LP Imunisasi Reka
LP Imunisasi Reka
Oleh:
Reka Baihaqi D, S. Kep
NIM. 1830913320036
NIM : 1830913320036
Mengetahui,
Definisi Tujuan
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Manfaat
1. Menghindarkan bayi dari serangan
penyakit: diharapkan kesehatan Jenis Imunisasi
Pemberian Imunisasi Sasaran
anak akan tetap terjaga hingga anak 1. Imunisasi Aktif
Wajib Pada Anak Usia 1. Semua anak di
tumbuh menjadi lebih aktif dan juga Merupakan pemberian zat sebagai
Infant (0-1 Tahun) bawah usia 1 tahun
dewasa. antigen yang diharapkan akan terjadi
2. Anak-anak lain
2. Memperkecil kemungkinan HEPATITIS B suatu proses infeksi buatan sehingga
yang belum
terjadinya penyakit menular: BCG tubuh mengalami reaksi imonologi
mendapatkan
menambah jumlah anak yang DPT spesifik yang menghasilkan respons
imunisasi lengkap
memiliki kekebalan tubuh yang POLIO seluler dan humoral serta sel memori,
3. Anak usia sekolah
tinggi terhadap serangan penyakit. CAMPAK sehingga apabila benar-benar terjadi
(imunisasi booster
3. Meningkatkan kesehatan nasional: Hib infeksi maka tubuh secara cepat dapat
atau ulangan)
anak-anak akan merasa aman karena merespons.
4. Calon pengantin
terbebas dari penyakit berbahaya 2. Imunisasi Pasif
dan ibu hamil
Merupakan pemberian zat
yang bisa menular. untuk imunisasi TT
(immunoglobulin) yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi
Pemberian Imunisasi yang dapat berasal dari plasma manusia
1. Orang tua anak harus ditanyakan status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau atau binatang yang digunakan untuk
sakit, pengalaman atau reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, dan penyakit mengatasi mikroba yang diduga sudah
yang dialami di masa lalu dan sekarang masuk di dalam tubuh yang terinfeksi
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah seperti DPT, polio, hepatitis B, dan HiB.
dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent)
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya
Efek Samping
menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi
1. Nyeri pada bekas penyuntikan
4. Ada beberapa kontraindikasi pemberian imunisasi seperti flu berat atau panas tinggi, perubahan
2. Suhu badan naik pada DPT
pada sistem imun, sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun, dan adanya
3. Diare pada vaksin polio
riwayat alergi terhadap pemberian imunisasi sebelumnya.
4. Timbul bisul kecil pada hepatitis B
Dasar Hukum Pelaksanaan Manfaat 5 Imunisasi Dasar Jenis-Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Program Imunisasi Imunisasi
