Kontrak Dan Bisnis Internasional
Kontrak Dan Bisnis Internasional
Cover .....................................................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................................
A. KONTRAK ...............................................................................................................
1. Pengertian Kontrak ......................................................................................
2. Asas – Asas Kontrak ....................................................................................
3. Syarat Sah Kontrak .......................................................................................
4. Prestasi dan Wanprestasi ...............................................................................
5. Force Majeure ..............................................................................................
6. Ganti Rugi .....................................................................................................
7. Tahapan – Tahapan Kontrak .........................................................................
8. Jenis – Jenis Kontrak ....................................................................................
9. Syarat Batal Kontrak Yang Dicantumkan Dalam Kontrak ...........................
[1]
A. KONTRAK
1. Pengertian Kontrak
Dalam dunia bisnis kontrak sangat banyak dipergunakan orang, bahkan hampir semua
kegiatan bisnis diawali oleh adanya kontrak, meskipun kontrak dalam tampilan yang sangat
sederhana sekalipun. Karena itu, memang tepat jika masalah kontrak ini ditempatkan sebagai
bagian dari hukum bisnis.1
Kontrak atau contracts ( dalam bahasa Inggris ) dan overeenkomst ( dalam bahasa
Belanda ) dalam pengertian yang lebih luas sering dinamakan juga dengan istilah perjanjian,
meskipun demikian dalam uraian selanjutnya penulis memakai istilah kontrak untuk
perjanjian yang sebenarnya memiliki arti yang hampir sama.2
Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis. Para pihak
yang bersepakat mengenai hal – hal yang di perjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan
melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut
perikatan (verbintenis). Dengan demikian, kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban
bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah
sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.3
Selanjutnya, ada juga yang memberikan pengertian kepada kontrak sebagai suatu
perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi dari kontrak tersebut,
dan oleh hukum, pelaksanaan dari kontrak tersebut dianggap merupakan suatu tugas yang
harus dilaksanakan. Dan menurut, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1313), maka
suatu kontrak diartikan sebagai suatu perbuatan dimana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap 1(satu) orang atau lebih. Dasar – dasar dari hukum kontrak nasional terhadap
dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Karena itu, Kitab Undang- Undang Hukum
Perdata merupakan sumber utama dari suatu kontrak. Disamping sumbernya dalam Kitab
1
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global . hlm. 9
2
Kwik Kian Gie. Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus. Prenada Media Group.
Jakarta 2005. Hlm. 49
3
Abdul Saliman . Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus. Prenada Media Group.
Jakarta 2005. Hlm. 45
[2]
Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, yang menjadi sumber hukum kontrak adalah
sebagai berikut4 :
1) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur khusus untuk jenis kontrak
tertentu atau mengatur aspek tertentu dari kontrak.
2) Yurisprudensi, yakni putusan-putusan hakim yang memutuskan perkara yang
berkenaan dengan kontrak.
3) Perjanjian internasional, baik bersifat bilateral atau multilateral, yang mengatur
tentang aspek bisnis internasional.
4) Kebiasaan-kebiasaan bisnis yang berlaku dalam praktek sehari-hari.
5) Doktrin atau pendapat ahli yang telah dianut secara meluas
6) Hukum adat di daerah tertentu sepanjang yang menyangkut dengan kontrak-kontrak
tradisional bagi masyarakat pedesaan.
[3]
6) Asas Kebiasaan dan
7) Kepastian Hukum
Dalam bidang hukum, dikenal beberapa asas hukum terhadap asas hukum terhadap suatu
kontrak, yaitu sebagai berikut7 :
1) Asas Kontrak Sebagai Hukum Mengatur
Hukum mengatur (aanvullen recht, optional law) adalah peraturan-peraturan hukum
yang berlaku bagi subjek hukum, misalnya para pihak dalam suatu kontrak. Akan
tetapi, ketentuan hukum seperti ini tidak mutlak berlakunya karena jika para pihak
mengatur sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang diatur oleh para pihak
tertentu. Jadi, peraturan yang bersifat hukum mengatur dapat di simpangi oleh para
pihak. Pada prinsipnya hukum kontrak termasuk ke dalam kategori hukum mengatur,
yakni sebagian besar (meskipun tidak seluruhnya) dari hukum kontrak tersebut dapat
di damping oleh para pihak dengan mengaturnya sendiri. Karena itu, hukum kontrak
ini disebut sebagai hukum yang mempunyai sistem terbuka (open system). Sebagai
lawan dari hukum mengatur, adalah apa yang disebut dengan “hukum memaksa”
(dwingend rect, mandatory law). Dalam hal ini, yang dimaksudkan oleh hukum
memaksa adalah aturan hukum yang berlaku secara memaksa mutlak, dalam arti tidak
dapat disimpangi oleh para pihak yang terlibat dalam suatu perbuatan hukum,
termasuk oleh para pihak dalam suatu kontrak.
[4]
Istilah “pacta sunt servanda” berarti “janji itu mengikat”. Yang dimaksudkan adalah
bahwa suatu kontrak yang di buat secara sah oleh para pihak mengikat para pihak
tersebut secara penuh sesuai isi kontrak tersebut. Istilah terkenalnya adalah “my word
is my bonds”. Atau sesuai dengan tamsilan bahasa Indonesia bahwa “jika sapi
dipegang talinya, jika manusia di pegang mulutnya”. Mengikatnya secara penuh atas
kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut oleh hukum kekuatannya dianggap sama
saja dengan kekuatan mengikat dari suatu undang-undang. Karena itu, apabila suatu
pihak dalam kontrak tidak menuruti kontrak yang telah dibuatnya, oleh hukum
disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksanaan kontrak secara paksa.
4) Asas Konsensual
Yang dimaksud dengan asas konsensual dari suatu kontrak adalah bahwa jika suatu
kontrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh, bahkan pada
prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak diisyaratkan oleh hukum, kecuali untuk
beberapa jenis kontrak tertentu, yang memang dipersyaratkan syarat tertulis. Syarat
tertulis tersebut misalnya di persyaratkan untuk jenis kontrak berikut ini :
a. Kontrak perdamaian
b. Kontrak pertanggungan
c. Kontrak penghibahan
d. Kontrak jual beli tanah
5) Asas Obligatoir
Asas obligator adalah suatu asas yang menentukan bahwa jika suatu kontrak telah
dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatannya itu hanya sebatas
timbulnya hak dan kewajiban semata-mata. Sedangkan prestasi belum dapat
dipaksakan karena kontrak kebendaan (zakelijke overeenkomst) belum terjadi. Jadi,
jika terhadap kontrak jual beli misalnya, maka dengan kontrak saja, hak milik belum
berpindah, jadi baru terjadi kontrak obligatoir saja. Hak milik baru berpindah setelah
adanya kontrak kebendaan tersebut atau yang sering disebut juga dengan serah terima
(levering). Hukum kontrak Indonesia memberlakukan asas obligatoir ini karena
hukum kontrak Indonesia berdasarkan pada Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.
Sungguh pun hukum adat tentang kontrak tidak mengakui asas obligatoir karena
hukum adat memberlakukan asas kontrak riil. Artinya, suatu kontrak haruslah dibuat
secara riil, dalam hal ini harus dibuat secara “terang” dan “tunai”. Dalam hal ini
[5]
kontrak haruslah dilakukan didepan pejabat tertentu, misalnya di depan penghulu adat
atau ketua adat, yang sekaligus juga dilakukan levering-nya. Jika hanya sekedar janji-
janji saja, seperti dalam sistem obligatoir, dalam hukum adat kontrak seperti itu, tidak
punya kekuatan sama sekali.
2) Syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum,
meliputi :
a) Suatu hal (objek ) tertentu
b) Sesuatu sebab yang halal ( kausa )
Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata
sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya
perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para
pihak yang membuatnya.9
8
Kwik Kian Gie. Op. Cit Hlm. 50
9
Suharnoko, “Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus”, Prenada Media, Jakarta , 2004, halm. 9
10
Abdul Saliman . Op. Cit. Hlm.47
[6]
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi,
pembatalan kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.
Sebagai contoh seorang debitor ( si berutang) dituduh melakukan perbuatan melawan hukum,
lalai atau secara sengaja tidak melaksanakan sesuai bunyi yang telah disepakati dalam
kontrak, jika terbukti, maka debitor harus mengganti kerugian ( termasuk ganti rugi + bunga
+ biaya perkaranya). Meskipun demikian, debitor bisa saja membela diri dengan alasan :
1) Keadaan memaksa ( overmacth/force majeure)
2) Kelalaian kreditor sendiri
3) Kreditor telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi
Untuk hal demikian debitor tidak harus mengganti kerugian . oleh karena itu, sebaiknya
dalam setiap kontrak bisnis yang kita buat dapat dicantumkan juga mengenai risiko,
wanprestasi, dan keadaan memaksa ini.
Bentuk- bentuk wanprestasi dapat berupa tidak melaksanakan atau memenuhi prestasi,
terlambat memenuhi wanprestasi, atau tidak sempurna memenuhi prestasi. Tindakan
wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan, kelalaian, atau tanpa kesalahan (tanpa
kesengajaan atau kelalaian)
Seseorang yang tidak melaksanakan perjanjian baik karena kesengajaan atau karena
kelalaian tidak dengan sendirinya dikatakan telah melakukan wanprestasi atau cidera janji,
sehingga terhadapnya dapat dimintakan ganti rugi. Pada umumnya, bila salah satu tidak
memenuhi prestasi, maka haruslah pihak lain dalam kontrak tersebut terlebih dahulu
mengajukan peringatan yang dikenal dengan istilah “Somasi” (Pasal 1238 KUH Perdata).
Dalam somasi ini ditentukan jangka waktu pemenuhan prestasi. Jika waktu ini telah terlewati
dan ternyata prestasi tidak juga dipenuhi atau tidak sempurna di penuhi maka barulah dapat
dikatakan pihak tersebut telah melakukan wanprestasi dan karenanya dapat dituntut ke
pengadilan. Jika somasi ini tidak diberikan terlebih dahulu, dan langsung saja di ajukan
gugatan ke pengadilan, maka gugatan seperti ini disebut dengan gugatan premature (belum
waktunya untuk diajukan).11
5. Force Majeure
11
Sophar Maru Hutagalung, Kontrak Bisnis di Asean, Sinar Grafika, Jakarta, 2013 Hal. 66
[7]
Force majeure adalah hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian kerja sama ini,
yang terjadi di luar kekuasaan kedua belah pihak, seperti pemogokan umum, gempa bumi,
banjir, sabotase, huru-hara, kerusuhan, dan lainnya.
Apabila terjadi force majeure, Pihak Pertama harus memberitahukan secara tertulis
kepada Pihak Kedua paling lambat satu bulan setelah terjadi force majeure, dan untuk ini
Pihak Pertama tidak dikenakan kewajiban atau denda apa pun juga12.
Kausa-kausa Force Majeure dalam KUH Perdata terdiri dari sebagai berikut :13
1) Force Majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga
Dalam hal ini, jika terjadi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya oleh para pihak yang
menyebabkan terjadinya kegagalan melaksanakan kontrak, maka hal tersebut tidak
tergolong kepada wanprestasi, akan tetapi termasuk ke dalam kategori force majeure.
2) Force Majeure karena keadaan memaksa
Selain mengapa seorang kreditor dianggap dalam keadaan force majeure adalah jika
tidak terpenuhinya kontrak karena terjadinya keadaan memaksa yang tidak dapat
dihindarkan oleh debitur, misalnya bencana alam, perang, kerusuhan dll yang
menyebabkan debitur menjadi terhalangmemenuhi prestasi.
3) Force Majeure karena perbuatan tersebut dilarang
Apabila ternyata prestasi yang harus dilakukan oleh debitur di kemudian hari ternyata
di ketahui sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang. Mungkin
terjadi karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan ketentuan perundang-
undangan. Akibat force majeure adalah bahwa terdapat debitur tidak dapat
dimintakan pertanggungjawabannya untuk membayar penggantian biaya, ganti rugi,
atau bunga akibat tidak terpenuhinya prestasi debitur karena terjadinya keadaan force
majeure.
Oleh karena itu, dalam praktik penyusunan kontrak akhir-akhir ini, para pihak melalui
konsultan hukumnya perlu menyusun secara eksplisit daftar kejadian-kejadian yang mereka
sepakati sebagai kejadian-kejadian khusus atau luar biasa yang membolehkan pihak yang
mengalaminya untuk tidak melaksanakan kewajiban kontraknya. Kejadian-kejadian lain di
luar yang sudah mereka sepakati tersebut, tidak boleh dijadikan alasan para pihak untuk tidak
melaksanakan kewajiban kontraknya.14
12
Abdul Saliman . Op. Cit Hlm.73
13
Sophar Maru Hutagalung, Op. Cit Hal. 67
14
Afifah Kusumadara, “Kontrak Bisnis Internasional” Sinar Grafika, Malang , 2013, Halm. 91
[8]
6. Ganti Rugi
Dalam teori dan praktik, ganti rugi sering dibagi dalam :15
1) Ganti rugi dengan pematalan kontrak
2) Pelaksanaan kontrak dengan tanpa ganti rugi
3) Pelaksanaan kontrak dengan ganti rugi
4) Pelaksanaan kontrak timbal balik tanpa ganti rugi
15
Sophar Maru Hutagalung, Op. Cit. Halm. 68
16
Abdul Saliman . Op. Cit Hlm.70
[9]
1) Prakontrak, pada tahapan ini para pihak memulai dengan negosiasi membuat
Memorandum of Understanding (Mou), studi kelayakan dan negosiasi lanjutan.
2) Kontrak, pada tahapan ini dimulai dengan penulisan naskah awal, pembahasan
naskah, penulisan naskah akhir, dan dilanjutkan penandatanganan.
3) Pascakontrak, dimulai pelaksanaan kontrak, penafsiran kontrak dan terakhir
penyelesaian kontrak.
17
Syahmin, “Hukum Kontrak Internasional” , PT. Raja Grafindo Indonesia, Jakarta, 2005, Halm. 15
[10]
Namun terdapat hal demikian, kontrak tidak menjadi batal dengan sendirinya (batal demi
hukum). Jika terjadi salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya baik dalam kontrak yang
mencantumkan syarat batal ataupun tidak mencantumkan syarat batal, maka pembatalan
kontrak tersebut oleh pihak lainnya harus terlebih dahulu dimintakan kepada pengadilan. Jika
dalam kontrak tidak ditentukan syarat batal, maka hakim leluasa memberikan persetujuan
jangka waktu tertentu kepada pihak yang tidak melakukan prestasi tersebut untuk melakukan
prestasi. Jangka waktu ini tidak boleh melebihi waktu selama satu bulan.
