Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR INDONESIA

The Influence of Exchange Rate on Indonesia’s Exports

Ari Mulianta Ginting


Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik
Jl. Jendral Gatot Subroto,Sekjen DPR RI, Gedung Nusantara 1, Lt. 2, Jakarta,
ari.ginting@dpr.go.id

Naskah diterima:15 Februari 2013


Disetujui diterbitkan: 26 Juni 2013

Abstrak

Studi ini menganalisis pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap kinerja ekspor Indonesia
menggunakan data tahun 2005 kuartal I sampai tahun 2012 kuartal III dengan menggunakan
Error Correction Model (ECM). Dalam kurun waktu 2005-2012 ekspor Indonesia secara
umum menunjukkan perkembangan yang positif walaupun terjadi penurunan pada periode
2008-2009 dan tahun 2012 terutama ke negara-negara tujuan Eropa dan Amerika. Ini
menunjukkan bahwa ekspor Indonesia perlu ditujukan ke negara-negara yang menjadi
target atau sasaran baru. Studi ini menemukan bahwa nilai tukar dalam jangka panjang dan
jangka pendek memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia.
Ini menunjukkan pentingnya kebijakan nilai tukar untuk memicu peningkatan ekspor
Indonesia.

Kata Kunci : Nilai Tukar, Kinerja Ekspor, ECM

Abstract

This paper examines the influence of Indonesia’s exchange rate on the performance of
Indonesia’s exports using the data from the first quarter of 2005 until the third quarter of 2012
using an Error Correction Model (ECM). During 2005-2012 Indonesia’s exports increased,
except in 2008-2009 and 2012 when they declined especially to Europe and America. This
suggests that Indonesia’s exports should now be directed at newly targeted countries. This
study finds that the appreciation of the exchange rate, in both the long run and the short
run, has a significant negative impact on exports. It shows the importance of exchange rate
policy in improving Indonesia’s export performance.

Keywords : Exchange Rate, Export Performance, ECM

JEL Classification : F31, F41, C23

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 1


PENDAHULUAN beberapa negara di ASEAN. Diantara
Hampir setiap negara pada saat negara-negara ASEAN, Vietnam
ini tidak bisa mengabaikan interaksi memiliki indeks ekspor tertinggi,
ekonominya dengan luar negeri. Hal ini sedangkan Filipina memiliki indeks
disebabkan oleh semakin banyak dan ekspor terendah. Sementara itu nilai
beragamnya kebutuhan masyarakat indeks ekspor Indonesia berada di
yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi tengah-tengah antara Malaysia dan
dalam negeri. Kapasitas produksi dari Singapura, dengan nilai indeks ekspor
berbagai komoditi dalam negeri memiliki tahun 2010 sebesar 241,3.
keterbatasan dalam meningkatkan Dengan semakin meningkatnya
jumlah dan jenis barang atau jasa yang perkembangan ekspor, maka hubungan
diproduksi. Keadaan seperti inilah perdagangan antara Indonesia dengan
yang mendorong terjadinya kegiatan negara-negara lain baik secara langsung
perdagangan luar negeri baik berupa maupun tidak langsung berdampak
barang maupun jasa antar negara. pada perubahan indikator makro suatu
Hal tersebut berlaku pula bagi negara. Apalagi dengan diberlakukannya
Indonesia. Perkembangan ekonomi sistem nilai tukar mengambang bebas
internasional yang semakin pesat, (freely floating system) yang dimulai
menyebabkan terjadinya hubungan sejak Agustus 1997, maka posisi nilai
antar negara yang saling terkait dan tukar rupiah terhadap mata uang asing
meningkatnya arus perdagangan ditentukan oleh mekanisme pasar.
barang maupun uang serta modal antar Perkembangan manajemen
negara. Gambar 1 memperlihatkan nilai tukar Indonesia telah mencatat
perkembangan nilai indeks ekspor dari perubahan yang cukup drastis dengan

600

500

Indonesia
400
Malaysia

300 Singapura
Filiphina
200 Vietnam
Thailand
100

0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2020
Tahun

Gambar 1. Perkembangan Indeks Ekspor Negara-Negara ASEAN, 2003-2010

Sumber: World Bank ( 2012)

2 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


keputusan Bank Indonesia yang TINJAUAN PUSTAKA
menetapkan perubahan manajemen
Nilai Tukar Nominal, Nilai Tukar Riil
nilai tukar menjadi sistem mengambang.
dan Hubungannya dengan Neraca
Perubahan manajemen yang drastis
Perdagangan
ini berawal dari kondisi moneter
yang berubah pada saat memasuki Nilai tukar mata uang suatu negara
pertengahan tahun 1997 (Goeltom dan dibedakan atas nilai tukar nominal
Suardhani, 1997). Rupiah mendapatkan dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal
tekanan-tekanan depresiatif yang sangat merupakan harga relatif mata uang
besar diawali dengan krisis nilai tukar dua negara. (Mankiw, 2003:127).
di Thailand dan menyebar ke negara Misalnya, USD 1 bernilai seharga
ASEAN lainya. Nilai tukar rupiah secara Rp 9.500,- di pasar uang. Sedangkan
simultan mendapatkan tekanan yang nilai tukar riil berkaitan dengan harga
cukup berat karena besarnya kapital relatif dari barang-barang di antara
outflow akibat hilangnya kepercayaan dua negara. Nilai tukar riil menyatakan
investor asing terhadap prospek tingkat, dimana pelaku ekonomi dapat
perekonomian Indonesia. Tekanan memperdagangkan barang-barang dari
terhadap nilai tukar tersebut diperberat suatu negara untuk barang-barang dari
lagi dengan semakin maraknya kegiatan negara lain.
spekulatif buble, sehingga sejak Nilai tukar riil di antara kedua mata
krisis berlangsung nilai tukar sempat uang kedua negara dihitung dari nilai
mengalami depresiasi hingga mencapai tukar nominal dikalikan dengan rasio
75% (Goeltom, 1998). tingkat harga di kedua negara tersebut.
Perubahan nilai tukar dapat Hubungan nilai tukar riil dengan nilai
mengubah harga relatif suatu produk tukar nominal itu, dapat diformulasikan
menjadi lebih mahal atau lebih murah, sebagai berikut :
sehingga nilai tukar terkadang digunakan
sebagai alat untuk meningkatkan daya FP
saing (mendorong ekspor). Perubahan REER ER *
posisi ekspor inilah yang kemudian DP
berguna untuk memperbaiki posisi dimana :
neraca perdagangan. Pemahaman REER : Real Effective Exchange
mengenai hubungan antara nilai tukar Rate (Nilai Tukar Riil)
dengan neraca perdagangan maupun ER : Exchange Rate nominal
output merupakan hal yang penting yang dapat dinyatakan
bagi pengambil kebijakan ekonomi. dalam direct term
Berdasarkan uraian di atas, kajian (dalam rupiah/1 dollar)
ini bertujuan untuk (1) mempelajari maupun indirect term
perkembangan ekspor Indonesia; dan (dollar/1 rupiah)
(2) mengkaji ulang hubungan antara FP : Foreign Price Indeks harga
nilai tukar dengan ekspor berdasarkan mitra dagang (luar negeri)
data Indonesia. DP : Domestic Price/ Indeks
harga domestik

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 3


Dari formulasi di atas dapat e adalah nominal exchange rate,
dijelaskan bahwa pada dasarnya Y adalah domestik GDP dan Y* adalah
daya saing perdagangan luar negeri combined GDP of countries yang
ditentukan oleh dua hal, yaitu ER dan menjadi mitra perdagangan. Hubungan
rasio harga kedua negara. Jika ER nilai tukar riil dengan net eskpor pada
(direct term) meningkat (terapresiasi), ide Mundell-Flemming adalah negatif
dengan asumsi rasio harga konstan, (pengukuran kurs didekati dengan
maka ada hubungan positif dengan indirect term). Namun, jika nilai tukar
neraca perdagangan. Hal ini disebabkan dinyatakan dalam direct term (Rupiah
ER yang lebih tinggi akan memberikan per USD), ide Flemming tersebut dapat
indikasi rendahnya harga produk digambarkan dalam suatu kurva IS
Indonesia (domestik) relatif terhadap (Invesment Saving)1 yang berkoefisien
harga produk lain, karena dengan Dollar arah (slope) positif. Dengan kata lain,
yang sama akan memberikan jumlah REER yang lebih tinggi menunjuk pada
Rupiah yang lebih banyak. Sebaliknya suatu peristiwa menurunnya nilai tukar
dengan asumsi kurs tidak fluktuatif, rupiah atau depresiasi. REER yang
maka daya saing sangat ditentukan oleh rendah dalam konteks direct term dapat
kemampuan negara (domestik) atau diartikan barang-barang domestik
otoritas moneter dalam mengendalikan relatif mahal terhadap foreign country,
laju harga dengan berbagai instrumen yang berarti daya saing rendah. Daya
yang menjadi kewenangannya. saing rendah ekspor menurun dan
Singkatnya, nilai tukar riil suatu sebaliknya impor meningkat. Hal ini
negara akan berpengaruh pada kondisi berarti rendahnya REER (menguatnya
perekonomian makro suatu negara, mata uang domestik relatif terhadap
khususnya dengan ekspor netto atau mitra dagang) menekan neraca
neraca perdagangan. Pengaruh ini perdagangan sehingga penduduk
dapat dirumuskan menjadi suatu domestik hanya akan membeli sedikit
hubungan antara nilai tukar riil dengan barang impor. Keadaan sebaliknya
ekspor netto atau neraca perdagangan adalah ketika nilai tukar tinggi, maka
(Mankiw, 2003:130). barang-barang domestik menjadi
relatif lebih mahal dibandingkan
NX NX (e,Y,Y*) barang-barang luar negeri. Kondisi
ini mendorong penduduk domestik
Persamaan di atas dapat diartikan membeli lebih banyak barang impor dan
bahwa ekspor netto (neraca perdangan) masyarakat luar negeri membeli barang
merupakan fungsi dari nilai tukar domestik dalam jumlah yang lebih
riil. Dimana NX adalah net export, sedikit.

1
Kurva IS merupakan kurva yang menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan kombinasi dari
tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar
barang untuk barang dan jasa. Dengan kata lain kurva IS adalah kurva yang mewakili peristiwa
yang terjadi di sektor riil atau pasar barang.

4 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


Perekonomian Kecil terbuka dengan Penggunaan sistem nilai tukar
Sistem Nilai Tukar Mengambang mengambang (floating exchange rate)
oleh suatu perekonomian negara terbuka
Setiap negara melakukan
perdagangan internasional karena dua akan menghasilkan nilai tukar yang
alasan utama, yang masing-masing berfluktuatif secara bebas menyesuaikan
menjadi sumber bagi adanya keuntungan dengan perubahan kondisi ekonomi.
perdagangan (gains from trade) bagi Akibatnya ketika Bank Sentral menaikkan
negara tersebut. Alasan pertama penawaran uang, dengan asumsi
adalah negara-negara berdagang tingkat harga tetap, maka hal tersebut
antara lain karena mereka berbeda akan menyebabkan peningkatan
satu sama lain. Bangsa-bangsa di keseimbangan riil dengan menggeser
dunia ini, sebagaimana halnya individu- kurva LM (Liquidity Money)2 ke arah
individu, selalu berpeluang memperoleh kanan. Gambar 2 memperlihatkan
keuntungan dari perbedaan-perbedaan dampak adanya kenaikan penawaran
di antara mereka melalui suatu uang. Kondisi tersebut mengakibatkan
peraturan sedemikian rupa sehingga pendapatan akan meningkat dan nilai
setiap pihak dapat melakukan sesuatu tukar menurun (Mankiw, 2003).
relatif lebih baik. Kedua, negara-negara Dalam perekonomian terbuka
berdagang satu sama lain dengan kecil, tingkat suku bunga ditentukan
tujuan untuk mencapai apa yang oleh tingkat bunga dunia. Kenaikan
lazim disebut sebagai skala ekonomis penawaran uang akan menekan tingkat
(economies of scale) dalam produksi. bunga domestik, akan terjadi aliran
Maksudnya, seandainya setiap negara modal keluar investor untuk mencari
bisa membatasi kegiatan produksinya penerimaan yang lebih tinggi. Adanya
untuk menghasilkan sejumlah barang kenaikan capital outflow meningkatkan
tertentu saja, maka negara tersebut persediaan mata uang domestik yang
berpeluang memusatkan perhatian kemudian terjadi depresiasi nilai tukar.
dan segala macam sumber dayanya Penurunan nilai tukar ini akan membuat
untuk dapat menghasilkan barang- harga barang domestik relatif lebih
barang tertentu tersebut dengan skala murah terhadap barang luar negeri
yang lebih besar dan karenanya lebih sehingga mendorong ekspor. Hal ini
efisien dibandingkan dengan jika negara bermakna bahwa dalam perekonomian
tersebut mencoba untuk memproduksi terbuka kecil, kebijakan moneter melalui
berbagai jenis barang secara sekaligus nilai tukar sangat mempengaruhi output
(Krugman dan Obstefeld, 2004). dan pendapatan.

2
Kurva LM menggambarkan tempat kedudukan kombinasi tingkat bunga dengan tingkat
pendapatan, menghasilkan persaman antara permintaan dan penawaran uang. Kurva LM juga
menggambarkan pasar uang dalam keadaan ekuilibrium.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 5


LM1*
e
LM2*

nilai tukar
IS*
Y

Gambar 2. Ekspansi Moneter dalam Sistem Nilai Tukar Mengambang


Sumber: Mankiw (2003)

Dalam sistem kurs mengambang, Hubungan yang negatif dan signifikan


depresiasi atau apresiasi nilai mata uang antara nilai tukar dan ekspor ini juga
akan mengakibatkan perubahan terhadap telah diungkapkan oleh Doroodian
ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami (1999) untuk India, Malaysia, dan Korea
depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam Selatan dan Arize (2000) untuk berbagai
negeri secara relatif terhadap mata uang negara, termasuk Indonesia, Filipina,
asing menurun, volume ekspor akan dan Thailand. Bahkan Saure (2001)
menaik. Dengan kata lain, apabila nilai kurs yang meneliti 91 negara mendukung
dollar menguat, maka volume ekspor juga pandangan adanya hubungan yang
akan meningkat (Sukirno, 2004). negatif dan signifikan antara nilai tukar
Pengaruh fluktuasi nilai tukar dan ekspor (seperti dikutip oleh Hall,
terhadap ekspor ini menarik perhatian et al (2010).
beberapa ekonom untuk menelitinya. Penelitian empirik lainnya mengenai
Susilo (2001) misalnya menemukan pengaruh nilai tukar terhadap ekspor
bahwa fluktuasi nilai tukar memiliki dapat dilihat pada Tabel 1. Terlihat
dampak yang signifikan terhadap ekspor bahwa hanya ada beberapa penelitian
riil non migas pada jangka pendek. Lebih yang menemukan bentuk hubungan
lanjut penelitian yang dilakukan oleh yang berbeda (bagi beberapa negara)
Huchet-Bourdon dan Korinek (2012) (misalnya Rey, 2006) dan bahkan
tentang pengaruh nilai tukar terhadap hubungan yang tidak ada atau lemah
perdagangan antara negara Chilie dan (Tenreyro, 2007 dan Egert, 2010, seperti
New Zealand juga menghasilkan analisis dikutip oleh Hall, et al (2010). Dengan
yang sama, yaitu perubahan nilai tukar demikian masih diperlukan kajian ulang
mempengaruhi neraca perdagangan untuk mempelajari kembali hubungan
pada perekonomian terbuka kecil antara nilai tukar dan ekspor.
(Huchet-Bourdon dan Korinek, 2012).

6 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


Tabel 1. Penelitian Empirik Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ekspor
Nama Peneliti Tahun Negara Yang Diteliti Hasil Penelitian

Doglanlar 2002 Turki, Korea, Malaysia, Indonesia, Pakistan Memiliki pengaruh negatif dan signifikan
Rahmatszar 2002 Thailand Memiliki pengaruh negatif dan signifikan
Esquivel Larrain 2002 Jerman, Jepang, Amerika Serikat dan 40 Perubahan nilai tukar di Jepang, Jerman dan
Negara di Asia, Afrika , Eropa dan Amerika Amerika Serikat memiliki pengaruh negatif
Latin terhadap negara berkembang
Bahmani-Oskooe 2002 Iran Memiliki pengaruh negatif dan signifikan
Arize, Malindretos 2003 Burkina Faso, Kolombia, Kosta Rika, Memiliki pengaruh negatif dan signifikan
dan Kasighatla Yordan, Kenya, Korea Selatan, Myanmar,
Pakistan, Afrika Selatan, Venezuela
Poon 2005 Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Memiliki pengaruh negatif dan signifikan,
Singapura, Thailand kecuali Thailand memiliki pengaruh yang
positif

Rey 2006 Algeria, Mesir, Tunisia, Turki, Israel, Maroko Memiliki pengaruh negatif dan signifikan
untuk Algeria, Mesir, Tunisia dan Turki,
dan pengaruh yang positif untuk Israel dan
Maroko
Wang, Barret 2007 Taiwan Volatilitas nilai tukar hanya mempengaruhi
perdagangan produk pertanian
Baak 2007 Hongkong, Korea Selatan, Singapura, Volatilitas nilai tukar hanya mempengaruhi
Thailand perdagangan produk pertanian
Tenreyro 2007 87 negara Nilai tukar tidak memiliki pengaruh terhadap
ekspor
Bolivia, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Memiliki pengaruh negatif dan signifikan
Arize 2008 dalam jangka pendek dan jangka panjang
Equador, Honduras, Peru, dan Venezuela

Egert, Morales- 2010 Bulgaria, Kroasia, Republik Czech, Slovenia, Rusia, Romania memiliki pengaruh
Zumaquero Hongaria, Polandia, Romania, Slovakia, yang lemah, untuk negara lain memiliki
Slovenia, Rusia, Ukraina pengaruh yang kuat dan negatif

Sumber: Hall, et al (2010)

METODE PENELITIAN

Metode Analisis otokorelasi. Otokorelasi ini merupakan


Kajian ini menggunakan data penyebab yang mengakibatkan data
sekunder berupa data time series dengan menjadi tidak stasioner.3
metode analisis yang digunakan berupa Oleh karena itu, tahap awal sebelum
analisis time series dengan pendekatan melakukan analisis lebih lanjut perlu
Model Koreksi Kesalahan (Error dilakukan pengujian stasioneritas suatu
Correction Model: ECM). Pengolahan data yaitu dengan melakukan Uji Unit
data dilakukan dengan menggunakan Root atau Unit Roots Test. Gujarati
software Eviews 6.0. Penggunaan (2013) memformulasikan bentuk
data time series menyimpan banyak pengujian stasioneritas dengan Unit
permasalahan, salah satunya adalah Root Test yang diuraikan dengan model

3
Sekumpulan data dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari time series tersebut
tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan
rata-rata dan variannya konstan.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 7


Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test linier dari series yang tidak stasioner
sebagai berikut : menggambarkan adanya hubungan
keseimbangan dalam sistem ekonomi.
Dalam jangka pendek mungkin saja ada
ketidakseimbangan (disequilibrium).
Dimana t adalah variabel waktu atau Ketidakseimbangan inilah yang sering
tren dan untuk setiap kasus hipotesis ditemui dalam perilaku ekonomi.
nol adalah = 0 berarti ada unit roots. Artinya, bahwa apa yang diinginkan
Uji kointegrasi digunakan untuk pelaku ekonomi belum tentu sama
memecahkan masalah data time dengan apa yang terjadi sebenarnya.
series yang non-stasioner. Sebagai Adanya perbedaan dari apa yang
dasar pendekatan kointegrasi adalah diinginkan pelaku ekonomi dan apa
bahwa sejumlah data time series yang yang terjadi maka diperlukan adanya
menyimpang dari rata-ratanya dalam penyesuaian (adjustment). Oleh
jangka pendek, akan bergerak bersama- karena itu, diperlukan suatu teknik
sama menuju kondisi keseimbangan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan
dalam jangka panjang. Dengan kata jangka pendek menuju keseimbangan
lain, jika sejumlah variabel memiliki jangka panjang. Atau dengan kata lain
keseimbangan dalam jangka panjang diperlukan model yang memasukkan
dan saling berintegrasi pada orde yang penyesuaian untuk melakukan koreksi
sama, dapat dikatakan bahwa variabel- bagi ketidakseimbangan yaitu Model
variabel dalam model tersebut saling Koreksi Kesalahan. Rumusan ECM
berkointegrasi. yang digunakan pada kajian ini mengacu
Teknik kointegrasi ini pertama kali pada Model Koreksi Kesalahan Engle
diperkenalkan oleh Engle Granger Granger.
(1987) dan dikembangkan oleh Kajian ini bertujuan untuk meneliti
Johansen (1988) (seperti dikutip oleh pengaruh nilai tukar terhadap ekspor
Gujarati, 2013). Granger mencatat Indonesia, dengan mengadopsi
bahwa kombinasi linier dari dua atau penelitian yang dilakukan oleh Huchet-
lebih series yang tidak stasioner mungkin Bourdon dan Korinek (2012). Dengan
stasioner. Jika kombinasi linier dari dua demikian, dilakukan perubahan
atau lebih series yang tidak stasioner terhadap pendekatan yang digunakan
tersebut maka series tersebut dapat oleh Huchet-Bourdon dan Korinek
dikatakan berkointegrasi. Kombinasi (2012) dengan antara lain merubah
linier yang stasioner tersebut dinamakan metode estimasi menggunakan ECM,
persamaan kointegrasi dan dapat dan penyederhanaan persamaan
diinterpretasikan sebagai hubungan sesuai dengan tujuan kajian dengan
jangka panjang diantara series, dimana melakukan pengurangan persamaan
deviasi dari kondisi equilibrium adalah yang digunakan. Mariliyne dan Jane
stasioner meskipun series tersebut (2012) menggunakan persamaan ekspor
bersifat non-stasioner (Gujarati, 2003). dua negara dan nilai tukar kedua negara
Dalam uji kointegrasi seperti yang yaitu Chili dan New Zealand, sedangkan
ditunjukkan bahwa adanya kombinasi kajian ini memfokuskan pengaruh nilai

