Anda di halaman 1dari 8

Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi Efusi Pleura

1. Chest X-Ray
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang sering digunakan pada pasien
dengan efusi pleura, akan tetapi salah satu diantanya yang paling sering
ialah pemeriksaan foto toraks. Foto toraks atau sering disebut chest x-ray
(CXR) merupakan suatu proyeksi radiografi dari toraks untuk
mendiagnosis kondisi-kondisi yang memengaruhi toraks, isi maupun
struktur yang ada didekatnya. Foto toraks menggunakan radiasi terionisasi
dalam bentuk x-ray.1
Tanda awal terjadinya efusi pleura pada foto toraks menunjukkan bagian
postero anterior posisi tegak maka akan dijumpai gambaran sudut
kostofrenikus yang tumpul baik dilihat dari depan ataupun dari samping.
Dengan jumlah yang besar, cairan yang mengalir bebas akan
menampakkan gambaran meniscus sign dari foto toraks postero anterior.
Ketinggian efusi pleura sesuai dengan tingkat batas tertinggi meniskus.2
Efusi pleura lebih sulit teridentifikasi pada foto toraks dengan posisi
terlentang. Jika ukuran efusi cukup besar, bayangan kabur yang menyebar
dapat dimaklumi. Gambaran lain yang dapat ditemui antara lain
tertutupnya bagian apikal, obliterasi hemidiafragma, gambaran opasitas
sebagian di hemitoraks, dan fisura minor yang melebar. Foto toraks lateral
dekubitus bisa dilakukan ketika dicurigai adanya efusi pleura. Efusi pleura
sederhana akan mengikuti gravitasi dan akan terbentuk lapisan antara paru
yang mengambang dengan dinding dada.3
Pada kasus efusi pleura masif, seluruh hemitoraks akan terdapat bayangan
opasitas. Pada foto tersebut, pergeseran mediastinum dapat
mengidentifikasi penyebab efusi pleura tersebut. Dengan tidak adanya
paru atau mediastinum yang sakit, akumulasi cairan yang besar akan
mendorong mediastinum ke kontralateral. Ketika mediastinum bergeser ke
arah efusi kemungkinan kelainannya adalah di paru dan bronkus utama
atau adanya obstruksi atau keduanya. Ketika mediastinum tetap di medial
kemungkinan penyebabnya adalah tumor.2

2. Ultrasonorafi (USG)
Ultrasonografi thoraks juga memiliki peran yang semakin penting dalam
evaluasi efusi pleura karena sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam
mendeteksi cairan pleura daripada pemeriksaan klinis atau radiografi
toraks. Karakteristik yang juga dapat dilihat pada USG dapat membantu
menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau kompleks. Efusi
sederhana dapat diidentifikasi sebagai cairan dalam rongga pleura dengan
echotexture homogen seperti yang terlihat pada sebagian besar efusi
transudatif, sedangkan efusi yang kompleks bersifat echogenic, sering
terlihat septasi di dalam cairan, dan selalu eksudat. Bedside Ultrasound
dianjurkan saat melakukan thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan
keamanan prosedural.4
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan USG toraks untuk menilai
suatu efusi pleura. USG toraks merupakan prosedur yang mudah dilakukan
dan merupakan tindakan yang tidak invasif dan dapat dilakukan di tempat
tidur pasien. USG toraks lebih unggul daripada foto toraks dalam
mendiagnosis efusi pleura dan dapat mendeteksi efusi pleura sekecil 5ml.
meskipun beberapa hal yang detail hanya bisa terlihat pada CT scan, USG
dapat mengidentifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan cairan dari
penebalan pleura, dan dapat membedakan lesi paru antara yang padat dan
cair. USG juga dapat digunakan untuk membedakan penyebab efusi pleura
apakah berasal dari paru atau dari abdomen. Selain itu USG dapat
dilakukan di tempat tidur pasien yang sangat berguna untuk identifikasi
cepat lokasi diafragma dan tingkat interkostal untuk menentukan batas atas
efusi pleura.2

