Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur dalam pandangan masyarakat biasanya diartikan dengan sempit. Arsitektur
pada umumnya dipandang sebatas desainer bangunan. Sebagai mahasiswa baru,
mahasiswa/I sebagian masih mendefinisikan arsitektur dalam pandangan publik. Namun
pada kenyataannya ruang lingkup arsitektur luas sekali, seperti tata kota, lansekap, interior,
desain produk, dan lain-lain. Dibutuhkan aplikasi dari pengertian tersebut dengan
memberikan contoh aplikasi dari pengertian dari teori yang dilampirkan.

1.2 Metoda Pembahasan

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian dengan metode Kausal-
komparatif. Tidak dengan jalan eksperimen tetapi  dilakukan dengan pengamatan terhadap
data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding. Untuk makalah ini
penulis menggunakan studi literatur dan diskusi.

1.3 Maksud dan Tujuan

Diharapkan mahasiswa/i Arsitektur ini dapat mengerti definisi arsitektur yang


sesungguhnya beserta ruang lingkupnya, perkembangannya, juga aplikasinya.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Vitruvius

Memperbincangkan teori arsitektur Barat, sulit kiranya meninggalkan nama besar yang
legendaris Marcus Pollio Vitruvius. Dia adalah arsitek dan insinyur Romawi yang hidup pada
abad I dan berperan besar karena menulis buku arsitektur tertua yang sempat ditemukan
oleh pakar Barat. Dalam buku A History of Architecture Theory (Hanno-Walter Kruff, 1994;
21), diuraikan bahwa sebenarnya sebelum Vitruvius, teori arsitektur Barat telah pernah
terungkap yaitu pada zaman Yunani dan Romawi namun karena karakteristik data yang
bersifat fana maka Dunia Barat menetapkan era Vitruvius-lah yang dianggap sebagai cikal
bakalnya Teori Arsitektur Barat.

Karya tulis Vitruvius terbagi dalam sepuluh buku sehingga diberi tajuk “Sepuluh Buku
Arsitektur” (The Ten Books on Architecture).

1. Buku I menguraikan tentang pendidikan bagi arsitek. Didalamnya  dimuat hal-hal yang
berhubungan dengan dasar-dasar estetika serta berbagai prinsip tentang teknik bangunan,
mekanika, arsitektur domestik bahkan sampai perencanaan perkotaan.

2. Buku II memaparkan evolusi arsitektur utamanya yang berkaitan bengan masalah


material.

3. Buku III, tentang bangunan peribadatan.

4. Buku IV menguraikan berbagai tipe bangunan peribadatan khususnya yang berhubungan


dengan tata atur (orders) dan teori proporsi.

5. Buku V memuat tentang bangunan-bangunan fasilitas umum seperti      teater.

6. Buku VI mengulas tentang keberadaan rumah pribadi.

2
7. Buku VII berisikan penggunaan material bangunan sedangkan pada

8. Buku VIII berisi tentang sistem perolehan atau pasok air.

9. buku IX mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan astronomi dan

10. Buku X menjelaskan tentang konstruksi, mekanika dan permesinan.


Kesepuluh buku diatas mempunyai berbagai ragam pengantar yang pada intinya terdiri dari
sosok Vitruvius, fungsi dari suatu perlakuan secara runtut atas suatu hala atau yang lazim
disebut treatis dan berbagai problematika arsitektur secara umum.

Dalam hal ini Vitruvius tampak berhasil menampilkan konsepsi yang


pada zamannya tergolong kontemporer. Tentang berbagai kesepakatan (treatis) dalam
dunia arsitektur yang pada masa itu banyak diimplementasikan untuk melayani Dinasti
Agustus (27 BC – 270 AD). Di dalam buku ini juga didiskusikan tentang metode dan berbagai
aspek linguistik melalui berbagai ungkapan material
yang variatif. Dalam buku III misalnya, Vitruvius menetapkan unsur simetri sebagai prinsip
pertama di dalam penataan bangunan. Prinsip berikutnya adalah proporsi – perbandingan
bagian yang terdapat dalam satu benda atau bentuk – yang terutama diaplikasikan pada
tiang-tiang yang oleh Vitruvius dikelompokan menjadi berbagai jenis sesuai dengan
temuannya di kuil Romawi. Di sini bagian-bagian bangunan yang berhubungan dengan tiang
dan balok diatasnya mendapat perhatian penuh. Dalam buku yang ke IV, Vitruvius
mengemukakan asal-usul ketiga order dan proporsi Capital Corintian. Dari sini ia lebih jauh
menjabarkan ornamen order tersebut serta melanjutkannya dengan penjelasan mengenai
proporsi Kuil Doric. Pembagian ruangan, penghadapan kuil yang harus kebagian langit Barat
(bila ada upacara perngorbanan pelaksanaan acara akan menghadap ke Timur) juga
diaturnya. Ketentuan tersebut berhubungan dengan pintu yang juga tunduk pada kaidah
proporsi dan tata letak vertikal maupun horizontal. Di dalam buku Vitruvius yang ke X, pada
bagian pengantarnya, diuraikan hubungan antara prakiraan dan biaya riil bangunan. Dia juga
memperhitungkan adanya jasa arsitek yang diasumsikan akan memberikan tambahan biaya
pembangunan sekitar 25 %.

3
Firmitas, Utilitas, dan Venustas
1. There are three departments of architecture: the art of building, the making of
timepieces, and the construction of machinery. ….
2. All these must be built with due reference to durability, convenience, and beauty. ….”
(Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Pernyataannya inilah yang membuatnya dikenal. Jika ditanya, siapa itu Vitruvius ?
Kebanyakan dari kita akan menjawabnya seperti ini : “Oh..yang menyatakan firmitas,
venustas, dan utilitas”. Hal ini tidak sepenuhnya salah, walaupun sebenarnya banyak hasil
pemikiran Vitruvius lainnya yang juga ia nyatakan dalam buku tersebut. Pengertian tentang
firmitas, venustas, dan utilitas bisa menjadi salah apabila maksudnya tidak dipahami dengan
benar.

Menurut Vitruvius di dalam bukunya “De Architectura” (yang merupakan sumber


tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik
Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas);
arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur
tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern,
arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat
dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur
estetika maupun psikologis.

2.1.1 Firmitas

“Durability will be assured when foundations are carried down to the solid ground
and materials wisely and liberally selected;…” (Vitruvius : Ten Books on Architecture.
Book I. Chapter III.)

Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik dari
bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius menjelaskan setiap
material yang ia pakai dalam bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana,
batu dan kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya

4
hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian, ia menjelaskan metode
membangunnya (konstruksi).

Bangunan dapat dikatakan kokoh apabila dapat menyalurkan beban dengan


baik.Firmitas meliputi bagian utama, struktur, dan potongan.Perkembangan konstruksi
berkaitan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan baik dalam material
ataupun teknik pembangunannya (proses). Selain itu perkembangan sistem yang ada
juga mempengaruhi karena sistem yang ada mempengaruhi kebutuhan perawatan
bangunan untuk menjaga kekokohan.Selain itu struktur disesuaikan dengan kebutuhan
(lokasi, iklim, tradisi, dll).Zaman dahulu konstruksi hanya dibuat ala kadarnya, tanpa
pengetahuan memadai. Sedangkan sekarang konstruksi merupakan perhitungan yang
harus dipertanggungjawabkan.

sumber : google.com

Gambar 2.1 Perkembangan Teknologi pada Kualitas Semen yang Berpengaruh dalam
Kekuatan Bangunan

sumber : google.com

Gambar 2.2 Inovasi Manusia dengan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan

5
2.1.2 Utilitas

“…convenience, when the arrangement of the apartments is faultless and presents


no hindrance to use, and when each class of building is assigned to its suitable and
appropriate exposure;..” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Sedangkan, pada utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang yang baik,
didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan,
penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini juga berlaku untuk penataan
kota. Misalnya : dimana kita harus menempatkan kuil, benteng, dan lain-lainya di ruang
kota.

Utilitas meliputi kebutuhan, fungsi dan denah. Arsitektur mewadahi kegiatan, oleh
karena itu fungsi merupakan salah satuhal utama yang diperhatikan. Pada zaman dahulu
manusia hanya membangun untuk kebutuhan seperlunya saja, Semakin berkembangnya
zaman, kegiatan-kegiatan lain pun diwadahi sebagai penunjang kegiatan utama.Suatu
kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-
unsur kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan dalam bangunan. Arsitektur
mempunyai fungsi yang tidak hanya menaungi dan mewadahi manusia dengan segala
aktivitas dan segala perabot yang dibutuhkan dalam aktivitas itu, melainkan juga
memberikan suasana, image, dan mengarahkan pikiran dan perasaan serta perilaku dari
para penggunanya.Hal ini mempengaruhi bentuk denah bangunan, semakin kompleks.
Sedangkan hal yang ditekankan pada utilitas adalah mengatur ruang yang baik
didasarkan pada fungsi hubungan antar ruang dan teknologi.

sumber :
google.com

Gambar 2.3
Denah Perbandingan Bangunan Zaman Dahulu (sederhana) dan Sekarang (kompleks)

6
2.1.3 Venustas

“…and beauty, when the appearance of the work is pleasing and in good taste, and
when its members are in due proportion according to correct principles of symmetry.”
(Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Proporsi dan simetri merupakan faktor yang dianggap Vitruvius mempengaruhi


keindahan. Hal ini ia dasarkan pada tubuh manusia yang setiap anggota tubuhnya
memiliki proporsi yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan hubungan yang simetrikal
dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat tubuh. Hal ini, kemudian,
diilustrasikan oleh Leonardo daVinci pada Vitruvian Man.

Venustas meliputi seni, keindahan, dan tampak. Dahulu venustas merupakan hal
yang terakhir difikirkan, sekarang seorang arsitek berupaya mentranformasikan utilitas
dan firmitas sebagai bagian dari venustas. Utilitas dan firmitas menghasilkan bentuk
dasar, yang kemudian diperindah sesuai tujuannya ataupun hanya ekspresi
saja.Keindahan didapat berdasarkan dari pengalaman dan juga budaya. Keindahan juga
bisa dilihat dari berdasarkan zaman dan juga seimbang dan selaras dengan
alam.Venustas dilihat dari kriterianya, yaitu:

 Unsur desain : material


 Asas desain : berdasarkan teori teori arsitektur
 Prinsip desain : keselarasan, keseimbangan, irama, dan kesebandingan

sumber : google.com
Gambar 2.4 Masjid Al-Irsyad Memperhitungkan Keindahan Setelah Kekuatan
Konstruksi dan Fungsi

7
BAB III

APLIKASI TEORI VITRUVIUS

3.1 Masjid Al-Irsyad

Bentuknya kubus atau persegi empat sama sisi. Tak ada kubah yang menjadi ciri khas
tempat ibadah Umat Islam adalah Ridwan Kamil arsitek masjid itu. Desain unik masjid ini
memanfaatkan sinar matahari. Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan
alam. Saat senja, semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak
berdinding itu. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Ridwan Kamil. Masjid Al-Irsyad
diresmikan pada 17 Ramadan 1431 Hijriah tepatnya 27 Agustus 2010 silam. Bangunannya
unik, megah, dan kokoh. Desain masjid dirancang mirip Kakbah. Warna dasarnya abu-abu.
Penataan batu bata pada keseluruhan dinding terlihat sangat mengagumkan.

Batu bata disusun berbentuk lubang atau celah di antara bata solid.Dilihat dari kejauhan,
akan menghadirkan lafaz Arab yang terbaca sebagai dua kalimat tauhid, Laailaha ilallah
Muhammad Rasulullah, yang artinya Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah. Kekuatan desain Masjid Al-Irsyad, kata Ahmad, tampak pada embedding teks
kaligrafi Arab dengan jenis tulisan khat kufi. Bentuknya, dua kalimah tauhid yang melekat
pada tiga sisi bangunan dalam bentuk susunan batu bata, yang dirancang sebagai kaligrafi
tiga dimensi raksasa.

