RASYIDIN
Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
Dosen Jaenudin, Dr.,M.Ag.
oleh:
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat-Nya saya di berikan kesehatan untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Dan berkat ridho-Nya pula saya diberi
kekuatan untuk membuat makalah yang berjudul “PEMIKIRAN EKONOMI
PADA MASA KHULAFA’ AL-RASYIDIN” dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
Ucapan Terima Kasih tak lupa saya sampaikan kepada para pihak yang sejak awal
telah banyak memberikan referensi, dukungan dan bantuan hingga
terselesaikannya pembuatan makalah ini, diantaranya:
1. Ibu Jaenudin, Dr.,M.Ag. selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam.
2. Serta teman-teman kamu yang telah banyak membantu dalam segala hal.
Karena kami masih dalam tahap pembelajaran, tentunya kami secara sadar
mengakui masih banyak kekurangan, untuk itu saya mohon kritik dan sarannya
untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini saya memohon
maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Penulis,
I. PENDAHULUAN
II.1Pembentukan Khilafah
Khalifah abu bakar adalah khalifah yang lembut hati, murah hati,
sangat dekat dengan sahabat lain dan saleh,. Semua kutamaan dalam islam
selalu dikaitkan dengan dirinya. Abu bakar aalah manusia pertama atau
salah seorang dari tiga orang yang memeluk agama isla. Gelar “al-siddiq”
selalu melekat pada dirinya, yakni orang yang percaya kepada Nabi tanpa
syarat dan apa yang dai katakana tanpa bayang-baang keraguan, terutama
setelah informasi isra’ dan mi’raj dari mekah eru salem terus ke surge dan
kembali lagi ke mekah dalam satu malam (perjalanan malam). Abu bakar
adalah salah satu sahabat terdekat nabi dan orang yang dipilih oleh
Muhammad saw. Untuk menemaninya pada saat hijrah ke Madinah
kehormatan penting berikutnya datang ketika Nabi Muhammad saw
memilihna untuk menjadi imam dlam shalat bejamaah ketika nabi
Muhammad saw sakit.
Setelah memeluk islam, abu bakar menghabiksan seluruhh
kekayaan nya dijalan Allah. Bahkan ketika menghadapi perang suci
(jihad), maka menyerahkan seluruh kekayaannya. Abu bakar selalu
berkata “aku memerccayakan mereka kepada rasulullah dan Rasul-Nya”
ketika ditanya oleh rasulullah tentan apa yang diberikan kepada
keluaganya setelah menyumbangkan seua hartanya di jalan Allah.
Masa kekhalifahan Abubakar itu haya berlagsung selama 2 tahun.
Meskipun kekhalifahannya itu pendek, namun abu bakar telah berhail
mendirikan kepemimpinanya pada masa yang krusial di awal islam setelah
kematian rasulullah. Di adalah pemimpin yang kharismatik yang
membantu mendapatkan penerimaan umum dari umat islam. Kekarismaan
ini disebabkan karena kedekatanya dengan rasullah saw selama hidpnya,
respons awalnya terhadap panggilan islam sebagai orang pertama yang
memeluk islam, pengabdian penuh kepada gerakan islam sejak masa awal,
memiliki rasulullah saw. Menjadi imam shalat selama rasulullah saw sakit,
dan fakta bahwa ia telah disebut dalam al-qur’an pada lebih dari satu
kesempatan. Fakta-fakta ini tlah memberi abu bakar prasyarat untuk
melahirkan karakter pemimpin yang karismatik.
Persoalan pertama, yang dihadapi abu bakar etelah diangkat
menjadi khalifah adalah kemurtadan yang dilakukan oleh sebagian umat
slam, riddah. Setelah rasalullah saw dinyatakan meninggal, maka beberapa
saat kemudian suku membeerontak dan membantah untuk membayar
zakat. Menurut abu bakar, tindakan ini tidak dapat diterima dan
memandang gerakan tersebut sebagai acaman bagi islam, ancaman bagi
persatuan umat islam, dan ancama terhadap itegritas agama. Dengan
demikian, abu bakar mengamil keputusan untuk memerangi mereka yang
berontak dan tida mau membayar zakat.
Keputusan khalifah abu bakar pertama untuk memerangi
pemberontak meskipun mereka itu muslim harus dilihat dari beberapa
perspektif. Pertama faktor agama, dimana abu bakar melihat para
pemberontak sepertinya bertujuan untuk memecah nilai-nilai dasar islam
sebagai sebuah agama. Kedua, ada sebuah kebutuhan untuk menyatukan
semenanjung Arab, khususnya dalam transisi masa Negara islam, dan
untuk mengalihkan badui sebagai sebagai entitas politik yang koheren.
Ketiga pertarungan tak terletakkan untuk meneknkan peran khusus zakat
sebagai alat alokasi dalam proses distribusi kekayaa dan kepedulian social.
Zakat merupakan pajak yang mmengalokasikan pendapatan yang akan
dibelanjaka dengan cara tertentu yang ditentukan dalam al-qur’an.
Keempat sumber daya keuangan Negara saat itu sangat terbatas. Negara
islam pada khulafaur rasyidin tidak sangat kaya, sementara zakat
merupakan sumber keuangan Negara saat itu. Padahal pada saat yang yang
sama umat islam saat itu sangat membutuhkan bantuan keuangan yang
berasal dari keuangan Negara.
2. Pembangunan Ekonomi
4. Struktur Pajak
5. Belanja Negara
Jenis belanja publik pada saat Khalifah Umar Bin Khattab dapat
dipilah menjadi 3 Jenis utama: pengeluaran kepedulian sosial, biaya
operasional negara dan pengeluaran investasi.
Hal lain yang bisa ditangkap dari dokumen itu bah Ali bin Abi
Thalib telah membuat struktur dalam kehidupan masyarakat. Struktur yang
dibangun itu terdiri dari sektor tentara, hakim, pejabat eksekutif dan
pegawai, petani, pedagang, industriawan dan miskin, kaum fakir, kaum
miskin dan orang cacat. Dalam konteks ekonomi modern, struktur
masyarakat yang dimaksudkan oleh Ali bin Abi Thalib ini mirip dengan
profesi dalam kehidupan masyarakat. Menurutnya, antara satu sektor
dengan sektor yang lain saling ketergantungan bagaikan sebuah sistem.
Pada bagian lain, Ali bin Abi Thalin memiliki pemikiran tentang
kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat itu bergantung kepada tiga
masalah utama, yakni nilai moral, pembangunan ekonomi, dan distribusi
sumber daya ekonomi. Nilai moral berdasarkan pada ajaran Islam
memiliki peran yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat, terutama
untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kemakmuran ekonomi dan
untuk mempertahakan struktur sosial yang sehaat. Sedangkan
pembangunan ekonomi bergantung pada pengakuan tentang pentingnya
berbagai sektor dalam masyarakat dan kebutuhan untuk mencapai integrasi
ekonomi di antara sektor-sektor tersebut. Selain itu, kesejahteraan rakyat
bergantung kepada distribusi sumber daya ekonomi. Distribusi ini sangat
penting untuk menciptakan kesejahteraan bersama agar kekayaan tidak
hanya beredar diantara orang kaya saja.
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa Ali bin Abi Thalib
telah menawarkan berbagai produk pemikiran terkait dengan masalah
ekonomi. Pemikiran yang utama adalah pemikiran tentang sektor-sektor
ekonomi yang muncul dalam masyarakat. Sektor ekonomi itu, pada
intinya, dapat dipilih pada dua bagian besar, yakni sektor produksi barang
dan jasa. Sektor produksi barang bisa dalam bentuk pertanian dan industri,
sedangkan sektor jasa bisa dalam profesi sebagai tentara, hakim, dan
pegawai negeri lainnya.
Ali bin Abi Thalib wafat pada tahun 661 M. Kematian Ali bin Abi
Thalib ini bukan saja mengakhiri masa kepemimpinan Khalifah yang
keempat, tetapi juga akhir dari kepemimpinan Khulafa’ al-Rasyidin.
Kepemimpinan umat Islam berikutnya berada dibawah kendali dinasti,
dimana kepemimpinan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya, yakni Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemikiran ekonomi pada masa khulafa al-rasyidin sebenarnya
merupakan lanjutan dari pemikiran ekonomi yang muncul pada masa
Rasulullah saw. Karakteristik pemikiran ekonomi yang muncul di dua
periode sejarah ini, Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dalam banyak hal
memiliki kemiripan.
Namun demikian, dari masing-masing Khalifah Abu Bakar, Umar
Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib memiliki variasi
dan spesifikasi tersendiri dalam kebijakan ekonomi yang diambil. Pada
masa Abu Bakar tidak begitu banyak kebijakan ekonomi yang diambil
karena pada masa kepemimpinannya lebih banyak digunakan untuk
menyelesaikan masalah riddah, orang yang tidak mau membayar zakat,
dan orang yang mengaku sebagai nabi. Kebijakan ekonomi baru banyak
diambil oleh Umar Bin Khattab. Bahkan, Umar Bin Khattab memiliki
keberanian mengambil kebijakan yang berbeda dengan kebijakan
Rasulullah, seperti dalam kasus distribusi Tanah Kharaj. Kebijakan
ekonomi juga banyak diambil oleh Utsman bin Affan terutama pada 6
tahun pertama kekuasaannya. Namun kebijakan ekonomi ini semakin surut
ketika Ali Bin Abi Thalib menjadi khalifah karena kebijakan Ali bin Abi
Tholib lebih banyak untuk menyelesaikan konflik di antara umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA