidak ada
 Reflek sucking : kuat
 Reflek rooting : ada,saat pipi bayi di sentuh
dengan jari dia mengikut
 Reflek gawn : ada,sesekali bayi menguap

6. Leher
 Pembengkakan kelenjar : tidak ada
 Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran (normal)
 Reflek tonik neck : tidak ada tahanan
 Kelainan : tidak ada

7. Dada/thorak
a. Pemeriksaan paru
1. Inspeksi
Warna sama dengan kulit sekitar,bentuk dada normal,RR 50
x/menit,ireguler
2. Palpasi
Vokal fremitus normal
3. Perkusi
Tidak terkaji
4. Auskultasi
Suara nafas vesikuler
b. Pemeriksaaan jantung
1. Inspeksi
Ictus cordis tidk terlihat
2. Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS 5 mid klavikula
3. Perkusi
Tidak terkaji
4. Auskultasi
Normal
8. Abdomen
1. Inspeksi
 Keadaan tali pusat : sudah lepas
 Perdarahan tali pusat : tidak ada
 Tanda-tanda infeksi : tidak ada
 Hernia umbilikalis : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
2. Auskultasi
bising usus 6-7 x/menit
3. Palpasi
Tidak terkaji
4. Perkusi
Tidak terkaji

9. Ekstremitas
 Gerakan tangan : kuat
 Reflek grasping : kuat
 Reflek moro/startle : kuat
 Reflek stteping : ada
 Reflek babinski : ada
 Reflek menari :-
 Jari-jari tangan : abnormal (jumlah@12)
 Jari-jari kaki : abnormal (jumlah@11)
 Akrosianosis : tidak ada,ekstermitas kemerahan
 Kelainan tulang : tidak ada

10. Genetalis dan Anus


1. Laki-laki
 Lubang uretra : lurus
 Testis : sudah turun
 Lubang anus : ada
2. Perempuan
 Labia mayora :-
 Labia vagina :-
 Lubang uretra :-
 Lubang anus :-

11. Keadaan punggung


 Spina bifida : datar
 Reflek peres :-

12. Integumen
 Warna kulit : merah
 Sianosis : tidak ada
 Kemerahan : tidak ada
 Tanda lahir : tidak ada
 Tugor kulit : ada
 Kelainan : tidak ada

13. Pemeriksaan Penunjang


-

14. Penatalaksanaan
-
ANALISA DATA

Nama Pasein : By. A


No. Register : 28-52-38

NO KELOMPOK DATA MASALAH ETIOLOGI


Pre op
1 Ansietas Perubahan formasi dari
DS ; Ibu klien mengatakan
sel, jaringan, & organ
anaknya memiliki
kelebihan jumlah jari pada
Teratogenesis
tangan dan kakinya dan (pembentukan cacat
bawaan)
akan dilakukan operasi
DO ;
Malformasi (Kelainan
Keadaan umum baik
bentuk)
Ibu klien tampak gelisah
Ibu klien tampak tegang
Kelainan Kongenital
Ibu klien tampak khawatir
Nadi = 115 x/mnt
Polidaktili
o
Suhu = 36,6 c
RR = 50 x/mnt
Pre Operasi

Penambahan jari

Ketidak pengetahuan
keluarga tentang penyakit

Ansietas
NO KELOMPOK DATA MASALAH ETIOLOGI

Post op
Nyeri akut Perubahan formasi dari
DS ; Ibu klien mengatakan
2 sel, jaringan, & organ
bayinya terus saja menangis
walaupun sudah dikasih
Teratogenesis
ASI (pembentukan cacat
bawaan)
DO ;
Keadaan umum cukup
Malformasi (Kelainan
Klien tampak menangis
bentuk)
Klien tampak sesulitan tidur
Skala 4
Kelainan Kongenital
Nadi = 115 x/mnt
Suhu = 36,6oc
Polidaktili
RR = 50 x/mnt
x/menit
Post Operasi

Luka Operasi

Nyeri akut
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasein : By. A


No. Register : 28-52-38

TANGGAL TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN TT
MUNCUL TERATASI

11.05.20 Ansietas berhubungan dengan rencana


pembedahan ditandai dengan
DS ; Ibu klien mengatakan anaknya memiliki
kelebihan jumlah jari pada tangan dan kakinya
dan akan dilakukan operasi
DO ;
Keadaan umum baik
Ibu klien tampak gelisah
Ibu klien tampak tegang
Ibu klien tampak khawatir
Nadi = 115 x/mnt
Suhu = 36,6oc
RR = 50 x/mnt

Nyeri akut berhubungan dengan luka


pascaoperasi ditandai dengan
DS ; Ibu klien mengatakan bayinya terus saja
menangis walaupun sudah dikasih ASI
DO ;
Keadaan umum cukup
Klien tampak menangis
Klien tampak sesulitan tidur
Skala 4
Nadi = 115 x/mnt
Suhu = 36,6oc
RR = 50 x/mnt
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasein : By. A
No. Register : 28-52-38

TGL NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


11.05. 1 Setelah - Ekspresi 1. Informasikan
20
dilakukan wajah pasien / orang
tindakan menurun terdekat tentang
keperawatan - Mampu peran advokat
1x30 menit mengungkap perawat
masalah kan gejala intraoperasi.
keperawatan cemas 2. Identifikasi tingkat
ansietas dapat - Menunjukka rasa takut yang
teratasi n teknik mengharuskan
untuk dilakukannya
mengontrol penundaan
cemas prosedur
pembedahan.
3. Validasi sumber
rasa takut.
Sediakan informasi
yang akurat dan
factual.
4. Diskusikan
penundaan /
penangguhan
pembedahan
dengan dokter,
anestesiologis,
pasien dan
keluarga sesuai
kebutuhan.

2 Setelah - Nyeri 1. Observasi TTV


dilakukan berkurang 2. Kaji skala nyeri
tindakan - Klien tampak klien.
keperawatan rileks 3. Observasi reaksi
1x30 menit - Kesulitan non verbal dari
masalah tidur ketidaknyamanan.
keperawatan menurun 4. Jelaskan pada ibu
nyeri akut bahwa klien dapat
dapat teratasi dialihkan
perhatiannya.
5. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat
analgesic.

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasein : By. A


No. Register : 28-52-38

TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN


11.05.20 09.00 Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat
perawat intraoperasi.
h/ Rasa percaya / hubungan berkembang, turunkan rasa takut
akan kehilangan
09.20 Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya
penundaan prosedur pembedahan.
h/ Ibu klien merasa cemas akan tindakan yang akan dilakukan
kepada buah hatinya
09.40 Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan
factual.
h/ Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu
pasien untuk menghadapinya secara realistis, misalnya kesalahan
identifikasi / operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang
di operasi.penggambaran yang salah
10.00 Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan dengan
dokter, anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
h/ Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak
berkurang / teratasi.

TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN


12.05.20 09.00 Observasi TTV
h/ Nadi= 115 x/mnt
09.20 Suhu = 36,6oc
RR = 50 x/mnt
09.40 Kaji skala nyeri klien.
h/ Skala nyeri 4
10.00 Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
h/ Klien tampak menangis terus walaupun diberi ASI
10.20 Jelaskan pada ibu bahwa klien dapat dialihkan perhatiannya.
h/ Ibu klien mencoba memberikan mainan kepada klien
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesic.
h/ Ceftriaxon
Antrain
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasein : By. A


No. Register : 28-52-38

11.05.20 12.05.20 TANGGAL


S ; Ibu klien mengatakan anaknya S ; Ibu klien mengatakan sudah
memiliki kelebihan jumlah jari pada mengetahui tetang penyakit yang
tangan dan kakinya dan akan diderita anaknya
dilakukan operasi DO ;
O; Keadaan umum baik
Keadaan umum baik Ibu klien tampak tenang
Ibu klien tampak gelisah Nadi = 120 x/mnt
Ibu klien tampak tegang Suhu = 36,3oc
Ibu klien tampak khawatir RR = 55 x/mnt
Nadi = 115 x/mnt A ; Masalah teratasi
Suhu = 36,6oc P ; Hentikan intervensi
RR = 50 x/mnt
A ; Masalah belum teratasi
P ; Lanjutkan intervensi

S ; Ibu klien mengatakan bayinya terus S ; Ibu klien mengatakan bayinya


saja menangis walaupun sudah dikasih masih saja menangis walaupun
ASI sudah dikasih ASI dan diberikan
O; mainan
Keadaan umum cukup O;
Klien tampak menangis Keadaan umum cukup
Klien tampak sesulitan tidur Klien tampak menangis dan
Skala 4 sesulitan tidur
Nadi = 115 x/mnt Skala 3
Suhu = 36,6oc Nadi = 120 x/mnt
RR = 50 x/mnt Suhu = 36,3oc
A ; Masalah belum teratasi RR = 55 x/mnt
P ; Lanjutkan intervensi A ; Masalah belum teratasi
P ; Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai