BAB 1&2 Anak
BAB 1&2 Anak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Angka kematian bayi menjadi indikator pertama
dalam menentukan derajat kesehatan. Secara statistik, angka kematian dan
kesakitan pada neonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan penyebab
utama adalah BBLR (Puspitasari,2011). Ada beberapa faktor penyebab dari
BBLR, misalnya faktor maternal dari ibu. Contoh dari faktor maternal adalah
usia, paritas, status gizi, riwayat anemia, riwayat jantung, riwayat hipertensi, dan
riwayat prematur sebelumnya.Kelahiran bayi berat lahir rendah
(BBLR)/prematur menyumbang angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia.
Setelah bayi pulang dari RS, bayi masih dihadapkan pada berbagai
masalah kesehatan. Ketidakmampuan orang tua dalam merawat bayi, dan
terputusnya asuhan dari rumah sakit ke komunitas menyebabkan kesehatan bayi
tidak dapat terpantau secara optimal. BBLR mengalami rawat ulang pada dua
minggu pertama pasca pulang dari rumah sakit disebabkan karena aspirasi, diare,
1
dan sepsis (Rustina, 2005). Hal ini berarti bahwa apabila orang tua dilibatkan
dalam asuhan selama bayi dirawat dapat meningkatkan kepercayaan diri orang
tua dalam merawat bayinya di rumah. Asuhan keperawatan lanjutan di komunitas
juga penting dilakukan untuk deteksi dini masalah yang timbul pada BBLR dan
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pengembangan Model
Pelayananasuhan Keperawatan pada BBLR dengan ruang lingkup di rumah sakit
dan komunitas menjadi penting untuk mengurangi risiko rawat ulang pada
BBLR.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
4
mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi dan
menjaga tubuhnya agar tetap hangat.( Depkes RI, 2009).
1. Faktor Ibu
c. Gizi kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi
kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir
cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.
5
e. Pola hidup Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering
mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan
menurunkan aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan
mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
2. Faktor kehamilan
a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
c. Perdarahan Antepartum.
3. Faktor janin
d. premature
4. Faktor lingkungan
C. Patofisiologi
6
Menurut Maryanti (2012) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor
janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan
koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih
dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum
kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin
pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena
pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi
dan sering terjadi persalinan prematur menurut Amirudin & Hasmi (2014).
Menurut Saifuddin dalam Amirudin & Hasmi (2014) kelainan kongenital atau
cacat bawaan merupakan kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang lahir dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Menurut Mahayana (2015) BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi
karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan
Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan
semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi
nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan
kehamilan sebelumnya.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu
hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke
jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan
mengganggu pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya
persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama
untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan menurut
Cunningham (2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti plasenta
previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan
mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta
disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga
7
meningkatkan risiko untuk terjadi perdarahan antepartum menurut Prawirohardjo
(2008). Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak dapat dipertahankan,
maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini
menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir
rendah disertai mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014) mekanisme
pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta dengan beberapa
mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti nikotin, CO dan polysiklik
hydrokarbon, diketahui dapat menembus plasenta. Carbonmonoksida mempunyai
afinitas berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin, yang
menurunkan kapasitas darah mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin
menyebabkan vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta.
Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia
intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini
menjadi penghambat pertumbuhan janin.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian
BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah
akan mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun
secra kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu hamil
menurut Amalia, (2011). Selain itu, gangguan psikologis selama kehamilan
berhubungan dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini
disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma,
sehingga aliran darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap
noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi. Mekanisme inilah yang
mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uterin sehingga terjadi BBLR menurut Hapisah( 2010)
8
D. Pathway
9
E. Manifestasi Klinis
10
1. Prematuritas murni
c. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan
licin.Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,
pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura
lebar.Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup
oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
f. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
g. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
i. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
c. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
11
Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dengan BBLR mengalami gangguan
karena organ organ tubuh yang masih dalam janin belum tumbuh sempurna,
adanya pembatasan janin atau tumbuh dengan normal didalam kandungan. Namun
karena satu dan lain hal terpaksa dilahirkan.
Bayi BBLR memiliki refleks hisap lemah yang normalnya bayi memiliki refleks
hisap kuat, saat kelahiran bayi BBLR tidak langsung menangis, atau hanya
menangis lemah dan refleks menelan lemah
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah
HB 16 14 – 24 g/dl
Hematokrit 43,1 44 – 64 %
PDW 17,3 9 – 12 %
12
2. Pemeriksaan Glukosa Darah
Bayi BBLR mengalami Hipoglikemiad jika kadar glukosa darah <45 mg/dl
H. Komplikasi
Menurut Potter (2005) BBLR lebih mudah meninggal atau mengalami masalah
kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko,
semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan semakin besar
risikonya. Masalah-masalah BBLR antara lain:
Asfiksia: BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan semuanya berdampak pada
proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia. BBLR
membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.
