Anda di halaman 1dari 24

KIMIA LINGKUNGAN

PENCEMARAN UDARA

Kelompok II :

1. Imam Galih Hanafi (E1M018038)


2. Ingga Jaya Sampurna (E1M018040)
3. Karmila Septiana (E1M018042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan...................................................................................................... 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pencemaran Udara..................................................................................5
B. Struktur Atmosfer...................................................................................5
C. Komposisi gas dalam udara bersih........................................................7
D. Keseimbangan gas...................................................................................8
E. Sumber pencemar polusi udara.............................................................9
F. Konsentrasi polutan tertentu dalam satuan..........................................9
G. Dampak pencemaran udara...................................................................12
H. Kualitas udara berdasarkan pH air hujan...........................................17
I. Proses terjadinya pencemaran udara....................................................19
J. Mengukur polutan diudara....................................................................20
K. Tanaman indicator pencemaran udara.................................................20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Udara adalah campuran gas yang terdapat di permukaan bumi dan mengelilingi
bumi. Sebagai mahluk hidup, udara sangat dibutuhkan. Tanpa udara maka seluruh
makhluk hidup yang ada dibumi tidak bisa hidup. Bahkan tanpa udara, kehidupan
dibumi mungkin tidak ada. namun bagaimana jika keadaan udara dibumi semakin
berubah dari waktu ke waktu disebabkan oleh banyak faktor sehingga mengakibatkan
pencemaran udara. Tentunya keseimbangan kehidupan dibumi akan terpengaruhi.
WHO menyatakan bahwa pencemaran udara merupakan risiko gangguan
kesehatan terbesar di dunia diperkirakan data tahun 2016 sekitar 6,5 juta orang
meninggal tiap tahun akibat paparan polusi udara. Pencemaran udara di Indonesia
mengakibatkan 16.000 kematian setiap tahunnya, 1 dari 10 orang menderita infeksi
saluran pernapasan atas dan 1 dari 10 anak menderita asma. Pencemaran udara
memiliki dampak terhadap kesehatan terutama gangguan pada saluran pernapasan,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kanker berbagai organ tubuh, gangguan
reproduksi bahkan kematian.
Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering
kali menurun kualitasnya. Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis maupun kimiawi.
Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu
komponen kimia yang terkandung dalam udara. Kondisi seperti itu lazim disebut
dengan pencemaran (polusi) udara Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan
bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan terutama di kota-kota besar,
contohnya adalah di kota Surabaya.
Pembahasan mengenai pencemaran udara kali ini tentunya tidak lepas dari
berbagai aspek yang harus kita ketahui tentang bagaimana dan apa saja dampak dari
pencemaran udara tersebut. Lebih jelasnya pembahasan mengenai pencemaran udara
ada pada bab selanjutnya.
B. Rumusan masalah
1. Apakah Pencemaran Udara?
2. Jelaskan bagaimanakah struktur atmosfer?
3. Deskripsikan bagaimana komposisi gas di udara bersih?
4. Deskripsikan apakah itu keseimbangan gas?
5. Identifikasikan apa saja sumber pencemar polusi udara?
6. Hitung konsentrasi polutan tertentu dalam satuan μg . m−3 dari ppm!
7. Jelaskan apa dampak pencemaran udara?
8. Buatlah kesimpulan tentang bagaimana kualitas udara berdasarkan pH air hujan!
9. Jelaskan bagaimana proses terjadinya pencemaran udara?
10. Jelaskan bagaimana cara mendeteksi dan mengukur polutan diudara?
11. Identifikasikan apa saja tanaman indikator pencemaran udara?
C. Tujuan
1. Mengetahui apakah itu pencemaran udara.
3
2. Dapat menjelaskan bagaimana struktur atmosfer.
3. Dapat mendeskripsikan komposisi gas di udara bersih.
4. Dapat mendeskripsikan keseimbangan gas.
5. Dapat mengidentifikasikan sumber-sumber pencemar polusi udara.
6. Dapat menghitung konsentrasi polutan tertentu dalam satuan μg . m−3 dari ppm.
7. Dapat menjelaskan dampak pencemaran udara.
8. Dapat menyimpulakan tentang kualitas udara berdarkan pH air hujan.
9. Dapat menjelaskan proses terjadinya pencemaran udara.
10. Dapat menjelaskan cara mendeteksi dan mengukur polutan di udara.
11. Dapat mengidentifikasikan tanaman-tanaman indikator pencemaran udara.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya
ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan
sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Dengan demikian akan terjadi gangguan
pada kesehatan manusia.
Udara merupakan salah satu unsur alam yang pokok bagi makhluk hidup yang
ada di muka bumi terutama manusia. Tanpa udara yang bersih maka manusia akan
terganggu terutama kesehatannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

B. Struktur Atmosfer
Bumi memiliki lapisan gas yang disebut atmosfer yang berada pada ketinggian
0 km hingga 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa
lapisan yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik seperti komposisi gas, suhu,
dan tekanan. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Sebagai media lingkungan, atmosfer berfungsi untuk menampung berbagai
macam gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti Oksigen, Karbon dioksida,
dan uap air. Keberadaan berbagai macam gas tersebut apabila sesuai kadar maka tidak
akan berpengaruh banyak terhadap aktivitas manusia namun sebaliknya apabila
keberadaan gas-gas tersebut melebihi ukuran yang seharusnya maka dikhawatirkan
dapat membahayakan umat manusia dan kehidupan di Bumi.
Perubahan musim yang tidak menentu akhir-akhir ini berpengaruh terhadap
kandungan uap air yang tersimpan pada atmosfer. Ketika di Indonesia terjadi musim
kemarau maka kandungan uap air yang ada di atmosfer akan menipis, sebaliknya
apabila di Indonesia sedang terjadi musim penghujan maka kandungan uap air di
atmosfer meningkat
1. Pengertian Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang berfungsi melindungi bumi dan
merupakan reaktor sangat besar tempat terjadinya berbagai reaksi antara berbagai
unsur dan senyawa yang diemisikan dari berbagai kegiatan di Bumi.
2. Sifat Atmosfer Bumi
a. Selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi Bumi sampai ketinggian
560 km dari permukaan Bumi
b. Tidak mempunyai batas mendadak, tetapi menipis lambat laun dengan
menambah ketinggian.
c. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan, tidak dapat diraba
(kecuali bergerak sebagai angin).

5
3. Lapisan Atmosfer Lapisan atmosfer terbagi menjadi enam lapisan yaitu :
a. Troposfer
Merupakan lapisan yang berada pada level yang terendah, campuran
gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di Bumi. Lapisan ini adalah
lapisan yang paling tipis (kurang lebih 15 km dari permukaan tanah). Dalam
lapisan ini hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin,
tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Suhu
udara pada permukaan air laut berkisar antara 30° C dan semakin baik ke atas
maka suhu akan semakin turun. Setiap kenaikan 100 m akan berkurang sekitar
0,61 ° C (Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan,
angin, musim salju, kemarau dan berbagai fenomena cuaca yang lain.
b. Stratosfer
Lapisan kedua dari atmosfer adalah lapisan stratosfer. Stratosfer
terletak pada ketinggian antara 18-49 km dari permukaan bumi. Lapisan ini
ditandai dengan adanya proses inverse suhu, artinya suhu udara bertambah
tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian dari permukaan bumi. Kenaikan
suhu udara berdasarkan ketinggian mulai terhenti yaitu pada puncak lapisan
stratosfer yang disebut dengan stratopause dengan suhu udara sekitar 0° C.
c. Mesosfer

Lapisan mesosfer merupakan lapisan udara ketiga dimana suhu


atmosfer akan berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga lapisan
selanjutnya yaitu termosfer. Mesosfer terletak pada ketinggian antara 49-82 km
dari permukaan bumi. Lapisan ini merupakan lapisan pelindung bumi dari
jatuhan meteor atau benda-benda angkasa luar lainnya. Udara yang berada
disini akan mengakibatkan pergeseran yang berlaku dengan objek yang datang
dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Sebagian besar meteor yang
sampai ke bumi terbakar pada lapisan ini.

d. Termosfer

Termosfer adalah lapisan udara keempat, transisi dari lapisan mesosfer


menuju lapisan termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Lapisan
termosfer berada di atas mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km sampai
pada ketinggian sekitar 650 km. Pada lapisan ini gas-gas akan terionisasi, oleh
karenanya lapisan ini sering juga disebut lapisan ionosfer. Molekul oksigen
akan terpecah menjadi oksigen atomik di sini. Proses pemecahan molekul
oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan
menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan
meningkat dengan meningkatnya ketinggian.

e. Ionosfer
Lapisan ionosfer terletak sekitar 80 km sampai 450 km diatas
permukaan bumi. Dalam lapisan ini, molekul-molekul nitrogen dan oksigen
banyak melepaskan elektron setelah menyerap sinar ultraviolet. Akibatnya,
6
pada lapisan ini banyak terdapat ion-ion positif dan elektron bebas. Peristiwa
seperti ini disebut dengan ionisasi. Pada keadaan tertentu elektron bebas dapat
menumbuk ion positif. Akibat tumbukan tersebut, ion positif berubah menjadi
atom netral. Peristiwa seperti ini disebut rekombinasi. Ionosfer dapat
memantulkan gelombang radio, pemantulan tersebut dapat berlangsung
beberapa kali antara lapisan ionosfer dengan permukaan bumi
f. Eksosfer.
Eksosfer merupakan lapisan udara kelima, eksosfer terletak pada
ketinggian antara 800-1000 km dari permukaan bumi. Lapisan ini merupakan
lapisan atmosfer paling luar. Pada lapisan ini hampir tidak ada tekanan udara
dengan kata lain, berat udara pada lapisan ini sama dengan nol (tidak ada
pengaruh gravitasi bumi). Akibatnya, molekul-molekul gas pada lapisan ini
dapat meninggalkan atmosfer menuju luar angkasa.
4. Kelembaban Udara di Atmosfer Bumi
Kelembaban udara dapat digambarkan sebagai kelembaban mutlak yaitu
kandungan uap air yang sebenarnya di dalam udara. Kelembaban relatif
merupakan bentuk yang menunjukkan indikasi langsung dari potensi penguapan.
Jumlah uap air udara yang dapat ditampung tergantung kepada suhu.

C. Komposisi gas dalam udara bersih


Komposisi tersebut dikatakan sebagai udara normal dan dapat mendukung
kehidupan manusia. Udara merupakan campuran gas yang terdapat pada permukaan
bumi dengan sifat fisik antara lain: tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada rasanya.
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan tergantung pada
ketinggian dari permukaan tanah.

Tabel 1. Komposisi udara bersih

Gas (zat) Berat Jumlah


Molekul (Komposisi)
Nitrogen ( N 2) 28.016 78,07%
Oksigen (O2) 32.000 20,95%
Argon (Ar) 39.940 0,93%
Uap air ( H 2 O 18.020 0-4%
Karbondioksida (CO 2) 44.010 325 ppm
Neon (Ne) 20.180 18 ppm
Helium (He) 4.000 5 ppm
Krypton (Kr) 83.700 1 ppm
Hidrogen ( H 2 ¿ 2.020 0,5 ppm
Ozon (O 3 ¿ 48.000 0-12 ppm

Tabel 2. Udara bersih dan udara tercemar


7
Parameter Udara Bersih Udara Tercemar

Bahan Partikel 0,01-0,01 mg/m3 0,07-0,7 mg/m3


SO 2 0,003-0,02 ppm 0,02-2 ppm
CO <1 ppm 5-200 ppm
N O2 0,003-0,02 ppm 0,02 > ppm
C O2 310-330 ppm 350 > ppm
Hidrokarbon < 1 ppm 1-20 ppm

D. Keseimbangan gas
Pada tabel komposisi udara, gas-gas penyusun udara tersebut mempunyai
jumlah masing-masing diudara, hal tersebut merupakan kondisi yang disebut
keseimbangan gas. Sebaliknya jika keseimbangan gas terganggu maka sangat
memungkinkan terjadinya pencemaran udara. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2
perbedaan dari komposisi udara bersih dengan udara yang tercemar. Di dalam udara
terkandung gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03%
karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hydrogen. Udara
terdiri dari 3 unsur utama, yaitu udara kering, uap air, dan aerosol. Kandungan udara
kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon, 0,04% karbon
dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon, helium, metana, kripton, hidrogen,
xenon, ozon, radon. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara
yang masuk ke dalam tubuh mengandung berbagai gas seperti oksigen, karbon
dioksida, argon, nitrogen, dan uap air. Gas oksigen merupakan komponen paling
umum kedua dalam atmosfer bumi, menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa
(sekitar 1015 ton) atmosfer.
Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk
proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.
Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida,
methana, belerang dioksida, amonia, hidrokarbon dan gas rumah kaca yang sekarang
ini menjadi perhatian besar dunia. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari
susunan keadaan normal dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
binatang serta tumbuhan, maka berarti udara telah tercemar.
Uap air di troposfer merupakan gas telusur yang paling penting karena
berperan sebagai faktor kunci dalam pengaturan dinamika troposfer dan merupakan
gas rumah kaca yang sangat kuat. Penelitian jangka panjang mengenai uap air di
troposfer tengah/atas menjadi fokus penelitian komunitas peneliti perubahan iklim
karena pada ketinggian tersebut uap air berperan sangat baik sebagai gas rumah kaca.

E. Sumber-sumber pencemar polusi udara

8
Terdapat dua jenis sumber pencemaran udara, yang pertama adalah
pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources) seperti letusan gunung berapi
dan yang kedua berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources) seperti yang
berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Pencemaran udara dapat terjadi
dimana-mana, seperti di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran seperti ini
sering disebut dengan pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sedangkan
pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan
bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup.

Sumber-sumber Pencemaran Udara Pencemaran udara terjadi akibat


dilepaskannya zat pencemar dari berbagai sumber ke udara. Sumber-sumber
pencemaran udara dapat bersifat alami ataupun dapat pula antropogenik (aktifitas
manusia). Peraturan pemerintah mengenai pengelolaan udara di Indonesia pada PP
No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemaran udara sebagai setiap usaha dan atau
kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara dengan menyebabkan udara
tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan kemudian peraturan pemerintah ini
menggolongkan sumber pencemaran udara atas lima, yakni :

1) Sumber bergerak : sumber emisi yang bergerak atau tetap pada suatu tempat yang
berasal dari kendaraan bermotor
2) Sumber bergerak spesifik : serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari
kereta api, pesawat terbang, kapal, laut dan kendaraan berat lainnya.
3) Sumber tidak bergerak : sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. Biasanya
berasl dari pabrik-pabrik industry.
4) Sumber tidak bergerak spesifik : serupa dengan sumber tidak bergerak namun
berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.
5) Sumber gangguan : sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat
untuk penyebarannya, sumber ini berupa dari kebisingan, getaran, kebauan dan
gangguan lain.
Nurdin, et.al (2004) bahwa pengklasifikasian atau penggolongan pencemaran
berdasarkan WHO, yakni pencemaran udara atas sumber tidak bergerak, sumber
bergerak dan sumber dalam ruangan.

F. Konsentrasi polutan tertentu dalam satuan satuan μg . m−3 dari ppm.

Satuan pengukuran partikulat fallout (jatuhan) dinyatakan dalam mg/cm2 per


waktu ( mg/cm2 per bulan, mg/cm2 per tahun). Pengukuran partikulat tersuspensi dan
kontamina gas diberikan dalam massa persatuan volume, seperti mikrogram per meter
kubik (μg/m3) yang sebelumnya dalam ppm. Perubahan ppm menjadi μg.m3 (1μg = 1
x 10-6 ppm) dapat dilakukan sebagai berikut:

ppm x BM X 103
μg/m3 =
24,5

Keterangan : 24,5 = konversi untuk 1 mol = 24,5 liter (25℃, 1 atm)

9
BM = berat molekul

103 = konversi dari ml ke liter

Metode sampling polutan udara dibagi dalam dua jenis yang umum yaitu
dengan sampling udara ambien dan sampling sumber. Kedua jenis tersebut
mempunyai tujuan masing-masing. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan
bumi pada lapisan troposfer yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia
dan mahkluk hidup lain termasuk ekosistem atau lingkungannya. Titik pemantauan
kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :

1. Faktor meteorologi, yaitu arah dan kecepatan angin dominan serta temperatur dan
kelembapan udara.
2. Faktor geografi seperti topografi.
3. Tata guna lahan.

Sampling udara ambien bertujuan untuk, mengetahui kecendrungan tingkat


pencemaran, mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian. Sampling udara
sumber (emisi) bertujuan untuk, mengetahui atau tidaknya peraturan emisi pencemar
udara yang dihasilkan oleh suatu sumber, mengukur tingkat emisi yang dihubungkan
dengan laju produksi untuk kebutuhan industry dan lingkungan, mengevaluasi
keefektifan teknik pengendalian dan peralatan pengendalian pencemaran udara.

Arah dan kecepatan angin digunakan untuk memperkirakan pola dispersi gas
pencemar udara. Perubahan arah dan kecepatan angin menunjukan arah penyebaran
dan fluktuasi konsentrasi zat pencemar di atmosfir.

 Menghitung Kekuatan Emisi (Q).

Kekuatan sumber emisi adalah besarnya massa polutan yang dilepaskan


ke udara oleh lalulintas sebagai sumber polusi udara dalam satuan waktu
tertentu.

Q = n x FE

Dengan :

Q = beban emisi (μg/s)

n = jumlah kendaraan, atau jumlah bahan bakar (Liter)

FE = faktor emisi.

Penyebaran/dispersi pencemar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:

1. Pergerakan udara
2. Stabilitas atmosfer
3. Arah dan Kecepatan angin.

10
Kecepatan angin yang dekat dengan permukaan tanah pada umunya
lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan angin pada permukaan yang lebih
tinggi, seperti bukit, pohon, dan bangunan. Pada bagian ini, hubungan antara
ketinggian dan kecepatan angin dapat ditunjukkan pada rumus:
p
z
U = u0 ( )
z0

Dimana : u = kecepatan angin pada ketinngian titik pantau

u0 = kecepatan angin pada ketinggian z0 yang diketahui

z = ketinggian titik pantau

z0 = ketinggian pada kecepatan angin yang diketahui

P = eksponen dengan nilai antara 0 dan 1, fungsi stabilitas.

Menghitung konsentrasi polutan Konsentrasi polutan adalah besarnya zat


pencemar yang dilepaskan ke udara oleh lalulintas atau udara sumber (emisi) dalam
satuan volume: Distribusi polutan secara vertikal dan lateral dapat digambarkan
dengan model Gauss yang dapat memberikan hasil yang baik pada beberapa Gauss.
Perkiraan konsentrasi dilakukan dengan waktu rata-rata selama adanya pusaran dan
pergerakan angin. Persamaan Gauss untuk konsentrasi rata-rata dispersi dari sumber
stack sesuai arah angin adalah:

Q −1 y 2
C=
2π U σy σz
exp (
2 σ y2
¿
)
Dimana :

C = Konsentrasi polutan pada suatu titik dalam kondisi steady state,


(µg/m3 )

Q = Laju emisi, (µg/s)

σy, σz = Parameter dispersi(penyebaran) atau standar deviasi horisontal dan


vertikal plume.

u = Kecepatan rata-rata angin pada tinggi efektif stack, (m/s) .

y = Jarak horisontal dari titik tengah plume, (m).

z = Jarak vertikal dari tanah, (m).

exp = log normal, 2,71828183.

π = 3,14159.

11
H = Tinggi stack efektif, (m) yang dihiting dari h+Δh

Pengaruh Faktor Meteorologi Menurut Soedomo (2001) bahwa data


meteorologi sangat penting artinya dalam memperkirakan dan menilai dampak
terhadap kualitas udara dan iklim. Data utama yang diperlukan mencakup :

1. Pola arah dan kecepatan angin.


2. Radiasi sinar matahari dan lama waktu penyinarannya
3. Kelembaban udara dalam persentase humiditas
4. Curah hujan dan jumlah hari hujan
5. Profil temperatur vertikal yang bekerja.
6. Penutupan awan (cloudiness)

G. Dampak pencemaran udara


A. Dampak pencemaran udara bagi manusia
1. Dampak pencemaran oleh karbon monoksida (CO)
Gas CO bersifat tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Secara
visual kita tidak mengetahui apakah kita mengalami keracunan CO atau tidak.
Pada keadaan normal konsentrasinya di udara ±0,1 ppm, dan dikota dengan
lalu-lintas pada ±10-15 ppm. Gas CO terbesar terdapat diperkotaan yang
terdapat banyak kendaraan bermotor yang sangat banyak kurang lebih 1015
ppm. Keracunan gas CO dapat menimbulkan jumlah kematian bayi dan
kerusakan otak. Masuknya gas CO kedalam alveoli paru-paru menyebabkan
gangguan pada fungsi darah. Fungsi darah sebagai pengangkut oksigen akan
berubah setelah masuknya gas CO, dimana gas CO tersebut dapat mengikat
hemoglobin dalam darah, dalam bentuk HbCO. Ikatan gas CO lebih kuat
dibandingkan oksigen dengan hemoglobin. Kekuatan ikatan 210 kali lebih kuat
dari pada ikatannya dengan oksigen. Ikatan yang terbentuk tersebut dinamakan
karboksihemoglobin, ikatan ini susah diambil alih / digantikan oleh ikatan
oksigen menjadi ikatan oksihemoglobin. Akibatnya, kadar oksihemoglobin
sangat rendah dan akibat selanjutnya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh akan terganggu, maka akan terjadilah sinosis, lemas dan pingsan.
Tanda-tanda keracunan gas CO adalah pusing, sakit kepala, dan mual. Dapat
menyababkan gangguan system kardiovastikuler, serangan jantung, hingga
menyebabkan kematian, serta menurunnya gerak tubuh. Pertolongan penderita
katagori ringan yaitu dengan memberi kesempatan menghirup udara bersih
(segar) agar CO dalam Hb darah dapat terganti dengan oksigen, sebeb kerja
rekasi Hb dengan gas CO dan O2 bersifat reaksi kesetimbangan menutut
persamaan reaksi,
COHb + O2→ O2Hb + CO
O2Hb + CO → COHb + O2
Berikut adalah kadar toksisitas dari gas CO:

Kadar CO ( in Waktu Kontak Dampak bagi tubuh

12
ppm)
≤ 100 ppm Sebentar Dianggap aman
± 30 ppm 8 jam Menimbulkan pusing dan mual
± 1000 ppm 1 jam Pusing dan kulit berubah menjadi
kemarah-merahan
± 1300 ppm 1 jam Kulit menjadi merah tua dan rasa
pusing yang hebat
¿ 1300 ppm 1 jam Lebih hebat sampai kematian

Bagi tumbuhan kadar CO sampai 100 ppm hampir tidak ada


khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak
24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas
terutama yang terdapat pada akar tumbuhan.

2. Dampak pencemaran oleh oksida nitrogen (NOx)


Gas nitrogen oksida ada dua macam yaitu: gas nitrogen monoksida
(NO) dan gas karbon dioksida (NO 2). Keduanya mempunyai sifat yang
berbeda dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO tidak berbau dan tidak
berwarna. Sifat racun gas ini pada konsentrasi tinggi menyebabkan gangguan
syaraf hingga menimbulkan kejang-kejang. Gas NO2 berbau menyengat,
berwarna coklat kemarahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO,
organ yang paling peka terhadap gas NO2 adalah paru-paru,paru-paru yang
terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit
bernafas sampai kematian. Konsentrasi NO yang tinggi dapat mengakibatkan
kejang-kejang bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. NO akan
lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2. Oksida nitrogen bagi tumbuhan
menyebabkan bitnik-bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya tinggi
mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis
terganggu.
3. Dampak pencemaran oleh belerang oksida (SOx)
Pada konsentrasi 1-2 ppm, bagi orang yang sensitif, serangan gas SOx
ini menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena langsung. Namun bagi
orang yang cukup kebal akan terasa teriritasi pada konsentrasi 6 ppm dengan
waktu pemaparan singkat. Pemaparan dengan SOx lebih lama dapat
meyebabkan peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh
kelumpuhan sistem pernafasan, kerusakan dinding ephitelium dan pada
akhirnya diikuti oleh kematian . SOx sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil, terutama batubara. Pembakaran menghasilkan gas SO2 lebih
banyak dari pada gas SO3, namun dengan udara SO2 lebih cepat membentuk
SO3 sehingga gas ini jumlahnya akan bertambah banyak juga di udara.
SO2(g) + O2(g) → SO3(g)

Gas SO2 berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas SO 3 sangat reaktif.
Dengan uap air dari udara:
13
SO2 + H2O → H2SO3

SO2 + H2O → H2SO4

Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan


menyebabkan hujan asam. Adapun gangguan yang ditimbulkan adalah
gangguan sistem pernafasan, karena gas SOx yang mudah menjadi asam,
menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan
yang lain sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi tenggorokan
tergantung daya tahan masing-masing (ada yang 1 - 2 ppm, atau 6 ppm). SO 2
berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang yang menderita
kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami kejang (spasma).
Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada
paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang
diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan
ephitelium, akhirnya kematian. Pada konsentrasi 6 - 12 ppm dengan paparan
pendek yang berulang-ulang dapat menyebabkan hiperplasia dan metaplasia
sel-sel epitel yang akhirnya menjadi kangker.

Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung


warnanya menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan
SOx menghasilkan PbS. Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat
pengkaratan. Bagi tumbuhan kadar SOx ± 0,5 ppm dapat menyebabkan
timbulnya bintik-bintik pada daun. Jika paparan lama daun menjadi
berguguran.

4. Dampak pencemaran dari hidrokarbon (HC)


Hidrokarbon bersifat toksik, akan berbahaya jika di udara terikat
dengan bahan pencemar lainnya. Pembakaran hidrokarbon menghasilkan
panas. Panas yang tinggi menimbulkan peristiwa pemecahan (Cracking)
menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Hidrokarbon
memiliki tiga bentuk yaitu gas, cair dan padat, hidrokarbon yang berupa gas
lebih bersifat toksik mudah terikat dan membentuk ikatan-kimia baru, gas
hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya. Cairan hidrokarbon
membentuk kabut minyak (droplet). Padatan hidrokarbon akan membentuk
asap pekat dan menggumpal menjadi debu/partikel. Ikatan hidrokarbon yang
sering terbentuk adalah Polycyclic Atomatic Hydrocarbon (PAH). Polycyclic
Atomatic Hydrocarbon (PAH) ini dapat merangsang sel kanker dan bersifat
karsinogenik, dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa dan
menimbulkan infeksi paru-paru bila terhisap. Ikatan ini banyak terdapat di
daerah industri dan daerah yang padat lalu lintasnya. Sumber Polycyclic
Atomatic Hydrocarbon (PAH) berasal dari gas buangan hasil pembakaran
bahan bakar fosil. Toksisitas Hidrokarbon aromatik lebih tinggi dari pada
Hidrokarbon alisiklik.

14
Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 mengahasilkan PAN (Peroxy
Acetyl Nitrates). Campuran PAN dengan gas CO dan O 3 disebut kabut foto
kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi
pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya
akan meningkat.

Berikut adalah toksitas benzene dan toulena :

Kadar benzene Waktu kontak Dampak bagi tubuh


(ppm)
100 ppm iritasi terhadap mukosa
3000 ppm 0,5 - 1 jam lemas
7500 ppm 0,5 -1 jam paralysys
20.000 ppm 5 - 10 menit kematian
Kadar toluene (ppm)
200 ppm setelah 8 jam pusing, lemah, pandangan
kabur
600 ppm gangguan syaraf, dapat
diikuti kematian jika
waktu kontak lama.

5. Dampak pencemaran oleh partikel


Partikel pencemar udara dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
saluran pernapasan atas atau pneumokoniosis. Ukuran partikel 5 mikron sampai
ukuran lebih kecil 1 mikron masuk ke paru-paru masuk lebih dalam lagi ke alveoli.
Penempelan atau pengendapan partikel berdasarkan ukuran. Masa inkubasi
partikel dalam tubuh bisa 2-4 tahun. Macam penyakit pneomokoniosis tergantung
jenis partikel debu yang masuk ke dalam paru-paru dan tergantung kegiatan dan
teknologi yang digunakan di daerah tersebut. Partikel (debu) yang
masuk/mengendap dalam paru-paru dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
saluran pernapasan (pnevmokoniosis) antara lain:

 Penyakit silikosis Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas (SiO2). Dapat
terjadi pada daerah pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel
yang mengerjakan besi (mengikir/ menggerinda), penambangan bijih besi,
timah putih dan batubara. Bila sudah parah penyakit ini dapat diikuti hipertropi
jantung sebelah kanan yang mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
 Penyakit asbestosis Disebabkan oleh debu/serat asbes (campuran berbagai
silikat terutama magnesium silikat). Dapat terjadi di daerah pabrik/industri
yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik yang beratap
asbes, dan lain-lain.
 Penyakit Bisinosis Disebabkan oleh debu/serat kapas. Dapat terjadi pada
daerah pabrik pemintalan kapas/tekstil, pembuatan kasur atau jok kursi.
Penyakit ini dapat diikuti bronkitis kronis.
15
 Penyakit antrakosis Disebabkan oleh debu batubara. Dapat terjadi pada daerah
tambang batubara, penggunaan batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker),
kapal laut bertenaga batubara, pekerja boiler pada PLTU bertenaga batubara.
 Penyakit Beriliosis. Disebabkan oleh debu logam berilium yang dapat berupa
logam murni, oksida, sulfat, atau halogenida. Dapat terjadi pada daerah industri
logam campur berilium-tembaga, pabrik fluoresen, pabrik pembuat tabung
radio, pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
B. Dampak pencemaran udara bagi lingkungan
Bahan polutan bersifat asam, akan menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan
asam memberikan dampak negatif berupa air yang bersifat asam, karena lingkungan
kemasukan ion hidrogen yang berasal dari asam sulfat (H2SO4) atau asam nitrat
(HNO3). Bahan polutan udara yang potensial untuk membentuk asam adalah :
 SO2 (→H2SO4)
 NO2 (→HNO3), dan
 NH3 (→HNO3).

Proses pengasaman tersebut disebabkan oleh tiga komponen, yaitu


sulfurdioksida (SO2), NO2 dan NH3. SO2 berasal dari pembakaran minyak dan batu
bara serta proses industri, nitrogen dioksida (NO2) berasal dari proses pembakaran,
dan amoniak (NH3) yang terutama berasal dari kandang ternak. Hujan asam akan
berakibat buruk terhadap lingkungan seperti perusakan hutan, perusakan ekosistem
aquatik dan perubahan vegetasi menjadi kaya nitrogen serta terlarutnya logam berat
beracun di dalam lingkungan asam tersebut. Hujan asam mempunyai dua efek yang
berbeda. Efek langsung adalah kerusakan bangunan dan vegetasi serta adanya
komponen asam yang bereaksi dengan mineral dan tanah, contohnya kerusakan cat
jendela pada banguanan. Sedangkan efek tidak langsung adalah perubahan struktur
tanah yang berakibat pada kerusakan biota, pencucian atau hilangnya nutrien kation K +
dan Mg2+ dari tanah.

Sebagian besar NO2 dan SO2 dikeluarkan oleh instalasi pembangkit listrik dan
industri berat bersama dengan gas bersuhu tinggi melalui cerobong asap. Oleh karena
itu sebaiknya tinggi cerobong asam termasuk plum rise mencapai ketinggian 500-1000
m. Dampak pencemaran udara yaitu Gas Rumah Kaca (CH4, CO2 dan N2O). Adanya
lapisan ozon yang rusak, maka sifat ozon sebagai penyaring sinar ultra violet tidak
akan berfungsi, sehingga sinar ultra violet yang tidak tersaring oleh lapisan ozon akan
terus ke bumi dan merusak kulit manusia seperti iritasi dan kanker kulit.

Adanya gas rumah kaca disertai rusaknya lapisan ozon di stratosfir menaikkan
suhu bumi yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah karbondioksida (CO 2), CH4
dan N2O di udara yang biasa disebut efek rumah kaca. Kadar CO 2 pada 100 tahun
yang lalu sebesar 290 ppm. Setiap 40 tahun akan terjadi perubahan iklim di muka
bumi, dengan ditandai naiknya suhu bumi sebesar 0,50 C setiap 40 tahun. Apabila
kenaikan kadar CO2 tidak dicegah maka suhu bumi dapat cepat naik dan memberikan

16
efek mencairnya gunung es di kutub. Akibat cairnya gunung es di kutub membuat
permukaan air laut naik, sehingga garis pantai akan bergeser naik.

H. Kualitas udara berdasarkan pH air hujan

Hujan merupakan masukan dalam sistem hidrologi. Ditinjau dari kualitasnya


dibandingkan dengan air a/ami lainnya, air hujan merupakan air paling murni dalam
arti komposisinya hampir mendekati H2O. Namun demikian, pada hakekatnya tidak
pernah dijumpai air hujan yang betul-betul hanya tersusun atas H 2O saja, berbagai
faktor lingkungan telah mempengaruhi kualitas air hujan tersebut. Pencemaran udara
yang terjadi di kota-kota besar, baik yang berupa buangan gas maupun emisi dari
kendaraan bermotor. Serta buangan gas dari pabrik telah mempengaruhi kualitas air
hujan yang jatuh didaerah kota. Air hujan di daerah pantai juga terpengaruh oleh laut
dengan segala aktifitas dan komposisi airnya. Didaerah gunung api yang masih aktif
air hujan juga dipengaruhi oleh aktifitas tersebut. Masing-masing lingkungan tersebut
diatas mempengaruhi komposisi air hujan. Dalam proses jatuhnya, ke permukaan bumi
titik-titik air hujan melalui lapisan udara yang terdiri oleh berbagai rnacam gas, antara
lain adalah O2 dan CO2 dan gas-gas lain. Oleh karena itu sudah barang tentu apabila
gas-gas tersebut sebagian terlarut dalam air. Karena itulah maka air hujan mengandung
berbagai macam gas di dalamnya.

Aktivitas manusia dalam seharihari menghasilkan berbagai macam limbah,


baik limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari berupa limbah domestik, maupun
limbah dari kegiatan industri pertambangan dan pertanian. Bentuk limbah tersebut
dapat berupa padat, cair maupun gas. Limbah dalam bentuk gas akan dibuang ke
atmosfer dan dengan bantuan angin, baik arah maupun kecepatannya maka limbah
yang berbentuk gas tersebut akan dibawa ketempat yang jauh dari sumbernya. Air
hujan yang jauh di suatu tempat dapat melarutkan gas-gas tersebut, sehingga
pencemaran udara dapat mempengaruhi kualitas air hujan yang jatuh di suatu wilayah.
Hujan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk membersihkan polutan
udara yang ada di atmosfer. Karakteristik dan komposisi kimia air hujan dipengaruhi
oleh besar kecilnya konsentrasi polutan udara di atmosfer, dan juga tergantung kepada
volume curah. Ketika hujan turun, butiran hujan akan membersihkan (menyapu)
beberapa partikel besar dalam lintasannya dengan proses rainout maupun washout
(Vesilind, 1994 dalam Indrawati et al., 2013).

Hujan secara alami bersifat asam, dan semakin bertambah nilai keasamannya
karena penambahan konsentrasi polutan di udara. Maka hujan tersebut yang dikenal
dengan istilah hujan asam (Dubey, 2013). Dalam air hujan, nilai pH 5,60 adalah batas
normal dari keasaman air hujan. Jadi ketika pH air hujan berada dibawah nilai 5,60,
hujan tersebut dikatakan sebagai hujan asam, karena memiliki nilai keasaman air hujan
di bawah 5,60 (Budiwati, 2009). Keasaman air hujan berhubungan erat dengan
konsentrasi SOx dan NOx yang terlarut didalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi
SOx dan NOx, maka dapat mengakibatkan semakin asam nilai keasaman air hujan.

17
Keasaman air hujan tergantung pada konsentrasi anion dari pada konsentrasi
kation. Nilai pH yang asam menunjukkan adanya asam kuat (sulfat maupun nitrat),
sedangkan pH netral atau basa mengindikasikan netralisasi asam oleh senyawa
karbonat, debu atau amonium. pH meter merupakan peralatan yang sangat cocok
digunakanuntuk pengukuran nilai keasaman air hujan (Chungtai et al., 2014). Hasil
pengukuran pH, pH 5,60, dimana hujan dikatakan sebagai hujan asam ketika pH hujan
berada di bawah nilai pH 5,60.

Keasaman nilai pH air hujan daerah tersebut sangat erat kaitannya dengan
banyaknya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, dimana sumber
sulfur dan nitrat yang merupakan agen dominan keasaman air hujan dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil.Rendahnya nilai pH juga dapat
disebabkan terbawanya pencemar udara dari pusat kota. Rendahnya nilai pH yang
berada di bawah ambang batas nilai pH 5,60, menunjukkan peranan konsentrasi sulfat
dan nitrat yang terkandung di dalam air hujan. Sedangkan pH netral –basa (nilai pH >
7) yang diperoleh akibat tingginya nilai senyawa asam (sulfat dan nitrat) dan basa
(kalsium dan amonium) yang terkandung dalam air hujan, bukan merupakan suatu
kondisiyang baik, namun perlu perhatian khusus dan penelitian lebih lanjut terhadap
sumber-sumber emisi dari senyawa asam dan basa pada daerah tersebut..

Keterangan pH air hujan :

 > 7 : pH basa
 6.1 - 7 : Air hujan sangan baik, cenderung netral seperti air permukaan
 5.6 - 6 : pH air hujan ideal
 4.1 - 5.5 : Hujan asam
 3 - 4 : Hujan asam (tinggi)
 < 3 : Hujan asam (ekstrem) (sumber, BMKG)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, hujan secara alami


bersifat asam, dan semakin bertambah nilai keasamannya karena penambahan
konsentrasi polutan di udara. pH hujan merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur kualitas udara pada daerah tertentu. Karakteristik dan
komposisi kimia air hujan dipengaruhi oleh besar kecilnya konsentrasi polutan udara
di atmosfer. Dimana air hujan dengan pH yang rendah atau dibawah pH 5.6 dikatakan
sebagai hujan asam. Keasaman nilai pH air hujan daerah tersebut sangat erat kaitannya
dengan banyaknya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, dimana
sumber sulfur dan nitrat yang merupakan agen dominan keasaman air hujan.
Rendahnya pH air hujan tersebut disebabkan tingginya kadar sulfat dan nitrat pada air
hujan tersebut. kondisi pH air hujan yang cenderung asam menunjukkan kualitas udara
tersebut banyak mengandung polusi.

