Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI DAN IMPLIKASI BAGI ORANGTUA

USIA 6 – 12 BULAN

USIA 1 – 2 TAHUN

USIA PRASEKOLAH KASUS

DISUSUN OLEH

NAMA : MARFUZAH

NIM : P07124419 019

POLTEKES KEMENKES ACEH

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Bakang

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untukmemberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku.Komunikasi intensif
perludilakukan pada masa perkembangan anak rentang usia 0-6 tahun. Pada masa itu anak yang
mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang tepat akan menjadi modal penting bagi
perkembangan anak di kemudian hari. Komunikasi orang tua sangat berpengaruh dalam
pengendalian perilaku temper tantum pada anak. saran yang dapat diberikan kepada orang tua
adalah sebaiknyaorang tua meningkatkan intensitas komunikasi dengan anak untuk mengurangi
sikap temper tantrum pada anak. Masa perkembangan anak rentang usia 0-6 tahun. Pada masa itu
anak yangmendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang tepat akan menjadi modal penting bagi
perkembangan anak di kemudian hari.

Anak mulai berkenalan danbelajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat
terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan sebagainya merupakan suatu rasa yang wajardan
natural. Namun seringkali,tanpa disadari orang tua menyumbat emosi yang dirasakan olehanak.
Misalnya saat anak menangis karena kecewa, orangtua dengan berbagai cara berusaha menghibur,
mengalihkan perhatian,memarahi demi menghentikan tangisan anak.

B. Rumusan Masalah

Komunikasi dan Implikasi Bagi orangtua

Usia 6 - 12 tahun

Usia 1 - 2 tahun

Usia prasekolah kasus

C. Tujuan

Sebagai upaya peningkatan ilmu pengetahuan tentang Komunikasi dan implikasi orang tua
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI EFEKTIF

Menurut Hasan Basri (2005), bahwa komunikasi berfungsi sebagai:

1. Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang.

2. Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang di sampaikan.

3. Sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga.

4. Menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam keluarga.

B. SYARAT KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA ORANG TUA DAN ANAK

Komunikasi yang efektif apabila komunikan (anak) dapat menginterprestasikan pesan


yang di terimanya sebagaimana yang di maksud oleh komunikator (orang tua). Kenyataannya,
seringkali gagal untuk saling memahami. Adapun sumber utama kesalahpahaman dalam
komunikasii adalah cara komunikan menangkap makna suatu pesan berbeda dari yang di maksud
oleh Komunikator.

C. PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DAN BAHASA

Usia 6-12 bulan

Pada awal usia ini, bayi mulai mengerti nama orang dan benda, serta sudah mengerti
konsep perbedaan ‘ya’ dan ‘tidak’. Selain itu, bayi pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana,
seperti papa atau mama tanpa arti. Bayi pun sudah mulai menyatakan keinginannya melalui
isyarat. Pada usia 12 bulan, bayi sudah mengerti sekitar 70 kata. Sebaiknya waspada, jika pada
usia ini bayi tidak menunjukkan ekspresi, dan tidak dapat menunjuk dengan jari.

Akuisisi bahasa memungkinkan anak usia prasekolah untuk mengekspresikan pikiran dan
kreativitas.

Usia 1-2 Tahun

Pada rentang usia ini, anak akan memiliki kosakata baru dan senang mendengarkan cerita.
Pada usia 2 tahun, sekitar 50% bicaranya sudah dapat dimengerti oleh orang lain. Sebaiknya Anda
waspada, jika tidak ada kalimat 2 kata yang diucapkannya, yang dapat dimengerti orang dewasa
pada saat usia anak 2 tahun.

Periode usia prasekolah merupakan masa penyempurnaan keterampilan bahasa.

Anak berusia 3 tahun menggunakan kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting.

Kosakata pada anak usia 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata.

Anak usia prasekolah dapat memperoleh sebanyak 10 hingga 20 kata baru per hari dan

Pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2.100 kata, Pada akhir periode usia
prasekolah,anak menggunakan kalimat yang terstruktur seperti orang dewasa.

Anak usia 3 hingga 6 tahun mulai mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan suara,
suku kata, dan kata-kata saat berbicara. Awalnya, anak terlihat gagap. Anak mungkin mengatakan
konsonan berulang atau “um.” Gagap biasanya timbul antara usia 2 dan 4 tahun, dansekitar 75%
anak-anak akan pulih darinya tanpa terapi Orang tua.

harus memperlambat bicara mereka dan harus memberi anak waktu Untuk berbicara tanpa terburu
buru Atau menyela. Beberapa Suara tetapi beberapa anak tidak menguasai suara “sh,” “l,” “th,”
dan “r” sampai usia 6 atau lebih.

Komunikasi pada anak usia prasekolah bersifat konkret, karena mereka belum mampu berpikir
abstrak. Meskipun konkret alam, komunikasi anak usia prasekolah bisa sangat rumit dan terlibat;
dia mungkin berbicara tentang mimpi dan fantasi. Selain memperoleh kosa kata dan mempelajari
penggunaan tata bahasa yang benar, keterampilan bahasa reseptif anak usia prasekolah juga
menjadi halus. Anak usia prasekolah sangat selaras dengan suasana hati orang tua dan mudah
menangkap emosi negatif dalam percakapan. Jika anak usia prasekolah mendengar orang tua
membahas hal-hal yang menakutkan bagi anak, imajinasi anak prasekolah dapat memicu
perkembangan ketakutan dan mengarah pada salah tafsir atas apa yang telah didengar anak itu.
Kekhawatiran umum bagi orang tua adalah perkembangan bicara dan bahasa pada anak usia
prasekolah mereka. Variasi dalam perkembangan dari satu anak ke anak lain dapat ada karena
lingkungan, genetika, kesehatan, dan kebutuhan khusus. Pada anak usia prasekolah, kemampuan
berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan bahasa yang digunakan,
seorang anak prasekolah dapat berkomunikasi dengan temantemannya atau orang orang dewasa di
sekitarnya. Bahasa juga membantu anak prasekolah untuk meminta dan meraihapa yang
diinginkan, mampu menjaga diri, Serta melatih kontrol diri
D. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH

• Anak usia prasekolah mengalami tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dan
memiliki penampilan yang lebih ramping dan kurus dibandingkan dengan anak usia
balita.
• Tugas psikososial utama pada periode usia prasekolah adalah mengembangkan rasa
inisiatif.
• Perkembangan kognitif berubah dari pendekatan egosentris kedalam pemahaman yang
lebih empatik tentang apa terjadi di luar diri anak.
• Anak usia prasekolah memperoleh keterampilan motorik tambahan dan menampilkan
penyempurnaan signifikan pada kemampuan motorik halus.
• Keterampilan kognitif dan bahasa yang berkembang pada periode usia prasekolah
membantu mempersiapkan anak untuk sukses di sekolah.
• Disfluensi atau keragu-raguan dalam berbicara merupakan hal yang normal pada
periode usia prasekolah dan yang dengan kondisi tersebut, anak usia prasekolah akan
mendapatkan keterampilan bahasa dan kosa kata.
• Kosakata seorang anak usia prasekolah meningkat menjadi sekitar 2.100 kata, dan
anak berbicara dalam kalimat penuh.
• Anak prasekolah membutuhkan diet seimbang dengan kandungan lemak antara 20%
dan 30% dari kalori yang dikonsumsi.
• Aktivitas fisik yang memadai dan pemberian diet padat nutrisi (bukan makanan tinggi
lemak dan gula) adalah dasar untuk pencegahan obesitas pada anak prasekolah.
• Perawatan gigi yang memadai adalah penting untuk kesehatan gigi sulung.
• Anak-anak prasekolah membutuhkan sekitar 11-13 jam tidur per hari dan mendapat
manfaat dari rutinitas tidur terstruktur. Paling sering tanpa tidur siang di siang hari
• Karena imajinasi aktif anak prasekolah, mimpi buruk pada malam hari dapat terjadi
selama periode ini.

E. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK DIPENGARUHI OLEH PERUBAHAN POLA


INTERAKSI DAN POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA.
Komunikasi antara orang tua dengan anak merupakan suatu hal yang sangat
penting,dimana komunikasi sebagai alat atau sebagai media penjembatan dalam hubungan antar
sesamaanggota keluarga. Buruknya kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk
bagi keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri. Komunikasi interpersonal dalam
keluarga yang terjalin antara orang tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan perkembangan individu. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang
efektif.

IMPLIKASI

A. Implikasi Hasil perepsi ibu pada pemenuhan gizi seimbang sebagai pendukung tumbuh
kembang balita mengandung implikasi sebagai berikut:

1. Pemenuhan gizi seimbang sebagai pendukung tumbuh kembang balita dari aspek kognitif
berada pada kriteria rendah. Mengandung implikasi bahwa ibu peserta penyuluhan gizi
harus lebih meningkatkan kembali pengetahuan tentang pemenuhan gizi seimbang sebagai
pendukung tumbuh kembang balita.
2. Persepsi ibu pada penyuluhan pementihan gizi seimbang dalam sebagai pendukung
tumbuh kembang balita dari aspek afektif berada pada kriteria cukup. Mengandung
implikasi penyuluhan gizi telah cukup mampu menunjukkan kecermatan dalam sikap ibu
dalam pemenuhan gizi seimbang pendukung tumbuh kembang balita.Oleh karena itu
giziharus lebih meningkatkan ketelitian dalam mendukung tumbuhkembang balita.
3. Pemenuhan seimbang sebagai pendulang tumbuh kembang balita dari aspek psikomor
berada pada kriteria rendah. Mengandung implikasi bahwa ibu peserta penyuluhan
terampil dalam mengolah bahan makanan dari bahan sumber tenaga, mengolah bahan
makanan dari bahan stunber pembangun protein hewani, mengolah bahan makanan dari
bahan sumber pembangun protein nabati, mengolah bahan makanan dari bahan sumber
pengatur, mengolah dan membentuk makanan untuk balita, menyajikan makanan balita,
memvariasikan menu inakanan balita. Oleh karena itu ibu peserta penyuluhan harus
meningicatkan keterampilan dalam pemilihan bahan makan, pengolahan bahan makanan
dan memvariasikan menu Makanan balita.

USIA PRASEKOLAH KASUS


Kegagalan- kegagalan yang terjadi pada usia prasekolah biasa menyebababkan anak
memiliki perasaan bersalah sehingga sementara waktu anak tidak mau berinisiatif atau
berbuat. Tahap inisiatif ini disebut juga sebagai tahap kelamin-lokomotor (Genital -lokomotor
stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Kemampuan anak dalam bermain ini penting
sekali sebagai dasar dalam mengembangkan kemampuan sosialisasi. Bila tugas - tugas
perkembangan ini terhambat, anak akan merasa bersalah dalam melakukan aktivitasnya
sehingga akan sulit mengembangkan inisiatif pada kegiatan lainnya (Erikson, 1963 dalam
Feist J, 2008).

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA USIA PRA SEKOLAH

1. Fase Perkenalan
 Selamat pagi/assalamu’alaikum bu kenalkan nama saya Suster Sri Atun,
 Saya perawat RSUD, ibu namanya siapa? hai Adik ! Suster.Ingin
kenalan, nama adik siapa?

2. Evaluasi / validasi :
 bagaimana kabar ibu dan adik ?
 tampaknya adik sedang bermain ?

3. Kontrak :(Topik, Waktu dan Tempat)


 Ibu. Saya ingin berbincang-bincang tentang “bagaimana menjadi anak
yang sehat” bersama ibu dan adik sambil bermain disini, mau yaa…?Bu
kita akan berbincang-bincang sekitar 20-30 menit, bersedia bu?
Tujuannya agar ibu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak
ibu.

4. KERJA : (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)


 Bagaimana perkembangan anak ibu ? apakah anak ibu senang main di
luar rumah ? jenis permainannya apa yang paling disukai ? apakah
anak ibu suka ikut-ikutan melakukan pekerjaan rumah yang sederhana,
misalnya menyapu, atau merapihkan mainan setelah bermain? Apa yang
ibu lakukan jika anak ibu sakit, apakah diberikan obat yang beli di
warung atau kemana dibawa berobatnya ? Menggunakan jaminan
kesehatan atau membayar sendiri ?
 Apakah sudah mengenal warna-warna. Sekarang suster mau tanya sama
Adik,” sudah sekolah apa belum?” Kalau sudah kelas berapa? Dimana?,
 Cita-citanya ingin jadi apa? Oh ya suster. membawa mainan dari kertas
berwarna-warni nanti coba adik sebutkan warnanya. Mulai ya, yang
pertama ini seperti hewan apa? warnanya apa ? pintar. Yang ini seperti
hewan apa ? warnanya apa? Baguss. Sekarang yang ketiga benda apa ini?
 Warnanya? Bagus sekali. Yang terakhir benda apa ayo? Warnanya?
Bagus 100 . sekarang saya akan bicara sama ibu. Putra ibu pintar sekali
lho, apa sudah ibu lakukan pada anak ibu bagus sekali. saya pesan
pertumbuhan dan perkembanganya terus dirangsang sehingga dapat
menjadi optimal dan tetap sehat.

5. TERMINASI
Evaluasi (Subyektif dan Obyektif).
 Bagaimana perasaan ibu dan adik setelah bincang-bincang dengan
suster,senang atau tidak ? Coba sebutkan benda apa saja yang tadi suster
tunjukkan? Bagus. Adik sudah pandai menyebutkan macam-macam
benda dan warnanya

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :

Periode usia prasekolah merupakan masa penyempurnaan keterampilan bahasa.

Anak berusia 3 tahun menggunakan kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting.

Kosakata pada anak usia 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata.

Anak usia prasekolah dapat memperoleh sebanyak 10 hingga 20 kata baru per hari dan

Pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2.100 kata, Pada akhir periode usia
prasekolah,anak menggunakan kalimat yang terstruktur seperti orang dewasa.

Anak usia 3 hingga 6 tahun mulai mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan suara,
suku kata, dan kata-kata saat berbicara. Awalnya, anak terlihat gagap. Anak mungkin mengatakan
konsonan berulang atau “um.” Gagap biasanya timbul antara usia 2 dan 4 tahun, dansekitar 75%
anak-anak akan pulih darinya tanpa terapi Orang tua.

REFERENSI
Mufidah, Hilmi 2008. Komunikasi Antar Orang Tua Dengan Anak Dan Pengaruhnya Terhadap
Perilaku. Jurnal Jakarta.
Mufidah, Hilmi 2008. Komunikasi Antar Orang Tua Dengan Anak Dan Pengaruhnya Terhadap
Perilaku. Jurnal Jakarta.
Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012. Perkembangan Anak. Jakarta: Prenada Media Group
Sugiyono. 2011. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif. Bandung
Wulandari, A. 2013. Pelatihan Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Dalam
Mengatasi Tantrum Pada Anak Usia Pra sekolah.

Anda mungkin juga menyukai