Anda di halaman 1dari 5

NAMA : JULIYANTI SABAR

NIM : 1814441007
KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI ICP 2018
KELOMPOK : PIAGET

DISKUSI KELAS
Pada tanggal 31 Agustus 2020 kami, kelompok Piaget telah melakukan diskusi mengenai
Teori Behavioristik. Pada saat proses diskusi berlangsung kami membahas banyak hal tentang
teori behavioristik dan tak sedikut pula timbul pertanyaan dari kami. Diskusi berlangsung cukup
baik dan lancar. Selama proses diskusi berlangsung kami bertukar pendapat dan solusi-solusi
dari pertanyaan atau masalah-masalah yang timbul atau hal yang tidak di pahami mengenai teori
behavioristik yang dimana masalah-masalah tersbut kerap kali kita jumpai pada kehidupan
sehari-hari tepatnya pada lingkungan sekolah. Hasil diskusi kelompok Piaget sebagai berikut:
1. Thorndike mengungkapkan ada 3 hukum belajar, salah satunya Hukum akibat (Law of
Effect) yang diumpamakan seorang peserta didik yang mendapakan nilai tinggi akan
menyukai pelajaran tersebut dan sebaliknya peserta didik yang mendapat nilai rendah akan
membeci mata pelajaran tersebut. Jika kedepannya ketika kita akan menjadi seorang guru
dan memiliki anak perwalian yang mengalami seperti hal ini tindakan apa yang akan kita
berikan kepada peserta didik ini agar menyukai segala mata pelajaran meskipun
mendapatkan nilai tinggi atau rendah.
 Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan tentang permasalahan tersebut kami
menyimpulkan bahwa : Tindakan yang perlu dilakukan yaitu dengan jangan memaksa
siswa untuk menyukai pelajaran tersebut tetapi beri mereka motivasi dan semangat untuk
belajar lebih kepada pelajaran yang disukai, karena setiap anak memiliki bakat dan
keahlian yang berbeda-beda dalam pelajaran tertentu. Kemudian ciptakan suasana yang
nyaman pada saat proses belajar dan menyediakan materi yang menarik dan inovatif agar
mencegah siswa merasa bosan pada pelajaran tersebut. Kita tidak bisa menuntut peserta
didik untuk menyukai semua mata pelajaran, karena setiap anak itu berbeda-beda
passionnya, ada anak yang cenderung lebih menyukai seni ada yang lebih suka
matematika. Jadi sebagai calon pengajar kita harus tau bagaimana karakter dari setiap
peserta didiknya. Bagaimana guru pintar-pintarnya menyesuaikan pelajarannya dengan
peserta didiknya karena kita tidak bisa menuntut siswa untuk menyukai semua mata
pelajaran walaupun yang diterapkan di Indonesia untuk mempelajari banyak hal. Selain
itu memberikan penjelasan sederhana dan mudah dipahami serta mengevaluasi cara
mengajar, dengan menemukan celah masalahnya sehingga kita dapat mengoptimalkan
pengajaran selanjutnya agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi
untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya stategi atau cara khusus yang diterapkan guru.
Kita sebagai guru juga harus mengetahui passion dari setiap peserta didik, bagaimana
karakternya, anaknya dominan kemana, terus lakukan banyak pendekatan agar anak
didik lebih terbuka, buat pembelajaran semenarik mungkin atau berhubungan dengan
passionnya
2. Menurut Skinner, pemberian hukuman kepada peserta didik bukan merupakan teknik yang
baik dalam proses pembelajaran. Jadi penguatan seperti apa yang di berikan kepada peserta
didik selain hukuman ?
 Ketika ada siswa berperilaku negatif biasanya Guru memberikan teguran secara
halus, teguran halus ini yang di berikan dari Guru biasanya langusung memberikan
respon yang baik bagi teman saya. Namun tak dapat di pungkiri juga ada peserta
didik yang mengangggap teguran ini hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri,
Ketika peserta didik ini melalakukan hal negatif keseringan dan hanya menganggap
sepeleh teguran halus dari guru maka biasanya guru akan memberikan ancaman yang
menimbulkan dapat negatif bagi siswa tersebut misalkan; Guru ini mengancam untuk
tidak memberikan nilai bagi siswa ini. Jika guru telah memberikan ancaman negatif
ke siswa, maka siswa akan merasa terancam dengan hal tersebut. Umumnya jika kita
merasa terancam pasti akan melakukan sebuah hal agar ancaman ini berlalu, na siswa
ini terasa terancam dengan ancama guru ini maka dia akan melakukan sebuah hal
agar ancaman guru ini tidak terjadi maka itu siswa ini mengikuti perintah dari sang
guru agar ancaman ini tak terjadi. Pemberian penguatan yang dimaksud adalah segala
bentuk respon dari guru, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkh laku siswa, yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas perbuatannya
sebagi suatu tindak dorongan ataupun koreksi yang bersifat positif. Misalnya
pemberian motivasi kepada siswa atau misalnya teguran halus.
3. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak
penting untuk diperhatikan. Berdasarkan kalimat tersebut hal apa yang dianggap tidak
penting untuk diperhatikan antara stimulus dan respon? dan mengapa hal tersebut dianggap
tidak penting?
 Hal tersebut dianggap tidak penting karena pada teori ini hanya berfokus pada hasil
belajar siswa yang tidak memperhatikan proses selama siswa belajar. Serta pada teori
ini seseorang yang dianggap belajar mengalami perubahan yang terjadi pada prilaku
seseorang sebagai hasil dari pengaruh lingkungan. Nah perilaku inilah yang akan
diamati oleh guru tersebut. Apa yang terjadi atau yang ada diantara stimulus dan
respon dianggap tidak penting melainkan yang dianggap penting itu adalah stimulus
dan responnya. Behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon (robert,