1. Menetralkan bahannya sebelum bisa
1. Permenkes No. 42 tahun TBC
memasuki sel
2013 Tentang Pedoman Difteri
2. Mengenali dan menghancurkan sel
Penyelenggaraan Program Pertusis
yang telah terinfeksi sebelum agen
Imunisasi Campak
ini dapat berbiak Polio
2. Kepmenkes No. 3. Pertahanan imun non spesifik
1626/Menkes/SK/XII/2005 Hepatitis B
4. Menguatkan atau meningkatkan Hepatitis A
Tentang Pedoman Pemantauan system imun alami yang dihasilkan Meningitis
Dan Penanggulangan Kejadian tubuh Meningokokus
Ikutan Pasca Imunisasi 5. Mencegah penyakit infeksi Influenza
3. Kepmenkes RI, No.
Haemophilis
428/MENKES/ SK/ IV/ 2010 Influenza tipe B
tentang Gerakan Akselerasi Jenis Imunisasi Anak Usia 0-18
Kolera
Imunisasi Nasional UCI 2010 Tahun Menurut Rekomendasi Rables Japanese enchiphaliti
-2014 Ikatan Dokter Anak Indonesia Tipus abdominalis
(IDAI) Tahun 2017 Pneumonia
Pneumokokus
1. Hepatitis B Varicella
2. Polio Parilitis
3. BCG Epidemika
4. DPT Rotavirus
5. Hib
6. PCV
7. Rotavirus
8. Influenza
9. Campak
10.MMR
11.Tifoid
12.Hepatitis A
13.Varisela
14.HPV
15.Japanese encephalitis
16.Dengue
IMUNISASI DASAR
VAKSIN Penyimpanan Dosis Kemasan Masa Kadaluarsa Reaksi imunisasi Efek samping Kontra indikasi
BCG Lemari es, 0,05 ml Ampul 1 tahun setelah Tidak demam Jarang di jumpai Tidak ada larangan
suhu 2-8oC dengan tanggal
bahan pengeluaran
pelarut 4 ml
DPT Lemari es, 0,5 ml, 3x Vial 5 ml 2 tahun setelah Demam Gejala bersifat Anak yang sakit
o
suhu 2-8 C suntik, tanggal ringan,pembengkak sementara: lemes, parah, kejang demam
interval pengeluaran an dan nyeri di demam, kemerahan kompleks, batuk rejan,
minimal 4 tempat suntikan 1-2 pada tempat suntikan gangguan kekebalan
minggu hari
POLIO Freezer, suhu 2 tetes Vial disertai 2 tahun Tidak ada Tidak ada Diare berat, sakit
-20oC mulut pipt tetes parah, gangguan
kekebalan
HEPATITIS 0,5 ml HB PID Nyeri pada tempat Selama 10 tahun Anak yang sakit berat
suntikan, disertai belum dilaporkan
rasa panas dan ada efek samping
pembengkakan yang berarti
CAMPAK Freezer, suhu Setelah Vial berisi 2 tahun setelah Tidak terjadi Sangat jarang terjadi Sakit parah, penderita
-20oC dilarutkan 10 dosis tanggal reaksi, mungkin TBC tanpa
diberikan vaksin yang pengeluaran demam ringan dan pengobatan, kurang
0,5 ml dibeku sedikit bercak gizi dalam derajat
keringkan, merah berat, gangguan
beserta kekebalan, penyakit
pelarut 5 ml keganasan.
CARA PEMBERIAAN DAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK PEMBERIAN IMUNISASI
Umur
Vaksin Pemberian Imunisasi Dosis Selang Cara Pemberian
Waktu Pemberian
Pemberian
Campak 1 kali 0,5 cc 4 minggu 9-11 bulan Subkutan, biasanya di lengan kiri
atas.
Hepatitis B 3 kali 0,5 cc 4 minggu 0-11 bulan Intrmuskular pada paha bagian luar.
Vaksin Campak.
Imunisasi campak menurut Permenkes No.42 tahun
2013, diberikan 3 kali pada umur 9 bulan, 2 tahun,
dan pada SD kelas 1 (program BIAS). Untuk anak
yang telah mendapat imunisasi MMR umur 15
bulan, imunisasi campak umur 2 tahun tidak
diperlukan.
Vaksin Pneumokokus (PCV).
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 3 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu dosis booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur
di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Vaksin Rotavirus.
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur
6-14 minggu, interval dosis ke-2, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).
Vaksin Varisela.
Diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Vaksin Influenza.
Diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.
Vaksin Human papiloma virus (HPV).
Diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV antibodi dengan
interval 0, 2, 6 bulan.
VAKSIN DPT – HB – Hib PENTABIO
Vaksin pentavalen merupakan gabungan dari 5 jenis vaksin Pemberian vaksin pentavalen sama dengan vaksin kombo yaitu pada
dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi : umur bayi 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan untuk imunisasi dasar. Untuk
imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada umur anak paling
Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, cepat 18 bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan
menyerang salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih di sebanyak 4 kali dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha)
tenggorokan dengan efek dapat menyumbat saluran nafas, kiri-kanan-kiri secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan
dan toksinnya dapat mengganggu kerja jantung. kanan atas) secara IM.
Vaksin pentavalen disimpan di lemari es bersuhu 2-8 derajat C da proses
Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau batuk transportasi menggunakan cooling pack (ingat cooling pack berisi air
100 hari dengan ciri khas batuk beruntun dingin, bukan berisi es). Vaksin tahan disimpan sampai tanggal
kadaluarsanya atau sepanjang indikator suhu pada vial (tanda kotak
Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu kekakuan dikelilingi bulatan) warnanya masih aman (warna kotak tidak sama atau
seluruh tubuh termasuk otot pernapasan sehingga lebih tua dari warna bulatan). Jika sudah dibuka sebaiknya digunakan
menyebabka kematian akibat gagal nafas dalam waktu 2 minggu.
Vaksin pentavalen hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana mendapat vaksin kombo. Apabila sudah mendapatkan imunisasi kombo
keadaan kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian vaksin
hepatis) dan kanker hati (hepatoma) kombo sampai dosis ketiga. Bagi bayi dibawah 3 tahun yang belum
mendapat vaksin kombo 3 dosis, dapat diberikan vaksin pentavalen pada
Haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan diberikan minimal 12 bulan dari
paru-paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis) vaksin pentavalen dosis ketiga.
terbanyak pada anak-anak Kontraindikasi pemberian vaksin pentavalen meliputi adanya alergi atau
hipersensitifitas terhadap komponen vaksin (termasuk pengawetnya
thimerosal), dan kejang atau kelainan saraf serius lainnya (kontraindikasi
terhadap komponen pertusis).
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat terjadi meliputi reaksi
lokal seperti bengkak, nyeri, kemerahan, dan demam.
Mekanisme Pengenalan Imun
Proses Imunisasi
Risiko keterlambatan
Hambatan Komunikasi
Hambatan Interaksi ResikoAnsietas
Trauma
perkembangan
Verbal
Sosial
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN IMUNISASI
Pengkajian
a. Identitas
Nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, ras, jenis kelamin, agama,
Diagnosa Keperawatan
tanggal wawancara, informan
b. Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam Fisik (Prosedur Imunisasi)
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasi
lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal (Prosedur Invasif)
imunisasi ia berada dalam kondisi sakit. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses
c. Riwayat Penyakit Sekarang Imunisasi
Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam
kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi menyeluruh atau umum, integumen,
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan, leher, dada,
respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitourinaria,
ginekologik, muskuluskeletal, neurologik, dan endokrin.
NOC DAN NIC
NIC NIC
Pain Management Analgesic Administration
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor sebelum pemberian obat
presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
ketidaknyamanan frekuensi
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui Cek riwayat alergi
pengalaman nyeri pasien Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Bantu keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
Kurangi faktor presipitasi nyeri optimal
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
farmakologi dan inter personal) nyeri secara teratur
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
Ajarkan tentang teknik non farmakologi analgesik pertama kali
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
Tingkatkan istirahat (efek samping)
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Ansietas Berhubungan Dengan Krisis
Situasi (Prosedur Invasif)
NOC :
Knowledge : Disease Process NOC :
Knowledge : Health Behavior Anxiety level
Kriteria Hasil : Sosial anxiety level
1. Orang tua menyatakan pemahaman tentang Indikator :
penyakit, kondisi, prognosis dan program 1. Klien mampu mengidentifikasi dan
pengobatan mengungkapkan gejala cemas
2. Orang tua mampu melaksanakan prosedur 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
yang dijelaskan secara benar menunjukan teknik untuk mengontrol
3. Orang tua mampu menjelaskan kembali apa cemas
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan 3. Vital sign dalam batas normal
lainnya 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
NIC : berkurangnya kecemasan.
NOC :
Thermoregulation
Indikator:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
NIC :
Fever Treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor nadi dan RR
Monitor tingkat kesadaran
Monitor intake dan out put
Berikan antipiretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasi pemberian cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.
DAFTAR PUSTAKA
Bratawidjaya, K.G. 2012. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gloria M. Bulechek, (et al). 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier .
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Umar. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.