Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab hadits yang ada ditengah masyarakat pada saat ini dan yang dijadikan
pegangan umat Islam karna hadist sebagai sumber ajaran Islam selain Al-Qut’an, hadits
disusun oleh para penyusun stelah Nabi Muhammad wafat. Jarak wafatnya Nabi dan
penulisan kitab hadits terjadi banyak hal yang dapat menjadikan riwayat hadits untuk
menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Baik dari kemurniannya ataupun
keasliannya. Shahih al-Bukhari dan shahih Muslim yang yang penulis tahu bahwa kitab
hadist yang paling shahih bahkan kebenarnnya paling beser setelah al-Qur’an. Banyak
ulama hadits dan fuqoha menerapkan suatu hukum dan tuntunan sunnah yang diambil
dari kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim, karna ulama sepakat bahwa kedua itu
mengagkat mayoritas shahih yang sebenarnya. Dalam berbagai riwayat menyebutkan
bahwa kalangan sahabat pada masa itu cukup banyak yang enulis hadits secara pribadi,
tetapi kegiatan penu lisan terebut selain dimaksudkan untuk kepentingan pribadi juga
belum bersifat massal. Kutubu sittah termasuk kitab terbagus penulisan dan
penyusunannya, paling meluas umum manfaatnya dan paling banyak faidahnya, paling
besar berkahnya, paling baik penerimaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam kitab hadits?
2. Siapa saja para perawi kutubusittah?
3. Apa saja karya-karya para perawi kutubusittah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui apa saja macam-macam kitab hadits
2. Untuk Mengetahui siapa saja para perawi kutubusittah
3. Untuk Mengetahui apa saja karya-karya para perawi kutubusittah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Imam Bukhari dan Kitab Jam’u al-Sahih
1. Biografi Imam Bukhari
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahi
bin al-Mghirah al-Ju’fi. Beliau dilahirkan hari jum’at, 13 Syawal 194 H di
Bukhara. Ayahnya Isma’il adalah seorang ulama hadits pula yang berguru pada
sejumlah ulama termasyhur, seperti Malik bin Anas, Hammad bin Zaid dan Ibm
Mubarak. Ia meninggal ketika Bukhari masih kecil. Riwayat hidupnya ditulis oleh
Ibn Hibban dalam kitab al-Siqah dan oleh putranya. Imam Bukhari dalam kitab
al-Tarikh al-Kabir. Bukhari tergolong hidup dalam keluarga terpandang.
Disamping beliau anak dari seorang ulama yang disegani, secara ekonomis beliau
juga tergolong anak orang kaya, namun saat Bukhari remaja oragtuaya meninggal
dunia.
Imam Bukhari mulai belajar hadits pada saat beliau masih sangat remaja,
bahkan belum mencapai usia sepuluh tahun. Sebelum mencapai usia 16 tahun,
Bukhari telah menghafalkan beberapa buah buku ulama, seperti Ibn Mubarak,
Waqi’ dan lain-lain. Beliau tidak hanya menghafal matan hadits atau buku ulama
terdahulu, tetapi juga mengenal betul biografi para perawi yang mengambil
bagian dan penukilan sejumlah hadits, baik data tanggal dan tempat lahir, tanggal
dan tempat meninggal dan sebagainya. Beliua menetap di Hijaz selama 6 tahun
untuk mempelajari hadits dan ke Baghdad menguji daya hafalan Imam Bukhari,
yang konon pada waktu itu kemasyhuran hafalan beliau mengguncangkan banyak
ulama. Mereka menunjuk 10 ulama untuk menguji hafalan Bukhari. Setiap ulama
tersebut mengganti sanad hadits satu dan menempatkannya pada hadits lain secara
acak pada matan yang berbeda. Satu demi satu penanya menyampaika
pertannyaan, Imam Bukhari secara sistematis menerangkan kepada mereka sanad
mana yang tepat untuk matan hadits yang mereka bacakan dan tanyakan.
Pada akhir hidup Imam Bukhari banyak mengalami kekerasan dan dipaksa
oleh pemerintah untuk meninggalkan negaranya. Dan pada saat tahun 256 H,
tepatnya tanggal 30 Ramadhan (malam ‘idul fitri), Imam Bukhari dipanggil
kehadapan Allah SWT. Beliau wafat di daerah Khirtand, yaitu daerah yang tidak
jauh dari Samarkand.
Imam Bukhari menulis banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu, namun
yang terbanyak adalah kitab-kitab yang terkait dengan kajian-kajian hadits. Karya
beliau yang paling mayhur adalah Sahih Bukhari. Judul lengkap kitab ini adalah
al-Jami’ al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulillah wa Sunnatihi
wa Ayyamihi. Beberapa kitab karya Bukhari lainya adalah sebagai berikut:
Qadaya al-Sahabah, Raf’al Yadain, al-Tafsir al-Kabir, al-Musnad al-Kabir,
Tarikh Saghir, Tarikh Ausat, Tarikh Kabir, al-Adab al-Mufrad, Birr al-Walidain,
al-Du’afa’, al-Jami’ al-Kabir, al-Asyribah, Asma’ al-Sahabah, al-Wuhdan, al-
Mabsut, al-‘Ilal, al-Kuna, al-Fawaid.1
Kitab ini mulai ditulis ketika Bukhari berada di Masjid al-Haram Makkah,
dan berakhir ketika ia berada di Masjid Nabawi Madinah. Proses penulisan kitab
1
Mahrus Ridwan Abd Aziz, Dirasat fi Manahij al-Muhadditsin, (Kairo: al-Fajr al-Jadid, 1992), hlm.127
ini memakan waktu 16 tahun. Dan untuk setiap hadits yang beliau seleksi dan
masukkan ke dalam kitab sahihnya. Imam Bukhari selalu mandi dan berwudhu
kemudian melakukan shalat nafilah dan beristikharah. Di dalam kitab ini,
menurut sebuah pendapat, terdapat 9082 hadits, disertai pengulangan yang
terseleksi sekitar 600000 hadits. Adapun jika tidak diulangi menurut Ibn Hajar
al-‘Asqalani, sebagaimana dikutip oleh Abu Syu’ban jumlah keseluruhannya
sebanyak 2602 hadits. 2
2
dilahirkan. Tokoh besar al-Turmuzi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada malam
senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmidz dalam
keadaan buta. Itulah sebabny Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan
sebutan al-Darir, karena al-Turmudzi mengalami kebutaan di masa tuannya. 3
Selama perjalanan studinya, Imam Abu Dawud menghasilkan sebuah buku hadis
yang diberi nama Sunan Abi Dawud. Kitab ini termasuk kitab hadis baku di samping
kitab-kitab lain yang tergabung dalam Kutub al sittah: Sahih al-Bukhari, Sahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidhi, Sunan al-Nasai dan Sunan Ibn Majah.
Kitab tersebut dipandang mewakili semua kitab hadis yang ada, dalam kitabnya Imam
Abu Dawud mengumpulkan 4.800 hadis dari 500.000 hadis yang dicatat dan
dihafalnya. Kitab ini disusun menurut sistematika fikih, yang memuat hadis-hadis
yang berkitan dengan hukum.
Disamping kelebihan dari Kitab Sunan Abu Dawud ada juga kelemahan yang
terdapat dalam Kitab Sunan Abu Dawud meliputi:5
a. Tidak adanya penjelasan tentang kualitas suatu hadis dan kualitas sanad
(sumber, silsilah dalam hadisnya), sementara yang lainya disertai dengan
penjelasan
b. Adanya kemiripan Kitab Sunan Abu Dawud dengan Imam Hambal dalam hal
mentoleransi h adis yang dinilai da’if.
D. Shohih Muslim
1. Biografi Imam Muslim
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H. Imam Muslim bernama
lengkap Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Kausyaz al-
Qushairi al Naisaburi. Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu Hadis
memang luar biasa, sejak usia 10 tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru
kepada soerang ahli hadis yaitu Imam al-Dhakhili. Setahun kemudian beliau mulai
4
Al-Hasani, Al-Maliki bin Alawi Muhammad Sayid, Mutiara Pokok Ilmu Hadits (Bandung: Trigenda
Karya, 1995), hlm. 95.
5
Syuhbah, Kitab Hadist Sahih yang enam terj. Maulana Hasanuddin (Jakarta: Pustaka Litera Antamusa,
1991) hlm. 54.
menghafal hadis Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya
yang salah menyebutkan periwayatan hadis.
Imam Muslim berguru kepada banyak ulama di berbagai tempat seperti Hijaz,
Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainya. Dalam pengembaraanya beliau berguru
kepada Yahya ibn Yahya, Ishak ibn Rahawih, Muhammad ibn Mahran, Abu Ansan,
Ahmad ibn Hambal, Abd Allah ibn Maslamah, Sa’id ibn Mansur, Abu Mas ‘Abuzar
dan masih banyak lagi ulama ahli hadis lainya.
Imam Muslim dikenal sangat tawadhu’ dan wara’ dalam ilmu dan telah
meriwayatkan puluhan ribu hadis. Menurut Muhammad Ajjaj Al Khatib, guru besar
Universitas Damaskus, Syiria hadis yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim,
Shohih Muslim berjumlah 3.030 hadis tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan
pengulangan katanya berjumlah sekitar 10.000 hadis. Sementara menurut Imam al-
Khuli, ulama besar Mesir, hadis yang terdapat dalam karya Muslim berjumlah 40.000
hadis tanpa pengulangan dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadis yang beliau
tulis dalam Shahih Muslim itu diambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadis yang
beliau ketahui. Untuk menyaring hadis-hadis tersebut beliau membutuhkan waktu 15
tahun. Imam Muslim wafat pada tanggal 24 Rajab 261 H dan dikebumikan di Naisar. 6
Diantara karya-karya Imam Muslim adalah:
a. Sahih Muslim yang judul aslinya, al-Musnad al-Shahih, al-Mukhtasar min al-
Sunan bi Naql al Adl an Rasulullah.
b. Al-Musnad al-Kabir
c. Al Jami’ al-Kabir
d. Kitab I’lal wa kitab Auham al-Muhaddisin
e. Kitab Tamyiz
f. Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidun
g. Kitab Tabaqat at-Tabiin
h. Kitab Muhadramin
2. Metode dan Sistematika Penyusunan Shahih Bukhari
Nama lengkap Sahih Muslim yang judul aslinya adalah: al-Musnad al-Shahih, al-
Mukhtasar min al-Sunan bi Naql al Adl an Rasulullah. Kitab ini ditulis dalam waktu
6
Al-Nawawi, Terjemah Tahdhib al-Asma wa al-Lughat, vol.9 (Kairo: al-Muniriyah, tt), hlm. 380-387.
15 tahun melalui proses penyaringan hadis yang ketat kurang lebih dati 300.000
hadis. Ada beberapa faktor pendorong bagi Imam Muslim dalam menyusun kitab ini
diantaranya adalah:7
a. Keinganan Imam Muslim untuk menyusun sebuah kitab hadis yang hanya
memuat hadis sahih yang sanadnya bersambung sampa ikepada Rasulullah SAW.
Keinginan seperti ini lahiir karena pada masa itu kitab-kitab hadis yang ada masih
mencampur adukkan antara hadis yang shahih dengan hadis yang tidak shahih,
baik dari segi sanad maupun matanya. Pada masa itu sebenrnya suda ada kitab
hadis yang secara khusus menghimpun hadis shahih saja, yaitu: disusun oleh
Imam Bukhari, akan tetapi dalam pandangan Imam Muslim masih terdapat
kesulitan bagi mereka yang tidak ahli dalam bidang hadis untuk memahami
penjelasan yang ditulis oleh Imam Bukhari.
b. Adanya kegiatan kaum Zindiq (para tukang kisah dan sebagian para sufi) yang
dapat dan bahkan berupaya untuk menipu masyarakat dengan hadis yang mereka
buat, sehingga umat muslim pada masa itu sulit untuk menilai mana hadis yang
benar-benar datang dari Rasululah dan yang palsu.
Kitab Shahih Muslim menggunakan sistematika yang berbeda dari Sahih Bukhari.
Dalam penyusunan kitabnya, imam Muslim tidak mengelompokkan hadis-hadis
berdasarkan topik-topik masalah seperti yang dilakukan oleh bukhari, ia
menghimpun hadis berdasakan matan dengan berbagai sanad. Hadis yang semakna
beserta sanadnya diletakkan pada satu tempat, tidak dipisahkan dan tidak diulang.
Susunannya baik dan rapi, sehingga memudahkan para peneliti hadis untuk
menelusurinya, akan tetapi tidak adanya judul dalam setiap bab. Judul-judul bab
yang terdapat di shahih muslim yang ditemui sekarang sebenarnya ditulis oleh
penyarah kitab itu yang hidup sesudahnya seperti Imam Nawawi.