Secara keseluruhan, masjid seluas 1.871 meter persegi itu hanya memiliki tiga warna
yaitu putih, hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut tak menjadikan masjid
kehilangan daya tariknya. Justru, ketiga warna itu membuat masjid itu tampil lebih cantik,
modern, simpel namun tetap elegan dan indah dipandang mata.

8
Di dalam interior masjid, jumlah lampu yang dipasang sebanyak 99 buah sebagai simbol
99 nama-nama Allah atau Asmaul Husna. Masing-masing lampu yang berbentuk kotak itu,
memiliki sebuah tulisan nama Allah. Tulisan pada lampu-lampu itu dapat dibaca secara jelas
dimulai dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan ke-99 pada sisi kiri bagian belakang
masjid.

Ruang salat di masjid yang mampu menampung sekitar 1.500 jamaah ini, tidaklah
memiliki tiang atau pilar di tengah untuk menopang atap, sehingga terasa begitu luas. Hanya
empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Celah-celah angin
pada empat sisi dinding masjid menjadikan sirkulasi udara di ruang masjid begitu baik,
sehingga tidak terasa gerah atau panas meski tak dipasangi AC atau kipas angin.

Sumber : google.com
gambar 3.1 Masjid Al-Irsyad

3.2 The Gherkin (30 St Mary Axe)

30 St Mary Axe adalah sebuah gedung pencakar langit yang terletak di City of London,


distrik keuangan di London. Gedung ini memiliki tinggi 180 meter (591 kaki), dan berlantai
40, sehingga menjadikannya gedung tertinggi kedua di City of London. Bangunan ini selesai
dibangun pada bulan Desember 2003 dan dibuka pada bulan April 2004. Bangunan ini
dirancang oleh Norman Foster dan Ir. Arup. Gedung ini selalu terlihat ketika view kota
London ditampilkan. Gedung ini menjadi salha satu ciri khas dari kota London.

9
Sumber : google.com
Gambar 3.2 30 St Mary Axe (The Gherkin)

3.3 Museum Louvre

Museum Louvre adalah salah satu museum terbesar, museum seni yang paling banyak
dikunjungi dan sebuah monumen bersejarah di dunia. Museum Louvre terletak di Rive
Droite Seine, Perancis. Hampir 35.000 benda dari zaman prasejarah hingga abad ke-19
dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi.

Museum ini bertempat di Istana Louvre (Palais du Louvre) yang awalnya merupakan


benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. Sisa-sisa benteng
dapat dilihat di ruang bawah tanah museum. Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga
membentuk Istana Louvre yang sekarang ini. Pada tahun 1682, Louis XIV memilih Istana
Versailles sebagai kediaman pribadi, meninggalkan Louvre untuk selanjutnya dijadikan
sebagai tempat untuk menampilkan koleksi-koleksi kerajaan. Pada tahun 1692, di gedung ini
ditempati oleh Académie des Inscriptions et Belles Lettres dan Académie Royale de Peinture
et de Sculpture. Académie tetap di Louvre selama 100 tahun berikutnya. Selama Revolusi
Perancis, Majelis Nasional Perancis menetapkan bahwa Louvre harus digunakan sebagai
museum untuk menampilkan karya-karya bangsa.

Museum ini dibuka pada tanggal 10 Agustus 1793 dengan memamerkan 537 lukisan.


Mayoritas karya tersebut diperoleh dari properti gereja dan kerajaan yang disita Pemerintah
Perancis. Karena masalah struktural dengan bangunan, museum ditutup pada tahun 1796
hingga 1801. Jumlah koleksi museum meningkat di bawah pemerintahan Napoleon dan
museum berganti nama menjadi Musée Napoléon. Setelah kekalahan Napoleon
dalam Pertempuran Waterloo, sebagian besar karya-karya yang disita oleh pasukannya

10
kembali ke pemilik asli mereka. Koleksi museum ini ditingkatkan lagi selama
pemerintahan Louis XVIII dan Charles X, dan selama masa Imperium Perancis Kedua,
museum berhasil memperoleh 20.000 koleksi. Koleksi museum terus bertambah dengan
adanya sumbangan dan hadiah yang terus meningkat sejak masa Republik Perancis Ketiga.
Pada tahun 2008, koleksi museum dibagi menjadi delapan departemen kuratorial:
Koleksi Mesir kuno, benda purbakala dari Timur Dekat, Yunani, Etruskan, Romawi,
Seni Islam, Patung, Seni Dekoratif, Seni Lukis, Cetakan dan Seni Gambar.

Sumber :google.com
Gambar 3.3 Museum Louvre

11
PEMBAHASAN

 Masjid Al-Irsyad

Arsitektur dari Masjid Al-Irsyad sungguh unik karena desainnya dengan kiblat yang
dibuat terbuka yang dimaksudkan agar langsung dapat memandang alam yang
memperhatikan aspek keindahan (venustas). Masjid ini mempunyai fungsi utama (utilitas)
sebagai tempat ibadah umat beragama Islam. Dengan luas 1871 m 2, masjid ini dapat
menampung 1500 jamaah. Masjid ini tidak memiliki tiang atau pilar ditengah agar para
jamaah dapat merasakan suasana yang luas yang termasuk dalam pertimbangan “form
follow function” atau penguasaan dalam penyusunan bangunan. Masjid ini juga merupakan
perwujudan nyata dari arsitektur sebagai objek perasaan dan pemikiran (Louis Khan).
Namun, kekokohan (firmitas) dari masjid ini tidak dapat diragukan karena 4 sisi dinding yang
menjadi pembatas sekaligus penopangnya.

 The Gherkin (30 St Mary Axe)

Desain dari bangunan The Gherkin terinspirasi dari bentuk telur. Walaupun bentuknya
menyerupai telur, The Gherkin merupakan salah satu gedung pencakar langit kedua di City
of London. Bangunan ini mengambil bentuk telur sebagai unsur dari keindahannya
(venustas), dan dibuat tinggi untuk mengoptimalkan fungsinya (utilitas) agar dapat
menampung orang yang lebih banyak dengan lahan kecil dalam memenuhi kebutuhan
manusia dalam bekerja.

 Museum Louvre

Museum ini merupakan museum yang paling sering dikunjungi oleh turis mancanegara.
Museum ini sangat menarik karena keindahan yang terlihat terutama pada malam hari.
Unsur keindahan pada bangunan ini dikarenakan selain bentuk bangunannya yang unik,
pada malam haripun, museum ini sangat terlihat mencolok karenaa adanya permainan
pencahayaan. Fungsi sebelumnya, sebelum museum ini deipergunakan sebagai museum,
bangunan ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan. Karenan seiring berjalannya waktu

12
benteng tersebut sudah tidak dipergunakan, maka bangunan ini dijadikan museum.
Kekokohan bangunan ini juga tidak perlu diragukan karena bagian bawah dari museum ini
lebih lebar untuk menampung beban yang ada diatasnya.

13
BAB IV

KESIMPULAN

Arsitektur berawal dari kebutuhan manusia untuk berlindung dari keadaan alam seperti
hujan, matahari, dingin, dan panas. Juga sebagai tempat penyimpanan makanan dan
perlindungan dari binatang buas. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan
manusia juga meningkat. Untuk menunjang kebutuhannya itu, manusia membutuhkan
fasilitas yang lebih banyak. Dan itu sangat berpengaruh dalam arsitektur. Manusia semakin
mulai mempertimbangkan adanya kenyamanan dan keselamatan.

Kebutuhan yang seperti itupun akhirnya manusia mempertimbangkan keselamatan di


tempat singgahnya dengan mempertimbangkan kekokohan dari tempat singgahnya agar
bisa bertahan lama tanpa harus mengkhawatirkan keadaan luar maupun didalam tempat
singgahnya. Kenyamanan pun dapat diwujudkan dengan penataan ruang yang baik,
sentuhan seni dan warna, serta lingkungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

www.wikipedia.com

15

Anda mungkin juga menyukai