I. Proses terjadinya pencemaran udara

18
Kegiatan industri dan transportasi yang merupakan bagian kegiatan
pembangunan yang menjadi sumber pencemaran udara dan paling dominan dewasa
disamping sumber lainnya seperti kebakaran hutan. Hal ini menjadi masalah bagi
kehidupan manusia, terutama yang tinggal kotakota besar yang banyak industri dan
padat transportasi bermotor yang kesemuanya mengeluarkan gas atau partikel yang
dapat menyebabkan pencemaran udara.

Pencemaran udara digolongkan kedalam tiga kategori, yakni ;

1) Pergesekan permukaan, adalah penyebab utama pencemaran partikel padat di


udara dan ukurannya dapat bermacam-macam.
2) Penguapan, merupakan perubahan fase cairan gas, polusi udara banyak
disebabkan zat-zat mudah yang mudah menguap/tidak nampak.
3) Pembakaran, merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat/dinamis dan
membebaskan energi, cahaya, atau panas, sehingga dengan kondisi perubahan
yang begitu cepat dan dinamis inilah dan tidak nampak menjadi dalam
pengelolaan udara.

Zat-zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia adalah sebagai
berikut:

Nitrogen Monoksida (CO)

Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama bagi karbon


monoksida. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan
bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel.

Nitrogen Oksida (NOx)

Gas nitrogen oksida merupakan gas yang berasal dari transportasi laut. Gas
nitrogen oksida terbentuk atas tiga fungsi yaitu, suhu, waktu reaksi, dan konsentrasi
oksigen. Ada tiga teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:

a. Thermal NOx, proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi
pada ruang bakar (> 1800 K). thermal NO x ini didominasi oleh emisi NO (NO x→
NO + NO2).
b. Prompt NOx, formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
c. Fuel NOx, NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.

Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan
tercatat bahwa penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan
di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%.

Sulfur Oxide (SOx)


19
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain
itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SO x emisi.
Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl.

HydroCarbon (HC)

Emisi hidrokarbon terbentuk dari bermacam-macam mesin yang merupakan


sumber pencemar. Penyebabnya adalah karena tidak terbakarnya bahan bakar secara
sempurna dan tidak terbakarnya minyak pelumas silinder. Emisi hidrokarbon pada
bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih
sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO).
Emisi hidrokarbon ini berbentuk gas methane (CH4).

Partikulat Matter (PM)

Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen.
Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam
partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur
hidrokarbon dan setelah proses oksidasi. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri
dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam kelanjutan proses ekspansi di atmosfir,
kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan
partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O.
Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam teba, tetapi
yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian
terdalam paru-paru.
J. Mendeteksi dan mengukur polutan diudara
Pengukuran tingkat gas polutan pada udara dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam cara salah satu diantaranya dengan menggunakan
tabung detector gas. Sistem tabung detector gas adalah suatu pengambilan sampel
yang dilengkapi sistem pembacaan terukur untuk menentukan seberapa kadar
konsentrasi gas dan uap air dengan cepat dan mudah. Tabung detector gas merupakan
tabung kaca tipis yang berisi deteksi reagent. Reagent adalah suatu zat kimia yang
digunakan dalam reaksi untuk medeteksi, mengukur, meneliti, atau memproduksi
bahan lainnya. Tabung detector gas digunakan dengan cara mengalirkan gas yang
akan dideteksi melalui ujung yang satu ke ujung lainnya. Hasil pengukuran dibaca
dengan cara melihat panjang warna yang muncul pada permukaan indicator. Satu buah
tabung dikhuskan untuk satu jenis gas tertentu sehingga untuk mendeteksi beberapa
zat yang terkandung dalam udara diperlukan bebrapa buah tabung.

K. Tanaman indikator pencemaran udara

Tumbuhan mempunyai adaptasi anatomi dan fisiologi untuk mempertahankan


kelangsungan hidupnya. Adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan dapat dijadikan
indicator perubahan kondisi lingkungan disekitar tumbuhan. Salah satu bentuk
perubahan lingkungan yang terjadi yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara berarti

20
hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfir di luar, seperti debu,
gas, kabut, bau-bauan, asap atau debu dalam kuantitas yang banyak berbagai sifat
sehingga dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap kehifupan manusia,
tumbuhan ataupun hewan.

Kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengakumulasi polutan


dipengaruhi karakteristik morfologi daun, seperti ukuran, bentuk, dan tekstur daun.
Selain itu proses penyerapan polusi udara terjadi pada daun yang mengandung banyak
stomata. Tanaman yang mempunyai stomata banyak dan tumbuh cepat merupakan
tanaman yang baik digunakan dalam penyerapan polutan. Stomata adalah struktur
epidermis yang dibentuk oleh dua sel penjaga atau guard cells yang terletak pada pori-
pori tanaman. Permukaan epidermis lainnya terdiei atas lapisan kutikula (lilin) yang
tidak dapat ditembus. Hal ini menjadikan stomata memiliki peran yang penting dalam
mengatur keluar masuknya gas (CO2 dan O2), hormone asam absisat dan air dari dan
kedalam tanaman. Peran tersebut memiliki dampak pada produktivitas dan ketahanan
tanaman terhadap cekaman kekeringan atau banjir.

Mekanisme masuknya polutan ke dalam daun umumnya terjadi pada siang hari
saat daun melepas uap air dan mengambil CO2, serta gas lainnya termasuk polutan
yang ada di daun melalui stomata. Banyaknya stomata dalam satu satuan luas daun
menentukan masuknya gas pencemar yang terserap oleh tanaman. Kadar klorofil pada
daun tanaman dapat digunakan sebagai indicator penyerap polusi udara. Kemampuan
tanaman dalam menyerap polusi udara bersamaan saat penyerapan CO2 yang akan
digunakan dalam proses fotosintesis.

Debu yang menempel pada vegetasi dapat menutupi stomata daun yang sedang
menutup atau terbuka. Partikel debu yang menempel pada helaian daun dapat merusak
jaringan tumbuhan tertentu. Partikel yang paling berpengaruh terhadap tanaman adalah
dalam bentuk debu, dimana jika debu semen bergabung dengan uap air ataupun air
hujan gerimis akan terbentuk lapisan kerak pada permukaan daun. Lapisan ini
terbentuk karena debu semen mengandung kalsium silikat yang dapat menggangu
proses fotosintesis pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari dan
terhalangnya pertukaran CO2 dengan atmosfer melalui stomata.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya
ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan
sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara hubungannya dengan
atmosfer yaitu sebagaimana atmosfer berfungsi yaitu untuk menampung berbagai
macam gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti Oksigen, Karbon dioksida,
dan uap air. Jika gas-gas yang ada di atmosfer keseimbangannya terganggu oleh
aktivitas manusia maka akan terjadi pencemaran udara.
Keseimbangan gas-gas yang berada di udara tersusun dengan komposisi dan
persentasenya masing. Kondisi tersebut memiliki tujuan tersendiri untuk menjaga
kestabilan gas-gas tersebut di atmosfer bumi. Selain itu perlunya menjaga kekonstanan
udara juga sangat berpengaruh bagi keseimbangan gas supaya keseimbangan tersebut
tidak terganggu dan mengakibatkan pencemaran udara. Namun, sekarang pencemaran
udara sudah semakin tinggi dari waktu kewaktu. Hal tersebut terjadi dikarenakan
adanya sumber-sumber yang menyebabkan terbentuknya polutan. Kebanyakan
sumber-sumber tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia sendiri. Adanya polutan
dapat diukur dam diidentifikasikan dengan perhitungan tertentu dengan satuan μg . m−3
, maka akan dapat diidentifikasikan seberapa konsentrasi polutan yang ada pada suatu
daerah. Polutan sendiri mempunyai jenisnya masing-masing. Polutan dapat juga
diidentifikasikan dengan cara-cara dan alat-alat tertentu.
Adanya pencemaran udara tentunya mempunyai dampak yang sangat besar
terutama bagi kesehatan dan lingkungan. Jika dampaknya sudah ke kesehatan manusia
tentunya sangat merugikan manusia, padahal pencemaran udara disebabkan oleh
aktivitas manusia sendiri. Namun disamping hal tersebut, ada beberapa tanaman yang
merupakan indicator pencemaran udara. Kemampuan tanaman dalam menyerap dan
mengakumulasi polutan dipengaruhi karakteristik morfologi daun, seperti ukuran,
bentuk, dan tekstur daun. Sehingga produktivitas dari tanaman indicator tersebut
sangat membantu untuk menguranginya pencemaran udara.
B. Saran
Pembahasan mengenai pencemaran udara ini diharapkan membuka kesadaran
kita untuk mengurangi aktivitas yang mengakibatkan terbentuknya polutan. Hal
tersebut dapat kita lakukan dengan hal kecil seperti memperbanyak jalan kaki,
bersepeda, menanam tanaman penangkal polusi udara, menghindari pembakaran
sampah, berhenti merokok dan hemat listrik serta mengurangi aktivitas-aktivitas lain
yang menyebabkan terbentuknya polusi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Jainal., Ferawati Artauli Hasibuan. 2010. “Pencemaran Udara Dalam Antisipasi
Teknis Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan”. Jurnal Smartek. (8) 2 : 120 – 129.

Allen, Andrew T. 1998. Atmospheric Dispersion Models. Air Quality Control Handbook.
New York: Mcgraw-Hill.

Ambarsari, Novita. 2010. “Kajian Pengaruh Uap Air Terhadap Perubahan Iklim”. Jurnal
Berita Dirgantara. 11 (3) : 93-98.

Damara, Diken Yus., Irawan Wisnu Wardhana , Endro Sutrisno. 2017. “Analisis Dampak
Kualitas Udara Karbon Monoksida (Co) Di Sekitar Jl. Pemuda Akibat Kegiatan Car
Free Day Menggunakan Program Caline4 Dan Surfer (Studi Kasus: Kota Semarang)”.
Jurnal Teknik Lingkungan.(6) 1. (1-14).

Handriyono, Rachmanu Eko., Arie Dipareza Syafei. 2015. Pemodelan Dispersi No 2 Dari
Sumber Garis Menggunakan Aplikasi Open Source R Berdasarkan Model Gauss
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII : (1-8).

Hidayat, Fajri; Gresia Putri; Handi, Yanti Purnama; Melda, Yunita Sari. 2018.”Karekteristik
Stomato Pada Daun Tumbuhan Filicium decipiens L. di Sekitar PT Semen Padang
sebagai Indikator Pencemaran Udara”.

Nurmaningsih, Dyah Ratri. 2018. Analisis Kualitas Udara Ambien Akibat Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor Di Kawasan Coyudan, Surakarta. Al-Ard: Jurnal Teknik
Lingkungan. (3) 2. (46-53).

Nurmayanti, Demes., Djoko Purwoko. 2017. Kimia Lingkungan. Jakarta:


Indo.Kemkes.BPPSDM.

Sandri Linna Sengkey., Freddy Jansen, Steenie Wallah. 2011. Tingkat Pencemaran Udara Co
Akibat Lalu Lintas Dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah
Media Engineering. (1) 2. (119-126).

Siamanjuntak, Agus Gindo. 2013.”Pencemaran Udara”. Buletin Limbah. 11(1): 1-8.

Sugiarti. 2009. “Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia Air
Pollutan Gasses and The Influence of Human Healt”. Jurnal Chemica. 10 (1) : 50-58.

Syarifah, Nahdiya., Abdu Fadli Assomadi. 2012. Pemodelan Dispersi Sulfur Dioksida (So2)
Dari Sumber Titik Majemuk Dengan Modifikasi Model Gauss Di Jalan Pagesangan
Raya Surabaya Selatan. Scientific Conference Of Environmental Technology IX –
2012. Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate Food
and Energy Crisis. (1-6).

23
Widodo, Slamet ., M.Miftakhul Amin., Adi Sutrisman .,dkk. 2017. “Rancang Bangun Alat
Monitoring Kadar Udara Bersih Dan Gas Berbahaya Co, Co2, Dan Ch4 Di Dalam
Ruangan Berbasis Mikrokontroler”. Jurnal Pseudocode. 4(2) : 105-119.

Yusrianti. “Studi Literatur Tentang Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor
Di Jalan Kota Surabaya”. Jurnal Teknik Lingkungan.1 (1) : 1-20.

24

Anda mungkin juga menyukai