Anda di halaman 1dari 3

Nama : AGUS ULIN NUHA

Nim : 201820126
Kelas : B/IV
Hukum Pajak
1. Undang-Undang KUP sebagai Hukum Pajak Formal yang memuat ketentuan
umum dan tata cara perpajakan yang pada prinsipnya berlaku bagi semua undang-
undang pajak materiil, kecuali undang-undang pajak materiil yang bersangkutan telah
mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya. Undang-
undang KUP telah mengalami tiga kali perubahan sejak diundangkan pertama kali
dengan UU Nomor 6 Tahun 1983 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1984.
Perubahan pertama dilakukan dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 dan mulai
berlaku 1 Januari 1995. Perubahan kedua dilakukan dengan UU Nomor 16 Tahun
2000 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001. Perubahan terakhir dilakukan dengan
UU Nomor 28 Tahun 2007 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2008.
Sebagai hukum pajak formal UU KUP mengatur mengenai prosedur (tata
cara) pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan serta sanksi-sanksi bagi yang
melanggar kewjiban perpajakan. Dengan kata lain UU KUP mengatur ketentuan
formal dalam melaksanakan hukum pajak materil seperti UU Pajak Penghasilan
(PPh), UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN
dan PPnBM), UU Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), UU Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), UU Bea Meterai dan UU Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa (PPSP). Pemungutan pajak akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
ini, kecuali apabila ketentuan perpajakan atau undang-undang pajak yang lain secara
khusus menentukan sendiri tata cara pemungutannya.
2. A. – Persyaratan Subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
- Persyaratan Objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.
B. Sanksi dan denda karena tidak memiliki NPWP, antara lain:

1. Bagi Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak mendaftar, tidak memiliki
NPWP, atau menyalahgunakannya, sehingga merugikan negara, akan dipidana paling
lama 6 (enam) tahun penjara, dan didenda paling banyak 4 (empat) kali lebih besar
jumlah pajak terutang yang belum atau kurang bayar.
2.
Wajib Pajak dengan penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21, jika tidak
memiliki NPWP, akan dikenakan tarif 20% lebih besar dari tarif aslinya. Misalnya,
seseorang yang mestinya membayar PPh 21 sebesar 15% jika dia memiliki NPWP,
menjadi 18% (atau 20% lebih besar) jika tidak memiliki NPWP. Inilah sebabnya
perusahaan sangat berkepentingan dengan NPWP karyawan. Perusahaan harus
mengeluarkan anggaran ekstra 20% untuk membayar pajak penghasilan karyawan yang
tidak memiliki NPWP.

C. Cara Membuat NPWP Pribadi Melalui KPP

1. Siapkan dokumen persyaratan yang telah difotokopi.


2. Datang ke KPP terdekat dari alamat pada KTP Anda. Bila alamat domisili sekarang
berbeda dengan KTP, Anda diharuskan melampirkan surat keterangan tinggal dari
Kelurahan.
3. Isi formulir pengajuan NPWP.
4. Serahkan berkas ke petugas pendaftaran.
5. Menerima tanda terima pendaftaran Wajib Pajak.

3. A. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada pemerintah
Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai SPT diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
B. Batas waktu penyampaian SPT nya adalah paling lama 20 hari setelah akhir Tahun
Pajak.
C. SPT dilaporkan menggunakan formulir tertentu, tergantung dari jenis pajak yang akan
dilaporkan. Untuk setiap jenis laporan memiliki tanggal jatuh tempo yang berbeda untuk
waktu pembayaran dan pelaporan. Jika SPT tidak dilaporkan pada waktunya, maka
dikenakan sanksi sebesar:

 Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan bagi wajib pajak pribadi.


 Rp 1.000.000,00 untuk SPT Tahunan bagi Pengusaha Kena Pajak.
 Rp 500.000,00 untuk SPT Masa PPN
 Rp 100.000,00 untuk SPT Masa lainnya.
Sama seperti melaporkan pajak, membayar pajak juga merupakan kewajiban warga
negara. Jika Anda tidak membayar pajak tepat waktu, terdapat sanksi pajak yang tidak
ringan.

4. A. Merujuk kembali pada Pasal 2 ayat (1) PMK Nomor. 189/PMK.03/2010, STP akan
diterbitkan jika pihak otoritas pajak telah melakukan penelitian atas data yang diberikan
oleh pihak Wajib Pajak yang bersangkutan. Menurut Pasal 2 ayat (2) PMK diatas,
penerbitannya dilakukan setelah lewat satu bulan sejak masa pajak yang bersangkutan. 
B. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak
juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan
5. Gugatan
MERUJUK pada Pasal 1 angka 7 UU 14/2002, gugatan adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak
atau terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku,

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 23 ayat (2) UU KUP wajib pajak atau penanggung pajak
dapat mengajukan gugatan atas empat hal. Pertama, pelaksanaan Surat Paksa, Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;

Baca Juga: Mau Ajukan Banding di TPT Pengadilan Pajak? Daftar Antrean Online Dulu
Kedua, keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak. Ketiga, keputusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal
25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP.

Keempat, penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada badan
peradilan pajak.

Keberatan pajak adalah mekanisme yang disediakan Ditjen Pajak bagi wajib pajak
yang tidak puas dan tidak sependapat terhadap hasil pemeriksaan pajak.

Biasanya, wajib pajak yang menempuh upaya hukum melalui pengajuan keberatan pajak
tidak puas dengan penetapan jumlah rugi, total jumlah pajak, dan jumlah potongan pajak
yang diputuskan petugas pemeriksa.

6. -Wajib pajak yang dengan kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau wajib pajak
menyampaikan SPT namun memalsukan dokumen atau mengisi data yang tidak benar.
-Wajib pajak dengan sengaja tidak melaporkan SPT.
-Menolak untuk diperiksa oleh petugas pajak.
-Tidak menyelenggarakan pembukuan yang benar.
-Menyalahgunakan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai