BAB III
PEMBAHASAN
Tanggung jawab dalam aspek bahasa memiliki arti keadaan wajib menanggung
bertanggung jawab dianggap sebagai penyebab salah satu akibat yang telah
pelaku tindak pidana penipuan harus dilihat dari kesalahan yang dilakukan pelaku
131 Anton M. Moeliono (Peny), 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, hlm. 899.
132 A.G.W. Van Melsen, 1992, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, hlm. 68.
133 Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 20.
68
2
2. Kemampuan bertanggungjawab;
3. Kesalahan;
1. Kasus Posisi
Berawal dari Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib yang akan membuka kantor
cabang asuransi Zurich di Kota Palembang dan Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib
telah mencari tempat yang cocok untuk dijadikan kantornya, lalu Saksi I mendatangi
yang merupakan tempat tinggal sekaligus kantor terdakwa bekerja sebagai Notaris.
Mendengar permohonan Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib yang minta dicarikan
tempat sewa ruko tersebut, terdakwa menawarkan diri untuk mencarikannya dan
Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib diajak terdakwa melakukan survey ke lapangan.
Namun, tempat yang ditawarkan tidak diminati oleh Saksi Rd Dewi Gumay binti
Rukib. Terdakwa kemudian menawarkan ruko milik Saksi Robby Hartono yang
terletak di Jalan Mayor Salim Batubara Palembang melalui Saksi Ana Juliana binti
Oemar Sulaiman dan disepakati harga sewanya per tahun sebesar Rp. 120.000.000,-
3
(seratus dua puluh juta rupiah), dan Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib sepakat
memperkenalkan temannya yang bernama Dolly sebagai orang yang akan mendesain
interior kantor yang akan ditempatinya tersebut. Atas kesepakatan sewa ruko dan
adanya teman terdakwa yang akan mendesain kantor yang akan ditempatinya
tersebut, kemudian Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib pulang ke Jakarta. Saat Saksi
Rd Dewi Gumay binti Rukib berada di Jakarta, terdakwa meminta Saksi Rd Dewi
Gumay binti Rukib untuk mengirimkan uang kepada terdakwa dalam rangka sewa
ruko dimaksud, keperluan biaya mendesain interior ruko dan lain-lain. Atas perkataan
terdakwa tersebut, Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib percaya dengan terdakwa, dan
atas kepercayaan Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib kepada terdakwa, Saksi Rd
Dewi Gumay binti Rukib lalu mentransfer uang kepada terdakwa yang dimintannya
sebagai berikut :
a. Transfer uang kepada terdakwa pada rekening Bank BCA No. Rek.
44.000.000,-;
b. Transfer uang kepada terdakwa pada pada Bank Mandiri No. Rek.
2013, 11 April 2013, dan 24 April 2013, dengan total sebesar Rp.
195.500.000,-;
c. Transfer uang kepada terdakwa pada rekening Bank BCA No. Rek.
0212511828 atas nama Sugeng Haryono, pada tanggal 16 April 2013 dan
d. Transfer uang kepada terdakwa pada rekening Bank BCA No. Rek.
e. Transfer uang kepada terdakwa pada rekening Bank BCA No. Rek.
Rp. 4.350.000,-;
f. Transfer uang kepada terdakwa pada rekening Bank BCA No. Rek.
Bahwa uang yang telah Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib transfer ke rekening
terdakwa maupun atas permintaan terdakwa telah mentransfer kepada saksi Sugeng
Haryono, Dolly Ghazali, Hendra, dan Devy Adlimedianti semuanya berjumlah Rp.
294.600.000,- (dua ratus sembilan puluh empat juta enam ratus ribu rupiah)
(a+b+c+d+e+f) yang akan dipergunakan untuk sewa ruko dimaksud, keperluan biaya
mendesain interior ruko dan lain-lain hanyalah akal-akalan terdakwa saja karena sewa
ruko milik Saksi Robby Hartono yang terletak di Jalan Mayor Salim Batubara
5
Palembang tidak jadi dilaksanakan karena uangnya telah terdakwa pergunakan untuk
tanggal 18 November 2014, yang mana perbuatan terdakwa didakwa dalam dakwaan
Kesatu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam ketentuan Pasal 372 KUHP,
sebagaimana berbunyi :
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan
menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling larna 4 (empat) tahun.”
4. Pertimbangan Hakim
Majelis Hakim dengan berdasarkan fakta-fakta hukum yang diperoleh dari alat
bukti dan barang bukti yang diajukan memilih langsung Dakwaan Kedua yang lebih
tepat dikenakan oleh terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
a. Barangsiapa;
hukum;
3) rangkaian kebohongan.
berikut :
adalah subyek hukum tanpa terkecuali, dan dalam hubungannya dengan perkara
ini yang dianggap sebagai subyek tindak pidana adalah manusia/orang (Natuur
Lijke Persoonen) sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban yang
lengkapnya telah diakui dan telah dicocokkan dengan identitas terdakwa dalam
melawan hukum”
8
menawarkan ruko milik Saksi Robby Hartono yang terletak di Jalan Mayor
Salim Batubara Palembang melalui saksi Ana Juliana binti Oemar Sulaiman
disepakati oleh Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib untuk menyewa ruko
tersebut selama dua tahun dengan harga sewa per tahun sebesar Rp.
120.000.000,-.
meminta Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib untuk mengirimkan uang kepada
interior ruko dan lain-lain. Atas permintaan terdakwa tersebut Saksi Rd Dewi
Gumay binti Rukib lalu mentransfer uang kepada terdakwa ke nomor rekening
atas nama terdakwa dan beberapa nomor rekening lain tidak atas nama
294.600.000,-.
Sejumlah uang yang telah ditransfer Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib
kepada terdakwa ternyata tidak pernah terealisasi dalam rangka menyewa ruko
selama dua tahun ditambah pengerjaan desain interior ruko, yang mana ternyata
binti Rukib menderita kerugian sebesar Rp. 294.600.000,- (dua ratus sembilan
menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum” telah terbukti secara sah
menawarkan ruko milik Saksi Robby Hartono yang terletak di Jalan Mayor
Salim Batubara Palembang melalui Saksi Ana Juliana binti Oemar Sulaiman
disepakati oleh Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib untuk menyewa ruko
tersebut selama dua tahun dengan harga sewa per tahun sebesar Rp.
120.000.000,-.
meminta Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib untuk mengirimkan uang kepada
interior ruko dan lain-lain. Untuk meyakinkan Saksi Rd Dewi Gumay binti
10
sebagai orang yang akan mendesain interior kantor yang akan ditempatinya
tersebut. Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib pun kemudian percaya, dan atas
permintaan terdakwa, Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib lalu mentransfer uang
kepada terdakwa ke nomor rekening atas nama terdakwa dan beberapa nomor
rekening lain tidak atas nama terdakwa atas permintaan terdakwa sebanyak 17
kali sejak tanggal 9 Desember 2012 hingga tanggal 25 Maret 2013, yang
Sejumlah uang yang telah ditransfer Saksi Rd Dewi Gumay binti Rukib
kepada terdakwa ternyata tidak pernah terealisasi dalam rangka menyewa ruko
selama dua tahun ditambah pengerjaan desain interior ruko, yang mana ternyata
rekening atas nama terdakwa dan nomor-nomor rekening lain atas nama bukan
terdakwa akan digunakan untuk biaya sewa ruko milik Saksi Robby Hartono,
keperluan biaya desain interior ruko, dan lain-lain, yang ternyata hanya
pernah mendapatkan laporan tindak lanjut dan menerima uang sewa ruko
miliknya dari terdakwa; Saksi Dolly Ghazali tidak pernah mendapatkan laporan
tindak lanjut dan menerima uang jasa desain interior ruko dimaksud dari
terdakwa; Saksi Sugeng Haryono, Saksi Hendra, dan Saksi Devy Adlimedianti,
11
menyatakan bahwa semua uang yang ditransfer Saksi Rd Dewi Gumay binti
tidak tahu menahu mengenai perjanjian sewa ruko antara Saksi Rd Dewi
5. Amar Putusan
nama terdakwa Mkw, pada tanggal 22 April 2015, amarnya berbunyi sebagai
berikut :
6. Analisis
pertanggungjawaban pidana tindak pidana penipuan oleh oknum Notaris, yang mana
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan
menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling larna 4 (empat) tahun.”
pidana sebagai suatu hukuman bagi pelaku yang telah memenuhi unsur-unsur tindak
“pidana”. Hal ini sesuai dengan istilah strafrecht yang selama ini digunakan sebagai
merupakan istilah yang lebih khusus yang dipakai dalam hukum pidana.134
Kekhususan lain dari istilah pidana termasuk dalam hal bentuk atau jenis
dibandingkan dengan bentuk hukuman yang dimiliki oleh aspek hukum lain. Bahkan,
para ahli hukum pidana ada yang mengatakan, bahwa hukum pidana merupakan
hukum sanksi istimewa. Dikatakan pula bahwa hukum pidana merupakan sistem
yang sudah tentu membuat si terpidana menjadi tidak enak. Pidana tidak hanya tidak
mengenakkan dirasakan pada waktu dijalani, tetapi sesudah itu orang yang dikenai
134 Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka hlm. 55.
13
masih merasakan akibatnya yang berupa”cap” atau “label” atau “stigma” dari
masyarakat.135
pidana ini sangat bervariasi, seperti pidana mati, pidana seumur hidup, pidana
penjara, pidana kurungan dan pidana denda yang merupakan pidana pokok, dan
yang dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (incracht van
gewijsde) dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana.
Tentunya, hak penjatuhan pidana dan alasan pembenar penjatuhan pidana serta
roh.137 Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Barda Nawawi Arief, bahwa
135 Soedarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung : Alumni, hlm. 29.
136 Bemmelen, dikutip dalam : Mahrus Ali, 2008, Kejahatan Korporasi Kajian Relevansi
Sanksi Tindakan Bagi Penanggulangan Kejahatan Korporasi, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta : Sinar
Grafika, hlm. 137.
137 Wirjono Prodjodikoro, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : PT. Refika
Aditama, hlm. 23.
14
tujuan dari kebijakan pemidanaan yaitu menetapkan suatu pidana tidak terlepas dari
Bentuk-bentuk sanksi pidana ini dibedakan antara pidana pokok dan pidana
tambahan. Dibawah ini adalah bentuk-bentuk pidana baik yang termasuk pidana
a. Pidana Pokok :
1. Pidana mati
2. Pidana Penjara
3. Pidana Kurungan
4. Pidana Tutupan
5. Pidana Denda
b. Pidana Tambahan :
Berdasarkan kasus tindak pidana penipuan oleh oknum Notaris seperti yang
138 Barda Nawawi Arief, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm. 21.
15
terhadap terdakwa, yaitu berupa pidana penjara dan pidana denda sesuai dengan
kedudukannya sebagai Notaris, karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa di luar
ruang lingkup tugas dan kewenangannya sebagai seorang Notaris dalam membuat
akta otentik.
Menurut Habib Adjie, batasan pemidanaan Notaris dapat dilakukan apabila :139
a. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahir, formal dan materil
bahwa akta yang dibuat di hadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-
b. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta di hadapan atau
berwenang; dan
139 Habib Adjie, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT, Jakarta : Bina Aksara, hlm. 30.
16
Pengawas Notaris.
ancaman pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. Ketentuan pidana ini murni
merupakan tindak pidana yang dilakukan terdakwa sebagai subyek hukum di luar
kedudukannya sebagai seorang Notaris dan tidak berkaitan sama sekali dengan
B. Akibat Hukum Vonis Tindak Pidana Penipuan oleh Oknum Notaris yang
telah Berkekuatan Hukum tetap terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris
dan Kode Etik Notaris
berarti bahwa setiap orang yang disangka, dituntut dan didakwa atau dihadapkan di
hukum yang pasti. Maka jelas dan sewajarnyalah bahwa terdakwa karena
140 M. Hanafi Asmawie, 1992, Ganti Rugi dan Rehabilitasi Menurut KUHAP, Jakarta :
Pradnya Pratama, hlm. 136.
17
Hak paling utama yang dimiliki seorang terdakwa adalah melakukan upaya
“Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak
terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang “.
Dari perumusan pasal di atas, maka makna dan hakikat upaya hukum itu
hak untuk melakukan Perlawanan, melakukan upaya hukum biasa yaitu Banding dan
Kasasi, dan melakukan upaya hukum luar biasa yaitu Peninjauan Kembali, terhadap
berkaitan dengan hadirnya suatu putusan yang tidak memuaskan terdakwa, termasuk
Berikut ini adalah berbagai hak terdakwa dalam menempuh upaya hukum :142
a. Perlawanan
sebagaimana konteks Pasal 156 KUHAP, adalah berawal dari sikap terdakwa
terjadi pada permulaan sidang tepatnya setelah surat dakwaan dibacakan oleh
penuntut umum. Alasan pengajuan perlawanan oleh terdakwa antara lain bahwa
b. Banding
Upaya hukum Banding adalah upaya hukum yang tersedia bagi pihak
(Pengadilan Tinggi). Tujuan banding ada dua macam yaitu, menguji putusan
perkara itu.
juncto Pasal 233 ayat (1) KUHAP secara ringkas memberi pemahaman bahwa
yang menjadi alasan atau dasar pengajuan permohonan upaya hukum Banding
c. Kasasi
Syarat formil Kasasi disebutkan dalam ketentuan Pasal 245 ayat (1)
KUHAP dan Pasal 248 ayat (1) KUHAP, yaitu sebagai berikut :
undang-undang.
wewenangnya.
20
d. Peninjauan Kembali
Kembali diajukan terhadap putusan yang telah yang berkekuatan hukum tetap
mengingat bahwa setiap putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
secara terang.
dalam Pasal 233 ayat (2) juncto Pasal 234 ayat (1) KUHAP, kecuali untuk
b. Putusan pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam
belum mempunyai kekuatan hukum tetap, upaya Peninjauan Kembali tidak dapat
dipergunakan. Terhadap putusan yang demikian hanya dapat ditempuh upaya hukum
biasa berupa banding atau kasasi. Upaya hukum peninjauan kembali baru terbuka
setelah upaya hukum biasa (berupa banding dan kasasi) telah tertutup. Upaya hukum
Peninjauan kembali tidak boleh melangkahi upaya hukum banding dan kasasi.
Artinya, putusan yang diajukan Peninjauan Kembali haruslah putusan yang telah
justru karena putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan sudah tidak dapat
lagi dilakukan banding atau kasasi. Bahkan, permintaan Peninjauan Kembali atas
suatu putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, tidak menangguhkan maupun
menghentikan pelaksanaan dari putusan tersebut. hal ini sebagaimana pula ketentuan
terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak
Pidana Penipuan sebagaimana diatur dan diancam dalam ketentuan Pasal 378 KUHP,
144 Ibid.
23
terpidana terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
Akhirnya, pada tanggal 25 Juni 2015, Pengadilan Tinggi Palembang dalam amar
keterangan terdakwa dan bukti surat dengan benar, dimana dari bukti-bukti yang
Penuntut Umum dan terdakwa serta upaya hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali
yang diajukan terdakwa di atas, maka atas Putusan Mahkamah Agung Nomor 108
Artinya, terdakwa/terpidana dalam salah satu amar putusannya tetap dijatuhi pidana
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
“Notaris akan diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri, apabila dijatuhi
pidana penjara berdasarkan pada putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih.”
Berdasarkan bunyi pasal yang disebutkan di atas, maka Notaris yang bisa
perbuatan yang memenuhi unsur pelanggaran tindak pidana dan diputus oleh majelis
Penuntut Umum, melakukan tindak pidana dan diancam pidana sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 378 KUHP, yaitu diancam karena penipuan dengan pidana
penjara paling larna empat tahun, dengan tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum bagi
terdakwa dijatuhi pidana penjara selama dua tahun. Kemudian, Putusan Pengadilan
menjatuhkan pidana penjara yang sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum yaitu
pidana penjara selama dua tahun. Artinya, dikaitkan kembali dengan ketentuan Pasal
26
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka terdakwa Mkw dapat kembali
tidak hormat oleh Menteri, karena terdakwa berdasarkan apabila dijatuhi pidana
penjara selama dua tahun, dan bukan pidana penjara lima tahun atau lebih.
(moral community) yang memiliki tujuan yang baik dan luhur secara bersama.
Kelompok profesi memiliki standar dalam menjalakan profesinya yang disebut Kode
Etik Profesi.145 Kode etik secara faktual merupakan norma-norma atau pedoman yang
mendasari kelompok profesi untuk berpegang teguh kepada Kode Etik Profesi yang
tanggung jawab moral serta etika kepada profesinya. Keharusan Notaris berpegang
teguh dengan Kode Etik Notaris diamanatkan dalam Pasal 83 ayat (1) Undang-
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menegaskan bahwa organisasi Notaris
145 Paul f. Camanish, dikutip dalam : E. Sumaryono, 1995, Etika Profesi Hukum : Norma-
norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta : Kanisius, hlm. 147.
27
Pengertian Kode Etik Notaris menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Kode Etik
Notaris yaitu :
“Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah
seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan lkatan Notaris
Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan" berdasarkan keputusan
Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku
bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua
orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk didalamnya
para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti pada saat menjalankan
jabatan.”
Berkaitan dengan tindak pidana penipuan oleh oknum Notaris, yang mana
akta otentik, maka dikaitkan pula dengan ketentuan dalam Kode Etik Notaris, maka
“ Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris
wajib memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik, dan menghormati
dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris.”
penipuan telah menciderai kewajiban Notaris untuk memiliki moral, akhlak serta
kepribadian yang baik, dan atas perbuatannya tentulah tidak menghormati dan
dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :
28
1) Teguran;
2) Peringatan;
Berkaitan dengan ketentuan di atas, perlu diuraikan sanksi kode etik yang tepat
Sanksi ini berbentuk tertulis dan merupakan peringatan atau teguran awal agar
pembelaan diri. Sanksi teguran tertulis tidak tepat untuk dimasukkan dalam
sanksi tapi hanya merupakan tahapan awal untuk menjatuhkan sanksi paksaan
nyata yang untuk selanjutnya jika terbukti dapat dijatuhi sanksi yang lain.146
Sementara ini telah tertuang di dalam Pasal 77 huruf (c) dan (d) Undang-
146 Habib Hadjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, Bandung : Refika Aditama, hlm. 77.
29
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dan hal ini dilakukan agar Notaris
sementara waktu dan Notaris yang bersangkutan tidak dapat membuat akta
apapun dalam waktu tertentu yaitu antara 3 (tiga) hingga 6 (enam) bulan.
Sanksi ini dapat berakhir dalam bentuk pemulihan kepada Notaris untuk
karena :
a) Meninggal dunia;
Perkumpulan
30
dengan tidak hormat oleh Menteri. Pemberhentian Dengan Tidak Hormat diatur
Jabatan Notaris. Dalam Pasal tersebut notaris dapat diberhentikan dengan tidak
hormat apabila :
(tiga) tahun;
jabatan.
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
Berdasarkan jenis-jenis sanksi Kode Etik Notaris di atas, maka sebagai analisis,
terhadap terpidana Mkw tidak dapat lagi dikenakan sanksi teguran dan peringatan
karena sudah menjauhi awal dugaan adanya tindak pidana, terlebih terpidana telah
dijatuhi sanksi pidana penjara oleh pengadilan. Terpidana Mkw tidak dapat dikenakan
terpidana tidak meninggal dunia; tidak telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun;
tidak atas permintaan sendiri; dan masih mampu secara rohani atau jasmani
melaksanakan tugas Jabatan Notaris selama lebih dari 3 (tiga) tahun. Terpidana Mkw
Pasal 3 angka 1 dan angka 2 Kode Etik Notaris yang menyatakan bahwa Notaris
wajib memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik, dan menghormati dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris. Hal ini dikarenakan terdakwa
tidak melakukan tindak pidana yang ancaman pidananya 5 (lima) tahun atau lebih.
Oleh karena itu, sanksi kode etik yang tepat bagi terpidana Mkw adalah sanksi
tindak pidana yang dilakukan terpidana hanya diancam pidana selama paling lama 4
(empat) tahun, yang kemudian vonis berkekuatan hukum tetap bagi terpidana hanya
dijatuhi pidana selama 2 (dua) tahun. Kepada terpidana setelah menjalani hukuman
untuk sementara waktu dalam waktu tertentu yaitu antara 3 (tiga) hingga 6 (enam)
selama 2 (dua) tahun atas tindak pidana penipuan yang dilakukannya karena pidana
penjara bagi terdakwa hanya selama 2 (dua) tahun, lebih ringan dari ancaman tindak
pidana paling lama selama 4 (empat) tahun sebagaimana ketentuan Pasal 378 KUHP.
Atas ketentuan ini pula terdakwa terhindar dari sanksi Kode Etik Pemberhentian
Tidak Hormat dari Keanggotaan Perkumpulan dan hanya dapat dikenakan Sanksi