Anda di halaman 1dari 17

Definisi

Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena
kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta
elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

Gagal ginjal kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir

Etiologi
 Glomerulonefritis kronis
 Pielonefritis
 Diabetes mellitus
 Hipertensi yang tidak terkontrol
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Gangguan vaskuler
 Lesi herediter
 Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

asuhan keperawatan pada klien dengan GGK

Patofisiologi
Penurunan GFR

Pemeriksaan klirens kreatinin dengan mendapatkan urin 24 jam untuk mendeteksi  penurunan
GFR. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan
meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
Gangguan klirens renal

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli
yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal).

Retensi cairan dan natrium

Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara


normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium sehingga  meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Anemia

Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran GI.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat

Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah
satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya akan terjadi penurunan kadar kalsium.
Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal
ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di
tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)

Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.

( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

Manifestasi Klinik
Kardiovaskuler

-              Hipertensi

-              Pembesaran vena leher

-              Pitting edema

-              Edema periorbital

-              Friction rub pericardial

Pulmoner
-            Nafas dangkal

-            Krekels

-            Kusmaul

-            Sputum kental dan liat

Gastrointestinal

-                 Konstipasi / diare

-                 Anoreksia, mual dan muntah

-                 Nafas berbau amonia

-                 Perdarahan saluran GI

-                 Ulserasi dan perdarahan pada mulut

Muskuloskeletal

-                 Kehilangan kekuatan otot

-                 Kram otot

-                 Fraktur tulang

Integumen

-                 Kulit kering, bersisik

-                 Warna kulit abu-abu mengkilat

-                 Kuku tipis dan rapuh

-                 Rambut tipis dan kasar

-                 Pruritus

-                 Ekimosis

Reproduksi

-               Atrofi testis

-               Amenore

( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)


Pemeriksaan Diagnostik
a.       Urin

-          Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin

-          Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine (anuria)

-          Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat

-          Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan
rasio urin/serum sering 1:1

-          Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

-          Klirens kreatinin: mungkin agak menurun

-          Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium

b.      Darah

-          Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl

-          BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir

-          SDM:  menurun, defisiensi eritropoitin

-          GDA: asidosis metabolik, pH  kurang dari 7,2

-         Protein (albumin) : menurun

-         Natrium serum : rendah

-         Kalium: meningkat

-         Magnesium: meningkat

-         Kalsium ; menurun

c. Osmolalitas serum:

Lebih dari 285 mOsm/kg

d. Pelogram Retrograd:

Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter


e. Ultrasonografi Ginjal :

Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan
bagian atas

f. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi:

Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif

g. Arteriogram Ginjal:

Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa

h. EKG:

Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)

Penatalaksanaan
1.       Dialisis

2.       Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid

3.       Diit rendah uremi

( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

Komplikasi
1.      Hipertensi

2.      Hiperkalemia

3.      Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung

4.      Anemia

5.      Penyakit tulang

( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

Fokus Pengkajian
1.      Aktifitas /istirahat
Gejala:

-          Kelemahan malaise

-          Kelelahan ekstrem,

-          Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)

Tanda:

-       Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

2.      Sirkulasi

Gejala:

-       Riwayat hipertensi lama atau berat

-       Palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda:

-          Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan

-          Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik

-          Disritmia jantung

-            Pucat pada kulit

-            Friction rub perikardial

-            Kecenderungan perdarahan

3.             Integritas ego

Gejala:

-          Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain

-          Perasaan tak berdaya, tak ada harapan

Tanda:

- Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian,  mudah terangsang

4.             Eliminasi

Gejala:
-          Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)

-          Diare, Konstipasi, abdomen kembung,

Tanda:

-          Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan,   berawan

-        Oliguria, dapat menjadi anuria

5.  Makanan/cairan

Gejala:

-    Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)

-    Anoreksia, mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan
amonia)

Tanda:

-    Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)

-    Edema (umum, tergantung)

-    Perubahan turgor kulit/kelembaban

-    Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah

-    Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga

6.       Neurosensori

Gejala:

-    Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit kepala,
penglihatan kabur

-    telapak kaki

-    Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer)

Tanda:

-    Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,


kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor, koma

-    Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang

-    Rambut tipis, kuku tipis dan rapuh


7.       Nyeri/kenyamanan

Gejala:, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki, nyei panggul

Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

8.       Pernapasan

Gejala:

-    Dispnea, nafas pendek,  nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum

Tanda:

-    Dispnea, takipnea pernapasan kusmaul

-    Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)

9.       Keamanan

Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi

Tanda:

-    Pruritus

-    Demam (sepsis, dehidrasi)

10.         Seksualitas

Gejala: amenorea, infertilitas, penurunan libido

11.         Interaksi sosial

Gejala:

-          Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga

12.         Penyuluhan

-                 Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (resti GGK), penyakit polikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria

-                 Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan

-                 Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang

(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)


Artikel yang Berhubungan :
 Diagnosa dan Intervensi  Klien GGK
 Askep AMI
 Download Askep
 Askep GE

Tags: Askep, Askep ggk, asuhan keperawatan, asuhan keperawatan ggk, gagal ginjal kronis,
kliren kreatinin
Share9

Artikel Lain

1.             Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk


mengeluarkan air dan menahan natrium

Hasil yang diharapkan:

-          Masukan dan haluaran seimbang

-          Elektrolit dalam batas normal

-          Bunyi nafas dan jantung normal

-          Berat badan stabil

Intervensi:

 Pantau balance cairan/24 jam


 Batasi masukan cairan
 Pantau peningkatan tekanan darah
 Monitor elektrolit darah
 Kaji edema perifer dan distensi vena leher
 Timbang BB harian

2.       Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah

Hasil yang diharapkan:


-          Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat yang dibuktikan dengan BB
dalam batas normal, albumin dalam batas normal

Intervensi:

 Kaji pola diet nutrisi


 Kaji status nutrisi
 Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
 Menyediakan makanan kesukaan klien dalam batas-batas diet
 Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
 Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat
 Timbang berat badan harian

3.             Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat

Hasil yang diharapkan;

-    Klien mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan


tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu melakukan
kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan

Intervensi:

 Kaji faktor yang menimbulkan keletihan


 Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu
jika keletihan terjadi
 Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
 Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
 Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat ditoleransi
 Kaji respon klien untuk peningkatan aktivitas

4.       Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema

Hasil yang diharapkan:

-    Kulit hangat, kering dan utuh, turgor baik

-    Klien mengatakan tak ada pruritus

Intervensi:

 Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu


 Jaga kulit tetap kering dan bersih
 Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari kekeringan
 Bantu klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika klien tirah baring
 Beri pelindung pada tumit dan siku
 Tangani area edema dengan hati-hati
 Pertahankan linen bebas dari lipatan
5.       Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia

Hasil yang diharapkan:

-          Klien tetap terbebas dari infeksi lokal maupun sistemik dibuktikan dengan tidak ada
panas/demam atau leukositosis, kultur urin, tidak ada inflamasi

Intervensi:

 Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti demam, leukositosis, urin keruh,
kemerahan, bengkak

 Pantau TTV
 Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkan pada klien
 Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan perawatan kulit yang
baik dan higiene oral
 Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi
 Pertahankan nutrisi yang adekuat

6.      Kurang pengetahun b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, gagal
ginjal, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi

Hasil yang diharapkan:

- Klien dan orang terdekat dapat mengungkapkan, mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet
dan cairan dan rencana kontrol, mengukur pemasukan dan haluaran urin.

Intervensi:

 Instruksikan klien untuk makan makanan tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah
natrium sesuai pesanan dan hindari makanan yang rendah garam
 Ajarkan jumlah cairan yang harus diminum sepanjang hari
 Ajarkan pentingnya dan instrusikan klien untuk mengukur dan mencatat karakter
semua haluaran (urin, muntah)
 Ajarkan nama obat,dosis, jadwal,tujuan serta efek samping
 Ajarkan pentingnya rawat jalan secara teratur

(Tucker M, Susan dkk,1998, 585-567)

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gagal-ginjal-kronis/

http://nursingbegin.com/diagnosa-dan-intervensi-keperawatan-pada-klien-dengan-ggk/
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)/Gagal ginjal kronik (GGK)
A. PENGERTIAN

Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap
(Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal
yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu
transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya
berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses
obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit
endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
• Infeksi misalnya pielonefritis kronik
• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
• Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis
• Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
• Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
• Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
• Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
• Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra.

C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
• Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita
asimtomatik.
• Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari
normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
• Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood
ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah
tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan
udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial
oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
• Hipertensi
• Pitting edema
• Edema periorbital
• Pembesaran vena leher
• Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
• Krekel
• Nafas dangkal
• Kusmaull
• Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, mual dan muntah
• Perdarahan saluran GI
• Ulserasi dan pardarahan mulut
• Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
• Kram otot
• Kehilangan kekuatan otot
• Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
• Warna kulit abu-abu mengkilat
• Pruritis
• Kulit kering bersisik
• Ekimosis
• Kuku tipis dan rapuh
• Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
• Amenore
• Atrofi testis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan
elektrolit

F. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak
menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang
sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai
menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan
sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
(Barbara C Long, 2001)

G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
(membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal

H. PATHWAY

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
CKD adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis
respiratorik.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan.

J. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas
normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan
oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada
edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan
haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan

4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis
respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis


Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan
dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area
pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-pasien-ggk-gagal.html

Anda mungkin juga menyukai