Tujuan Pembelajaran.
1. Siswa dapat menjelaskan fungsi rear axle shaft
2. siswa dapat menyebutkan macam – macam rear axle shaft
3. Siswa dapat membedakan konstruksi rear axle shaft
4. Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen rear axle shaft dan fungsinya.
5. Siswa dapat menjelaskan cara kerja rear axle shaft
6. Siswa dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada rear axle shaft
7. Siswa dapat menganalisa gangguan yang terjadi pada rear axle shaft
Kendaraan akan tetap meluncur meskipun mesin telah dimatikan,ini disebabkan tenaga
dinamik yang terkandung pada kendraan itu sendiri.
Oleh sebab itu, tenaga dinamik dirubah dalam bentuk lain yang akan dapat menghentikan mobil
Mesin adalah satu bagian yang merubah tenaga panas, tenaga mekanik, tetapi rem adalah
satu bagian yang melakukan suatu perubahan tenaga dinamik yang berlawanan menjadi tenaga
panas. Rem ini bekerja dengan jalan menekankan sepatu rem yang tidak berputar ter – hadap
tromol ( brake drum ) yang berputar dengan roda dan menghasilkan gesekan.
Tenaga dinamik kendaraan akan dikalahkan gesekan dan berubah menjadi tenaga panas
yang mengakibatkan berhentinya kendaraan.
Pada umumnya rem yang digunakan pada mobil dapat digolongkan seperti di bawah ini :
3. REM KAKI
Rem hidrolis lebih respon dan lebih cepat dibanding dengan tipe lainya, dan juga kunstruksinya
lebih sederhana. Rem hidrolis juga mempunyai kunstruksi yang kusus dan handal. Dengan adanya
keuntungan tersebut di atas, rem hidrolis banyak digunakan pada kendaraan penum – pang dan
truck ringan.
Sistem rem pneumatic termasuk kompresor atau sejenisnya yang menghasilkan udara yang
bertekanan yang digunakan untuk menambah daya pengereman. Tipe ini banyak digunakan pada
kendaraan berat seperti truck dan bus.
Rem hidrolik
Rem hidrolik adalah suatu penerapan dari prinsip hukum pascal yang mana pada cairan
diberi tekanan, maka tekanan yang sama akan diteruskan ke semua arah.
Sistem rem antara lain terdiri dari master silinder, pipa rem dan silinder roda. Dalam sistem
rem hidrolik ini gaya pengereman yang sama diteruskan ke semua rem. Gaya pengereman
yang diperlukan tergantung dari besarnya diameter silinder, dengan cara merubah diameter
silinder sehingga tekanan pedal yang dibutuhkan dapat diperkecil. Rem hidrolik ini banyak
digunakan pada mobil – mobli sebagai rem utama.
Keburukan sistem ini adalah apabila terlalu lama menekan pedal rem, akan menyebabkan
minyak rem menjadi panas dan mendidih sehingga mengakibatkan rem tidak bekerja , dan dengan
kejadian ini akan dapat merusak pipa rem, memungkinkan minyak rem bocor, sehingga rem akan
tidak berfungsi sama sekali.
1. Master Silinder.
Master silinder mengubah gerak pedal rem ke dalam tekanan hidrolik yang berfungsi untuk
memompakan minyak rem ke masing – masing wheel silinder untuk mengadakan pengereman.
Master silinder ada dua tipe yaitu :
- Master silinder tunggal / single type
- Master silinder ganda / tandem type.
F1 = Tenaga pedal ( kg )
F2 = Out put push rod ( kg )
A = Jarak pedal ke fulcrum
B = Jarak push rod ke fulcrum
A 40
1. F2 = F1 x ------ , F2 = 40 x ------- , F2 = 40 x 5 , F2 = 200 kg
B 8
F2 F3 200 F3 200
2. ----- = ----- , ------ = ------- , F3 = ------- x 5 , F3 = 20 x 5 , F3 = 100 kg
A2 A3 10 5 10
F2 F4 200 F4 200
3. ----- = ----- , ------ = ------- , F4 = ------- x 10 , F4 = 20 x 10 , F4 = 200 kg
A2 A4 10 10 10
F2 F5 200 F5 200
4. ------- = -------- , ------- = -------- , F5 = ------- x 20 , F5 = 20 x 20 , F5 = 400 kg
A2 A5 10 20 1
Pada master silinder ganda, sistem hidrolisnya dipisahkan menjadi dua, masing – masing untuk
roda depan dan roda belakang.
Dengan demikian bila salah satu sistem tidak bekerja, maka sistem lainya akan tetap berfungsi
dengan baik.
Pada kendaraan penggerak roda belakang ( FR ), salah satu sistem rem hidrolis pada roda depan
dan sistem satunya pada roda belakang.
Pada kendaraan penggerak roda depan ( FF ), terdapat beban tambahan pada roda depan. Untuk
mengatasi hal tersebut maka digunakan sistem hidrolis split silang (diagonal split hydraulic system)
yang terdiri dari satu set saluran rem untuk roda kanan depan dan kiri belakang, dan satu set
saluran untuk roda kiri depan dan kanan belakang. Dengan demikian efisiensi pengereman tetap
sama pada kedua sisi walaupun salah satu dari kedua sistem tersebut terjadi kerusakan.
Dilain pihak, ujung atas sepatu rem bagian belakang terdorong ke dalam oleh tromol yang cende –
rung mengembang ke luar, ini disebut “ Trailing Shoe “
Kerjanya tromol mencoba mendorong leading shoe berputar bersama tromol, dan ini disebut “ Self-
Energizing “ atau “ Self Servo “. Self energizing bekerja menimbulkan daya pengereman yang
cukup besar. Dilain pihak, daya balik yang berlaku pada trailing shoe mengurangi daya pengere -
man pada sepatu tersebut. Perbandingan tenaga pengereman dilakukan dengan leading dan
trailing shoes diperkirakan 3 : 1.
Leading shoes menghasilkan daya pengereman yang lebih baik, dan kelemahannya ialah lebih
cepat aus dibandingkan dengan trailing shoes.
1. BACKING PLATE
Backing plate terbuat dari plat baja yang dipres yang dibaut pada axle housing atau axle carrier
bagian belakang. Karena sepatu rem terkait pada
backing plate, maka aksi daya pengereman ter -
tumpu pada backing plate.
Bila permukaan gesek sepatu rem aus berlebihan,
rem akan bergetar. Sepatu rem harus diteliti tiap
kali rem dibongkar untuk menghindari problem
tersebut.
Wheel cylinder terdiri dari beberapa komponen seperti terlihat pada gambar di bawah. Setiap roda
menggunakan satu atau dua buah wheel cylinder. Ada sistem yang menggunakan dua piston untuk
menggerakkan sepatu rem, yaitu satu piston untuk setiap sisi wheel cylinder, sedangkan sistem
lainya hanya menggunakan satu piston untuk menggerakkan hanya satu sepatu rem.
Sepatu rem terbuat dari plat baja, kanvas rem dipasangkan pada sepatu rem dengan jalan dikeling (
untuk kendaraan besar ) atau di lem ( untuk kendaraan kecil ) pada permukaan yang bergesekan
dengan tromol.
Kanvas rem ini harus dapat menahan panas dan aus dan harus mempunyai koefisien gesek yang
tinggi. Koefisien gesek tersebut sedapat mungkin tidak dipengaruhi oleh turun naiknya temperatur
dan kelembaban yang silih berganti. Umumnya kanvas rem ( brake linning ) terbuat dari campuran
fiber metalic dengan brass, lead, plastik dan sebagainya dan diproses dengan ketinggian panas
tertentu.
Brake drum / tromol rem pada umumnya terbuat dari besi tuang ( gray cast iron ) yang gambar
Penampangnya seperti terlihat pada gambar di samping.
Tromol rem ini letaknya sangat dekat dengan sepatu rem, tanpa ber –
Sentuhan dan berputar bersama roda.
Seperti terlihat pada gambar, bahwa pada rem model leading trailing mempunyai ciri : mempunyai
satu buah wheel silinder dan dalam wheel silinder mempunyai dua buah piston sedang tumpuan
sepatu rem bagian bawah terikat mati terhadap backing plate.
Bila tromol berputar ke arah depan, seperti arah panah, dan pedal rem di-injak, maka bagian ujung
atas sepatu ditekan membuka ke sekeliling ujung bawah oleh silinder roda / wheel silinder dan
berlaku daya pengereman terdapat tromol. Sepatu bagian kiri disebut leading shoe, dan sepatu
yang kanan disebut trailing shoe.
Leading shoe lebih cepat ausdibandingkan trailingshoe.bila rem sering digunakan dalam putaran
gerak maju.
Tipe ini digunakan pada rem belakang kendaraan penumpang dan kendaraan kecil jenis komersil.
Tipe two leading single action mempunyai dua buah wheel silinder, dan masing – masing silinder
mempunyai satu buah piston pada setiap sisinya. Bila rem bekerja, kendaraan dalam kondisi gerak
maju, maka kedua sepatu rem akan berfungsi sebagai leading shoe, maka tipe ini mempunyai
tekanan pengereman yang tinggi. Tetapi kerugianya apabila kendaraan berjalan mundur, maka
kedua sepatu rem akan bekerja sebagai trailing shoe dan menghasilkan tenaga pengereman yang
kecil. Tipe ini digunakan pada rem depan kendaraan penumpang dan niaga.
Tipe dual two leading mempunyai dua buah wheel silinder, masing – masing silinder mempunyai
dua buah piston. Bila tipe two leading bekerja sebagai self- energizing force dalam satu arah saja,
maka tipe dual two leading ini bekerja efisiensi dalam dua arah yaitu arah maju dan arah mundur.
Tipe ini banyak digunakan pada rem belakang kendaraan niaga.
Tipe uni servo mempunyai satu buah wheel silinder, dan dalam silinder mempunyai satu buah
piston, tumpuan sepatu rem bagian bawah dapat berayun dan sekaligus sebagai penyetel sepatu
rem ( brake adjuster ).
Bila torak yang berada di dalam wheel silinder
mendorong bagian atas kiri hingga menyentuh tromol,
maka fungsi sepatu – sepatu sebagai leading shoe,
dan bekerja dengan daya pengereman yang tinggi.
Gesekan antara tromol dan kanvas rem akan dipengaruhi oleh temperatur kanvas itu sendiri.
Biasanya gesekan akan berkurang dan gaya pengeremanpun menurun ketika tromol dan kanvas
telah jadi panas.
Daya pengereman juga dipengaruhi oleh posisi persinggungan antara tromol dan kanvas, walaupun
daerah persinggunganya mungkin sama. Hal ini disebabkan adanya self-energizing action yang
berbeda, tergantung pada posisi persinggunganya.
Celah antara tromol dan kanvas terlalu besar akan menyebabkan kelambatan dalam pengereman,
dan bila celah antara sepatu rem dan tromol terlalu kecil, rem akan terseret dan menyebabkan
keausan pada tromol dan kanvas rem. Begitu juga, apabila celah sepatu rem pada keempat roda
tidak sama pada semua roda – rodanya, maka kendaraan akan tertarik ke salah satu sisi pada saat
dilakukan pengereman.
Penyetelan celah sepatu rem secara otomatis mengacu pada penyetelan antara tromol dan kanvas
Ada beberapa tipe penyetelan rem secara otomatis, antara lain sebagai berikut :
- penyetelan terjadi pada saat pengereman selama kendaraan berjalan mundur
- penyetelan terjadi pada saat pengereman selama kendaraan berjalan maju
- penyetelan dilakukan dengan rem parkir.
Metode penyetelan ini digunakan pada rem tipe duo servo yang menggunakan kabel penyetel
(adjusting cable), tuas penyetel (adjusting lever), sekrup penyetel sepatu (shoe adjusting screw) dan
komponen lainya.
Kabel penyetel (adjusting cable) dipasang pada ujung ancor pin, sedangkan ujung lainya dikaitkan
pada tuas penyetel (adjusting lever) melalui sebuah pegas. Tuas penyetel (adjusting lever)
dipasang pada bagian bawah sepatu nomor: 2 dan dihubungkan dengan sekrup penyetel sepatu
rem ( brake adjuster ).