3. CT-Scan
Meskipun tindakan torakosentesis biasanya dilakukan berdasarkan temuan
foto toraks, tetapi CT scan toraks lebih sensitif dibandingkan dengan foto
toraks biasa untuk mendeteksi efusi pleura yang sangat minimal dan
mudah menilai luas, jumlah, dan lokasi dari efusi pleura yang terlokalisir.
Lesi lokulasi bisa tampak samar – samar pada foto toraks biasa. Pada
gambaran CT scan toraks, cairan yang mengalir bebas akan membentuk
seperti bulan sabit dapa daerah paling bawah, sedangkan penumpukan
cairan yang terlokalisir akan tetap berbentuk lenticular dan relatif tetap
berada dalam ruang tersebut. Selain itu, CT scan toraks dapat digunakan
untuk menilai penebalan pleura, ketidakteraturan, dan massa yang
mengarah keganasan dan penyakit – penyakit lain yang menyebabkan
efusi pleura eksudatif. Dengan menggunakan zat kontras intra vena, CT
scan toraks dapat membedakan penyakit parenkim paru, seperti abses paru.
Emboli paru juga dapat terdeteksi dengan menggunakan zat kontras intra
vena. CT scan toraks juga berguna dalam mengidentifikasi patologi
mediastinum dan dalam membedakan ascites dari efusi pleura
subpulmonik yang terlokalisir.2

Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi Penumothorax

1. Chest X-Ray
Modalitas pemeriksaan radiologi pneumotoraks yang paling dianjurkan
adalah computed tomography (CT) scan. Namun, karena pertimbangan
biaya, waktu, dan lainnya, hingga saat ini pemeriksaan yang paling banyak
digunakan adalah pemeriksaan foto toraks. Pada foto toraks, gambaran
dihasilkan dari radiasi ionisasi sinar X pada organ-organ toraks, sehingga
gambaran yang terbentuk berbeda-beda menurut daya absorbsinya
berdasarkan densitas jaringan.5
Pneumothorax adalah suatu keadaan yang terjadi ketika udara memasuki
cavum pleura. Ketika ini terjadi, tekanan negatif biasanya muncul dalam
rongga pleura yang melebihi tekanan intralveolar sehingga paru menjadi
kolaps. Pleura parietal tetap berhubungan dengan permukaan dalam dari
dinding dada, tapi pleura visceral tertarik ke arah hilus akibat kolapsnya
paru. Pleura visceral terlihat tipis, garis putih dibentuk oleh udara pada
kedua sisi, menandakan batas luar paru dan mengindikasikan
pneumothorax. Pleura visceral yang terlihat disebut visceral pleural white
line atau visceral pleural line. Bahkan ketika kolaps, paru cenderung
mempertahankan bentuk aslinya sehingga kurvatura visceral pleura line
sejajar dengan curvatura dinding dada; di mana visceral pleural line
konveks terhadap dinding dada. Kebanyakan densitas linear lainnya yang
meniru pneumothorax tidak menunjukkan adanya hubungan spasial
dengan dinding dada. Biasanya ada, tapi tidak selalu, hilangnya tanda paru
perifer pada garis pleura visceral.6

2. USG
Untuk mendiagnosis adanya pneumotoraks dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi dengan pasien dalam posisi terlentang dengan transducer
diletakkan di dinding anterior dada pada 6 sampai 8 posisi pada masing-
masing hemitorak untuk mengidentifikasi adanya lung sliding. Adanya
lung sliding dapat menyingkirkan adanya pneumotoraks pada posisi-posisi
tersebut. Sebaliknya bila gambaran lung sliding menghilang maka akan
tampak pleura parietal tanpa gambaran sliding dari pleura viseral. Untuk
memastikan ada atau tidaknya lung sliding dilakukan pemeriksaan dengan
M-mode. Pada pneumotoraks gambaran lung sliding menghilang dan pada
M-mode akan tampak gambaran barcode sign atau stratosphere sign yaitu
berupa garis-garis paralel horizontal yang memanjang dan mengisi seluruh
layar monitor yang memberikan petunjuk akan tidak adanya gerakan
pengembangan paru yang normal. Hilangnya lung sliding disertai adanya
barcode sign menunjukkan adanya kelainan patologis yang menyebabkan
hilangnya kontak fisiologis antara lapisan pleura parietal dan viseral atau
terpisahnya kedua lapisan pleura tersebut. Keadaan tersebut bisa
didapatkan pada pneumonia berat, efusi pleura, atelektasis, obstruksi
saluran napas akut berat, pasca pleurodesis dan pasca pleurektomi.
Walaupun hilangnya gambaran lung sliding tidak spesifik untuk
pneumotoraks namun sebaliknya adanya gambaran lung sliding sangat
efektif untuk menyingkirkan adanya pneumotoraks pada daerah interkostal
dimana transducer diletakkan.
Lung point merupakan gambaran yang jarang didapat namun sangat
spesifik untuk mendeteksi adanya pneumotoraks. Gambaran lung point
tidak hanya bermanfaat untuk mendiagnosis pneumotoraks, namun
bermanfaat juga untuk menentukan batas dan menentukan luasnya
pneumotoraks. Gambaran lung point juga bermanfaat sebagai penuntun
dalam prosedur pemasangan tube untuk evakuasi pneumotoraks.7.8

Gambar 1. Barcode (strathospere) sign


Gambar 2. Lung Point : Batas antara paru yang mengalami
pneumotoraks dan paru yang normal

3. CT-Scan
CT scan thorax dapat memperjelas jika ada kecurigaan klinis yang kuat

dari pneumothorax yang tidak ditunjukkan pada radiologi konvensional.

CT mampu mendeteksi jumlah udara yang sangat kecil pada rongga

pleura.12

Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi Hydropneumothorax

1. Chest X-Ray
Hydropneumothorax umumnya disebabkan oleh trauma, tindakan operatif
ataupun thoracosintesis untuk mengeluarkan cairan pleura. Tidak seperti
efusi pleura yang menghasilkan gambaran meniscus, hidropneumothorax
menghasilkan gambaran air-fluid level pada hemithorax yang ditandai
dengan pinggiran lurus dan tajam.9
Gambar 3. Hydropneumothorax

Hydropneumothoraks pada foto di atas adalah:


a. Hiperlusen avaskuler
Hiperlusen avaskuler merupakan gambaran air density akibat adanya
udara bebas dalam cavum pleura yang meyebabkan kolaps bagian paru
yang berada dibawah pleura sehingga tidak terlihat corakan
bronchovaskular pada bagian tersebut.
b. Pleural white line
Pleura visceral terlihat sebagai garis tipis putih dengan kedua sisi
diantaranya berisikan udara, pada bagian terluar paru mengindikasikan
pneumothorax. Pleura viseral yang terlihat disebut dengan visceral
pleural white line.
c. Air fluid level
Air fluid level merupakan gambaran radiologi dimana terlihat
penampakan densitas udara dan densitas cairan yang terpisah dimana
densitas udara (air density) selalu menempati bagian atas dan densitas
cairan (fluid density) menempati ruang dibawahnya. Pada kasus
hidropneumothoraks terjadi pembentukan air fluid level yang dapat
dilihat pada pemeriksaan radiologis akibat adanya udara dan cairan
secara bersamaan dalam cavum pleura.
d. Perselubungan homogen
Perselubungan homogen merupakan gambaran semi opak atau
intermediet yang menutupi bagian paru. Tanda ini biasanya didapatkan
akibat adanya penumpukan cairan dalam cavum pleura.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lantu MG, Loho E, Ali RH. Gambaran foto toraks pad efusi pleura di
Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode November 2014 – Oktober 2015. Journal e-clinical. 216; 4(1). p.
273.
2. Roberts JR, Custalow CB, Thomsen TW and Hedges JR. Roberts and
Hedges’ Clinical Procedures in Emergency medicine, Sixth Edition.
Elsevier Saunders. Philadelpia. 2014.
3. Snell, Richard S. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC: Jakarta;
2012.
4. Pranita NPN. Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru Penyakit Pleura.
Wellness And Healthy Magazine. 2020; 2(1). p. 71
5. Putri PP, Kaniya TW. Evaluasi Radiologis Pneumothorax Spontan
Sekunder Pada Pasien dengan Tuberculosis Paru Kasus Relaps. Medula.
2019; 9 (2). p. 360
6. Herring William. Learning Radiology Recognizing the Basics 2nd Edition.
iladelphia : Elsevier. 2012.
7. Lee PMJ, Tofts RPH, Kory. Lung Ultrasound Interpretation. In : Soni NJ,
Arntfield R, Kory P, editors. Point-of- Care ULTRASOUND. Philadelphia
: ELSEVIER Saunders; 2015.p.51-8.
8. Lama KW, Chichra A, Cohen RI, Narasimhan M. Pleural Ultrasound. In :
Lumb P, Karakitsos D, editors. Critical Care Ultrasound. Philadelphia :
ELSEVIER Saunders; 2015.p.111-4.
9. Herring W. Learning Radiology: Recognizing The Basic. 3nd Edition.
Philadelphia: Elsevier; 2016: 14-5, 58, 60-6,76-7.
10.

Anda mungkin juga menyukai