Anda di halaman 1dari 59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH VARIASI BENTUK BAHAN PELICIN TALK


TERHADAP SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh :

Oleh:
RISKA WIDYAS PERTIWI
NIM M3509054

DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul
“PENGARUH VARIASI BENTUK BAHAN PELICIN TALK TERHADAP
SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL” adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di
suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.

Surakarta, Juli 2012

Riska Widyas Pertiwi


M3509054

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGARUH VARIASI BENTUK BAHAN PELICIN TALK


TERHADAP SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL

RISKA WIDYAS PERTIWI


Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret

INTISARI

Parasetamol merupakan bahan zat aktif yang berkhasiat sebagai analgetik


dan antipiretik. Pada penelitian ini parasetamol dibuat menjadi tablet secara
granulasi basah dengan menggunakan bahan pelicin talk yang berbeda bentuk
yaitu berupa granul dan serbuk, sebagai variabel kontrol digunakan bahan pelicin
Magnesium Stearat berupa serbuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh bahan pelicin berupa granul dan serbuk talk terhadap sifat fisik tablet
parasetamol.
Tablet parasetamol dibuat 3 formulasi dengan perbandingan bentuk
bahan pelicin yang berbeda. Formula 1 menggunakan pelicin Talk berbentuk
granul dan formula 2 menggunakan pelicin Talk berbentuk serbuk serta variabel
kontrol pada formula 3 digunakan pelicin Magnesium Stearat berupa serbuk.
Granul yang diperolah kemudian diuji fisiknya meliputi waktu alir, sudut diam
dan pengetapan. Tablet diuji sifat fisiknya meliputi keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif dan secara statistik dengan menggunakan analisa varian satu jalan
dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pelicin granul talk
berpengaruh terhadap sifat fisis granul dan tablet yaitu dapat memperbaiki sifat
alir dengan waktu alir 6,79 detik, sudut diam 30,75° dan indeks pengetapan
4,714% serta memiliki kerapuhan 0,541% dan memperlama waktu hancur 383,67
detik.

Kata kunci : parasetamol, bahan pelicin, tablet

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

THE EFFECT OF VARIATION OF TALK LUBRICANT


TOWARDS PHYSICAL CHARACTERISTICS OF PARASETAMOL

RISKA WIDYAS PERTIWI


Pharmaceutical Majors – D3, Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University

ABSTRACT

Parasetamol belongs to active agent which efficacious for analgesic and


antipyretic. In this research, parasetamol were made into tablet by wet granulation
using different talk of granule and powder as lubricant. As the control variable,
Magnesium Stearat powder were used. The aim of this research is to know the
effect of granul talk to physical characteristics of parasetamol tablet.
Parasetamol tablet were made in 3 formulation with comparation of
different lubricants. 1st formula were using talk lubricant of granules; 2nd formula
were using Talk lubricant of powder; while control variable in 3rd formula using
Magnesium Stearat powder as lubricant. The granules then were tested for its
physical character i.e flow rate, angle of repose, and tapping. Then several
physical character test were applied to the tablet, i.e weight uniformity, hardness,
friability, dan disintegration test. The obtained data were analyzed by descriptive
method and statistically by One Way Anova with significance level of 95%.
The result showed that the use of granule talk lubricant were influented
towards granule’s physical characteristic. It could improve the flow rate for 6.79
seconds and angle of repose of 30.75°, and tapping 4.714% and friability 0.541%,
and extended the disintegration time for 383.67 seconds.

Keywords : parasetamol, lubricants, tablet

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Di belakangku ada kekuatan yang tak terbatas, di depanku ada


kemungkinan yang tak berakhir, di sekitarku ada kesempatan tak terhitung, mengapa
aku harus takut (Stella Stuart)

Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :

Bapak dan Ibu tercinta, kakak dan kekasih

tersayang.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Tugas Akhir dengan judul “PENGARUH VARIASI BENTUK BAHAN
PELICIN TALK TERHADAP SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL”
dengan baik.
Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal

mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa

adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril

maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada

kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku pembimbing akademik dan ketua

program studi D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Anang Kuncoro R.S., S.Si., Apt pembimbing tugas akhir atas segala

ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan,

pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.

4. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak

memberikan ilmu dan pelajaran berharga.

5. Seseorang yang telah mendampingi dan memberikan dukungan, motivasi,


commit to user
kesabaran, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya selama masa-masa

kuliah.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

dalam Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan

Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan

pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis

berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya

Farmasi di masyarakat pada khususnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
INTISARI............................................................................................................ iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 4
2.1. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 4
a. Parasetamol................................................................................... 4
1) Sifat-Sifat Kimia ..................................................................... 4
2) Farmakokinetik ....................................................................... 5
b. Tablet ............................................................................................ 6
c. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul .................................................... 13
1) Waktu Alir ............................................................................... 13
2) Sudut Diam.............................................................................. 14
commit to user
3) Pengetapan .............................................................................. 14

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ..................................................... 15


1) Keseragaman Bobot ................................................................ 15
2) Kekerasan ................................................................................ 16
3) Kerapuhan ............................................................................... 16
4) Waktu Hancur ......................................................................... 17
e. Monografi Bahan .......................................................................... 17
1) Parasetamol ............................................................................. 17
2) Talk ......................................................................................... 18
3) Laktosa .................................................................................... 19
4) Explotab .................................................................................. 19
5) Amylum................................................................................... 19
6) Mg Stearat ............................................................................... 20
2.2. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 20
2.3. Hipotesa ............................................................................................ 21
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 22
3.1. Kategori Penelitian dan Variabel ..................................................... 22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 22
3.3. Alat dan Bahan ................................................................................. 23
a. Alat yang digunakan ..................................................................... 23
b. Bahan yang digunakan ................................................................. 23
3.4. Prosedur Penelitian ........................................................................... 23
a. Formula Tablet ............................................................................. 23
b. Pembuatan Granul ........................................................................ 24
1) Pembuatan Granul Parasetamol .............................................. 24
2) Pembuatan Granul Talk........................................................... 24
3) Pembuatan Tablet Parasetamol ............................................... 25
3.5. Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ........................................................ 25
a. Waktu Alir .................................................................................... 25
b. Sudut Diam................................................................................... 25
c. Pengetapan .................................................................................... 25
3.6. Pemeriksaan Sifat Fisik commit
Tabletto.........................................................
user 26

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Keseragaman Bobot Tablet .......................................................... 26


b. Kekerasan Tablet .......................................................................... 27
c. Kerapuhan Tablet ......................................................................... 27
d. Waktu Hancur Tablet ................................................................... 27
3.7. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis ............................. 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29
4.1. Pembuatan Granul ............................................................................ 29
a. Pembuatan Granul Parasetamol .................................................... 29
b. Pembuatan Granul Talk ................................................................ 29
c. Pembuatan Tablet Parasetamol..................................................... 30
4.2. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul .............................................. 30
a. Waktu Alir .................................................................................... 30
b. Sudut Diam................................................................................... 32
c. Pengetapan .................................................................................... 34
4.3. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ............................................... 37
a. Keseragaman Bobot...................................................................... 37
b. Kekerasan ..................................................................................... 39
c. Kerapuhan..................................................................................... 40
d. Waktu Hancur .............................................................................. 42
BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 44
5.1. Kesimpulan....................................................................................... 44
5.2. Saran ................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 45
LAMPIRAN ........................................................................................................ 47