2014). Sehingga, dapat kita pahami bahwa belajar merupakan bentuk dari suatu
perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Peserta
didik dianggap telah melakukan belajar jika dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Contohnya peserta didik sebelum belum bisa membaca sang guru
memberikan stimulus dengan mengajarkan ejaan dan mengenalkan huruf-huruf dan
respon peserta didik yaity peserta didik ini mampu membaca dengan baik
4. Dalam teori behavioristik menjelaskan bahwa seseorang dikatakan belajar jika memberi
respon dari stimulus yang diberikan. Bagaimana jika respon yang diberikan tidak berkaitan
atau tidak sesuai dengan yang diharapkan, apakah itu juga bisa dikatakan belajar?
 Menurut teori behavioristik seseorang telah dianggap belajar apabila mampu
menunjukkan perubahan tingkahlaku. Apabila seseorang tersebut belum
menunjukkan perubahan tigkah laku maka belum dikatakan sebagai belajar. Guru
sebagai pendidik memberikan rangsangan, maka siswa akan bereaksi dan
menanggapi rangsangan tersebut. Sehingga hubungan stimulus-respons menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar sehingga prilaku siswa tersebut berubah. Dari
perubahan tingkah laku menuju baik dari para siswa, jika tingkah laku itu dilakukan
terus menenrus akan menjadi karakter pribadi anak tersebut.
5. Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar yang
berwujud konkrit. yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati.
Bagaimana contoh dari perubahan yang berwujud tidak konkrit pada peserta didik ?
 Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkret, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkret yaitu
yang tidak dapat diamati wujud tidak konkrit seperi perubahan pola pikir atau
pemikiran,perasaan atau hal2 yang hanya diketahui oleh pelaku yang memberikan
respon tersebut. Wujud tidak kongrit dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang tidak
bisa di amati, contohnya : tingkah laku yang ada dalam hatinya, dari pembohong
menjadi tidak berbohong, itu tidak dapat kita ketahui dengan pasti apakah dia benar-
benar tidak berbohong, atau pura-pura jujur. Sedangkan yang berwujud kongrit yaitu
wujud perubahannya nampak contohnya : perubahan perilaku kurang sopan menjadi
lebih sopan, yang tampak pada cara peserta didik menyapa gurunya. tidak kongrit itu
tidak bisa di amati, contohnya : tingkah laku yang ada dalam hatinya, dari
pembohong menjadi tidak berbohong, itu tidak dapat kita ketahui dengan pasti apakah
dia benar-benar tidak berbohong, atau pura-pura jujur.
6. Apakah peserta didik yang mendapat nilai ujian tinggi namun hasil dari contekan dapat
dikatakan bentuk belajar menurut teori behavioristik? Apa yang membedakan proses belajar
dan hasil belajar menurut teori behavioristik?
 Perilaku menyontek sebenarnya termasuk dalam hal yang "tidak penting" untuk di
perhatikan dalam proses belajar seseorang, Karena teori ini lebih mengutamakan hasil
belajar, bukan prosesnya.
7. Bagaimana contoh penguatan positif sebagi stimulus yang baik untuk siswa ?
 Positive reinforcement yang dapat diberikan oleh guru dapat bermacam" bentuknya
antara lain, penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan kegiatan, penguatan
mendekati, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda. Penguatan verbal berkaitan
dengan ucapan guru untuk merespon tingkah laku siswa, misalnya saja memberikan
pujian berupa bagus, benar, atau tepat kepada siswa yang rajin. Penguatan gestural
sangat berkaitan erat dengan gerakan tubuh guru, misalnya saja guru memberikan
tepuk tangan, acungan jempol, senyuman atau mimik muka yang cerah.
Pada diskusi kali ini terdapat 1 pertanyaan yang belum terjawab oleh kelompok kami
yaitu : Pandangan Watson mengenai perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur
lingkungan sangat penting dan Watson tidak mempercayai unsur keturunan (Herediter) sebagai
penentu perilaku, Saya sering mendengar pepatah buah tidak jauh jatuh dari pohonnya apakah
pepatah ini agak keliru atau bagaimana apakah ada kaitannya Gen sebagai pembawa sifat
keturunan?
Setelah melakukan diskusi kami menarik kesimpulan bahwa :
Kita tidak bisa menuntut peserta didik untuk menyukai semua mata pelajaran, karena
setiap anak itu berbeda-beda passionnya, ada anak yang cenderung lebih menyukai seni ada
yang lebih suka matematika. Jadi sebagai calon pengajar kita harus tau bagaimana karakter dari
setiap peserta didiknya. Untuk itulah perlu adanya stategi atau cara khusus yang diterapkan guru.
Jika guru telah memberikan ancaman negatif ke siswa, maka siswa akan merasa terancam
dengan hal tersebut. Selain itu guru juga melakukan pemberian motivasi kepada siswa berupa
teguran halus.
Behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon. Peserta didik dianggap telah melakukan
belajar jika dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya Menurut teori behavioristik
seseorang telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkahlaku. Apabila
seseorang tersebut belum menunjukkan perubahan tigkah laku maka belum dikatakan sebagai
belajar. Guru sebagai pendidik memberikan rangsangan, maka siswa akan bereaksi dan
menanggapi rangsangan tersebut. Sehingga hubungan stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-
kebiasaan otomatis belajar sehingga prilaku siswa tersebut berubah. Dari perubahan tingkah laku
menuju baik dari para siswa, jika tingkah laku itu dilakukan terus menenrus akan menjadi
karakter pribadi anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai