Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Bacterial vaginosis (BV) adalah penyebab tersering timbulnya duh vagina yang
abnormal pada wanita yang reproduktif. Gejala ini ditandai dengan perubahan populasi
flora normal Lactobacillus dan terjadi pertumbuhan bakteri anaerob di vagina yang
disebabkan hilangnya pH normal vagina. Istilah BV sendiri disetujui pada tahun 1983
menggantikan istilah sebelumnya yaitu Gardnerella Vaginitis (Hay P., 2002).
BV adalah infeksi vagina superfisial, polimikrobial, yang melibatkan penurunan
jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen-peroxide, dan pertumbuhan berlebih
dari Bakteri anaerobik serta Bakteri gram negatif atau Gram-variabel. Penurunan jumlah
Lactobacillus ini menyebabkan pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob, termasuk
Mycoplasma hominis, Bacteroides sp, Mobiluncus sp, dan Gardnerella vaginalis.
Meskipun sebagian besar dari organisme ini juga terdapat dalam jumlah kecil pada
vagina normal, Mobiluncus jarang ditemukan dan merupakan penanda sensitif untuk
diagnosis BV. Di sisi lain, Gardnerella telah dilaporkan terdapat hingga 50% pada wanita
dengan tanda-tanda atau gejala BV; Oleh karena itu, temuan Gardnerella bukan
merupakan diagnostik definitive BV. Tampaknya penurunan jumlah Lactobacillus, yang
berkebalikan dengan peningkatan organisme lainnya, mempengaruhi flora vagina dan
mungkin merupakan prediktor yang paling penting dalam terjadinya BV selanjutnya.
Beberapa studi pada wanita tidak-hamil yang mengumpulkan seri sampel flora
vagina telah menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kejadian (baik terkait perilaku,
hormonal, atau lingkungan) yang menyebabkan perubahan flora normal vagina. Studi
baru-baru ini yang menggabungkan pengukuran berulang kadar flora vagina antara
perempuan sepanjang siklus menstruasi, melaporkan tingkat tinggi presentasi BV selama
fase folikular siklus menstruasi dan resolusi spontan BV selama fase luteal. Hasil ini
menunjukkan bahwa hormon seks endogen dapat mendukung dan membantu dalam
mempertahankan tingkat tinggi Lactobacillus dan menggambarkan potensi hormon seks
dalam mempengaruhi organisme yang terdapat dalam Vagina.
B. Etiologi
Beberapa literatur telah dikemukakan oleh para ahli, ditemukannya bakteri pada
duh vagina yaitu Gardnerella vaginalis dan bakteri - bakteri anaerob lainnya menjadi
penyebab BV.
Lactobacillus yang merupakan flora normal dominan pada vagina digantikan oleh
Gardnerella vaginalis dan kuman - kuman anaerob, yaitu Peptostreptococcus, basil Gram
negatif anaerob, Mobiluncus dan Mycoplasma hominis yang tumbuh berlebihan.
C. Patofisiologi
Leukorea adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari
alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina
yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan
karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret
vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai
pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina
tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan. Sekret ini non-irritan,
tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina
meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc,
Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi
perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus.
Infeksi BV dinyatakan sebagai infeksi polimikrobial yang disebabkan oleh
penurunan jumlah laktobasilus dikuti oleh peningkatan bakteri anaerob yang berlebihan.
Keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai dengan perubahan konsentrasi
hidrogen peroksida (H2O2) hasil produksi flora normal Lactobacillus di vagina.