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Struktur Kimia Parasetamol ................................................ 4

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel I. Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet ................................................ 16


Tabel II. Tabel Formula ...................................................................................... 24
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir ............................................................ 31
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Sudut Diam .......................................................... 33
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Indeks Pengetapan ................................................. 35
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot ............................................. 37
Tabel VII. Hasil Perhitungan Rentang Keseragaman Bobot .............................. 38
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Kekerasan .......................................................... 40
Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan ............................................................ 41
Tabel X. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur ....................................................... 42

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Tablet ................................................................................ 48


Lampiran 2. Perhitungan Formulasi .................................................................... 49
Lampiran 3. Diagram Alir Cara Kerja ............................................................... 51
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ............................................. 52
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet .............................................. 64
Lampiran 6. Sertifikat Analis Parasetamol ......................................................... 72

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

cm = centimeter
FI = Farmakope Indonesia
F1 = Formula 1
F2 = Formula 2
F3 = Formula 3
g = gram
Mg Stearat = Magnesium Stearat
mg = miligram
ml = mililiter
kg = kilogram
Talk = Talkum

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak diminati oleh

perusahaan farmasi maupun oleh pemakai sediaan farmasi karena merupakan

bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua

bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang

paling rendah. Selain itu tablet juga memiliki beberapa keuntungan seperti

ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah

dikemas, tahan penyimpanan, mudah dibawa dan memilik bentuk yang

memikat (Banker dan Anderson, 1986). Parasetamol merupakan zat aktif yang

berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik dan sering digunakan di kalangan

masyarakat umum (Ansel, 1995).

Di dalam sediaan tablet selain zat aktif biasanya juga diperlukan zat

tambahan, sebagai contoh talk dan magnesium stearat sebagai bahan pelicin.

Berdasarkan fungsi masing-masing bahan pelicin tersebut talk berfungsi

sebagai glidant dan magnesium stearat berfungsi sebagai lubricant. Talk dan

magnesium stearat mempunyai sifat hidrofobik yang akan membuat lapisan

film pada partikel bahan padat sehingga dapat mengurangi gesekan antar

partikel dan memudahkan partikel tersebut mengalir (Parrot, 1971).

Bahan pelicin merupakan salah satu zat tambahan yang menentukan sifat

fisik tablet. Bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan granul mengalir


commit
melalui corong pengisi menuju to user
ruang cetakan tablet dan memudahkan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

pengeluaran tablet keluar dari ruang cetakan melalui pengurangan gesekan

antara dinding dalam lubang ruang cetakan dengan permukaan sisi tablet

(Voigt, 1994). Bahan pelicin talk memiliki 3 keunggulan, antara lain dapat

berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil

cetakan.

Bahan pelicin erat kaitannya dengan sifat alir atau fluiditas (flow

properties). Sifat alir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran

partikel, bentuk partikel, dan kerapatan jenis (Lachman dkk, 1986). Untuk

meningkatkan sifat alir atau fluiditas granul dan gaya kohesi, dibuat bahan

pelicin talk berupa granul untuk menimbulkan gaya kohesi antar partikel

sehingga bila dua zat dicampurkan tidak akan saling melekat. Dengan

demikian bila granul pelicin dicampur dengan granul zat aktif akan terbentuk

rongga atau ruang kosong diantara kedua granul tersebut sehingga gesekan

antar lebih kecil dan granul dapat mengalir menuju ruang cetakan tablet,

cetakan akan terisi seluruhnya dan tablet yang dihasilkan dapat kompak atau

padat tidak mudah rapuh.

Dari uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

pengaruh bentuk bahan pelicin granul talk terhadap sifat fisik tablet

parasetamol meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu

hancur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

1.2. Perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu:

a. Bagaimanakah pengaruh bentuk bahan pelicin talk yang berbeda yaitu

berupa granul dan serbuk pada pembuatan tablet parasetamol?

b. Manakah bentuk bahan pelicin talk yang lebih baik digunakan sebagai

pelicin terhadap sifat fisik tablet parasetamol?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk bahan pelicin

talk yang berbeda yaitu berupa granul dan serbuk pada pembuatan tablet

parasetamol terhadap sifat fisik tablet parasetamol.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh bentuk

bahan pelicin talk yang berbeda yaitu berupa granul dan serbuk pada

pembuatan tablet parasetamol terhadap sifat fisik tablet parasetamol.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


a. Parasetamol
1) Sifat-sifat kimia

Rumus bangun: OH

Gambar 1. Struktur Molekul Parasetamol (Anonim, 1979)

Rumus molekul :

Berat Molekul : 151,16

Nama Kimia : Acetaminophenum.

Nama Lain : Asetaminofen.

Nama Generik : Parasetamol.

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P dalam 40 bagian gliserol P dan 9

bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali (Anonim, 1979).

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

2) Farmakokinetik

Menurut (Anief, 1995) Paracetamol mempunyai 2 khasiat atau

kegunaan yaitu:

1) Sebagai analgetik: obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa

nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

2) Sebagai antipiretik : obat yang menurunkan suhu tubuh yang

tinggi.

Jadi, analgetik dan antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri

dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Rasa nyeri hanya

merupakan suatu gejala yang memberikan adanya gangguan di tubuh

seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan

rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat

menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut

mediator nyeri (perantara).

Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf

bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang di

alirkan melalui syaraf pusat melalui sumsum tulang belakang ke thalamus

(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang

terasa sebagai nyeri.

Untuk dosis parasetamol yaitu:

Dosis lazim 5-10 tahun : 100-200 mg (1xp), 400-800 mg/hari

>10 tahun : 250 mg (1xp), 1 g/hari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Dewasa : 500 mg (1xp), 500 mg- 2 g/hari

b. Tablet

Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaanya rata atau cembung,

mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,

1979). Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang

biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.

Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan

ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara

pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik

adalah sebagai berikut:

1) Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik

selama fabrikasi atau pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada

konsumen.

2) Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.

3) Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya

4) Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun

rasanya.

Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan

dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

1) Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong

alir ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot

tablet tidak akan memiliki variasi yang besar.

2) Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga

dihasilkan tablet yang keras.

3) Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan

mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga

permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk, 1980).

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,

yaitu:

1) Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih.

2) Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis.

3) Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil

sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan

penyimpanan.

4) Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil

(Wade, 1994).

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa

kerugian, antara lain:

1) Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan

tidak sadar/pingsan).

2) Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

a) Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya

cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran

cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi

(harus diformulasi sedemikian rupa).

b) Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,

atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban

udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini

sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet (Wade, 1994).

Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan

karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan

terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain

sebagainya. Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu

granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung.

1) Granulasi basah

Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan

eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan

pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat

digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap

lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung

karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode

granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat

tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa

basah tersebut digranulasi (Ansel, 1989).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan

suatu perekat dengan suatu pengganti pengompakan, tehnik ini

membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat

yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan

tersebut dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan

dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang

cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan

kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahakan

meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting

pada awal pembentukkan granul, bila cairan sudah ditambahakan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua

bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau

lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat

penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul

sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih

cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali (Ansel, 1989).