Kitab shahih yang sudah disistimasi tersebut dilihat dari segi susunan topik-topik
bahasannya, maka terlihat lebih menggambarkan sistematika kitab fikih yang terdiri
dari 54 bab, diawali dengan bab iman, dilanjut dengan topik-topik fikih ibadah,
mu’amalah, munakahat, dan diakhiri kitab tafsir. Adapun metode penulisan adalah:
7
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Islam, vol. 1 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houve, 1999), hlm.153.
a. Tidak memasukkan fatwa sahabat atau tabiin untuk memperjelas hadis yang
diriwayatkan
b. Menerapkan prinsip-prinsip al-jarh wa ta’dil
c. Menggunakan sighat tahammul
d. Disusun berdasarkan tertib fikih
Adapun tehnik penulisan yang digunakan adalah:
a. Muqaddimah yang menerangkan tentang kitab sahih serta ilmu hadis yang
digunakan dalam penyaringan hadis
b. Kitabnya tersusun dari berbagai tema dan dibawahnya terdapat bab-bab yang
berkaitan dengan topik yang dipilihnya dari hadis yang dikemukakan
c. Hadis-hadis yang mempunyai berbagai macam jalur dihimpun dalam satu bab
tertentu
d. Hadis yang matanya sama tapi sanadnya berbeda, hanya ditulis sanadnya saja.
E. Nasa’i
1. Biografi imam al-Nasa’i
Imam al- Nasa’i nama legkapnya adalah Ahmad ibn Shu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn
Bahr ibn Dinar, dan diberi gelar oleh Abu Abd al-Rahman al-Nasa’i. Beliau
dilahirkan pada tahun 215 Hdi kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan. 8
Kepada tempat kelahiran beliau inilah namaya dinisbatkan.
Al-Naasa’i memulai pendidikanya dengan menghafal Al-Qur’an dan menerima
berbagai ilmu dari guru-gurunya. Tatkala menginjak dewasa, timbul keinginan untuk
mengembara ke berbagai kota untuk mencari hadis Nabi SAW. Perjalanan dimulai
dari daerah Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan daerah Jazirah Arab untuk mendengarkan
dan mempelajari hadis nabi dari ulama-ulama yang beliau kunjungi.
Setelah menjadi ulama hadis, beliau memilih negara Mesir sebagai tempat
bermukim untuk menyiarkan dan mengajarkan hadis-hadis kepada masyarakat.
Beliau tinggal di Mesir sampai setahun sebelum wafat, karena setahun sebelum wafat
beliau pindah di Damaskus, beliau wafat pada tahun 303 H.
Imam al-Nasa’i menerima dan mempelajari berbagai macam hadis dari guru-guru
beliau yang jumlahnya banyak diantaranya adalah Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn
8
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Imu Hadis (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), hlm. 150.
Rahawaih, dan imam-imam dari Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Adapun murid-
murudnya yaitu: Abu Basyar al-Daulabi, Abd Al-Qasim al-Tabari, Abdul Karim ibn
Abi Abdirrahman al-Nasa’i (putranya sendiri yang juga menjadi seorang muhaddisin
yang dikenal sebagai perawi sunan Mujtaba’).9
Imam al-Nasa’i mempunyai beberapa kitab karangan yaitu:
1. Al-Sunan Al-Kubra
2. Al-Sunan Al-Sugra
3. Musnad Malik
4. Manasik al Hajj
5. Kitab Al- Jumah
6. Igrab Syu’bah Ali Sufyan Wa Sufyan Ali Syubah
7. Khasa’is Ali ibn Abi Thalib karam Allah Wajhah
8. ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah
2. Metode dan Sistematika Penyusunan kitab al-Nasa’i
Imam al-Nasa’i dikenal sebagai ulama hadis yang sangat teliti terhadap hadis dan
para perawi, ini terbukti dalam menetapkan kriteria sebuah hadis. Metode dan
Sistematika Penyusunan. Dalam hal penetapan kriteria seorang Rawi mengenai siqah
atau tidak.
