(Kel. 5/ Section A)
Anatomi Paru-paru
Paru-paru berjumlah sepasang terletak didalam rongga kiri dan kanan. Paru-paru bagian
kanan memiliki 3 lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus (gelambir) didalam paru-paru
terdapat kurang lebih 300 juta alveolus, bagian luar paru-paru di bungkus oleh selaput pleura
untuk melindungi paru-paru darigesekan ketika bernapas. Saat benapas manusia menghirup
udara melalui hidung, udara yang di hirup mengandung oksigen dan gas-gas lainya. Kemudia
udara masuk melalui tenggorokan hingga mencapai paru-paru. Kemudian udara mengalir ke
alveoli yang merupakan ujung saluran. Kemudian oksigen yang berada didalam alveolus akan
bertukar dengan karbondioksida yang berada dalam darah melalui proses difusi (Suryo, 2010)
A. Definisi
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
maupun pengaruh tidak tidak langsung dari penyakit lain. (Athena Anwar, 2014). Pneumonia
merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai parenkim paru dan menjadi
penyebab kematian utama pada balita di dunia. Penyakit global tersebut dapat diatasi di
negara maju, namun cukup fatal di negara berkembang (Mia Nurnajiah, 2016)
B. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah :
a) Bakteri :
1. Diplococus pneumonia
2. Pneumococcus
3. Streptokokus hemolyticus
4. Streptococcus aureus
5. Hemophilus Influinzae
6. Mycobacterium tuberkolusis
7. Bacillus Friedlander
b) Virus :
1. Virus Influenza
2. Adenovirus
3. Cytomegalovirus
4. Respiratori syncycal virus
5. Mycoplasma Pneumonia
c) Jamur :
1. Histoplasma capsulatum
2. Cryptococcus neoformans
3. Blastomyces dermatitides
4. Coccidioides immitis
5. Aspergilus Species
6. Candida albicans
d) Aspirasi
1. Makanan
2. Kerosene (Bensin,Minyak tanah)
3. Cairan Amnion
4. Benda Asing
e) Pneumonia Hipostatik
f) Sindrom Leoffler
C. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomi:
1. Pneumonia Lobaris : melibatkan seluruh atau satu bagian bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) : terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
mengalam penyumbatan oleh eksudat mukopurulen yang membentuk bercak konsolidari
3. Pneumonia Interstitial : proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
D. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : Mengidektifikasi distribusi structural (lobar, bronchial, abses)
2. Biopsi paru : menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organ khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru san menetapkan beratnya
penyakit
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
G. Penalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bida diberikan antibiotic
peroral dan tetap tinggal dirumah untuk penderita yang lebih tua dan lebih berat harus
dirawat dan diberikan antibiotic melalui infus. Kebanyakan penderita akan memberikan
respon terhadap pengobatan dan keadaanya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penalaksanaan yang umum diberikan adalah:
- Oksigen 1-2 L/menit
- IVFD dekstrose 10%; Nacl 0,9% = 3:1, KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi
- Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan eteral bertahap
melaluiselang nasogastric dengan feeding drip
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosiller. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik
diberikan sesuai hasil kultur
H. Komplikasi
1. Otitis Media Akut
2. Efusi Pleura
3. Abses otak
4. Endocarditis
5. Osteomyelitis
6. Atelectasis
7. Empisema
8. Abses paru
9. Infeksi sistemik
10. Endokarditis
11. Meningitis
2) Palpasi
b. Data Analisis
Produksi meningkat
Gangguan ventilasi
Ketidakefektifan pola napas Proses peradangan
Konsolidasi di alveoli
Tekanan hidrostatik
meningkat
Tekanan osmotic meningkat
Difusi menurun
Akumulasi cairan
Referensi
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: Penerbit Mediaction.
Athena Anwar, I. D. (2014). Pneumonia among Children Under Five Years of Age in Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 359-364.
Mia Nurnajiah, R. (2016). Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia pada Balita. Jurnal Kesehatan
Andalas, 255-260.
Suryo, J. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: Bentang Pustaka.