Bila pedal rem ditekan sambil kendaraan berjalan
mundur, maka sepatu rem mengembang dan
menyentuh tromol yang mulai berputar, hingga
ujung atas sepati no : 1 menyentuh ancor pin,
sejak sepatu no : 2 bergerak dari ancor pin, pada
waktu bersamaan, maka menarik kabel
penyetelan. Ini menyebabkan tuas penyetel
memutar sekrup penyetel dan menyetel celah
antara sepatu rem dengan tromol.
Sekrup penyetel sepatu terdiri dari sebuah baut dan mur seperti terlihat pada gambar di bawah.
Setiap ujung sekrup bersinggungan dengan sepatu rem, maka celah sepatu rem bertambah atau
berkurang sesuai dengan putaran sekrup.
Cara kerja
Bila pedal rem diinjak, maka piston dan link yang meru-
pakan satu unit bergerak ke atas. Hal ini akan menye –
babkan tuas penyetel otomatis bergerak mengelilingi pin
pada arah putaran kebalikan.
Tuas penyetel (adjusting lever) dipasang bersama tuas rem parkir (parking brake lever) pada sepatu
rem. Salah satu ujung tuas penyetel dihubungkan dengan sepatu rem melalui sebuah pegas dan
ujung lainnya dihubungkan dengan sekrup penyetel yang bersatu dengan strut rem parkir (parking
brake lever).
Cara kerja
Bila tuas rem parkir ditarik, maka tuas penyetel hanya akan
bergerak seikit dan tuas penyetel tidak dapat bergerak
pada gigi berikutnya, sehingga celah sepatu tetap tidak
berubah.
Tuas penyetel ( adjusting lever ) disusun sedemikian rupa untuk berhubungan dengan satu
gigi sekrup penyetel ( adjusting screw tooth ). Dengan demikian satu kali tuas rem parkir
bekerja hanya akan memajukan mur penyetel satu gigi saja, mengurangi celah sepatu rem
kira – kira 0.03 mm, sekalipun celah sepatu rem cukup besar.
Rem cakram ( disc brake ) pada dasarnya terdiri dari cakram yang terbuat dari besi tuang ( disc
rotor ) yang berputar dengan roda dan bahan gesek ( disc pad ) yang mendorong dan menjepit
cakram ( disc rotor ). Daya pengereman dihasilkan oleh adanya gesekan antara disc pad dan disc
rotor.
Efisien. Juga pad akan lebih cepat aus dari pada sepatu rem pada rem tromol. Tetapi kunstruksi
yang sederhana , mudah pada perawatannya serta penggantian pad relatif lebih mudah.
Umumnya cakram / piringan / disc rotor dibuat dari besi tuang dalam bentuk biasa (solid) dan
berlubang – lubang untuk ventilasi.
Tipe lubang untuk menjamin pendinginan yang baik, untuk mencegah fading dan menjamin umur
pad lebih panjang atau tahan lama.
2. Pad Rem
Pad / disc pad terbuat dari campuran metalic, fiber dan serbuk besi, yang disebut juga dengan
istilah semi metalic disc pad.
Pada pad diberi celah untuk menunjukkan tebal pad (batas yang diijinkan). Dengan demikian dapat
mempermudah pengecekan keausan pad.
Pada beberapa pad terdapat anti squel shim yang berfungsi untuk mencegah bunyi saat penge –
reman dan pad wear indicator untuk menginformasikan keausan pad yang sudah tipis.
Caliper juga disebut dengan cylinder body, memegang piston – piston dan dilengkapi dengan
saluran dimana minyak rem disalurkan ke silinder.
caliper dipasangkan tepat pada axle atau strut, seperti terlihat pada gambar di bawah. Pemasang –
caliper dilengkapi dengan sepasang piston. Daya pengereman didapat bila pad ditekan piston
secara hidrolis pada kedua ujung piringan atau cakram / disc rotor.
Fixed caliper adalah dasar desain yang sangat baik dan dijamin dapat bekerja lebih akurat. Namun
demikian radiasi panasnya terbatas karena silinder rem berada antara cakram dan velg, menye -
babkan sulit tercapainya pendinginan. Untuk itu jenis fixed caliper sudah jarang digunakan.
Caliper tipe semi floating menerima tenaga pengereman yang dibangkitkan dari pad bagian luar.
Pada caliper tipe full floating, kemampuan pengeremanya dibangkitkan oleh kedua pad dengan
torque plate.
Caliper dipasangkan dengan dua bantuan dua buah pen pada torque plate.
Apabila rem bekerja maka bodi bergerak masuk
dengan adanya gerakan piston. Tekanan yang
berlaku pada pad bagian luar diterima oleh caliper
dan meneruskan momen ke pen pada arah
putaran. Kekuatan reaksi pada bagian dalam
diterima langsung oleh plate.
a. Tipe F
Seperti diperlihatkan pada gambar di bawah, tipe F mempunyai caliper yang ditunjang oleh
Caliper tipe ini dipasang dengan menggunakan dua pin ( main pin dan sub pin ) pada torque
plate yang dibautkan pada caliper itu sendiri, seperti terlihat pada gambar di bawah. Caliper dan
dua pin digerakkan sebagai satu unit oleh piston.
Reaksi tenaga dari inner dan outer pad diterima
oleh torque plate dan dengan demikian momen
tidak diteruskan ka pin. Selanjutnya bagian yang
meluncur ( sliding section ) pada caliper ( main dan
sub pin ) disembunyikan seluruhnya.
3. Tipe AD
4. Tipe PD
Bila pad menjadi tipis karena aus, maka celah antara disc rotor dengan pad bertambah dan memer
lukan langkah pedal yang lebih besar. Selanjutnya, rem cakram selalu memerlukan suatu
mekanisme penyetelan celah secara otomatis.
Cara Kerja.
Penyetel celah otomatis termasuk piston seal yang disatukan dalam silinder, ini mempunyai dua
fungsi, menutup piston untuk mencegah kebocoran minyak rem dari dalam silinder dan apa bila rem
dioperasikan dan piston bergerak dengan adanya tekanan hidrolis, maka piston seal membentuk
elastis seperti terlihat pada gambar di bawah. Bila pedal rem dibebaskan dan tekanan hidrolis
menjadi berkurang, piston seal kembali pada bentuknya semula dan menarik piston kembali.
Hasilnya celah antara disc rotor dan pad telah diatur.
Bila pad menjadi tipis karena aus, maka celah bertambah, dengan demikian piston bergerak
dengan jarak yang lebih jauh bila rem dioperasikan. Hal ini menyebabkan piston mulai meluncur ,
dalam hubunganya dengan piston seal, dan seal telah mencapai batas deformasinya. Peluncuran
ini akan berhenti bila pad telah menyentuh disc rotor dan piston berhenti bergerak.
Bila pedal dibebaskan, makapistonakan kembali dengan jarak yang sama sebesar deformasipiston
seal, dan celah normal telah diperbaiki.
Rem parkir / parking brake terutama digunakan untuk parkir kendaraan, disamping itu rem parkir
juga digunakan pada saat berhenti pada jalan tanjakan atau jalan menurun. Mobil penumpang dan
kendaraan niaga yang kecil mempunyai rem parkir tipe roda belakang, sedangkan untuk kendara -
an besar menggunakan rem parkir tipe centre brake yang dipasang antara propeller shaft dengan
transmisi.
Mekanisme kerja pada rem parkir pada dasarnya sama untuk rem parkir roda belakang dan centre
brake. Ada beberapa tipe tuas rem parkir seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini , yang di –
gunakan bergantung pada desain tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang dikehendaki.
Bodi rem parkir dikelompokkan menjadi dua tipe struktural bergantung pada andilnya tromol rem
atau piringan rem ( rem kaki ) atau komponen rem yang terpisah.
Tipe rem parkir ini digabungkan dengan rem kaki. Hubunganya dilakukan secara mekanik
dihubungkan pada sepatu rem pada kendaraan yang mempunyai tromol rem atau pada
piston pada mobil yang menggunakan disc brake.
BRAKE SYSTEM
Disusun oleh :
SUPRAPTO. ST.MT
19650604 198902 1 003