Al-Nasa’i selektif dalam menetapkan sebuah kriteria seorang rawi, beliau berhasil
menyusun sebuah kitab yang sangat besar dengan nama al-Sunan al-Kubra. Tetapi
didalamnya belum terdapat pemisah antara hadis da’if, hasan dan shahih, maka beliau
akhirnya mengarang sebuah kitab bernama al-mujtaba’ yang merupakan hasil seleksi
dari kitab sunan al-kubra, dan isinya hanya terdiri dari hadis sahih saja. Kitab al-
Mujtaba’ ini yang akhirnya kita kenal sekarang dengan nama Sunan al-Nasa’i.
F. Ibnu Majah
Ibnu Majah memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin
Majah ar-Ruba’i al-Qazwini al-Hafiz. Ibnu Majah adalah gelar dari Ayahnya. Nama
kunyah Beliau Abu Abdullah, yang kini lebih kita kenal dengan nama Imam Ibnu
9
Ibid, hlm. 153.
Majah, Beliau di lahirkan di Qazwin pada tahun 209 H, dan beliau meninggal dalam
usia 74 tahun tepatnya pada tanggal 22 Ramadhan 273 H.
Informasi kehidupan Ibnu Majah ketika masih kecil sampai proses dewasa tidak
diketemukan dalam berbagai literatur secara lengkap. Data yang tercatat hanya
berkisar tentang ketekunan Ibnu Majah dalam berburu hadits di berbagai negeri. Ibnu
Katsir mengatakan “ Muhammad bin Yazid bin Majah adalah seorang Sohibul
Hadits”hal ini menunjukkan betapa luas dan mendalam ilmunya.
Beliau dikenal pada masanya juga ia sebagai orang yang mencintai ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang ilmu hadits, sehingga tak salah jika para ulama
baik itu semasa atau sesudahnya mengakui kedalaman ilmunya. Ibnu Majah baru
mulai menekuni bidang ilmu hadits pada usia 15 tahun pada seorang guru ternama kala
itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang hadits makin
besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara
guna mencari, mengumpulkan, dan menulis hadits. Di dalam memburu (mencari)
hadits ia mengembara keberbagai negeri. Ia mencarinya sampai kenegeri Irak, Syam,
Hijaz, Mesir, Kufah, Basrah dan kota-kota lainnya. Tujuannya hanyalah satu yakni
ingin mencari dan mendapatkan hadits dari ulama daerah tersebut.10
1. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab
Hadith yang Pokok).
2. Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti
diterangkan Ibn Kasir.
3. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar yang masih
beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi
terkenal.
10
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits. (Bandung, PT Al-Ma’arif) cet 11 hal 384
Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan
ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedan jumlah hadithnya sebanyak 4.000
buah hadith. Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan
secara baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab
tentang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan
hadith-hadith yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan
mengamalkannya. 11
BAB III
PENUTUP
11
Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadits.(Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2008) cet 1 hal 113
A. Kesimpulan
Masing-masing kitab enam tersebut memiliki ciri khas yang hanya diketahui oleh
orang yang ahli dibidang ini, sehingga kitab-kitab tersebut dikenal oleh manusia dan
tersebar diseluruh pelosok negeri Islam dan pemanfaatannya menjadi besar serta para
penuntut ilmu berusaha keras untuk mendapatkannya dan memahaminya.
Banyak sekali karya tulis berupa syarah dan ta’liq terhadap kitab-kitab tersebut.
Sebagiannya mengkaji tentang mengenal isi kandungan dari matan-matan hadits yang
termuat didalamnya, dan sebagian yang lain mengkaji tentang mengenal kandungan
sanad-sanadnya, sebagian yang lain mengkaji tentang gabungan semua itu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasani, Al-Maliki bin Alawi Muhammad Sayid, Mutiara Pokok Ilmu Hadits, Bandung:
Trigenda Karya, 1995.
Al-Nawawi, Terjemah Tahdhib al-Asma wa al-Lughat, vol.9, Kairo: al-Muniriyah, tt.
Aziz Abdul Dahlan, Ensiklopedia Islam, vol. 1, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houve, 1999.
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Imu Hadis, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.
Ridwan Mahrus Abd Aziz, Dirasat fi Manahij al-Muhadditsin, Kairo: al-Fajr al-Jadid, 1992
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, 2003.
Syuhbah, Kitab Hadist Sahih yang enam terj. Maulana Hasanuddin, Jakarta: Pustaka Litera
Antamusa, 1991.