Penurunan konsentrasi H2O2 digantikan oleh peningkatan konsentrasi bakteri anaerob
(Mobiluncus, Provetella, Peptostreptococcus, Bacteroides, dan Eubacterium) dan bakteri
fakultatif (Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Enterococcus dan grup β
Streptococcus). Diketahui bahwa H2O2 dapat menghambat pertumbuhan kuman kuman
yang terlibat dalam vaginosis, yaitu oleh terbentuknya H2O-halida karena pengaruh
peroksidase alamiah yang berasal dari serviks. Dengan meningkatnya pertumbuhan
kuman, produksi senyawa amin oleh kuman anaerob juga bertambah, yaitu berkat adanya
dekarboksilase mikrobial. Senyawa amin yang terdapat pada cairan vagina yaitu putresin,
kadaverin, metilamin, isobutilamin, fenetilamin, histamin, dan tiramin. Bakteri anaerob
dan enzim yang bukan diproduksi oleh Gardnerella dalam suasana pH vagina yang
meningkat akan mudah menguap dan menimbulkan bau amis, bau serupa juga dapat
tercium jika pada sekret vagina yang diteteskan KOH 10%. Senyawa amin aromatik yang
berkaitan dengan timbulnya bau amis tersebut adalah trimetilamin, suatu senyawa amin
abnormal yang dominan pada BV. Poliamin asal bakteri ini bersamaan dengan asam
organik yang terdapat dalam vagina penderita infeksi BV, yaitu asam asetat dan suksinat,
bersifat sitotoksik dan menyebabkan eksfoliasi epitel vagina. Hasil eksfoliasi yang
terkumpul membentuk sekret vagina. Dalam pH yang alkalis Gardnerella vaginalis
melekat erat pada sel epitel vagina yang lepas dan membentuk clue cells. Secara
mikroskopik clue cells nampak sebagai sel epitel yang sarat dengan kuman, terlihat
granular dengan pinggiran sel yang hampir tidak tampak. Perubahan ini umumnya
ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna abu-abu, tipis, homogen,
berbau amis dan terdapat peningkatan pH (Hay P., 2002).
D. Gejala Klinis
Eschenbach DA, dkk, Dari 293 wanita dengan vaginosis bakteri yang didiagnosis
menggunakan pengecatan gram sederhana, 65% memiliki gejala peningkatan keputihan
dan atau bau tak sedap pada vagina, sedangkan 74% memiliki tanda-tanda keputihan
karakteristik homogen atau bau seperti amina. Peningkatan pH vagina merupakan tanda
paling spesifik dan bau seperti amina menjadi tanda yang paling sensitif pada BV.
Distribusi keluhan utama pasien baru BV didapatkan keluhan utama terbanyak yaitu duh
tubuh vagina tanpa disertai adanya keluhan lain. Keluhan gatal merupakan urutan kedua
terbanyak setelahnya. Kebanyakan pasien datang dengan keluhan keputihan abnormal
yang keluar dari vagina berwarna putih keabu-abuan, encer, disertai adanya malodor
vaginitis. Terdapat juga keluhan rasa gatal serta nyeri.
Pasien BV dengan gejala, keluhan yang sering didapatkan yaitu malodor atau bau
vagina yang khas yaitu bau amis (fishy odor) dan rasa gatal. Keluhan malodor disebabkan
oleh peningkatan amin terutama trimethylalamine yang dihasilkan oleh mikroorganisme
yang dicurigai menjadi penyebab BV yaitu G. Vaginalis, M. hominis, dan Mobiluncus
spp. Amin menguap bila cairan vagina menjadi basa. Cairan semen yang basa (pH 7,2)
menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap
menimbulkan bau yang khas. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina dapat
menimbulkan rasa nyeri.
E. Diagnosis
Terdapat dua test diagnostik yang umumnya dilakukan untuk BV. Kriteria Amsel,
tes yang sering digunakan dalam klinik, meliputi penilaian 4 kondisi klinis, dimana
adanya 3 atau lebih kondisi tersebut berkaitan dengan diagnosis BV. Kondisi tersebut
meliputi peningkatan pH vagina > 4.5, terdapat bau amis atau zat amina jika cairan
vagina dicampur dengan kalium hidroksida 10% (tes whiff), adanya “clue cell” (sel
petunjuk) pada sediaan basah, serta sekret (discharge) vagina yang homogen. Singkatnya,
clue cell adalah sel-sel epitel vagina yang diselubungi oleh bakteri yang lebih tampak
berbintik-bintik daripada tembus pandang, dengan tepi yang tidak jelas atau bergerigi
karena adanya bakteri yang melekat.
Test kedua yang umum digunakan meliputi pewarnaan Gram cairan vagina dan
penggunaan kriteria Nugent untuk identifikasi kasus BV. Metode ini terbukti memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi dibanding kriteria Amsel (89% dan 83%,
masing-masing). Diambil sediaan apusan vagina dan dioleskan ke gelas objek,
dikeringkan dengan udara terbuka, dan kemudian diwarnai dengan Gram. Jumlah ketiga
morfotipe dihitung dan dijumlahkan: Lactobacillus, Mobiluncus, dan Gardnerella. Untuk
Lactobacillus, skor berkisar dari 0 sampai 4; 0 menunjukkan bahwa 30 atau lebih
organisme yang ditemukan, dan 4 menunjukkan bahwa tidak ada organisme yang
ditemukan dalam sampel. Sebaliknya, untuk Gardnerella, skor 0 menunjukkan bahwa
tidak ada organisme yang ditemukan dan skor tertinggi, 4, menunjukkan bahwa 30 atau
lebih organisme yang ditemukan. Untuk Mobiluncus, skor berkisar 0-2, dengan skor 2
menunjukkan lima atau lebih organisme diidentifikasi dalam sampel. Ringkasan skor BV
dihitung mulai dari 0 sampai 10; skor ini bersifat dikotomik (memiliki 2 aspek terpisah
atau berlawanan), dengan nilai 7 dan lebih menunjukkan adanya kasus BV.
Menegakkan diagnosis BV akan lebih muda bila menggunakan kriteria Amsel (Amsel R.
dkk., 1983) setidaknya terpenuhi 3 dari 4 kriteria, yaitu:
1. Adanya peningkatan jumlah cairan vagina yang bersifat homogen.
Keluhan yang sering ditemukan pada wanita dengan BV adalah adanya
gejala cairan vagina yang berlebihan,berwarna putih yang berbau amis dan
menjadi lebih banyak setelah melakukan hubungan seksual. Pada pemeriksaan
spekulum didapatkan cairan vagina yang encer, homogen, dan melekat pada
dinding vagina namun mudah dibersihkan. Pada beberapa kasus, cairan vagina
terlihat berbusa yang mana gejala hampir mirip dengan infeksi trikomoniasis
sehingga kadang sering keliru dalam menegakan diagnosis.
2. pH cairan vagina yang lebih dari 4,5
pH vagina ditentukan dengan pemerikasaan sekret vagina yang diambil
dari dinding lateral vagina menggunakan cotton swab dan dioleskan pada kertas
strip pH. Pemeriksaan ini cukup sensitif, 90% dari penderita BV mempunyai pH
cairan vagina lebih dari 5; tetapi spesitifitas tidak tinggi karena PH juga dapat
meningkat akibat pencucian vagina, menstruasi atau adanya sperma. pH yang
meningkat akan meningkatkan pertumbuhan flora vagina yang abnormal.
3. Whiff test Positif
Whiff test diuji dengan cara meneteskan KOH 10% pada sekret vagina,
pemeriksaan dinyatakan positif jika setelah penentesan tercium bau amis. Diduga
meningkat pH vagina menyebabkan asam amino mudah terurai dan
menegeluarkan putresin serta kadaverin yang berbau amis khas. Bau amis ini
mudah tercium pada saat melakukan pemeriksaan spekulum, dan ditambah bila
cairan vagina tersebut kita tetesi KOH 10% . Cara ini juga memberikan hasil yang
positif terhadap infeksi trikomoniasis.
4. Ditemukan clue cells pada pemeriksaan mikroskopis
Menemukan clue cells di dalam sekret vagina merupakan hal yang sangat
esensial pada kriteria Amsel. Clue cells merupakan sel-sel epitel vagina yang
dikelilingi oleh bakteri Gram variabel coccobasilli sehingga yang pada keadaan
normal sel epitel vagina yang ujung-ujungnya tajam, perbatasanya menjadi tidak
jelas atau berbintik. Clue cells dapat ditemukan dengan pengecatan gram secret
vagina dengan pemeriksaan laboratorium sederhana dibawah mikroskop cahaya.
