Anda di halaman 1dari 15

www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No.

1: 17-31
ANALISIS KANDUNGAN ASAM LEMAK TRANS (TRANS FAT) DALAM MINYAK
BEKAS PENGGORENGAN JAJANAN DI PINGGIR JALAN KOTA KUPANG
Origenes B. Kapitan
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang

ABSTRAK
Telah dilakukan analisis mengenai kandungan asam lemak trans (trans fat) dalam
minyak bekas penggorengan jajanan di pinggir jalan kota kupang. Minyak goreng yang
digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng komersial merk L. Sampel minyak
goreng untuk analisis diperoleh dari pedagang jajanan yang telah digunakan menggoreng
keseluruhan bahan makanan selama 7 jam dan pemodelan penggorengan secara deep fat
frying selama 5 jam. Perlakuan I dilakukan pada minyak goreng yang telah digunakan
menggoreng kentang selama 1 jam pada suhu 150oC. Perlakuan II dilakukan pada suhu 150oC
selama 2 Jam penggorengan, perlakuan III dilakukan pada suhu 155oC selama 3 jam,
perlakuan IV dilakukan pada suhu 160oC selama 4 jam, perlakuan V dilakukan pada suhu
165oC selama 5 jam, perlakuan VI dilakukan untuk minyak goreng yang diperoleh dari
pedagang jajanan yang telah dipanaskan selama 7 jam dengan suhu berkisar 160-170oC,
sedangkan kontrol digunakan minyak goreng segar. Hasil uji sifat ketidakjenuhan minyak
diperoleh hasil positif untuk kontrol dan perlakuan minyak goreng. Analisis menggunakan
FTIR menunjukkan adanya serapan asam lemak trans pada bilangan gelombang 966 cm-1.
Jenis senyawa asam lemak trans yang terdeteksi menggunakan Gas Chromatography adalah
asam elaidat (trans-9-octadecanoic). Kadar asam lemak trans hasil analisis menggunakan GC
diperoleh hasil berturut-turut untuk kontrol dan perlakuan I-VI adalah sebesar 0,082% b/b;
0,085% b/b; 0,088% b/b; 0,072% b/b; 0,075% dan 0,084% b/b.
Kata Kunci: Minyak goreng, deep fat frying, asam lemak trans, asam elaidat

ABSTRACT

An analysis of the trans fatty acids (trans fat) content in used oil pan on the roadside
hawker Kupang had been done. Frying oils used in this study were commercial brands of
frying oil L. Oil samples for analysis are obtained from merchants snacks that have been used
to fry food overall for 7 hours and to model a deep fat frying pan for 5 hours. The treatment I
carried on frying oil that has been used to fry the potatoes for 1 hour at a temperature of
150oC. Treatment II performed at a temperature of 150oC for 2 hours frying, treatment III
carried out at temperatures 155oC for 3 hours, treatment IV performed at a temperature of
160oC for 4 hours, treatment V carried out at a temperature of 165oC for 5 hours, treatments
VI performed for frying oil which are obtained from merchants snacks that had been heated
for 7 hours with the temperature range 160-170oC, while the control is used fresh frying oil.
Properties of oil unsaturation test results obtained positive results for the control and
treatment of frying oil. FTIR analysis showed the existence of trans fatty acid uptake in the
wave number 966 cm-1. This type of the trans fatty acid compounds were detected using gas
chromatography is elaidic acid (trans-9-octadecanoic). Determination levels of the trans fatty
acids using GC analysis of the results obtained the concentration for the control and treatment
of I-VI is at 0.082 % w/w; 0.085 % w/w; 0.088 % w/w; 0.072 % w/w; 0.075 %w/w and
0.084 % w/w, respectively.
Keywords: Frying oil, deep frying fat, trans fatty acids, elaidic acid

Halaman | 17
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
Pendahuluan asam lemak trans pada minyak goreng
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan diperoleh pada saat proses pemanasan
teknologi menyebabkan pemilihan minyak (menggoreng) selama pengolahan makanan,
goreng didasarkan pada minyak goreng yang dimana perubahan posisi isomer cis menjadi
stabil akan proses hidrolisis, oksidasi, dan trans mulai terjadi pada suhu 180oC dan
polimerisasi akibat pemanasan selama meningkat sebanding dengan kenaikan
penggorengan. Menurut Eckel (2007), temperatur (Silalahi dan Tampubolon, 2002).
minyak yang demikian dicirikan dengan Asam lemak trans dapat meningkatkan
tingginya kandungan asam oleat (lebih cholesterol low density lipoprotein (C-LDL)
dipilih yang berkisar 50-65%) dan rendahnya dan menurunkan cholesterol high density
kandungan asam linoleat (lebih dipilih yang lipoprotein (C-HDL), akibatnya akan
berkisar 20-30%) serta mengandung sedikit menyebabkan dislipidemia dan
asam linolenat (tidak lebih dari 3%). arterosklerosis yang ditandai dengan adanya
Tingginya kandungan asam lemak timbunan atau endapan lemak pada
tidak jenuh yang memiliki satu atau lebih pembuluh darah. Penyakit arterosklerosis
ikatan rangkap di antara atom-atom dapat disebabkan oleh gizi yang tidak benar,
karbonnya menyebabkan minyak goreng khususnya oleh kandungan asam lemak
mudah rusak selama proses penggorengan. trans, kolesterol dan trigliserida (Winarno,
Selama proses penggorengan (secara deep 2004). Timbunan lemak ini akan menyumbat
frying) minyak dipanaskan secara terus- aliran darah pada beberapa bagian tubuh
menerus pada suhu tinggi (180oC-250oC) seperti jantung dan otak. Penyumbatan yang
serta adanya kontak dengan oksigen dari terjadi di jantung akan menyebabkan
udara luar yang memudahkan terjadinya penyakit jantung koroner dan bila
reaksi oksidasi pada minyak (Kataren, 1986). penyumbatan terjadi di otak akan
Pada suhu demikian, ikatan rangkap pada menyebabkan stroke. Asupan asam lemak
asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga yang trans yang tinggi, diduga mengganggu
tersisa adalah asam lemak jenuh saja. Reaksi metabolisme asam lemak omega-3 yang
oksidasi pada minyak akan menghasilkan berperan dalam otak dan penglihatan. Asam
senyawa aldehida, keton, hidrokarbon, lemak trans juga dilaporkan menyebabkan
alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang penyakit kanker payudara, dan juga
mempunyai bau tengik dan rasa getir. mempengaruhi perkembangan janin
Asam lemak tidak jenuh pada lemak (IUFoST, 2010).
atau minyak berada dalam dua bentuk isomer Namun demikian, sampai sejauh ini
yakni isomer cis dan trans. Asam lemak belum dilakukannya penelitian mengenai
tidak jenuh biasanya berada dalam bentuk kandungan asam lemak trans dalam minyak
cis, hanya sedikit yang berada dalam bentuk bekas penggorengan pada pedagang jajanan
trans. Asam lemak trans dihasilkan dari di Kota Kupang, dimana dalam prosesnya
proses hidrogenasi parsial dari minyak minyak akan dipanaskan secara terus-
tumbuhan dan minyak ikan. Jumlah yang menerus serta jenis bahan makanan yang
sedikit juga ditemukan juga pada lemak digoreng juga beraneka ragam. Mengingat
hewan ruminansia, sebagai hasil bio- pemilihan masyarakat Kota Kupang akan
hidrogenasi asam lemak tidak jenuh ganda jajanan gorengan yang sangat tinggi
dari enzim mikroba pada lambung sementara kekhawatiran akan berbagai
ruminansia. penyakit akibat dari konsumsi lemak trans,
Pada minyak goreng asam lemak membuat peneliti tertarik untuk melakukan
tidak jenuh yang berkonfigurasi cis dapat penelitian mengenai asam lemak trans yang
berisomer menjadi bentuk trans akibat terkandung dalam minyak goreng yang telah
proses ekstraksi, oksidasi, proses pemanasan digunakan tersebut. Dengan demikian
dan proses hidrogenasi parsial. Sartika menjadi suatu hal yang menarik untuk
(2006) memaparkan bahwa pembentukan mempelajari tentang proses pembentukan

Halaman | 18
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
asam lemak trans, komponen dan kadarnya dan diupayakan sejarang mungkin
pada minyak goreng yang digunakan melakukan pengadukan untuk mengurangi
tersebut. aliran konveksi dalam minyak dan reaksi
Material dan Cara Kerja oksidasi akibat terjadinya proses aerasi.
Bahan penelitian yang digunakan Frekuensi penggorengan kentang dilakukan
dalam penelitian ini adalah minyak goreng selama 16 kali. Sampel minyak goreng akan
komersial merk L, kentang, akuades, air diambil pada tiap pengulangan penggorengan
brom, kloroform, larutan standar asam lemak keempat dengan interval waktu
trans, larutan NaOH dalam metanol, larutan penggorengan tiap 1 jam. Keseluruhan
BF3, larutan NaCl jenuh, Na2SO4 anhidrat, sampel minyak goreng yang digunakan
gas N2 dan n-heksana. Sedangkan alat-alat dalam penelitian ini adalah sebanyak 5
yang digunakan antara lain Ketel aluminium, sampel minyak goreng.
kompor merek Hock, termometer, Kedua, uji sifat ketidakjenuhan
seperangkat alat FTIR, seperangkat Peralatan minyak. Uji ini dilakukan untuk mendeteksi
Gas Chromatography (GC) merk Shimadzu adanya ikatan rangkap pada minyak yang
GC-17a, 007 series bonded phase fused akan digunakan sebagai sampel. Uji yang
silica capillary column no.020711a (Jenis dilakukan adalah uji kualitatif yakni uji sifat
kolom: Cyanopropil methyl sil (capillary ketidakjenuhan minyak. Prosedur kerjanya
column); dimensi kolom: p = 60 m; Ã` dalam adalah sebagai berikut:
= 0,25 mm, 0,25 î ¼ Film Tickness), pipet 1. Dimasukkan 2 ml minyak komersial ke
tetes, neraca analitik, peralatan menggoreng, dalam tabung reaksi.
peralatan gelas yang umumnya digunakan di 2. Ditambahkan 2 ml kloroform.
laboratorium, coolbox, botol-botol yang 3. Ditambahkan setetes demi setetes air
berukuran kecil, alumanium foil dan pH brom sambil dikocok hingga warna merah
indikator universal. coklat air brom tidak berubah.
Jalannya penelitian dibagi menjadi Ketiga, preparasi asam lemak dalam
beberapa tahap. Pertama, dilakukan minyak goreng menjadi metil ester asam
penyiapan sampel. Sampel diambil dari lemak (FAME). Sampel minyak ditimbang
pedagang jajanan gorengan pinggir jalan di dalam tabung bertutup teflon, kemudian
kawasan Oesapa Kota Kupang. Sampel ditambahkan 1 ml NaOH 0,5 N dalam
lainnya merupakan hasil pemodelan peng- metanol dan dipanaskan dalam penangas air
gorengan secara deep fat frying. 100 ml selama 20 menit. Selanjutnya ditambahkan 2
sampel minyak goreng dari pedagang jajanan ml BF3 16% dan 5 mg/ml standar internal
diambil sebelum digunakan (T0) dan 100 ml serta dipanaskan lagi selama 20 menit.
sampel minyak diambil setelah digunakan Setelah dingin, ditambahkan 2 ml NaCl
untuk menggoreng keseluruhan jenis bahan jenuh dan 1 ml heksana. Lapisan heksana
makanan yang ada (Tx). Yang menjadi dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung
kontrol adalah 100 ml sampel minyak yang yang berisi 0,1 g Na2SO4 anhidrat dan
belum digunakan untuk proses menggoreng. dibiarkan selama 15 menit. Fase cair diambil
Kontrol dan sampel yang telah diambil, dan siap digunakan (Sartika, 2006).
disimpan dalam botol-botol berukuran kecil Keempat, analisis kualitatif
dan ditempatkan dalam wadah coolbox. kandungan asam lemak trans menggunakan
Sampel minyak goreng lain yang FTIR. Fase cair FAME diambil 5 ml dan
digunakan adalah sampel minyak goreng dianalisis menggunakan Fourier Transform
merk L yang digunakan menggoreng Infrared (FTIR) pada daerah serapan ikatan-
kentang. Proses menggoreng dimulai dengan ikatan ganda trans yakni daerah 966 cm-1
memasukkan minyak goreng segar ke dalam dengan batas deteksi antara 990-945 cm-1
ketel penggorengan sebanyak 4 liter, pada wilayah serapan 1050-900 cm-1.
kemudian ketel dipanaskan, lalu bahan Munculnya serapan pada bilangan
makanan (kentang) digoreng hingga matang gelombang 966 cm-1 mengindikasikan

Halaman | 19
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
terbentuknya asam lemak trans dalam Ketujuh, penentuan waktu optimum
minyak goreng (AOAC, 2000). terbentuknya asam lemak trans. Pada
Kelima, analisis kuantitatif penentuan waktu optimum terbentuknya
kandungan asam lemak trans menggunakan asam lemak trans, ditentukan dengan
kromatografi gas (GC). Analisis kadar dan menggunakan variasi waktu 1 jam, 2 jam, 3
komponen asam lemak trans, sebagai FAME jam, 4 jam dan 5 jam. Sebelum minyak
dengan alat kromatografi gas, digunakan dipanaskan, diambil 100 ml minyak sebagai
kolom cyanopril methyl sil (capilary kontrol (T0). Sesudah minyak dipanaskan
column). Kondisi alat diatur sebagai berikut: selama jangka waktu yang telah ditentukan,
dimensi kolom (p = 60 m; Ã = 0,25 mm, maka diambil 100 ml minyak sebagai sampel
0,25 î ¼ Film Tickness); laju alir N2: 20 (Tx) setelah itu dilakukan preparasi sampel
mL/menit; laju alir H2: 30 mL/menit; laju alir dan selanjutnya dilakukan analisis kadarnya
udara: 200- 250 mL/menit; suhu injektor: menggunakan GC.
200oC; suhu detektor: 230oC; suhu kolom:
(di atur temperatur kolom: awal 190oC diam Hasil dan Diskusi
15 menit, akhir 230oC diam 20 menit dan Penyiapan Sampel
kecepatan 10oC/menit); ratio = 1:8; volume Proses penyiapan sampel minyak
injeksi: 1 î ¼L; kecepatan linear: 20 cm/sec. dalam penelitian ini dilakukan dalam 2
Analisis dimulai dari injeksi pelarut (1 tahapan yakni tahapan pengambilan sampel
μL) ke dalam kolom untuk memperoleh minyak goreng dari pedagang gorengan dan
baseline, kemudian dilanjutkan dengan tahapan pemodelan penggorengan. Bahan
menginjeksi 5 μL campuran standar FAME. makanan yang digunakan dalam proses
Bila semua puncak sudah keluar baru penggorengan oleh pedagang jajanan
kemudian sampel diinjeksikan sebanyak 5 gorengan antara lain tepung terigu, tahu,
μL. Waktu retensi dan puncak sampel diukur tempe, ubi jalar dan pisang. Untuk proses
untuk masing-masing komponen pemodelan penggorengan, bahan yang
dibandingkan dengan standar dan dihitung digunakan adalah kentang yang dibuat
dengan cara sebagai berikut: menjadi keripik kentang. Minyak goreng
komersial merk L yang digunakan oleh
pedagang jajanan dan juga yang digunakan
Keterangan: oleh peneliti tergolong dalam minyak jenis
Cx : Konsentrasi komponen X MUFA (monounsaturaed fatty acid), dimana
Cs : Konsentrasi standar internal minyak goreng jenis ini kaya akan asam
Ax : Luas puncak komponen X oleat (54,13%) dan sedikit asam linoleat
As : Luas puncak standar internal (2,46%).
R : Respon Pemodelan penggorengan secara deep
Keenam, penentuan suhu optimum fat frying dilakukan oleh peneliti secara
terbentuknya asam lemak trans. Pada manual. Kentang digoreng sampai berubah
penentuan suhu, akan dilakukan pemodelan warna dari putih menjadi kuning kecoklatan
dalam penggorengan dengan variasi suhu yang menandakan bahwa bahan makanan
yang digunakan adalah 150oC, 155oC, telah matang. Banyaknya pengulangan
160oC, 165oC. Sebelum minyak dipanaskan (frekuensi) penggorengan kentang adalah
diambil 100 ml minyak sebagai kontrol (T0). sebanyak 16 kali. Keseluruhan bahan
Setelah minyak dipanaskan pada suhu yang makanan digoreng selama 5 jam secara terus
sesuai dengan suhu-suhu yang telah menerus dan tidak dilakukan penambahan
ditetapkan tadi (Tx), maka diambil 100 ml minyak goreng segar. Suhu minyak goreng
minyak sebagai sampel yang akan yang tercatat adalah berkisar dari 90oC
dipreparasi, kemudian dianalisis kadarnya sampai dengan 165oC.
menggunakan GC.

Halaman | 20
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
Tabel 1. Data hasil pemodelan penggorengan kentang secara deep fat frying selama 5 jam
Suhu Waktu
Frekuensi
Minyak Goreng Pemanasan pH Keterangan
Penggorengan
(oC) (Wita)
0 29 - 7 T0 (Jam ke -0)
1 90 23.00-23.20 5
2 107 23.22-23.42 5
3 110 23.44-00.08 5
4 150 00.10-00.40 5 T1 (Jam ke -1)
5 150 00.43-01.15 5
6 150 01.19-01.43 5 T2 (Jam ke -2)
7 150 01.46-02.06 5
8 155 02.08-02.30 5 T3 (Jam ke -3)
9 155 02.32-02.52 5
10 160 02.59-03.09 4
11 160 03.11-03.27 4
12 160 03.29-03.39 4 T4 (Jam ke -4)
13 165 03.42-03.54 4
14 165 03.55-04.09 4
15 160 04.11-04.19 4
16 165 04.21-04.36 4 T5 (Jam ke -5)

Penentuan perlakuan untuk analisis sampel minyak goreng yang diambil dari
disesuaikan antara frekuensi penggorengan pedagang jajanan dengan lama penggorengan
yaitu tiap frekuensi ke 4 kali dengan beda adalah selama 7 jam (T6).
waktu penggorengan berkisar 1 jam. Kontrol Kandungan air, uap panas dan
(To) pada minyak goreng yang akan oksigen memjadi penyebab terjadinya
dianalisis adalah minyak goreng segar tanpa perubahan kimia pada minyak goreng. Air
pemanasan. Perlakuan pertama (T1) adalah sebagai nukleofil lemah menyerang ikatan
minyak goreng yang telah digunakan untuk ester pada struktur triasilgliserol
menggoreng kentang pada frekuensi ke 4 kali menyebabkan hidrolisis menghasilkan di-
selama 1 jam penggorengan dengan suhu dan monoasilgliserol, gliserol dan asam
minyak goreng adalah 150oC. Perlakuan lemak bebas. Kontak yang terjadi antara
kedua (T2) adalah minyak goreng yang telah minyak goreng dengan air (fasa cair) dari
digunakan untuk menggoreng pada frekuensi bahan yang digoreng meningkatkan
ke 6 kali selama 2 jam penggorengan dengan terjadinya hidrolisis pada minyak goreng. di-
suhu minyak goreng adalah 150oC. dan monoasilgliserol, gliserol dan asam
Perlakuan ketiga (T3) adalah minyak goreng lemak bebas mempercepat hidrolisis lebih
yang telah digunakan menggoreng pada lanjut dalam minyak goreng. Gliserol akan
frekuensi ke 8 kali selama 3 jam menguap pada suhu 150oC dan gliserol yang
penggorengan dengan suhu minyak goreng tersisa dalam minyak goreng akan diubah
adalah 155oC. Perlakuan keempat (T4) adalah oleh proses hidrolisis menjadi asam lemak
minyak goreng yang digunakan menggoreng bebas. Asam lemak bebas dan senyawa
pada frekuensi ke 12 kali selama 4 jam teroksidasi akan menghasilkan bau tidak
penggorengan dengan suhu minyak goreng sedap. Nilai atau besaran asam lemak bebas
adalah 160oC. Perlakuan kelima (T5) adalah digunakan untuk memonitor kualitas dari
minyak goreng yang telah digunakan minyak goreng. Kandungan asam lemak
menggoreng pada frekuensi ke 16 kali bebas dalam minyak goreng meningkat
selama 5 jam penggorengan dengan suhu sebanding dengan banyak frekuensi
minyak goreng adalah 165oC. Kontrol dan penggorengan (Choe and Min, 2007).
kelima perlakuan menjadi pembanding bagi Stevenson (1984) dalam Choe dan Min

Halaman | 21
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
(2007) menganjurkan bahwa kadar Penentuan keberadaan ikatan rangkap dalam
maksimum dari asam lemak bebas dalam minyak dilakukan dengan menggunakan
minyak adalah 0,05% sampai 0,08%. pereaksi brom (Br2) berwarna merah coklat.
Pengukuran pH minyak goreng pada Keberadaan ikatan rangkap pada minyak
pengulangan penggorengan ke 1 goreng dapat diketahui dengan terjadinya
menunjukkan penurunan pH yang drastis perubahan warna dari air brom (Br2). Warna
dari 7 menjadi 5. Perubahan pH pada minyak merah coklat pada peraksi air brom akan
goreng terjadi akibat hidrolisis pada hilang ketika bereaksi dengan minyak.
trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam Warna merah coklat yang hilang ini menjadi
lemak bebas menyebabkan nilai pH minyak dasar analisis kualitatif tentang keberadaan
menjadi turun akibat adanya asam lemak ikatan rangkap pada minyak (Fassenden dan
bebas mengakibatkan suasana minyak Fassenden, 1996). Reaksi yang terjadi adalah
menjadi asam (Hart, 1983). Adanya sebagai berikut:
kandungan air pada kentang diduga juga H H
+ Br2
menyebabkan perubahan nilai pH dari R C C R1 R C C R1

minyak goreng, sebab adanya molekul air H H Br Br


akan menghidrolisis trigliserida. Proses
hidrolisis pada trigliserida menghasilkan Gambar 1. Reaksi antara air brom dengan
gliserol dan asam lemak bebas. minyak (Hart, 1983)
Analisis Ikatan Ganda (Uji Ikatan Tidak Analisis kualitatif terhadap ikatan
Jenuh) pada Minyak rangkap pada asam lemak, baik dari kontrol
Analisis ikatan ganda pada minyak maupun keseluruhan perlakuan menunjukkan
dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan hasil yang positif. Hasil yang positif ini
rangkap pada struktur asam lemak. Analisis mengindikasikan bahwa dalam minyak
ini didasarkan pada reaksi adisi halogen pada goreng kontrol dan perlakuan masih
gugus alkena asam lemak. Senyawa halogen mengandung ikatan rangkap. Adanya ikatan
dilarutkan dalam pelarut inert seperti karbon ganda tersebut menunjukkan bahwa pada
tetraklorida atau kloroform dan larutan minyak goreng belum sepenuhnya
dicampurkan tetes demi tetes kepada alkena. teroksidasi.

Gambar 2. Warna keruh pada minyak akibat adisi air brom terhadap ikatan ganda minyak

Halaman | 22
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
Adanya ikatan ganda pada asam lemak ini cm-1. Silverstain (1986), menjelaskan bahwa
didukung dengan hasil analisis kadar asam metil ester asam lemak akan menampilkan
lemak trans menggunakan gas kromatografi suatu corak tiga pita serapan di dekat daerah
(GC) yang jumlahnya sedikit dimana diduga bilangan gelombang 1250 cm-1, 1205 cm-1
akibat belum banyak berubahnya ikatan dan 1175 cm-1 dan pita yang berada di dekat
rangkap cis. Keberadaan ikatan ganda ini 1175 cm-1 adalah yang terkuat. Munculnya
juga didukung oleh hasil penelitian Raisi serapan gugus karbonil dan didukung oleh
(2012) yang menganalisis komponen minyak ketiga serapan yang ada, menunjukkan
goreng komersial merk L sesudah digunakan bahwa minyak goreng pada kontrol dan
untuk menggoreng selama 5 jam, minyak perlakuan telah berhasil diesterifikasi
goreng tersebut masih mengandung asam menjadi MEAL.
lemak ikatan ganda atau tidak jenuh yakni Hasil analisis juga menunjukkan
asam oleat sebesar 52,88% keberadaan asam lemak tidak jenuh dalam
Penentuan Gugus Fungsi Trans minyak inti kelapa sawit yang dibuktikan
Menggunakan FTIR dengan adanya serapan atom C berikatan
Minyak goreng kontrol dan perlakuan rangkap (C=C) pada 1651 cm-1 dan 1625
sebelum dianalisis, dilakukan preparasi cm-1. Daerah serapan ini khas untuk ikatan
(dihidrolisis dan diesterifikasi) menjadi metil C=C olefin yang berstruktur cis tidak
ester asam lemak (MEAL) atau fatty acid terkonjugasi (Silverstein, 1986). Adanya
metil ester (FAME). Proses esterifikasi serapan di daerah ini menegaskan adanya
bertujuan mengubah asam-asam lemak dari asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Hasil
trigliserida menjadi suatu bentuk ester. ini sesuai dengan hasil positif dari uji
Minyak goreng kontrol dan perlakuan, kualitatif ikatan ganda pada kontrol dan
ditambahkan dengan basa metanol yaitu perlakuan minyak goreng menggunakan air
larutan natrium hidroksida dalam metanol. brom, dan juga didukung oleh hasil analisis
Dalam pemanfaatannya, basa metanol kandungan asam lemak oleat dan linoleat
teristimewanya digunakan dalam pada minyak goreng yang digunakan
mentransesterifikasikan trigliserida berturut-turut sebesar 54,13% dan 2,46%
(triasilgliserol), ester kolesterol, dan (Raisi, 2012).
fosfolipid. Urutan proses esterifikasi adalah Serapan gugus tidak jenuh pada
sebagai berikut: alkena juga diperkuat dengan adanya serapan
Trigliserida Digliserida di sebelah kiri 3000 cm-1 yaitu pada 3005
MonogliseridaMetil Ester yang menunjukkan serapan C-H aromatis
Analisis akan kenampakan spektra serapan dan daerah 3209 cm-1 yaitu serapan untuk
pada kontrol dan perlakuan minyak goreng rentangan kibasan =CH alkena. Puncak
memberikan hasil yang disajikan pada Tabel serapan pada bilangan gelombang 3005 cm-1
2. Tabel spektra serapan hasil analisis yang ini juga merupakan serapakan khas untuk
dilaporkan pada Tabel 2 memperlihatkan ikatan C=C. Daerah serapan 1267, 1655 and
adanya pita serapan pada bilangan 3007 cm−1 ini berkorelasi dengan vibrasi
gelombang 1743 cm-1. Bilangan gelombang isomer cis pada rantai asam lemak
ini menunjukkan adanya vibrasi ulur C=O (Silverstein, 1986).
karbonil. Gugus serapan ini dapat diduga Spektrum serapan yang menunjukkan
sebagai suatu ester, di mana minyak goreng puncak vibrasi pada bilangan gelombang 721
pada kontrol dan perlakuan dipreparasi cm-1 merupakan vibrasi alkena (-HC=CH-)
menjadi suatu bentuk ester yaitu FAME dari rantai asam lemak tidak jenuh dengan
(Fatty Acid Metil Ester) atau Metil Ester jumlah atom C ≥4. Spektrum serapan ini
Asam Lemak (MEAL). Dugaan akan muncul sebagai akibat jumlah atom C pada
senyawa ester ini diperkuat dengan asam lemak dalam minyak goreng kontrol
munculnya 3 pita serapan pada bilangan dan perlakuan sebanyak 20 buah ( asam
gelombang 1246 cm-1, 1195 cm-1 dan 1172 lemak berantai C12 – C20).

Halaman | 23
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
Tabel 2. Puncak spektrum gugus fungsi yang tetap dan berubah pada perlakuan minyak goreng
Kontrol Perlakuan minyak goreng
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
3464 - - - - - -
3209 3209 3209 3209 3209 3205 3209
3005 3005 3005 3005 3005 3005 3005
2924 2924 2924 2924 2924 2924 2924
2854 2854 2854 2854 2854 2854 2854
2731 2731 2731 2731 2731 2731 2731
2677 2681 2677 2681 2681 2681 2681
2534 - 2530 - - 2534 -
- - - - - 2495 -
2360 2360 2360 2360 2360 2360 2360
2337 2341 2337 2341 2341 2337 2341
2260 - 2260 - - 2260 -
2156 - - - - - -
2032 2032 2040 - - 2040 2032
1743 1743 1743 1743 1743 1743 1743
1651 - 1654 - - 1654 1654
1625 - - - - - -
1462 1462 1462 1462 1462 1462 1462
1435 1435 1435 1435 1435 1435 1435
1361 1361 1361 1361 1361 1361 1361
1246 1242 1242 1242 1242 1242 1242
1195 1195 1195 1195 1195 1195 1195
1172 1172 1168 1172 1172 1172 1172
1118 1118 1118 1118 1118 1118 1118

1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091


1014 1014 1014 1014 1014 1014 1014
879 879 879 879 879 879 879
840 833 840 840 840 844 844
- 771 711 711 771 771 771
721 721 721 721 721 721 721
655 655 655 655 655 655 655
586 586 586 - 586 586 590
547 - - - - - -
428 432 - - - 424 -
Munculnya vibrasi ulur C-H alifatik gugus aldehid yang terbentuk akibat reaksi
pada 2924 cm-1 dan 2854 cm-1 memberikan oksidasi. Hendrikson (1970), menekankan
petunjuk adanya gugus metil (CH3) dan bahwa keberadaan senyawa ini ditandai
metilena (CH2). Data ini diperkuat dengan dengan adanya serapan yang kuat pada
adanya vibrasi tekuk C-H pada bilangan daerah sekitar 2700 – 2800 cm-1 yang
gelombang 1443 cm-1 yang merupakan C-H menunjukkan ikatan C-H dari –CHO.
alkena. Ini sesuai dengan pendapat Serapan pada daerah di dekat bilangan
Fassenden (1986) yang mengemukakan gelombang 2720 cm-1 (2731 cm-1) dan
bahwa puncak serapan pada daerah bilangan didukung oleh sebuah pita serapan karbonil
gelombang 2924-2653 cm-1 menunjukkan merupakan bukti kuat adanya gugus aldehid
vibrasi uluran C-H sp3 pada CH2 dan CH3 (Silverstein,1986). Keberadaan gugus
yang didukung vibrasi tekuk pada daerah aldehid ini menunjukkan bahwa minyak
1465-1438 cm-1. Adanya gugus metil dan goreng kontrol dan perlakuan telah
metilen yang terserap pada bilangan 2924 teroksidasi, baik secara autooksidasi maupun
cm-1 dan 2824 cm-1, diinterpretasikan sebagai secara termal (akibat proses penggorengan).

Halaman | 24
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
Puncak serapan pada bilangan (T0) juga hilang setelah pemanasan
gelombang 3464 cm-1 menunjukkan daerah (perlakuan T1-T6). Ini diduga terjadi akibat
serapan untuk gugus –OH antar molekul oksidasi termal yang mudah memutus ikatan
yang diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk rangkap pada asam lemak, sebab asam
pita oksigen (C-O) pada bilangan gelombang linoleat mengandung 2 ikatan rangkap cis
1246 cm-1. Silverstein (1986) yang memiliki sifat tidak stabil baik selama
mengemukakan bahwa kedua serapan penyimpanan maupun selama penggorengan
tersebut mengindikasikan adanya gugus (Winarno, 2004).
hidroksi (-OH) yang terikat pada atom Salah satu gugus fungsi baru yang
karbon. Seharusnya gugus -OH tidak muncul terbentuk adalah cincin aromatis (771 cm-1).
pada spektrum IR, hal ini dikarenakan Terbentuknya cincin aromatis selama proses
produk yang diharapkan adalah suatu ester. penggorengan, berkaitan dengan terurainya
Namun, pada kenyataannya gugus -OH asam lemak akibat oksidasi termal pada
muncul di spektrum IR yang diduga minyak yang akan menghasilkan aldehid,
disebabkan oleh molekul triasilgliserol sudah keton, alkohol, lakton, hidrokarbon dan
terhidrolisis secara parsial menghasilkan senyawa aromatik yang mempunyai bau
asam lemak bebas dan gliserol. Penyimpanan tengik dan rasa getir (Kataren, 1986).
yang salah dalam jangka waktu tertentu Serapan gugus yang diduga cincin aromatis
dapat menyebabkan pecahnya ikatan ini diperkuat oleh pendapat Gupta (2005)
triasilgliserol pada minyak yang pada yang mengemukakan bahwa beberapa
akhirnya membentuk gliserol dan asam senyawa bercincin aromatis seperti benzena,
lemak bebas (Ketaren, 1986). Choe dan Min toluena, 1,4-dioksana dan heksil-benzena
(2007) memperkirakan adanya mono- dan terbentuk selama proses penggorengan
diasilgliserol dalam jumlah kecil pada secara deep fat frying.
minyak goreng segar. Diduga bahwa gliserol Hasil interpretasi juga menunjukkan
yang menyebabkan munculnya gugus bahwa senyawa epoksi juga terbentuk dalam
hidroksil (-OH) pada spektra serapan sebab minyak goreng. Dugaan adanya senyawa
gliserol memiliki gugus –OH pada epoksi ditunjukkan dengan serapan pada
strukturnya. Gliserol akan menguap pada bilangan gelombang 1246, 879, dan 840 cm-
suhu 150oC dan gliserol yang tersisa dalam 1
. Dugaan ini diperkuat oleh Silverstein
minyak goreng akan diubah oleh proses (1986), yang mengemukakan bahwa uluran
hidrolisis menjadi asam lemak bebas. simetrik pada cincin epoksi terjadi didekat
Gliserol kemudian mengalami hidrasi daerah 1250 cm-1. Pita lainnya muncul di
membentuk akrolein yang menyebabkan rasa daerah antara 950-810 cm-1 dan pita ketiga
gatal pada tenggorokan (Winarno, 2002). yang dikenal dengan “pita 12” muncul
Hasil spektra serapan pada kontrol didaerah 840-750 cm-1. Munculnya senyawa
minyak goreng menunjukkan hasil yang se- epoksi ini terjadi akibat oksidasi ikatan –
dikit berubah dengan spektra minyak goreng HC=CH-. Wessels (1983), melaporkan
perlakuan yaitu adanya beberapa gugus bahwa oksidasi pada trigliserida
fungsi yang hilang dan bertambah. Gugus menghasilkan senyawa hidroperoksida,
fungsi yang hilang adalah gugus hidroksil, epoksi, hidroksi, kelompok keto dan dimer-
yang diduga akibat proses penggorengan, dimer. Senyawa-senyawa epoksi diduga
sebab senyawa yang diduga sebagai gliserol sebagai asam epoksi yang memberikan
(penyumbang gugus hidroksil)) yang aroma yang tidak diharapkan dan
terbentuk akibat proses hidrolisis minyak menyebabkan warna minyak goreng menjadi
diubah menjadi asam lemak bebas pada suhu lebih gelap (Aminah, 2010).
150oC (Choe dan Minn, 2007). Daerah sidik jari pada spektra FTIR
Selain gugus hidroksil, gugus serapan anatara daerah 1800-900 cm-1, sangat penting
ganda pada bilangan gelombang 1625 cm-1 penggunaannya dalam mengidentifikasi
yang muncul pada minyak goreng kontrol senyawa. Gugus fungsional senyawa organik

Halaman | 25
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
seperti asam lemak trans memiliki karak- linolelaidic acid atau asam linolelaidat
teristik serapan pada daerah tertentu. Ikatan (C18:2n9t = trans 9,12-oktadecadienoic)
ganda trans menyerap pada rentang 976 tidak terdeteksi. Hal ini diduga akibat
sampai 956 cm-1 dengan maksimum pada pengaruh dari jumlah kandungan asam
bilangan gelombang 966 cm-1 sebagai hasil linoleat yang kecil (2,46%), dimana
deformasi dari ikatan CH yang terdekat kemungkinan asam lemak linoleat yang
(Juaneda dkk, 2007). Pada keseluruhan jumlahnya sedikit, tidak berisomerisasi
spektra perlakuan minyak goreng dan kontrol menjadi bentuk trans tetapi diduga ikatan
yang tampak tidak terlihat munculnya rangkap dua dari asam linoleat putus akibat
serapan pada daerah 976 cm-1-956 cm-1 oksidasi termal. Tidak terdeteksinya asam
(Lampiran No. 3). Ini disebabkan oleh linolelaidat ini berkorelasi dengan hasil
kekurang sensifitas dari FTIR dalam analisis terhadap kontrol dan perlakuan
menganalisis kandungan asam lemak trans minyak goreng menggunakan FTIR di mana
apabila kandungan asam lemak trans serapan pada bilangan gelombang 1625 cm-1
dibawah kadar 5% (Ratnayke, 1995). Oleh merupakan interpretasi dari ikatan rangkap
karena itu, dilakukan upaya pemotongan terkonjugasi (linoleat) yang muncul pada
spektra serapan di daerah 997 cm-1 - 907 cm- kontrol, hilang selama prosespenggorengan.
1
agar serapan asam lemak trans pada Asam lemak linolelaidat (bentuk trans dari
bilangan gelombang 966 cm-1 dapat terlihat. asam linoleat) dilaporkan muncul
Kenampakan spektra IR untuk asam lemak Serapan asam lemak trans pada bilangan
trans pada bilangan gelombang 966 cm-1 gelombang 966 cm-1 ini digunakan secara
tampak pada gambar di bawah ini: kualitatif sebagai acuan bahwa asam lemak
Penentuan Kadar Asam Lemak Trans trans telah terbentuk dalam minyak goreng
Menggunakan GC baik pada kontrol maupun pada semua
Penentuan kadar asam lemak trans perlakuan yang ada pada minyak goreng
dalam minyak dan lemak dapat dilakukan merk L yang dianalisis menggunakan GC-
menggunakan FTIR dan GC. Pemilihan alat MS setelah dipanaskan selama 5 jam, akan
dalam penentuan kadar asam lemak trans tetapi tidak ditemukan asam elaidat dalam
dalam minyak goreng dipilih penggunaan minyak goreng tersebut (Raisi, 2012). Asam
alat GC karena GC dapat mendeteksi elaidat merupakan isomer trans dari asam
kandungan asam lemak trans dibawah kadar oleat (isomer cis) yang kandungannya lebih
0,01% (Junaeda, 2007). Tidak digunakannya besar daripada asam linoleat (isomer cis).
FTIR dalam penentuan kadar asam lemak Munculnya 2 jenis asam lemak trans
trans disebabkan oleh tidak adanya standar dalam minyak goreng merk L menjadi hal
internal asam lemak trans seperti asam menarik, sebab analisis menggunakan GC
elaidat di laboratorium dan juga metode dan GC-MS memberikan hasil yang berbeda
FTIR kurang sensitif jika total asam lemak mengenai jenis dan kadar asam lemak trans.
transnya dibawah 5% (Ratnayake, 1995). Diduga bahwa faktor penyebabnya adalah
Pemilihan penggunaan GC disebabkan oleh pemilihan penggunaan jenis kolom yang
kemampuan GC dalam memisahkan isomer digunakan dalam analisis isomer trans.
trans dari isomer cis pada asam lemak tidak Kolom yang digunakan dalam analisis
jenuh rantai panjang, yang disebabkan oleh menggunakan GC adalah kolom cyanopril
penggunaan kolom GC yang panjang dan methyl sil dengan panjang 60 m sedangkan
dilapisi dengan fase diam yang polar (Tang, pada GC-MS menggunakan kolom Rastek
2002) Rxi-5MS dengan panjang 30 m. Panjang
Asam lemak trans yang terdeteksi kolom diduga juga berpengaruh pada
pada minyak goreng kontrol dan perlakuan pemisahan isomer cis menjadi trans, karena
hasil analisis GC adalah senyawa elaidic pemilihan kolom kapiler akan berpengaruh
acid atau asam elaidat (C18:1n9t = trans 9- terhadap hasil pemisahan isomer (Junaeda,
oktadecanoic) sedangkan senyawa 2007) .

Halaman | 26
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31

Gambar 3. Spektra serapan asam lemak trans pada daerah 966 cm-1
H H

O
ikatan ganda cis: asam oleat
H3C C
OH

H
H3C O
C
H OH

ikatan ganda trans: asam elaidat

Gambar 4. struktur asam oleat (C18:1n9c) dan asam elaidat (C18:1n9t)

Tabel 3. Kadar asam lemak trans (% b/b) menggunakan GC


Lama Pemanasan (Jam) Kadar Asam Lemak Trans (% b/b)
Asam Elaidat Asam Linolelaidat
0 0,082 n.d
1 0,085 n.d
2 0.088 n.d
3 0,088 n.d
4 0,072 n.d
5 0,075 n.d
7 0,084 n.d
Ket: n.d = no detektion.

Hasil penentuan kadar asam lemak sangat kecil (0,003%) antara kontrol dengan
trans pada kontrol dan perlakuan perlakuan T1, T2 dan T3. Kenaikan kadar
menggunakan GC diperoleh data berikut yang kecil, diduga pengaruhi pemanasan
(Tabel 3). Tabel diatas menunjukkan interval yang relatif konstan pada suhu 150oC-155oC.
peningkatan kadar asam lemak trans yang Asam lemak trans yang terkandung pada

Halaman | 27
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
minyak goreng dalam kadar yang kecil ini, tidak jenuh yang terdapat dalam minyak
diduga disebabkan oleh pengaruh suhu mengalami pemecahan ikatan rangkap (asam
penggorengan. Dugaan ini didasarkan atas oleat dan linoleat) menjadi asam lemak
hasil penelitian Sartika (2006), yang jenuh, belum terjadi isomerisasi akibat
menyimpulkan bahwa terbentuknya asam pengaruh suhu dan juga reaksi oksidasi yang
lemak trans pada minyak goreng selama tidak saja mengubah bentuk cis menjadi
proses pemanasan (menggoreng) dimana trans, tetapi juga merusak ikatan isomer
perubahan posisi isomer cis menjadi trans trans yang sudah ada (Sartika, 2006).
mulai terjadi pada suhu 180oC dan Kadar asam lemak trans dalam
meningkat sebanding dengan kenaikan minyak goreng dari pedagang jajanan (T6)
temperatur (Silalahi, 2002). Suhu pemanasan hasil analisis adalah sebesar 0,084 %b/b.
minyak berpengaruh terhadap perputaran Kadar asam lemak trans yang rendah ini,
pada ikatan sigma (ikatan σ), sebab isomer diduga kuat akibat pengaruh suhu pemanasan
ikatan ganda dua dapat dipertukarkan jika minyak yang dibawah 180oC atau berkisar
ada energi yang cukup untuk memecah antara 150oC-165oC. Hasil ini relevan
ikatan pi (ikatan π) dan memungkinkan dengan asumsi Schwarzinger (2008), yang
perputaran pada ikatan yang lebih kuat yaitu mengemukakan bahwa penggorengan secara
ikatan σ (Hart, 1983). Minyak goreng curah deep-frying dengan temperatur dibawah
yang dipanaskan pada suhu 180oC ketika 180oC hanya akan menghasilkan sedikit
dianalisis secara kualitatif menggunakan asam lemak trans yang kadarnya berkisar
FTIR, terlihat munculnya serapan didaerah kurang dari 1%.
964 cm-1 yang diduga sebagai asam lemak Kandungan asam lemak trans dalam
trans (Pella, 2012). minyak goreng yang digunakan dalam
Asam lemak trans dalam minyak penelitian ini masih memenuhi syarat akan
goreng hasil analisis pada perlakuan keempat adanya kandungan asam lemak trans dalam
menunjukkan adanya penurunan kadar asam minyak goreng segar di pasaran yakni di
lemak trans sebesar 0,016%. Kadar asam bawah 1%. Kandungan maksimal asam
lemak trans pada perlakuan kelima lemak trans dalam minyak goreng komersial
meningkat dibandingkan kadar asam lemak yang beredar dipasaran adalah sebesar 1%
trans pada perlakuan keempat. Ini diduga ((Pantzaris, 1997 dalam Tang, 2002).
terjadi akibat kenaikan suhu minyak goreng Menurut Tang (2002), para importir minyak
menjadi 165oC. Tyagi (1996) dalam Choe goreng di Eropa lebih memilih minyak
dan Min (2007) mengemukakan bahwa goreng komersial dengan kandungan asam
tingginya temperatur minyak goreng akan lemak trans di bawah kadar 1%.
mempercepat proses oksidasi termal. Tyagi Penelitian ini juga memberikan hasil
memaparkan hasil penelitiannya mengenai menarik yang lain mengenai adanya asam
asam lemak trans pada minyak kedelai lemak trans sebesar 0,082% dalam minyak
(soybean oil) yang digunakan menggoreng goreng segar (kontrol). Dugaan awal peneliti
keripik kentang berturut-turut selama 70 jam bahwa pada kontrol tidak mengandung asam
pada suhu 170oC menunjukkan hasil 1,68%. lemak trans, tetapi setelah dianalisis ternyata
Demikian pula, ketika minyak kedelai untuk minyak goreng segar juga mengandung asam
perlakuan menggoreng yang sama selama 70 lemak trans dalam jumlah kecil. Ini diduga
jam dengan suhu penggorengan 190oC disebabkan oleh faktor pemanasan (pengaruh
diperoleh hasil 2,60%. Menurutnya, hasil ini suhu) selama pengolahan minyak (refinery).
dipengaruhi oleh tingginya temperatur yang Minyak goreng merupakan hasil akhir
mempercepat oksaidasi termal pada minyak. (refined oils) dari sebuah proses pemurnian
Kadar asam lemak trans yang minyak nabati, di mana kondisi pemurnian
cenderung turun naik pada minyak hasil pada produksi minyak goreng menggunakan
penggorengan kentang (perlakuan T4-T5), suhu yang tinggi mencapai 270oC
kemungkinan disebabkan oleh asam lemak (Ayustaningwarno, 2010). Menurut Tang

Halaman | 28
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
(2002), pada kondisi pemurnian minyak Ayustaningwarno, F. 2010. Kinetika
goreng terutama pada suhu penghilangan bau Parameter Stabilitas Oksidasi
(proses deodorisasi) dapat menyebabkan Minyak Sawit Merah [Tesis].
terjadinya isomerisasi (perubahan posisi) di Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB
ikatan rangkap pada struktur asam lemak.
Simpulan Basiron, Y. 2005. Palm Oil, di dalam
1. Uji kualitatif mengenai keberadaan Shahidi F: Editor Bailey’s
asam lemak trans dalam minyak Industrial Oil and Fat Products,
goreng komersial menggunakan Sixth Edition. Hobokens: John
FTIR memperlihatkan adanya Wiley & Sons, Inc.
serapan asam lemak trans pada
bilangan gelombang 966 cm-1 dan Christie, W. W. 2003. Analisis Lipid. 3rd
jenis asam lemak trans yang Edition
teridentifikasi adalah asam elaidat
(trans 9-octadecanoic). Choe, E., dan Min, D. B. 2007. Chemistry on
2. Hasil analisis kadar asam lemak Deep-Fat Frying Oils. JFSR:
trans dalam minyak goreng yang Concise Rewiews/hypotheses in
dipanaskan secara deep fat frying food science
adalah T1= 0,085; T2 = 0,088; T3 =
0,088; T4 = 0,072; T5 = 0,075 dan Day, R. A., dan Underwood, A. L. 1986.
T6 = 0,084 % b/b. Analisis Kimia Kuantitatif.
3. Minyak goreng segar merk L sudah Jakarta: Erlangga
mengandung asam lemak trans
sebesar 0,082 % b/b, yang diduga Eckel, H. Robert. 2007. Understanding of
disebabkan oleh proses pemurnian Complexicity of Trans Fatty Acids
minyak (refinery oil) menggunakan Reductionin the American Diet.
suhu tinggi. Journal of The American Heart
4. Suhu optimum terbentuknya asam Association
lemak trans adalah berkisar antara
150-155oC, sedangkan waktu Fassenden, R., dan Joan, Fassenden. 1996.
optimum terbentuknya asam lemak Dasar-Dasar Kimia Organik.
trans adalah berkisar pada jam Jakarta: Binarupa Aksara
kedua dan ketiga pemanasan
minyak goreng. Gritter, R., Bobbitt, J., dan Schwarting, A.
1991. Pengantar Kromatografi,
Daftar Pustaka Edisi Kedua. Bandung: Penerbit
ITB
Aminah, Siti. 2010. Bilangan Peroksida
Minyak Goreng Curah dan Sifat Hart, Harold dan Suminar, Achmadi. 1983.
Organoleptik Tempe pada Kimia Organik: Suatu Kuliah
Pengulangan Penggorengan. Singkat. Jakarta: Penerbit Erlangga
Semarang: Jurnal Pangan dan Gizi
Vol. 01 No. 1 Tahun 2010 Hendrikson, J., Cram, D., dan Hammond, G.
1970. Organic Chemistry, The
AOAC Official Method. 2000. Third Edition. New York:
Determination of Total Isolated McGraw-Hill Book Company
Trans Unsaturated Fatty Acids in
Fats and Oils by ATR-FTIR. (http://lansida.blogspot.com/2010/07/hplc-
kromatografi-cair-kinerja-
tinggi.html) diakses 2 Juli 2010

Halaman | 29
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31

(http://ec1.imagesamazon.com/images/G/01/ Pella, Chandra. 2012. Minyak Daun Atsiri


askville/108066_4043517_mywrit Kemangi (Ocimum Basilicum L.)
e/cis-trans_fat.gif) diakses 2 Juli Sebagai Alternatif Antioksidan
2010 Alami Untuk Mempertahankan
Kualitas Minyak Goreng dalam
IUFoST. 2010. Trans Fatty Acid. IUFoST Proses Oksidasi Termal [Skripsi].
Kupang: Jurusan Kimia FST
Scientific Information Bulletin Universitas Nusa Cendana

Juaneda, P., Ledoux, M., dan Sebedio, J. L. Raisi, Andrisanto. 2012. Pengaruh Frekuensi
2007. Analytical Methods for Penggorengan Terhadap Sifat
Determination of Trans Fatty Acid Fisika-Kimia Minyak Goreng
Content in Food. Eur.J.Lipid Bekas Jajanan Pinggir Jalan
Sci.Technol.109 (2007) 901-917 [Skripsi]. Kupang: Jurusan Kimia
FST Universitas Nusa Cendana
Ketaren, S., 1986. “Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan”. Ratnayake, W. M. N. 1995. Determination of
Jakarta: Penerbit UI Press
Trans Fatty Acids in Dietary Fats.
Maria Schwarzinger. 2008. Optimum Deep
Frying. Germam Society for Fat Sartika, Dewi. 2009. Pengaruh Suhu dan
Sceince Lama Proses Menggoreng (Deep
Frying) Terhadap Pembentukan
McCarthys, J., Barr, D., Sinclair, A. 2008. Asam Lemak Trans. Makara Sains
Determination of Trans Fatty Acid Vol.13 No.1
Levels by FTIR Inprocessed Foods
in Australia. Asia Pac J Clin Nutr Sayogo, Savitri. 2009. Gizi dan Kesehatan
2008;17 (3): 391-396 Jantung. Jakarta: Departemen Gizi
FKUI
McNair, H .M dan Bonelli, E.J. 1988. Dasar
Kromatografi Gas. Bandung: Scientific Advidsory Commite in Nutritions.
penerbit IPB 2007. Update on Trans Fatty Acid
and Health. London: TSO
Monoj K. Gupta. 2005. Fryings Oils, Silalahi, J., dan Tampubolon, S. 2002. Asam
bailey’s industrial oil and fat Lemak Trans dalam Makanan dan
products, sixth edition. Hoboken: Pengaruhnya Terhadap
John Wiley & Sons, Inc Kesehatan. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan Vol.XIII, No.2
Mossoba, M. M., McDonald, R. E., dan
Adam, M. 1998. Determinations of Silverstein, R., Bassler, G., dan Morrill, T.
Fatty Acids in Hidrogenated 1986. Penyidikan Spektrometrik
Vegetable Oils by ATR Senyawa Organik, Edisi Keempat
Spectroscopy: Two Limited (alih bahasa oleh A. Hartomo).
Collaborative Studies. JAOCS 75, Jakarta: Penerbit Erlangga
353-358
Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan
Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa SNI-3741-1995
Sawit. Medan: Universitas
Sumatera Utara

Halaman | 30
www.kimiaterapan.com Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
Toschi, T. G., Capella, P., Holt, C., dan
Christie, W. W. 1993. Suatu
Perbandingan HPLC GC Ion
Perak Ditambah dengan
Spektroskopi FTIR untuk
Penentuan Ikatan Rangkap Trans
dalam Asam Lemak Tidak Jenuh.
J. Sci.Food Agric,.61 261-266

Van de Vort, F. R. 2006. Automated Analysis


of Edible Oils dan Lubricants by
FTIR Spectroscopy: Problems and
Solutions. Montreal: McGill
University

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan

Gizi. Jakrta: PT. Gramedia

Wessels, H.1983. Determination of polar


compounds in frying fats. Pure
Appl. Chem. 55:1381

Wardlaw, G. M dan Kessel, M. W. 2002.


Perspectives in Nutritions. Sidney:
Mc Graw Hill p 226-227

Halaman | 31

Anda mungkin juga menyukai