Keuntungan metode granulasi basah:

a) Terbentuknya granul, memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas

sehingga proses kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul

membentuk permukaan baru yang lebih aktif.

b) Obat-obat dosis tinggi yang mepunyai sifat alir dan kompresibilitas

jelek maka dengan proses granulasi basah hanya perlu sedikit bahan

pengikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

c) Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi

lebih baik dan menjamin keseragaman isi zat aktif.

d) Granulasi basah mencegah segregasi komponen-komponen campuran

yang sudah homogen.

e) Memperbaiki dissolusi obat yang bersifat hidrofob (Wade, 1994).

Kerugian metode granulasi basah antara lain:

a) Proses lebih panjang dibanding 2 metode lainnya sehingga secara

ekonomis lebih mahal.

b) Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis lebih

banyak pula personel yang diperlukan.

c) Tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang sensitif terhadap

kelembaban dan pemanasan.

d) Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak

homogenan sehingga tablet berbintik-bintik.

e) Incompatibilitas antar komponen di dalam formulasi akan diperbesar,

terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin, dll) (Wade, 1994).

2) Granulasi kering

Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat

aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa

padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang

berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini

adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan

pelarut, ikatannya dapat melalui gaya. Teknik ini cukup baik digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk

dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan

kelembaban (Ansel, 1989).

3) Metode Kempa Langsung

Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa

langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan

awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,

praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada

kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan

terhadap panas dan lembab. Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk

metode kempa langsung adalah alirannya baik, kompresibilitasnya baik,

bentuknya Kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas

dalam massa tablet (Ansel, 1989).

Bahan tambahan dalam pembuatan tablet adalah semua bahan dalam tablet

selain zat aktif. Bahan tambahan harus stabil dan tidak mempengaruhi zat aktif dan

obat. Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak

berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).

Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa :

1) Pelicin (lubricant)

Pelicin bertujuan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan

dinding die pada saat tablet ditekan ke luar dan memacu aliran serbuk atau

granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel–partikel. Bahan


commit to user
pelicin yang digunakan harus larut dalam air supaya tidak meninggalkan
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

residu. Bahan pelicin yang umumnya digunakan adalah zat-zat yang bersifat

hidrofob. Contoh pelicin antara lain: asam stearat, magnesium stearat, talk,

tepung jagung dan lain-lain (Lachman dkk, 1986). Bahan pelicin

memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetakan melalui pengurangan

gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi

tablet. Hasil terbaik pada saat ini dapat diperoleh melalui bahan pelicin talk

atau talk disilikonisasi (talk yang dijenuhkan dengan emulsi silikon).

Selanjutnya dinilai juga sangat menguntungkan adanya penambahan zat

yang berlaku sebagai bahan pemisah hasil cetakan (Voigt, 1994).

2) Pengisi (diluent)

Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk.

Pada obat yang berdosis cukup tinggi, bahan pengisi tidak diperlukan.

Pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga

dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Lachman dkk, 1986).

Bahan pengisi yang baik memiliki beberapa kriteria: tidak bereaksi dengan

zat aktif dan eksipien yang lain, tidak mempunyai aktivitas fisiologis dan

farmakologis, mempunyai sifat fisika dan kimia yang konsisten, tidak

menyebabkan dan berkontribusi pada segregasi campuran bila ditambahkan,

tidak menyebabkan berkembangbiaknya mikroba, tidak mempengaruhi

disolusi dan bioavailabilitas, tidak berwarna dan tidak berbau (Sulaiman,

2007).

3) Pengikat (binder)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi

basah untuk membentuk granul atau meningkatkan kekompakan kohesi bagi

tablet yang dicetak langsung. Contoh bahan pengikat antara lain: akasia

(gom), tragakan, gelatin, amilum, alginat, derivat selulosa dan lain–lain

(Lachman dkk, 1986).

c. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul


Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu,

bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet

(Voigt, 1994). Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur,

memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakkan

mekanis yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik didalam air

(Voight, 1994). Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas

fisik serbuk antara lain:

1) Waktu alir

Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir sejumlah granul

atau serbuk pada alat yang dipakai. Faktor-faktor yang mempengaruhi

waktu alir adalah bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Bentuk granul

yang tidak seragam dan ukuran partikel yang semakin kecil menyebabkan

granul mudah menggumpal sehingga sifat alirnya jelek (Lachman dkk,

1986). Kecepatan alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram

perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971).Uji waktu alir dilakukan

dengan menimbang 100 gram granul dimasukkan corong yang ujung

tangkainya ditutup. Tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai


commit to user
habis waktu alirnya diukur dengan stop watch.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

2) Sudut diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel

berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam

dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul atau serbuk. Sudut

diam bila lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya dapat mengalir bebas

sedangkan bila granul atau serbuk yang mempunyai sudut diam lebih besar

atau sama dengan 40° biasanya mempunyai sifat alir yang kurang baik

(Lachman dkk, 1986). Uji sudut diam dilakukan dengan menimbang 100

gram granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung tangkainya ditutup.

Tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis diukur tinggi dan

diameternya.

Sudut diam diukur dengan rumus :

Tg α =

Keterangan : Tg α : sudut diam

h : tinggi

r : jari-jari

3) Pengetapan

Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap

sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping

device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume

sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt) (Sulaiman,

2007). Granul mempunyai sifat alir bagus bila indeks tapnya tidak lebih dari
commit todihitung
20% (Fudholi, 1983).Uji pengetapan user dengan rumus:
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Keterangan: C = Persen kompresibilitas

Vo = Volume granul sebelum ditap

Vt = Volume granul sesudah ditap

d. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet


Pemeriksaan kwalitas fisik tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan,

kerapuhan, dan waktu hancur tablet.

1) Keseragaman bobot

Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya

penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua

tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi IV

(Anonim, 1995). Caranya: menimbang 20 tablet timbang satu per satu, dan

dihitung bobot rata-rata tiap tablet, kemudian dihitung CV bobot tablet

(Anonim, 1979).

Dihitung harga koefisien variasinya :

CV= x100%

Keterangan: CV : koefisien variasi

SD : simpangan baku

X : purata bobot (Banker dan Anderson, 1994).

Tabel I. Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet menurut FI 1979


Penyimpangan bobot Penyimpangan bobot
Bobot Rata-Rata rata-rata rata-rata
Kolom A Kolom B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai 150 mg 10% 20%
151 mg smpai 300 mg commit to user
7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

2) Kekerasan

Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu distribusi, tapi juga

tablet ini akan cukup lunak untuk melarut dan menghancur dengan

sempurna begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan di antara jari-jari

bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya (Ansel, 1981).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekerasan tablet adalah kadar air

dalam granul, jenis dan konsentrasi bahan pengikat serta tekanan (Lachman

dkk, 1986). Alat yang digunakan hardness tester. Caranya : sebutir tablet

diletakkan vertikal antara ujung dari penekanan, alat ditekan sehingga tablet

tertekan dan pecah, dilihat skalanya. Tablet yang baik memiliki kekerasan

diatas 4 kg (Voigt,1994).

3) Kerapuhan

Kerapuhan tablet adalah ketahanan suatu tablet terhadap goncangan

selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Kerapuhan dinyatakan

dalam persen dan syarat kerapuhan tablet biasanya tidak lebih dari 0,5%-1

% (Lachman dkk, 1986). Alat yang digunakan adalah friabilator Roche.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan 20 tablet yang dihilangkan debunya,

ditimbang (a gram) kemudian dimasukan ke dalam friabilator Roche

dengan kecepatan 25 putaran/menit selama 100 putaran. Kemudian tablet-

tablet tersebut dikeluarkan, dibersihkan dan ditimbang kembali (b gram)

(Banker dan Anderson, 1986). Angka kerapuhan dapat dihitung dengan

rumus :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

f= x 100%

Keterangan: a = bobot awal

b = bobot akhir

f = friability (kerapuhan dalam %)

4) Waktu hancur

Enam tablet dimasukkan ke dalam keranjang dan diturun-naikkan secara

teratur dengan frekuensi 28-32 kali per menit pada suhu 37±20C. Untuk tablet

tidak bersalut dikatakan baik apabila waktu hancurnya kurang dari 15 menit

(Anonim, 1979). Waktu hancur suatu tablet dipengaruhi oleh sifat konsentrasi

bahan tambahan. Bahan tambahan tersebut bukan merupakan bahan

penghancur melainkan hanya meningkatkan kerja bahan penghancur menjadi

optimal (Voigt, 1994).

e. Monografi Bahan
1) Parasetamol

Parasetamol merupakan hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,

rasa pahit dan larut dalam 70 bagian air (FI Eds. III). Parasetamol berkhasiat

sebagai analgetik dan antipiretik (Anief, 1995).

2) Talk

Talk adalah Mg silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit

alumunium silikat. Talk berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih

kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran

(Anonim, 1995). Talk sering dikombinasikan dengan Mg stearat dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

perbandingan 9:1. Sebagai bahan yang sangat menonjol adalah talk. Talk

memiliki tiga keunggulan, antara lain dapat berfungsi sebagai:

a) Bahan pengatur aliran

Bahan pengatur aliran memperbaiki daya luncur massa atau granulat

yang ditabletasi dan menjamin bahwa yang ditabletasi mudah mengalir

dari sepatu pengisi ke dalam ruang cetak. Dengan mengurangi gesekan

antar partikel dijamin terjadinya pengisian serba-sama dari lubang ruang

cetak sehingga konstannya masa tablet yang disyaratakan dapat dicapai.

Dengan demikian bahan pengatur aliran dapat membantu memperbaiki

ketepatan takaran.

b) Bahan pelicin

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak

melalui pengurangan gesekan antara dinding dan lubang ruang cetak

dengan permukaan sisi tablet. Dengan demikian pula dapat mengurangi

dan mencegah gesekan stempel bawah pada lubang ruang cetak, sehingga

stempel bawah tidak macet.

c) Bahan pemisah hasil cetakan

Bahan pemisah ini berfungsi untuk menghindarkan lengketnya masa

tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak (Voigt, 1994).

3) Laktosa

Laktosa merupakan serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak

manis. Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

mendidih, sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam

kloroform P dan dalam eter (Anonim, 1979).

4) Explotab

Serbuk putih sampai putih pudar, tidak berbau, tidak berasa, serbuk

yang ringan, sangat higrokskopik. Tidak larut dalam air, praktis tidak larut

dalam diklorometana, disimpan di tempat terlindung dari cahaya. Khasiat

explotab yaitu sebagai bahan penghancur (Wade, 1994).

5) Amylum

Amylum merupakan serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan

kecil, putih, tidak berbau, tidak berasa yang berasal dari pati singkong.

Dahulu teori pati menunjukkan suatu daya tarik besar terhadap air melalui

kerja kapiler yang menyebabkan pemuaian dan sintegran tablet kempa

berikutnya. Dahulu teori pengembangan yang diterima sebagai mekanisme

kerja pati sebagai diintegran telah diabaikan. Pada umunya konsentrasi pati

yang tinggi menghasilkan waktu disintegrasi yang lebih cepat. Akan tetapi,

konsentrasi pati yang tinggi sering menyebabkan hilangnya ikatan kohesi

dan kekerasan dalam tablet (Siregar ,2010).

6) Mg Stearat

Merupakan senyawa Mg dengan campuran asam-asam organik padat

yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari Mg stearat dan Mg

palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak

kurang dari 6,8 % dan tidak lebih dari 8,3 % MgO. Mg stearat berupa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

serbuk halus, putih; bau lemah khas; mudah melekat di kulit; bebas dari

butiran (Anonim, 1995). Mg stearat digunakan sebagai bahan pelicin.

2.2. Kerangka Pemikiran


Bahan pelicin merupakan salah satu zat tambahan dalam formulasi tablet

yang berperan sebagai pengatur aliran. Dalam hal ini bahan pelicin mempermudah

granul mengalir atau masuk ke dalam ruang cetakan sehingga ruang cetakan dapat

terisi seluruhnya dan tablet yang dihasilkan akan kompak atau padat sehingga

keretakan pada tablet dapat dihindari.

Dalam penelitian ini digunakan bentuk bahan pelicin talk yang berbeda

yaitu berupa granul dan serbuk. Untuk pembuatan granul talk dilakukan dengan

cara granulasi kering dimana serbuk talk dikempa dengan menggunakan tekanan

yang tinggi kemudian di ayak dengan menggunakan ayakan nomor 30 mesh, hasil

ayakan dikempa lagi dan diayak lagi dengan ayakan 60 mesh dihasilkan pelicin

talk berbentuk granul. Pembuatan bahan pelicin berbentuk granul ini dimaksudkan

untuk meningkatkan sifat alir atau fluiditas granul dan gaya kohesif. Dengan

dibuatnya bahan pelicin talk berupa granul akan menimbulkan gaya kohesi antar

partikel sehingga bila dua zat dicampurkan tidak akan saling melekat. Dengan

demikian bila granul pelicin dicampur dengan granul zat aktif akan terbentuk

rongga atau ruang kosong diantara kedua granul tersebut sehingga gesekan antar

lebih kecil dan granul dapat mengalir menuju ruang cetakan tablet, cetakan akan

terisi seluruhnya dan tablet yang dihasilkan dapat kompak atau padat tidak mudah

rapuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Pada penelitian ini dilakukan formulasi tablet parasetamol yang dibuat

secara granulasi basah dengan menggunakan bahan pelicin talk yang berbeda

bentuk yaitu berupa granul dan serbuk sehingga diperoleh sediaan tablet yang

baik, memenuhi syarat sifat fisisnya serta dapat diketahui pengaruh bentuk bahan

pelicin Talk yang berbeda berupa granul dan serbuk terhadap sifat fisik tablet.

Tablet diuji dengan berbagai pengujian diantaranya adalah uji keragaman bobot,

uji kekerasan, uji kerapuhan, dan uji waktu hancur.

2.3. Hipotesis
Penggunaan variasi bentuk bahan pelicin talk berupa granul dan serbuk

diduga berpengaruh pada sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot, kekerasan,

kerapuhan, dan waktu hancur tablet parasetamol.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kategori Penelitian dan Variabel


Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah

kategori penelitian eksperimental.

a. Variabel bebas : Variasi bahan pelicin granul dan serbuk talk.

b. Variabel tergantung : Sifat fisik granul yaitu sifat alir, sudut diam dan

pengetapan

Sifat fisik tablet yaitu keseragaman bobot,

kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.

c. Variabel terkendali : Suhu pengeringan granul, waktu pencampuran,

nomor ayakan granul, dan tekanan kompresi.

d. Variabel control : Magnesium stearat.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di 2 tempat yaitu di Laboratorium

Teknologi Farmasi Unversitas Sebelas Maret dan Laboratorium Teknologi

Farmasi Universitas Setia Budi. Waktu pelaksanaan penelitian dari Maret 2012

– Juni 2012.

commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

3.3. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah

timbangan analitik (Presica BJ-410C), oven (Automatic Thermo-Controller),

mesin pencetak tablet single punch (Korsch, Jerman), ayakan 16 mesh,

ayakan 30 mesh, ayakan 60 mesh, jangka sorong, klem, statif, hardness tester

(Guoming YD-1), disintegration tester (Guoming BJ-2), friabilator (Guoming

CS-2), thermometer, dan alat-alat gelas pyrex seperti gelas beker, gelas ukur,

corong kaca dan batang pengaduk.

b. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Parasetamol dari

Brathacem, Explotab, Laktosa, Amilum, Talk, Mg stearat yang dibeli dari

Laboratorium Farmasetika D3 Farmasi FMPA UNS, dan aquadest yang dibeli

dari Laboratorium Kimia FMIPA UNS.

3.4. Prosedur Penelitian


a. Formula Tablet

Formula yang digunakan untuk membentuk massa granul yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel II, berikut ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Tabel II. Tabel Formula


Komponen FI (mg) F II (mg) F III (mg) Keterangan
Parasetamol 500 500 500 Zat aktif
Laktosa 52,72 52,72 52,72 Pengisi
Explotab 5% 30 30 30 Penghancur
Mucilago Amilum 10% 11,28 11,28 11,28 Pengikat
Talk 1% 6 6 - Pelicin
Mg stearat 1% - - 6 Pelicin
Total Berat 600 600 600
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg stearat sebagai kontrol

b. Pembuatan Granul

1) Pembuatan Granul Parasetamol

Granul parasetamol dibuat dengan metode granulasi basah dengan cara

sebagai berikut, Amylum 10 gram disuspensikan dengan aquadest ad 100 ml

dipanaskan di atas WB ad terbentuk Mucilago amilum 10%. Parasetamol,

Laktosa dan Explotab dicampur menjadi satu kemudian di mixing dengan

menggunakan alat mixer cube yang dimodifikasi selama 10 menit. Kemudian

ditambah Mucilago amilum 10% diaduk hingga terbentuk massa yang siap

digranulasi. Massa granul diayak dengan ayakan 16 mesh, hasilnya dikeringkan

dalam oven pada suhu 50ºC selama 2 jam. Granul kering diayak kembali

dengan ayakan 18 mesh dan dihasilkan granul parasetamol.

2) Pembuatan Granul Talk

Pembuatan granul talk dilakukan dengan metode granulasi kering sebagai

berikut, talk dikempa menggunakan tekanan yang tinggi sampai terbentuk slug

talk kemudian di ayak dengan ayakan 30 mesh selanjutnya di kempa lagi lalu

diayak dengan ayakan 60 mesh dan dihasilkan granul talk.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

3) Pembuatan Tablet Parasetamol

Granul yang telah memenuhi persyaratan dalam uji sifat fisisnya dicetak

menjadi tablet. Sebelumnya granul ditambahkan dengan bahan pelicin pada

masing-masing formula. Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan

mesin tablet single punch dengan bobot tiap tablet 600 mg. Tekanan kompresi

pada pembuatan tablet dikendalikan sehingga bobot tablet tiap formula sama.

3.5. Pemeriksaan Sifat Fisis Granul


a. Waktu alir

Uji waktu alir dilakukan dengan menimbang 100 gram granul

dimasukkan corong yang ujung tangkainya ditutup. Tutup dibuka dan granul

dibiarkan mengalir sampai habis waktu alirnya diukur dengan stop watch.

b. Sudut diam

Uji sudut diam dilakukan dengan menimbang 100 gram granul

dimasukkan ke dalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Tutup dibuka

dan granul dibiarkan mengalir sampai habis diukur tinggi dan diameternya.

c. Pengetapan

Memasukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml secara perlahan-lahan,

kemudian catat sebagai Vo. Pasang gelas ukur pada alat uji, kemudian

hidupkan mesin. Hitung perubahan volume setelah pengetapan (Vt).

Pengetapan diteruskan sampai permukaan granul konstan. Pengurangan

volume campuran akibat pengetapan dinyatakan dengan harga tap (%). Granul

mempunyai sifat alir bagus bila indeks tapnya tidak lebih dari 20% (Fudholi,

1983). commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

C=

Keterangan: C = Persen kompresibilitas

Vo = Volume granul sebelum ditap

Vt = Volume granul sesudah ditap

3.6. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

a. Keseragaman Bobot Tablet

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang

satu persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari

5% dari bobot rata-rata dan tidak satu pun tablet yang menyimpang lebih dari

10% dari rata-ratanya untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg (Anonim

1979). Dan keseragaman bobot dapat dihitung harga koefisien variasinya.

CV =

Keterangan: CV = koefisien variasi

SD = simpangan baku

X = rata-rata bobot tablet

b. Kekerasan Tablet

Pemerikasaan kekerasan tablet menggunakan alat hardness tester.

Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, alat dikalibrasi

hingga posisi 0,00. Alat diputar hingga tablet retak atau patah. Skala yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

tertera pada alat dibaca. Percobaan dilakukan 10 kali dan dihitung harga

putaranya.

c. Kerapuhan Tablet

Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang menempel, lalu

ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4 menit

dengan kecepatan 25 putaran permenit, lalu tablet diambil, dibebas debukan,

dan ditimbang kembali. Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus:

Kerapuhan = x100%

Keterangan :

a = bobot tablet sebelum diuji

b = bobot tablet setelah uji

d. Waktu Hancur Tablet

Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam alat disintegration tester, diturun

naikkan keranjang secara teratur sampai tablet habis dan dicatat waktu dari

masing–masing tablet tersebut.

3.7. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis


a. Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari:

1) Uji sifat fisik granul parasetamol meliputi: waktu alir, sudut diam dan

pengetapan.

2) Uji sifat fisik tablet parasetamol meliputi: keseragaman bobot, kekerasan,

kerapuhan dan waktu hancur tablet.

b. Teknik analisis penelitian meliputi:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

1) Pendekatan Teoritis

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan

persyaratan tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan

lain.

2) Pendekatan Statistik

Analisis statistik dari mutu fisik granul dilakukan dengan Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov. Jika data terdistribusi normal kemudian dilanjutkan

dengan uji T-Test dan One-Way Anova untuk mengetahui apakah antar

formula terdapat perbedaan yang signifikan. Jika ada perbedaan yang

signifikan untuk uji One-Way Anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test

(LSD) yang menunjukkan perbedaan antar formula. Dan untuk Analisis dari

mutu fisik tablet dilakukan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov, jika data

terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji One-Way Anova, jika signifikan

maka dilanjutkan dengan Post Hoc Test (LSD).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembuatan Granul

Pada penelitian ini pembuatan tablet didahului dengan pembuatan granul,

ada dua proses pembuatan granul dalam penelitian ini yaitu granul parasetamol

dengan metode granulasi basah dan granul talk dengan metode granulasi

kering.

a. Pembuatan granul parasetamol

Pembuatan granul parasetamol dilakukan dengan menggunakkan metode

granulasi basah, proses granulasi basah yaitu dengan cara seluruh zat

berkhasiat dicampur, lalu dibasahi dengan bahan pengikat, setelah itu

dikeringkan dalam oven dan diayak, setelah kering ditambah dengan pelicin

dan ditablet (Anief, 2006). Bahan pengikat yang digunakan yaitu musilago

amilum 10%. Setelah ditambah bahan pengikat bahan yang membentuk massa

granul diayak dengan ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu

50°C selama 2 jam. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang

terdapat pada granul. Granul yang sudah kering kemudian diayak dengan

ayakan ukuran 18 mesh untuk menyeragamkan ukuran dari granul tersebut.

b. Pembuatan granul talk

Pembuatan granul talk dilakukan dengan granulasi kering, prinsip dari

metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
commit to user
pengikat dan pelarut, ikatannya dapat melalui gaya (Ansel, 1989). Serbuk talk

29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

dikempa hingga terbentuk slug kemudian diayak dengan ayakan 30 mesh.

Hasil ayakan dikempa lagi selanjutnya di ayak dengan ayakan 60 mesh

dihasilkan granul talk dengan kekerasan rata-rata 4,5 kg.

c. Pembuatan tablet parasetamol

Proses pembuatan atau pencetakan tablet dilakukan dengan mengontrol

tekanan kompresi. Tekanan kompresi pada pembuatan tablet dikendalikan

sehingga bobot tablet tiap formula sama. Masing-masing formula dicetak

dengan menggunakan mesin tablet single punch dengan bobot tiap tablet 600

mg.

4.2. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul

Pemeriksaan sifat fisis granul dilakukan untuk mengetahui granul yang

akan diproses menjadi tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan dapat

memperoleh tablet dengan mutu yang baik. Pemeriksaan sifat fisis granul

dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui adanya bahan pelicin mampu memperbaiki sifat alir granul.

Pemeriksaan sifat fisis granul ini terdiri dari waktu alir, sudut diam, dan

pengetapan.

a. Waktu Alir

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk

mengalir dalam suatu alat. Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik

untuk 100 gram granul.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tabel III. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir


Uji sifat fisik Sebelum ditambah Sesudah ditambah pelicin
granul pelicin F1 F2 F3
Waktu X 7,36 6,97 6,70 6,92
Alir
SD 0,61 0,54 0,92 0,70
(detik)

Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol
 Masing-masing formula dilakukan percobaan 10x replikasi

Dari data di atas diperoleh waktu alir pada granul sebelum ditambah

pelicin, F1, F2 dan F3 yaitu 7,36 detik dan 6,97 detik, 6,70 detik dan 6,92

detik. Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui data waktu alir

granul sebelum ditambah pelicin, F1, F2 dan F3 merupakan data terdistribusi

normal, sehingga dilanjutkan uji statistik Independent sample t-test

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara granul sebelum

ditambah pelicin dengan ketiga formula, karena nilai signifikansinya kurang

dari 0,05 yaitu 0,000 (lampiran 4). Hal ini menunjukan bahwa penambahan

bahan pelicin dapat mempercepat waktu alir dari granul dengan mekanisme

mengurangi gesekan antar partikel granul sehingga granul akan lebih mudah

dalam mengalir.

Untuk mengetahui perbedaan penggunaan bahan pelicin pada F1, F2 dan

F3 dilanjutkan uji statistik anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semua formula,

karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 (lampiran 4).

Selanjutnya uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang menunjukkan bahwa

antar formula yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan yang signifikan.
commit to user
Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan bahwa F1 dengan F2 berbeda signifikan,
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

F1 dengan F3 berbeda signifikan dan F2 dengan F3 juga terdapat perbedaan

yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya variasi penggunaan bahan

bahan pelicin yang berbeda berpengaruh terhadap waktu alir untuk masing-

masing antar formula. Pada F2 yang menggunakan pelicin serbuk talk

menunjukkan respon waktu alir paling cepat diantara formula lainnya yaitu

6,70 detik. Hal ini disebabkan pelicin talk berupa serbuk akan melapisi seluruh

dinding granul sehingga dapat mengurangi gesekan antara granul satu dengan

granul lainnya dan memudahkan granul tersebut mudah mengalir. Sedangkan

pada F1 yang menggunakan pelicin granul talk menunjukkan waktu alir yang

lebih besar yaitu 6,79 detik dibanding dengan F2, hal ini disebabkan pelicin

talk berupa granul tidak dapat melapisi seluruh dinding granul karena pelicin

granul talk berbentuk bulat atau butiran kasar sehingga gaya gesekan antar

granul makin besar dan granul sulit untuk mengalir. Granul pada F3 yang

menggunakan pelicin serbuk Mg stearat memiliki waktu alir yang paling lama

yaitu 6,92 detik. Namun secara keseluruhan hasil yang telah diperoleh

menunjukkan granul telah sesuai dengan standart yaitu kurang dari 10 detik

untuk 100 gram granul.

b. Sudut Diam

Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul

setelah granul diberi perlakuan. Sudut diam merupakan salah satu uji granul

yang menunjukkan bagaimana sifat alir dari suatu granul dikatakan baik,

granul yang baik bila sudut diam yang dibentuk antara tinggi puncak granul

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

dengan dasar granul yang horisontal membentuk sudut antara 25⁰- 45⁰ (Siregar

dan Wikarsa, 2010).

Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Sudut Diam


Uji sifat fisik Sebelum ditambah Sesudah ditambah pelicin
granul pelicin F1 F2 F3
Sudut X 31,02 30,75 30,48 29,54
Diam
SD 0,373 0,611 1,006 0,730
(°)
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol
 Masing-masing formula dilakukan percobaan 10x replikasi

Dari data di atas diperoleh sudut diam pada granul sebelum ditambah

pelicin, F1, F2 dan F3 yaitu 31,02°; 30,75°; 30,48° dan 29,54°. Berdasarkan uji

Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui data sudut diam granul sebelum

ditambah pelicin, F1, F2 dan F3 merupakan data terdistribusi normal, sehingga

dilanjutkan uji statistik Independent sample t-test. Untuk F1 dan F2 tidak

terdapat perbedaan yang signifikan dengan granul sebelum ditambah pelicin,

hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi F1 dan F2 lebih dari 0,05 yaitu 0,249

dan 0,128 (lampiran 4), sehingga dapat disimpulkan sudut diam yang diperoleh

sama. Sudut diam dipengaruhi oleh waktu alir, dimana semakin cepat waktu

alir menunjukkan sudut diam yang semakin kecil, sehingga dapat disimpulkan

pada F1 dan F2 dengan bahan pelicin granul talk dan serbuk talk tidak

berpengaruh terhadap sudut diam. Untuk F3 terdapat perbedaan yang

signifikan dengan granul sebelum ditambah dengan pelicin hal ini dapat dilihat

pada nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000 (lampiran 4). Secara

keseluruhan hasil sudut diam yang diperoleh antar ketiga formula telah

commit to user
memenuhi standart yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan sudut diam F1, F2 dan F3

dilanjutkan ke uji statistik anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%

dihasilkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,006 yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara ketiga formula. Dilanjutkan dengan uji Post

Hoc Test yang menunjukkan bahwa perbandingan satu formula dengan

formula yang lain terdapat perbedaan yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test

menunjukkan bahwa F1 dengan F2 dihasilkan nilai signifikansi 0,455 lebih

besar dari 0,05 maka tidak signifikan yang artinya tidak ada perbedaan diantara

kedua formula maka dapat dikatakan kedua formula tersebut memiliki sudut

diam yang sama, F1 dengan F3 berbeda signifikan dan F2 dengan F3 juga

terdapat perbedaan yang signifikan. Sudut diam berbanding lurus dengan

waktu alir, semakin kecil atau cepat waktu alir maka sudut diam yang dibentuk

suatu granul akan semakin kecil, tetapi pada penelitian ini F1 dan F2 memiliki

sudut diam yang sama sementara waktu alir antara F1 dan F2 berbeda, lebih

cepat waktu alir F2. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran granul talk

mempengaruhi sudut diam suatu granul. Dengan adanya gaya kohesi antar

partikel maka gaya gesekan antar granul semakin kecil dan granul akan mudah

mengalir.

c. Pengetapan

Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat

hentakan dan sentakan. Semakin kecil indeks tap pengetapan suatu granul

maka semakin baik sifat fisik massa granul begitu juga dengan kompresibilitas

pada saat pencetakan menjadi tablet. Granul dengan indeks tap kurang dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Lachman,

dkk, 1994). Perbandingan indeks tap untuk ketiga formula dapat dilihat pada

Tabel V.

Tabel V. Hasil Pemeriksaan Indeks Pengetapan


Uji sifat fisik Sebelum ditambah Sesudah ditambah pelicin
granul pelicin F1 F2 F3
Pengetapan X 7,725 4,714 6,954 6,958
(%)
SD 0,8887 0,5480 0,5720 0,9855
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol
 Masing-masing formula dilakukan percobaan 3x replikasi
 Indeks pengetapan dilakukan sampai volume konstan

Dari data indeks pengetapan pada Tabel V, menunjukkan bahwa ketiga

formula tersebut memenuhi ketentuan yang ada yaitu untuk granul yang baik

adalah kurang dari 20%. Untuk uji analisis statistik pada pengetapan,

berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui data pengetapan granul

sebelum ditambah pelicin, F1, F2 dan F3 merupakan data terdistribusi normal,

sehingga dilanjutkan uji statistik Independent sample t-test. Untuk F1 terdapat

perbedaan yang signifikan dengan granul sebelum ditambah pelicin, hal ini

dapat dilihat dari nilai signifikansi F1 kurang dari 0,05 yaitu 0,008 (lampiran

4). Sedangkan untuk hasil uji analisis statisik pada F2 dan F3 didapatkan nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,275 dan 0,373 (lampiran 4) sehingga

dapat disimpulkan bahwa F2 dan F3 tidak berbeda signifikan dengan granul

sebelum ditambah pelicin yang berarti bahwa F2 dan F3 mempunyai indeks

pengetapan yang sama dengan granul sebelum ditambah pelicin. Pada F1 yang

menggunakan pelicin granul commit


talk mempunyai
to user indeks tap yang paling kecil
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

diantara formula lainnya. Hal tersebut karena granul talk memiliki ukuran

partikel yang lebih besar dibanding dengan serbuk talk pada F2, granul talk

akan mengisi celah-celah kosong atau rongga antar granul sehingga granul

lebih rapat atau kompak. F2 dan F3 memiliki indeks tap lebih besar dari F1, hal

tersebut dikarenakan pelicin yang berupa serbuk hanya melapisi dinding-

dinding granul dan tidak dapat mengisi celah-celah kosong atau rongga antar

granul sehingga kerapatan granul kecil atau kurang kompak.

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan sudut diam F1, F2 dan F3

dilanjutkan ke uji statistik anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%

dihasilkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,014 yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara ketiga formula. Dilanjutkan dengan uji Post

Hoc Test yang menunjukkan bahwa perbandingan satu formula dengan

formula yang lain terdapat perbedaan yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test

menunjukkan bahwa F1 dengan F2 dihasilkan nilai signifikansi 0,009 lebih

besar dari 0,05 maka tidak signifikan yang artinya tidak ada perbedaan diantara

kedua formula maka dapat dikatakan kedua formula tersebut memiliki sudut

diam yang sama, F1 dengan F3 berbeda signifikan dan F2 dengan F3 tidak ada

perbedaan yang signifikan yang ditunjuukan dari nilai signifikansi lebh besar

dari 0,05 yaitu 0,995 (lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran granul

talk mempengaruhi indeks pengetapan granul. Dengan adanya gaya kohesi

antar partikel maka gaya gesekan antar granul semakin kecil dan granul akan

mudah mengalir serta dapat mengis ruang cetakan tablet dengan maksimal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

tanpa terdapat ruang kosong diantara granul sehingga tablet yang dihasilkan

dapat kompak atau padat.

4.3. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet

Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kualitas tablet yang dapat memenuhi kriteria tablet yang baik sesuai dengan

persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi

pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur

tablet.

a. Keseragaman Bobot Tablet

Suatu tablet dikatakan baik bila di dalam suatu pembuatan tablet yang

bersamaan diperoleh bobot tablet yang sama dan seragam antara satu tablet

dengan tablet lainnya. Keseragaman bobot ini sangat dipengaruhi oleh sifat alir

granul. Sifat alir yang baik akan mempengaruhi granul dalam mengisi ruang

kompresi sehingga diperoleh tablet dengan bobot yang seragam. Semakin baik

sifat alir dari suatu granul maka akan semakin baik pula keseragaman

bobotnya.

Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot


Uji Sifat Fisis Tablet F1 F2 F3
Keseragaman X 600,15 598,35 593,70
Bobot SD 11,744 12,840 12,170
CV (%) 1,957 2,146 2,050
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, standar dari keseragaman bobot


commit to user
untuk tablet yang tidak bersalut dengan berat rata-rata tablet lebih dari 300 mg
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

mengikuti ketentuan kolom A 5% dan kolom B 10%. Dalam artian bila tablet

ditimbang satu persatu tidak boleh ada 2 tablet yang berat masing-masing

bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet menyimpang

lebih dari 10% dari bobot rata-rata tablet (Anonim, 1979). Hasil Perhitungan

keseragaman bobot sesuai dengan Farmakope Indonesia dapat dilihat pada

Tabel VII.

Tabel VII. Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot


Rentang
Formula
Kolom A (mg) Kolom B (mg)
F1 570,142 - 630 ,157 540,135 – 660,165
F2 568,432 – 628,267 538,515 – 658,158
F3 564,015 – 623,385 534,330 – 653,070
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan keseragaman bobot tablet pada semua

formula dibandingkan dengan penyimpangan bobot tablet maka tidak ada satu

tablet yang menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak ada satu tablet yang

menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua formula mempunyai keseragaman bobot yang

memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III.

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov data keseragaman bobot F1, F2 dan

F3 terdistribusi normal kemudian dilanjutkan ke uji statistik anova satu jalan

dengan taraf kepercayaan 95% dihasilkan nilai signifikansi lebih dari 0,05

yaitu 0,238 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga

formula, sehingga dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot antara ketiga

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

formula tersebut sama. Hal ini disebabkan secara keseluruhan ketiga formula

memiliki sifat alir yang baik dan memenuhi persyaratan.

Selain itu keseragaman bobot dapat dilihat juga dari nilai CV pada Tabel

IV. Parameter Coefficient of Variation (CV), digunakan untuk mengevaluasi

keseragaman bobot. Keseragaman bobot dikatakan baik apabila nilai dari CV

kurang dari sama dengan 5%. Berdasarkan hasil pemeriksaan keseragaman

bobot pada Tabel IV, menunjukkan bahwa untuk ketiga formula telah

memenuhi persyaratan kesergaman bobot yaitu kurang dari 5%, dan semakin

kecil nilai dari CV maka tablet dikatakan semakin seragam.

b. Kekerasan

Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang baik, kekerasan

yang baik adalah tablet yang tidak begitu keras dan tablet yang tidak begitu

rapuh. Apabila terlalu keras air tidak dapat berpenetrasi ke dalam tablet dan

tablet sulit untuk hancur di dalam tubuh, dan bila kekerasan kurang maka tablet

tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pengemasan

maupun ketika distribusi. Hasil pengujian kekerasan tablet dapat dilihat pada

Tabel VIII.

Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Kekerasan


Uji Sifat Fisis Tablet F1 F2 F3
X 5,14 5,01 4,96
Kekerasan
SD 0,585 0,727 0,990
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol

Hasil pemeriksaan rata-rata kekerasan tablet F1, F2 dan F3 yaitu 5,14 kg;

commit totablet
5,01 kg; dan 4,96 kg. Ketiga formulasi user tersebut dicetak pada kedalaman
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

punch yang sama yaitu 11 mm. Hasil data pemeriksaan kekerasan F1, F2 dan

F3 berdasarkan uji normalitas menggunakkan Kolmogorov-Smirnov

terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan ke uji statistik anova satu jalan

dengan taraf kepercayaan 95% dihasilkan nilai signifikansi lebih dari 0,05

yaitu 0,866 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga

formula sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga formula memiliki kekerasan

yang sama. Dengan keseragaman bobot tablet antara ketiga formula sama,

maka kekerasan tablet antara ketiga formula tersebut juga sama. Hasil

pengujian kekerasan menunjukkan bahwa ketiga formula telah memenuhi

persyaratan. Tekanan minimum tablet yang sesuai bidang farmasi sebesar 4 kg

(Ansel, 1989). Kekerasan tablet biasanya 4-8 kg (Parrot, 1971).

c. Kerapuhan

Kerapuhan tablet adalah ketahanan tablet dalam menahan tekanan

terutama goncangan atau pengikisan. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase

bobot yang hilang selama pengujian, pada ketentuan yang ada tablet yang baik

mempunyai nilai kerapuhan kurang dari 1% (Lachman dkk, 1994). Data hasil

kerapuhan dapat dilihat pada Tabel IX.

Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan


Uji Sifat Fisis Tablet F1 F2 F3
Kerapuhan X 0,541 0,747 0,830
(%) SD 0,0390 0,0491 0,0964
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol

Dari data di atas dapat dilihat hasil kerapuhan untuk 3 formula memenuhi

commit
persyaratan, yaitu di bawah 1%. to user tablet dipengaruhi oleh tekanan
Kerapuhan
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

kompresi saat pembuatan tablet yang terlalu kecil sehingga mempengaruhi

kekompakan tablet, yang menyebabkan kerapuhan dari tablet akan bertambah.

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov data pemeriksaan kerapuhan

terdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji anova satu jalan denga taraf

kepercayaan 95% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan.

Hasil uji anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

diantara ketiga formula, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi kurang dari

0,05 yaitu 0,005 (lampiran 5). Kemudian dilanjutkan uji Post Hoc Test untuk

mengetahui adanya pebedaan antara ketiga formula. Dari uji Post Hoc Test

menunjukkan bahwa F1 dan F2 berbeda signifikan, F1 dan F3 berbeda

signifikan dan F2 dan F3 tidak berbeda signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansinya lebih dari 0,05 yaitu 0,174 (lampiran 5) yang menunjukan F2

dan F3 mempunyai kerapuhan yang sama. Pada F1 memiliki kerapuhan yang

paling rendah dibanding dengan F2 dan F3. Hal ini disebabkan karena tablet

yang dihasilkan pada F1 lebih kompak dan rapat dibanding dengan tablet pada

F2 dan F3 karena bahan pelicin yang digunakan berupa granul talk sehingga

saat dikempa granul talk merapat atau kompak dengan granul bahan aktif.

Semakin kompak suatu tablet maka kerapuhan tablet semakin kecil.

d. Waktu Hancur
Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur

secara fisik sebelum diabsorbsi sepenuhnya di dalam tubuh. Waktu hancur

tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; bahan penghancur, bahan

pengikat, bahan pelicin, dan kekuatan kompres tablet saat pembuatan. Hasil
commit to user
pemeriksaan uji waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel X.
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Tabel X. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur


Uji Sifat Fisis Tablet F1 F2 F3
X 6 menit 39 detik 5 menit 75 detik 5 menit 63 detik
Waktu Hancur
SD 23,838 15,807 14,743
Keterangan:
F1 : Formula dengan pelicin granul talk
F2 : Formula dengan pelicin serbuk talk
F3 : Formula dengan pelicin serbuk Mg Stearat sebagai kontrol

Dari hasil pemeriksaan uji waktu hancur diperoleh hasil untuk ketiga

formula mempunyai waktu hancur kurang dari 15 menit. Data hasil

pemeriksaan waktu hancur diuji normalitas dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov terdistribusi normal kemudian dilanjutkan ke uji statistik

anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dihasilkan nilai signifikansi

kurang dari 0,05 yaitu 0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan antara ketiga formula. Dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang

menunjukkan bahwa perbandingan satu formula dengan formula yang lain

terdapat perbedaan yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan

bahwa F1 dengan F2 berbeda signifikan, F1 dengan F3 berbeda signifikan dan

F2 dengan F3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai signifikansi

yang didapat lebih besar dari 0,05 yaitu 0,495 maka dapat disimpulkan bahwa

kedua formula tersebut memiliki waktu hancur yang sama. F1 memiliki waktu

hancur yang paling lama dibanding F2 dan F3 hal ini disebabkan F1 memiliki

tablet yang lebih kompak dan kerapuhan tablet pada F1 lebih rendah dibanding

F2 dan F3. Semakin kecil kerapuhan tablet maka waktu hancur tablet akan

semakin lambat, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pelicin granul

talk berpengaruh terhadap waktu hancur tablet.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Variasi bahan pelicin pada pembuatan tablet parasetamol mempengaruhi

sifat fisik granul meliputi waktu alir, sudut diam dan pengetapan.

Sedangkan pada sifat fisis tablet yang dipengaruhi kerapuhan dan uji

waktu hancur serta tidak mempengaruhi pada uji keseragaman bobot dan

kekerasan.

b. Formulasi dengan bahan pelicin serbuk talk secara keseluruhan lebih baik

dari formula dengan bahan pelicin granul talk ditinjau dari sifat fisik tablet

yang dihasilkan yaitu meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapudan

dan waktu hancur tablet.

5.2. Saran

a. Perlu dilakukan penggunaan variasi ukuran granul talk sebagai pelicin

dalam pembuatan tablet parasetamol.

b. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan tambahan lain

dengan kosentrasi yang bervariasi untuk pembuatan tablet parasetamol.

commit to user

43

Anda mungkin juga menyukai