Jika ditemukan paling sedikit 20% dari lapangan pandang.
Kriteria Nugent atau juga dikenal sebagai skor Nugent merupakan metode
diagnosis infeksi BV dengan pendekatan berdasarkan jumlah bakteri yang ada pada
sekret vagina. Kriteria Nugent merupakan modifikasi dari metode Spiegel dalam
penghitungan jumlah kuman pada preparat basah sekret vagina (Nugent, Krohn, dan
Hillier, 1991).
Kriteria Nugent dinilai dengan adanya gambaran Lactobacillus, Gardnerella
vaginalis dan Mobiluncus spp. (skor dari 0 sampai 4 tergantung pada ada atau tidaknya
pada preparat). Kuman batang Gram negatif/Gram variable kecil (Garnerella vaginalis)
jika lebih dari 30 bakteri per lapangan minyak imersi (oif) diberi skor 4; 6-30 bakteri per
oif diberi skor 3; 1-5 bakteri per oif diberi skor 2; kurang dari 1 per oif diberi skor 1; dan
jika tidak ada diberi skor 0. Kuman batang Gram-positif besar (Lactobacillus) skor
terbalik, jika tidak ditemukan kuman tersebut pada preparat diberi skor 4; kurang dari 1
per oif diberi skor 3; 1-5 per oif diberi skor 2; 6-30 per oif diberi skor 1; dan lebih dari 30
per oif diberi skor 0. Kuman batang Gram berlekuk-variabel (Mobiluncus sp.) , jika
terdapat lima atau lebih bakteri diberi skor 2 , kurang dari 5 diberi skor 1 , dan jika tidak
adanya bakteri diberi skor 0. Semua skor dijumlahkan hingga nantinya menghasilkan
nilai akhir dari 0 sampai 7 atau lebih. Kriteria untuk infeksi BV adalah nilai 7 atau lebih
tinggi; skor 4-6 dianggap sebagai intermediate, dan skor 0-3 dianggap normal (Nugent,
Krohn, dan Hillier, 1991).
Kriteria Nugent adalah tes yang paling sering digunakan dalam studi epidemiologi
seperti studi berskala besar yang dilakukan oleh Maternal-Fetal Medicine Network Units
of the National Institute of Child Health and Human Development. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan yang meliputi:
1. Memberikan rekaman data permanen yang dapat kemudian dikaji ulang untuk
mengkonfirmasi diagnosis BV dan menilai keandalan pembacaannya;
2. Melaporkan stadium BV intermediet, yang sangat berguna dalam studi
longitudinal yang menguji sampel cairan vagina serial untuk perubahan status
BV; dan
3. Menghitung jumlah ketiga organisme individual, memungkinkan penilaian risiko
penyakit organisme spesifik. Baru-baru ini,
BV mulai dipertimbangkan sebagai suatu kondisi dengan spektrum positivitas. Saat
ini, kasus BV diklasifikasikan sebagai positif atau negatif tanpa mendefinisikan
organisme spesifiknya atau penilaian risiko organisme spesifik penyebab penyakit. Selain
itu, untuk kita ketahui, hubungan antara BV dan risiko penyakit yang belum dinilai
(belum di-assesment) mengindikasikan bahwa ringkasan BV skor itu sendiri, mulai 0-7,
menunjukkan derajat kontinu positivitas BV. Di masa depan, penelitian yang dilakukan
sebaiknya menghubungkan antara risiko penyakit yang respon dosis, dengan Skor BV
individual serta meneliti pengaruh organisme yang terpisah terhadap terjadinya penyakit.
Dengan demikian, kita berada dalam tahap awal keduanya, yakni mengidentifikasi dan
mendiagnosis BV serta menentukan hubungan antara BV dan luaran (hasil) kehamilan
yang tidak diinginkan.