Gangguan napas: gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan
adalah penyakit membrane hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah
aspirasi meconium. BBLR yang mengalami gangguan napas harus segera dirujuk
ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi.
Hipotermi: terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode kangguru dengan kontak
kulit dengan kulit membantu BBLR tetap hangat.
Hipoglikemi: karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru lahir
dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin seteah lahir dan
minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
Masalah pemberian ASI: karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi,
lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. BBLR sering mendapatkan
ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih
sedikit tetapi sering. BBLR dengan kehamilan ≥35 minggu dan berat lahir ≥2000
gram umumnya bisa langsung menyusu.
Infeksi: karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Bayi memerlukan
antibiotik jika terdapat tanda-tanda leukosit tinggi pada saat pemeriksaan darah
13
lengkap. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan
tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi): karena fungsi hati belum matang. BBLR
menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hiperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
b. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan
c. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Tatalaksana pengendalian suhu
1) Di ruang bersalin:
a) Memberikan lingkungan hangat.
b) Keringkan neonatus segera.
14
c) Kontak kulit ibu dan bayi segera akan berperan sebagai sumber
panas. Dengan cara ini, biasanya suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan antara 36,5-37,5oC (suhu aksiler). Cara melakukan
skin to skin contact adalah meletakkan kulit bayi pada kulit ibu/orang
lain, diusahakan bayi dalam keadaan telanjang menempel kulit ibu,
suhu ruangan minimal 25oC. ukur suhu tubuh bayi dua jam setelah
dilakukan kontak kulit.
d) Pemakaian pemancar panas jika tidak memungkinkan kontak
kulit.Prosedur pemberian pemancar panas pada BBLR, adalah
sebagai berikut:
i. Hangatkan ruangan (minimal 22oC).
ii. Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum
bayi diletakkan di bawah pemancar panas.
iii. Nyalakan alat dan atur suhu antara 36-37oC. Bila alat bisa disipakan
sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan kain
pengalas dan matras terlebih dahulu.
iv. Sebelum bayi lahir/datang, sebaiknya hangatkan selimut bayi di
bawah pemancar panas agar bayi tidak kedinginan. Hendaknya bayi
dibungkus/diberi pakaian, kecuali akan dilakukan tindakan, biarkan
bayi telanjang/setengah telanjang.
v. Bila bayi mendapat infus, hitung jumlah cairan infus (beri tambahan
10%) untuk mengganti cairan yang hilang.
vi. Pindahkan bayi ke ibu segera bila tidak ada tindakan/pengobatan.
2) Di dalam inkubator
Cara menggunakan inkubator bagi BBLR, antara lain adalah:
i. Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan.
ii. Tutup matras dengan kain bersih.
iii. Kosongkan air reservoir (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri
berbahaya dan menyerang bayi).
15
iv. Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi:
BB kurang dari 1500 gram
Umur 1-10 hari: 35oC, umur 11-3 minggu: 34oC, umur 3-5 minggu:
33oC, umur lebih dari 5 minggu: 32oC.
BB 1500-2000 gram
Umur 1-10 hari: 34oC, umur 11hari-4 minggu: 33oC, umur lebih
dari 4 minggu: 32oC.
BB 2100-2500 gram
Umur 1-2 hari: 34oC, umur 3 hari-3 minggu: 33oC, umur lebih dari
3 minggu: 32oC.
BB lebih dari 2500 gram
Umur 1-2 hari: 33oC, umur lebih dari 2 hari: 32oC.
v. Hangatkan inkubator sebelum digunakan.
vi. Bila memerlukan, pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar,
lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah
pengamatan/terapi selesai.
vii. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar
inkubator tetap hangat.
viii. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.
ix. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang, dan ukur suhu bayi
per aksila setiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam.
x. Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, lakukan
manajemen penanganan suhu tubuh abnormal.
xi. Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit.
b. Tatalaksana Pemberian Asupan
Memberikan nutrisi yang cukup pada bayi merupakan suatu tantangan.
Dukungan nutrisi dapat dicapai secara enteral, parental atau kombinasi
keduanya.
16
Kapasitas lambung 15-30 cc dan akan meningkat dalam minggu-
minggu pertama kehidupan. Sfingter kardiak lambung belum matang sehingga
gumoh lazim terjadi. Pada saat lahir keasaman lambung tinggi namun pada
hari ke-10 hampir tidak ada asam lambung oleh karena itu rentan terhadap
terjadinya infeksi. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah
enzim emilase dan lipase terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi
sehingga bayi kesulitan dalam mencerna lemak dan karbohidrat. Pada saat
makanan masuk segera terjadi peristaltik cepat sehingga masukan makanan
sering disertai pengosongan lambung.
1) Pemberian minum bayi:
a) Pemberian minum dilakukan segera bila kondisi
memungkinkan, umumnya saat bayi mulai mendapat PMK.
b) Bayi < 30 minggu, umumnya perlu diberikan minum melalui pipa NGT.
c) Bayi 30-32 minggu dapat diberikan minum melalui gelas kecil. Bayi
>32 minggu sudah dapat menyusu pada ibu.
17
b) Indikasi:
i. Bayi dengan refleks parah atau tertundanya pengosongan lambung.
ii. Dapat digunakan secara rutin pada bayi dengan Berat Lahir Sangat
Rendah (BBLSR) (<1000 gram).
4) Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama
2 menit sebelum masuk ke tempat rawat bayi.
b) Mencuci tangan dengan zat antuseptik setiap sebelum dan sesudah
memegang bayi.
c) Melakukan tindakan untuk mengurangi kontaminasi pada makanan
bayi dan semua benda uang berhubungan langsung dengan bayi.
d) Mencegah kontaminasi udara sekitar bayi.
e) Mencegah jumlah bayi yang terlalu banyak dalam satu ruangan.
f) Membatasi kontak langsung dan tidak langsung dengan petugas
ruangan dan bayi lainnya.
g) Melarang petugas yang terkena infeksi masuk ke perawatan bayi.
18
PMK adalah perawatan untuk bayi denga melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin-contact). Prinsip metode ini adalah
menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam inkubator dengan meniru
kangguru. Ibu bertindak seperti ibu kangguru yang mendekap bayinya dengan
tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Metode ini dihentikan
jika bayi telah mencapai bobot badan minimal 2500 gram, suhu tubuh bayi
optimal, dan bayi bisa menyusu kuat.
Kriteria bayi untuk dilakukan perawatan metode kangguru antara lain
bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram, tidak ada kelainan atau penyakit yang
menyertai, refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik, perkembagan
selama di inkubator baik, kesiapan dan keikutsertaan orang tua sangat
mendukung dalam keberhasilan.
19
BAYI :
1) Bayi dengan keadaan sakit berat harus disembuhkan terlebih
dahulu.
2) Keadaan stabil, bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.
3) Kemampuan minum dan menelan bukan syarat utama.
a. Posisi Kangguru
1) Bayi diposisikan di antara payudara dalam posisi tegak, dada bayi
menempel ke dada ibu.
2) Bayi perlu dijauhkan dari kontak kulit langsung hanya pada saat :
mengganti popok, perawatan tali pusat, dan pemeriksaan klinis.
3) Ibu tidur bersama bayinya dalam posisi berbaring atau setengah
terlentang dalam posisi kangguru.
4) Kontak kulit langsung dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari
perawatan konvensional ke PMK yang terus menerus.
5) Anggota keluarga yang lain dapat menggantikan ibu bila diperlukan.
6)
20
1) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik.
2) Bayi minum dengan baik, menyusu ekslusif.
3) Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15 gram/hari selama
minimal 3 hari berturut-turut).
4) Suhu stabil dalam posisi PMK.
5) Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow up.
c. Penimbangan Berat Badan dengan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat. Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-
cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak
diukur tanpa baju.
Kenaikan berat badan bayi yang berat lahirnya kurang dari 2100 gram
harus cukup baik bila diberikan ASI atau susu yang mendekati komposisi ASI,
yang mengandung 40% kasien dan 60% whey dengan masukan protein
sebanyak 2,25-2,75 jam.6
d. Pemulangan bayi
Sebelum pulang bayi harus sudah mampu minum sendiri, baik dengan
botol maupun dengan putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan
berkisar antara 10-30 g/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa. Bayi
harus tidak menderita apneu atau bradikardia, dan tidak memerlukan oksigen
atau obat yang diberikan melalui pembuluh darah.
Bila ada dugaan bayi menderita anemia, kadar hemoglobin dan
hematocrit harus diperiksa. Biasanya bayi prematur dipulangkan dengan berat
badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi.
Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangannya serta menemukan kelainan yang mungkin timbul kemudian
serta mengobati/mencegah berlanjutnya proses penyakit yang dideritanya.
21
Sebelum pulang, ketika ibu di rawat di rumah sakit, sudah harus
diajarkan cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan, merawat tali
pusat, mengganti popok, memberi ASI/PASI. Jika mungkin petugas sosial
yang berpengalaman dalam merawat bayi, mengunjungi rumah bayi tersebut
sekurang-kurangnya 1 kali untuk melihat dari dekat bagaimana ibu merawat
bayinya dan jika perlu memberi nasihat mengenai kesalahan atau
kekurangnnya.
22