B. BISNIS INTERNASIONAL
[11]
Bisnis merupakan proses sosial yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok
melalui proses penciptaan dan pertukaran kebutuhan dan keinginan akan suatu produk
tertentu yang memiliki nilai atau memperoleh manfaat atau keuntungan.18
Setiap transaksi bisnis antara pihak-pihak dari lebih dari satu negara adalah bagian dari
bisnis internasional. Contoh transaksi tersebut termasuk membeli bahan baku atau input di
satu negara dan pengiriman mereka ke negara lain untuk pemrosesan atau perakitan,
pengiriman produk dari satu negara ke negara lain untuk penjualan eceran, membangun
pabrik di sebuah negara asing untuk memanfaatkan biaya tenaga kerja lebih rendah di sana,
atau meminjam uang dari bank di satu negara untuk membiayai operasi di tempat lain. Lebih
jelasnya, bisnis internasional berbeda dari bisnis domestik karena sejumlah alasan, termasuk
yang berikut: 19
1) Negara yang terlibat dapat menggunakan mata uang yang berbeda, memaksa
setidaknya satu pihak untuk mengubah mata uangnya menjadi mata uang negara
lain.
2) Sistem hukum negara mungkin berbeda, memaksa satu atau lebih pihak untuk
menyesuaikan sikap mereka untuk mematuhi hukum setempat.
3) Budaya dari negara-negara mungkin berbeda, memaksa masing-masing pihak
untuk menyesuaikan perilakunya untuk memenuhi harapan dari yang lain.
4) Ketersediaan sumber daya berbeda oleh negara. Satu negara dapat kaya sumber
daya alam tetapi miskin tenaga kerja terampil, sementara yang lain dapat memiliki
produktif tenaga kerja terlatih tetapi tidak memiliki sumber daya alam.
Secara historis, kegiatan bisnis internasional pertama adalah ekspor dan impor.
18
Gugup Kismono, “Bisnis Pengantar” BPFE-Yogyakarta , Yogyakarta, 2001, Halm. 4
19
http://www.mediaindo.co.id/newsprint.asp?Id=79789&Jenis=a&cat_name=Polkam diakses 9
November 2014 Pukul 15. 45 Wib
[12]
1) Mengekspor
adalah penjualan produk yang dibuat di negara sendiri untuk digunakan atau dijual
kembali di negara lain,
2) Mengimpor
adalah membeli produk yang dibuat negara lain untuk digunakan atau dijual kembali
di negara sendiri. Kegiatan ekspor dan impor sering dibagi menjadi dua kelompok:
a) Perdagangan Barang
yaitu, produk nyata seperti pakaian, komputer, dan bahan baku.
b) Perdagangan Jasa
yaitu produk tidak berwujud seperti perbankan, perjalanan, dan kegiatan
akuntansi.
Banyak aspek yang timbul manakala terjadi bisnis internasional dapat berjalan dengan
tertib, pasti dan adil. Berikut ini beberapa aspek hukum yang menyangkut dengan bisnis
internasional (international business) atau perdagangan Internasional (international trade)20.
20
Munir Fuady Op. Cit Halm. 282
21
Munir Fuady, Ibid Halm. 283
[13]
Dalam dunia bisnis dan hukum, ada perkembangan secara evolutif terhadap metode
pembayaran terhadap suatu transaksi ini. Perkembangan metode pembayaran secara evolutif
adalah sebagai berikut :22
1) Mulai dari metode pembayaran barang ditukar dengan barang (barter)
2) Metode pembayaran cash (barang ditukar langsung dengan uang)
3) Metode pembayaran dengan cek (barang ditukar dengan cek)
4) Metode pembayaran yang lebih muktahir, seperti pembayaran lewat letter of credit
(L/C), kartu kredit, kartu debit dan sebagainya.
Dalam hukum tentang perdagangan internasional, apabila dilihat dari waktu dilakukannya
pembayaran, dikenal beberapa metode pembayaran sebagai berikut :23
1) Metode Pembayaran Terlebih Dahulu
Dengan metode pembayaran terlebih dahulu ini, yang dimaksudkan adalah suatu
sistem pembayaran dimana pihak penjual (eksportir) baru akan mengirim barang
dagangannya setelah menerima pengiriman harga barang.
22
Munir Fuady, Ibid Halm.288
23
[14]
5) Metode Pembayaran secara Documentary Credit
Dengan metode pembayaran secara documentary credit ini, yang dimaksudkan adalah
bahwa pembayaran dilakukan dengan memakai dokumen Letter of Credit (L/C).
dalam hal ini pembayaran dilakukan tanpa menunggu tibanya barang atau tibanya
dokumen. Akan tetapi, dibayar pada saat pihak pembeli telah membuka letter of credit
di suatu bank dan bank tersebut meneruskannya kepada bank koresponden. Maka
pada saat tersebut barang sudah dapat dikirim.
[15]
WTO adalah organisasi perdagangan dunia untuk menggantikan kedudukan GATT.
Organisasi ini mendorong perdagangan bebas dengan berusaha menurunkan bea masuk.
Organisasi ini juga meneyelesaikan sengketa dagang antar negara. Ketika Indonesia
berencana membuat mobil nasional Timor, Jepang menentang. Jepang menganggap bahwa
Indonesia mengembangkan mobil nasionalnya secara deskriminatif dengan mengizinkan PT.
Timor Distribusi Nasional mengimpor mobil dari KIA (Korea Selatan) tanpa dipungut biaya
masuk. Oleh karena itu Jepang mempermasalahkan kebijakan Indonesia di WTO.24
1) Tidak semua negara mempunyai peralatan produksi atau kondisi ekonomis yang
sama, baik secara kualitas maupun kuantitas,
2) Akibat dari ketidaksamaan kondisi-kondisi ekonomis tersebut, maka terjadilah
perbedaan biaya produksi suatu barang antara negara yang satu dengan negara
lainnya.
Dengan adanya perdagangan maka suatu negara dapat memperoleh sejumlah barang
dengan harga yang lebih murah, daripada menghasilkan sendiri barang tersebut di dalam
negeri.
24
Gugup Kismono, Op. Cit. Halm. 58
25
Ade Maman Suherman, “Penyelesaian Sengketa di WTO” Sinar Grafika.Purwokerto.2014
Hal. 5
26
Ade Maman Suherman, Ibid . Halm. 6
[16]
Paham properdagangan bebas mempresentasikan bukti statistic yang menyakinkan
sebagai suatu keuntungan yang tidak di perdebatkan lagi. Perdagangan bebas tidak sekedar
menciptakan pertumbuhan di negara-negara industry, namun juga di negara-negara
berkembang yang mengadopsi perdagangan bebas. Salah satu yang sering di rujuk adalah
negara-negara Asia Timur. Pendukung perdagangan bebas mengklaim bahwa WTO adalah
suatu lembaga yang melindungi kepentingan negara-negara berkembang. Disamping itu,
adanya pemberian perlindungan dan bantuan teknis serta dukungan untuk membantu negara
berkembang membangun infrastruktur. Dengan begitu , ketika melakukan bisnis internasional
akan menjanjikan dengan mampu meraih pasar yang luas, maka bisnis internasional ini juga
memiliki risiko yang cukup tinggi karena melibatkan banyak pihak-pihak dengan berbagai
kepentingan yang juga berbeda. Salah satu risiko tersebut dapat berbentuk pencekalan atau
penarikkan peredaran barang di pasar luar negeri.
27
Gugup Kismono, Op. Cit. Halm. 59
28
[17]
2) IMF (Internasional Monetary Fund)
Institusi ini membantu negara-negara didunia untuk mengelola nilai tukar mata
uangnya terhadap valuta asing dengan menstabilkan nilai tukar dalam perekonomian
dunia. IMF juga memberikan bantuan bagi negara-negara yang neraca
perdagangannya tidak seimbang, agar perdagangan internasional lancar. Pada tahun
1997-1998, Indonesia menandatangani beberapa nota kesepakatan (letter of intent)
dengan IMF untuk memulihkan perekonomian yang hancur akibat krisis moneter
yang berkepanjangan.
3) GATT
4) WTO (World Trade Organization)
Karena dalam berinteraksi secara internasional satu sama lain perdaganagan dunia akan
mengalami bentrokan dan perselisihan-perselisihan, maka negara-negara di dunia
memerlukan suatu kesepakatan terhadap aturan main tertentu dalam suatu sistem
perdagangan global. World Trade International merupakan suatu sistem, forum, dan suatu
lembaga internasional di bidang perdagangan, yang berwujud suatu kontrak atau traktat
antara para pihak peserta kontrak, untuk mematuhi atauran main yang telah disepakati
bersama dalam bidang perdagangan inrenasional.
World Trade Organization memeiliki beberapa sistem dan forum sebagai berikut :29
1) Sistem Yuridis
Dalam hal ini akan berfungsi sebagai pembuat aturan main(rule making).
2) Forum Negosiasi
Forum ini akan berfungsi sebagai pelaksana negosiasi putaran perundingan, dengan
sasaran untuk mencapai pengembangan terhadap perjanjian multilateral, tariff dan
nontariff, dan sebagainya.
[18]
Fungsinya adalah untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dengan mekanisme
yang baik dan adil.
Sedangkan secara sederhana, struktur organisasi dari World Trade Organization adalah
sebagai berikut :
1) Contracting Parties
2) Council of Representative
3) Committees
4) Working Parties
Penyalesaian sengketa oleh World Trade Organizational (WTO) ini dilakukan oleh suatu
badan yang disebut dengan Dispute Settlement Body. Penyelesaian sengketa dilakukan
dengan memakai alternatif sebagai berikut :
[19]
1) Konsultasi
2) Gods Office
3) Konsiliasi
4) Mediasi
5) Arbirtasi
6) Panel
Apabila ada pihak yang tidak menerima putusan panel tersebut, dapat mengajukan banding
ke suatu badan yang disebut dengan Appellate Body, yang akan memeriksa perkara pada
tingkat banding dengan prosedur khusus yang cukup ketat.
Perlu juga disebutkan bahwa Indonesia pernah dibawa ke persidangan World Trade
Organization atas kasus MOBIL TIMOR, dimana Indonesia memberikan kemudahan-
kemudahan tertentu untuk PT. Timor Putera Nasional dalam hal mengimpor (dari korea) dan
memproduksi mobil Timor, yang tidak diberikan kepada perusahaan/negara lain. Dalam hal
ini di World Trade Organization (WTO) Indonesia ke luar sebagai pihak yang kalah perkara.
6. Kutipan Kasus30
SENIN, 11 OKTOBER 2010 | 11:45 WIB
“Mengandung Pengawet Terlarang, Indomie Ditarik di Taiwan”
30
http://www.tempo.co/read/news/2010/10/11/118283832/Mengandung-Pengawet-Terlarang-
Indomie-Ditarik-di-Taiwan diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 22.15
[20]
TEMPO Interaktif , Taiwan – Dua jaringan supermarket terbesar di Taiwan berhenti
menjual produk mi instan merek Indomie setelah pemerintah Taiwan menemukan bahan
pengawet yang dilarang di produk asal Indonesia. Pusat Keamanan Makanan Taiwan telah
menguji mi tersebut dan bakal menanyakannya terhadap insiden tersebut ke para importir dan
distributor. Importir dari Hong Kong mengatakan mi-mi tersebut diperkirakan dibawa ke
Thailand secara ilegal. Beberapa warga Taiwan mengatakan mereka akan membeli mi merek
lain. Sementara, para tenaga kerja Indonesia di Taiwan mengaku akan tetap memakan
Indomie karena rasanya enak dan harganya murah.
Jaringan toko ParknShop dan Wellcome menarik semua produk Indomie dari
supermarket-supermarket milik mereka. Importir Indomie di Taiwan, Fok Hing (HK)
Trading, mengatakan mi produk Indomie sudah memenuhi standar keamanan makanan di
Hong Kong maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fok Hing (HK) Trading mengutip
penilaian kualitas Indomie pada Juni yang menyatakan tidak menemukan kandungan
pengawet terlarang di Indomie.
"Mi Indomie aman dimakan dan mereka masuk ke Hong Kong melalui saluran impor
resmi," tulis Fok Hing (HK) Trading. "Produk yang mengandung racun dan ditemukan di
Taiwan diduga diimpor secara ilegal."
[21]
Sementara itu, produsen Indomie di Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (ICBP), mengatakan produk-produk mereka sudah memenuhi standar internasional.
(Baca: Produknya Ditarik di Taiwan, Ini Jawaban Indofood).
7. Analisis Kasus
Kasus ini melibatkan beberapa pemeran bisnis internasional, yaitu pemerintahan Taiwan
melalui FDA & DOH (Food and Drugs Administration Department Of Health)-nya, para
importir melalui Fok Hing (HK) Trading, dua jaringan distributor dan retailer besar Taiwan
melalui ParknShop dan Wellcome, perusahaan asal Indonesia melalui PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk, dan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan (Marie
Elka Pangestu). Masalah utamanya terletak pada temuan dua bahan pengawet terlarang,
methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid, yang notabene sangat dilarang untuk pemakaian
dalam bahan makanan di negara Taiwan. Tapi, Indofood berdalih bahwa produknya sudah
memenuhi standar Internasional yang dibuat oleh badan standar makanan internasional,
Codex Alimentarius Commision (CAC). Pembelaan pun datang dari importir resmi Indomie
di Taiwan, Fok Hing (HK) Trading, mengatakan bahwa mi produk Indomie sudah memenuhi
standar keamanan makanan di Hong Kong maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut saya, masalah ini muncul disebabkan karena kesalahan interpretasi standar
Internasional oleh otoritas negara Taiwan, yang memang bukan anggota CAC. Langkah
penarikkan peredaran mi tersebut bisa dinilai wajar, karena tugas negara memang harus
melindungi rakyatnya/konsumen dari potensi keracunan. Mengingat hubungan perdagangan
antara Taiwan-Indonesia selama ini saling menguntungkan, sudah selayaknya segera
dilakukan rekonsiliasi antara pihak-pihak terkait. Musyawarah untuk mufakat adalah pilihan
yang tepat untuk menemukan titik kesepahaman antara interpretasi otoritas Taiwan dan
Indonesia.
[22]
Isu-isu yang berkembang seiring adanya dugaan jalur ilegal peredaran mi Indomie harus
segera ditanggapi dan diusut. Hal tersebut (mi illegal, red) bisa memperparah citra Indofood
yang selama ini dikenal baik oleh warga Taiwan.
Apapun hasil perundingan nantinya, harus ditaati para pihak yang berunding. Dan
langkah selanjutnya adalah segera melakukan klarifikasi untuk memberitahu masyarakat
tentang hasil perundingan dan akar masalahnya. Upaya itu dapat mereduksi
keresahan/kekhawatiran masyarakat terhadap produk Indomie yang ditarik massal
sebelumnya.
8. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan pada makalah ini, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut :
[23]
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 2010.Pengantar Hukum Bisnnis Menata Bisnis Modern di Era Global
Kian, Kwik Gie. 2005.Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus.
Jakarta:Prenada Media Group.
[24]
Kismono, Gugup. 2001. Bisnis Pengantar. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Saliman, Abdul . 2005. Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus. Jakarta:
Prenada Media Group.
Suharnoko. 2004. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus. Jakarta : Prenada Media
Syahmin. 2005. Hukum Kontrak Internasional. Jakarta : PT. Raja Grafindo Indonesia
http://www.tempo.co/read/news/2010/10/11/118283832/Mengandung-Pengawet-Terlarang-
Indomie-Ditarik-di-Taiwan diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 22.15
http://www.mediaindo.co.id/newsprint.asp?Id=79789&Jenis=a&cat_name=Polkam diakses 9
November 2014 Pukul 15. 45 Wib
[25]