F. Penatalaksanaan
Antibiotik yang terpilih untuk mengobati BV adalah golongan antibiotik yang
dapat menghambat aktivitas bakteri anaerob. Metronidazole dan klindamisin adalah
pilihan antibiotik untuk BV. Secara teori, antibiotik yang tidak aktif melawan flora
normal Lactobacilus (misalnya metronidazole) dapat menyebabkan peningkatan flora
normal vagina dibandingkan dengan Klindamisin yang dapat melawan pertumbuhan flora
normal vagina. Namun, klindamisin memiliki kemampuan yang lebih kuat dalam
melawan bakteri-bakteri M hominis, Mobiluncus spp dan G vaginalis dibandingkan
metronidazole. Pengobatan standar BV adalah pemberian metronidazole 400 mg peroral
2 kali sehari selama 5 hari. Alternatifnya adalah metronidazole 2 gram dosis tunggal.
Pengobatan sistemik oral yang paling umum untuk BV baik pada wanita hamil
dan tidak hamil adalah metronidazol. Rata-rata tingkat kesembuhan individual yang
diberikan metronidazol 500 mg dua kali sehari selama 7 hari berkisar antara 84% hingga
96%, sedangkan angka kesembuhan individu yang diberi 2 gram metronidazole dosis
tunggal adalah 54-62%. Sebelumnya, terdapat kekhawatiran mengenai penggunaan
metronidazol selama trimester pertama kehamilan sebelum berakhirnya proses
organogenesis (32,33). Namun, sebuah studi berskala kecil yang meneliti anak-anak yang
terpapar metronidazol dalam rahim mengindikasikan tidak ada bukti efek teratogenik
jangka panjang. Meskipun telah lama dianggap sebagai pengobatan yang efektif untuk
mengurangi gejala yang berkaitan dengan BV, artikel menarik baru-baru ini melaporkan
bahwa konsentrasi tinggi metronidazol, lebih dari 5.000 μg/ml, benar-benar menekan
pertumbuhan Lactobacillus dan konsentrasi 1.000-4.000 μg/ml secara signifikan
menghambat pertumbuhan Lactobacillus. Oleh karena itu, dosis metronidazol mungkin
penting dalam menentukan baik penyembuhan maupun tingkat kekambuhan. Pengobatan
sistemik kedua untuk BV adalah klindamisin oral. Suatu percobaan klinis diketahui
menggambarkan efektivitas klindamisin. Studi tersebut melaporkan bahwa pemberian
300 mg klindamisin dua kali sehari selama 7 hari menghasilkan tingkat kesembuhan
94%. Tercatat bahwa semua studi efikasi yang telah dilakukan pada wanita tidak hamil,
dengan asumsi bahwa tingkat kesembuhan BV antara wanita hamil adalah sama.
G. Factor Risiko
Disebutkan bahwa douching, hubungan seksual yang baru dilakukan, dan infeksi
penyerta dapat mengubah bentuk duh tubuh vagina yang dikaitkan dengan BV. BV sering
dikaitkan pula dengan pasangan seksual multipel pria atau wanita, pasangan seksual baru,
dan tidak adanya penggunaan kondom. Ociviyanti dan kawan-kawan melaporkan
pasangan seksual yang tidak dilakukan sirkumsisi merupakan faktor risiko terjadinya BV.
Sirkumsisi dikaitkan dengan higienitas penis yang dihubungkan dengan transmisi infeksi.
Hal itu karena membran mukosa preputium lebih rentan terhadap trauma dan menjadi
jalan masuk bakteri patogen.
Makin maraknya produk vaginal douching di masyarakat umum dikenal sebagai
sabun pembersih kewanitaan atau sabun vagina yang dijual bebas dalam berbagai bentuk
kemasan. Tidak semua produk pembersih vagina aman untuk digunakan. Mencuci vagina
(douching) sering dikaitkan dengan keluhan disuria, keputihan, dan gatal pada vagina.
Wanita yang beberapa kali melakukan douching, dilaporkan terjadi perubahan pH vagina
dan konsentrasi mikroflora normal berkurang sehingga memungkinkan terjadinya
pertumbuhan bakteri patogen yang oportunistik. Vaginal douching seringkali dikaitkan
dengan terjadinya BV. Penggunaan vaginal douching dapat mengganggu ekosistem flora
normal vagina dan penghentian penggunaan vaginal douching dapat menurunkan risiko
terjadinya BV.
Prevalensi BV yang dilaporkan pada ibu hamil berkisar dari 10 hingga 35%,
dengan tingkat yang lebih tinggi terjadi di antara perempuan Afrika-Amerika, perempuan
berpenghasilan rendah, atau wanita dengan penyakit menular seksual sebelumnya. Study
mengenai prematuritas dan Infeksi vagina, yang meneliti BV pada wanita hamil antara 23
dan 26 minggu kehamilan, menemukan 2,0-sampai 2,5 kali lipat peningkatan risiko BV
kalangan wanita hamil Afrika-Amerika dibandingkan dengan wanita hamil kulit Putih.
Sejumlah penelitian telah mengkonfirmasikan setidaknya terdapat resiko 2 kali lipat
peningkatan BV pada perempuan Afrika-Amerika mungkin karena paparan lingkungan
atau perilaku atau stressor.
Perempuan dengan status sosial ekonomi rendah dan wanita-wanita yang
mengaku menderita tingkat stres psikososial yang lebih tinggi juga mengalami
peningkatan kejadian BV. Dalam studi terbaru yang dilakukan terhadap populasi
obstetrik, prevalensi BV dilaporkan berkisar kurang dari 10% di antara pasien swasta
sampai di atas 35% di kalangan perempuan berpenghasilan rendah dan tingkat
pendidikan yang rendah, meskipun studi ini tidak melakukan penyesuaian terhadap ras.
Culhane et al. menilai pengaruh stres jangkapanjang pada ibu, yang diukur oleh Cohen
dengan skala stres, dan menemukan bahwa dengan faktor independen sosiodemografi dan
prilaku, stres maternal jangka panjang masih merupakan prediktor bermakna untuk BV
pada kalangan wanita hamil.
Studi epidemiologik menemukan bahwa aktivitas seksual dini, jumlah partner
seksual yang banyak selama usia kehidupan, wanita dengan partner seksual yang baru,
dan wanita dengan penyakit menular seksual sebelumnya juga memiliki resiko
peningkatan BV. BV lebih lazim ditemukan pada wanita yang baru saja menderita
penyakit menular seksual. Namun kejadian BV mungkin lebih merupakan akibat
langsung dari pajanan patogen infeksius, dibanding perilaku seksual itu sendiri.
Kenyataannya, banyak patogen yang terbukti dapat mengubah keseimbangan flora
normal vagina dengan menurunkan jumlah Lactobacillus dan meningkatkan proliferasi
bakteri anaerob serta kejadian BV selanjutnya. Meski penyakit menular seksual dapat
terjadi bersama-sama dengan BV, misalnya trichomoniasis dan BV, BV bukan termasuk
penyakit menular seksual.
H. Dampak pada Kehamilan
Kebanyakan studi epidemiologik yang dirancang untuk meneliti peran BV
terhadap luaran kehamilan berfokus pada resiko persalinan prematur, meski banyak dari
studi tersebut secara tidak tepat menggabungkn persalinan prematur dengan KPD. Dalam
banyak kasus, studi-studi tersebut menunjukkan secara konsisten peningkatan resiko
persalinan prematur hingga dua kali lipat di antara wanita yang didiagnosis dengan BV,
khususnya BV yang didiagnosis pada awal trimester kedua.
Studi-studi review metaanalisis yang dilakukan baru-baru ini yang menyelidiki
peran BV terhadap persalinan prematur melaporkan summary odds rasio sebesar 1,6 yang
mengindikasikan 60% peningkatan rasio persalinan prematur pada wanita hamil dengan
BV. Sejumlah kecil studi telah menilai hubungan antara Bv dengan luaran persalinan
prematur, berat lahir rendah, serta ketuban pecah dini. Suatu studi meneliti beberap
luaran kehamilan yang terkait denganBV yang didiagnosis selama trimester pertama
kehamilan melaporkan 2,6 kali lipat peningkatan resiko persalinan prematur (interval
kepercayaan 95% 1,3 ; 4,9) serta peningkatan 7,3 kali lipat resiko ketuban pecah dini
(interval kepercayaan 95% 1,8 ; 29,4).
Studi lainnya menemukan bahwa BV yang didiagnosis pada trimester kedua
behubungan dengan persalinan prematur dan ketuban pecah dini dan bahwa BV terhitung
83% memiliki resiko lahir premature. Suatu studi yang meneliti wanita-wanita yang
sedang menjalani pengobatan infertilitas, menemukan lebih dari 2 kali lipat peningkatan
resiko abortus spontan pada wanita dengan BV, setelah penyesuaian dengan usia ibu,
riwayat persalinan dengan bayi lahir hidup sebelumnya, serta mereka yang merokok
(resiko relatif 2,67; interval kepercayaan 95%: 1,26; 5,63).
Banyak uji klinis telah meneliti efikasi pengobatan BV secara topikal maupun
oral dalam menurunkan resiko persalinan prematur dan menemukan tidak adanya
penurunan resiko di antara wanita hamil yang mendapat terapi topikal BV (68,69). Meski
kontroversial, studi mengenai terapi oral mendukung pendekatan terapi yang berbeda
terhadap wanita hamil simptomatik, asimptomatik dan yang beresiko tinggi. Wanita
hamil dengan BV yang simptomatik yang diterapi untuk meringankan gejala dengan
pencegahan efek samping (misalnya, kelahiran prematur, persalinan prematur, ketuban
pecah dini/KPD) lebih dipilih/diinginkan namun sayangnya tidak terdokumentasi dengan
baik (31). Pengobatan terhadap wanita hamil dengan BV positif yang asimptomatik serta
kemungkinan mengurangi efek buruknya terhadap kehamilan juga masih belum jelas.
Dalam kenyataannya, suatu studi metaanalisis dari semua uji kontrolrandom
terhadap BV pada kehamilan menemukan tiadanya manfaat pengobatan BV pada wanita
dengan resiko menengah terhadap luaran kehamilannya. Sebagai tambahan, dalam satu
uji klinis yang dilakukan saat ini tidak ditemukan penurunan kejadian kelahiran prematur
di antara wanita-wanita hamil asimptomatik resiko tinggi maupun resiko rendah setelah
pengobatan dengan metronidazol oral.
I. Komplikasi
Infeksi BV yang tidak mendapat penanganan yang baik dapat menyebabkan
komplikasi, antara lain, endometritis, penyakit radang panggul, sepsis paskaaborsi,
infeksi paskabedah, infeksi paskahisterektomi, peningkatan risiko penularan HIV dan
IMS lain. Infeksi BV merupakan faktor risiko potensial untuk penularan HIV karena pH
vagina meningkat dan faktor biokimia lain yang diduga merusak mekanisme pertahanan
host. Penelitian dari seluruh dunia mengenai BV langsung tertuju kepada sejumlah
komplikasi obstetrik yaitu keguguran, lahir mati, perdarahan, kelahiran prematur,
persalinan prematur, ketuban pecah dini, infeksi cairan ketuban, endometritis
paskapersalinan dan kejadian infeksi daerah operasi (Hay P., 2002).
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta


H. Phillips. (2002). Bacterial Vaginosis. JOURNAL OF PAEDIATRICS, OBSTETRICS AND
GYNAECOLOGY. Genitourinary Medicine. London.
Manuaba, I. B. G. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta
Nelson, Deborah B dan George Macones. 2002. Vaginosis Bacterial Pada Kehamilan: Temuan
Saat Ini Serta Petunjuk Di Masa Depan. Epidemiol Rev Vol 24. No. 2. USA.
Karim, Abdul dan Jusuf Barakbah. 2016. Studi Retrospektif: Vaginosis Bakterial. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Artikel Asli Vol. 28 No. 3. 2016

Anda mungkin juga menyukai