8 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


tukar satu negara (yaitu Indonesia) Berdasarkan uraian tersebut di atas,
terhadap nilai total ekspor Indonesia. maka model yang digunakan adalah:

Dimana Xi adalah ekspor Indonesia, manufaktur sebagai sektor utama ekspor.


Yit adalah pertumbuhan ekonomi yang Sektor kedua terbesar dalam ekspor
diukur dengan PDB, ERit adalah nilai Indonesia adalah sektor pertambangan,
tukar, ECTit adalah Error Correction meliputi minyak bumi, gas alam, batu
Term dan adalah error. bara dan lainnya, sedangkan sektor
pertanian dan lainnya masih belum
Data dapat memberikan kontribusi yang
Pengumpulan data dilakukan melalui cukup besar dalam ekspor Indonesia.
studi pustaka (library research), berupa Gambar 3 menunjukkan bahwa
dokumen atau arsip yang didapat dari ekspor Indonesia memang secara
Badan Pusat Statistik (BPS), Bank umum mengalami tren pertumbuhan
Indonesia (BI), situs internet dan buku yang positif. Hal ini bisa terlihat dari total
terkait. Jenis data yang digunakan dalam ekspor Indonesia pada tahun 2005 yang
kajian ini adalah data sekunder kuartalan berkisar sebesar USD 86.995.295.000
dari tahun 2005 kuartal I sampai dengan naik sebesar 116,46% menjadi
2012 kuartal III. USD 188.311.539.000 pada tahun 2012.
Namun ada kalanya ekspor Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami penurunan, yaitu dalam
Perkembangan Ekspor Indonesia kurun waktu 2005-2012 seperti pada
Perkembangan ekspor Indonesia tahun 2008, 2009, dan tahun 2012.
dapat dilihat pada Gambar 3. Terlihat Penurunan ekspor pada tahun 2008 dan
bahwa perkembangan ekspor Indonesia 2009 tersebut terjadi akibat dari krisis
ke luar negeri didominasi oleh sektor global pada tahun 2008.

250000

200000

150000 Pertanian
Nilai Ekspor

Manufaktur
100000 Pertambangan
Lainnya
50000
total

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 3. Perkembangan Ekspor Indonesia, 2005-2012 (Juta USD)

Sumber: Bank Indonesia (2012), diolah

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 9


Penurunan ekspor Indonesia tidak mengatasi krisis dan berdampak pada
lepas dari krisis yang dialami oleh penurunan ekspor Indonesia. Pada
hampir semua negara di Eropa dan saat inilah negara-negara yang menjadi
Amerika. Krisis finansial di Benua Eropa pasar non tradisional perlu dilirik, seperti
bergerak ke arah yang semakin tidak Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika
menguntungkan. Badai krisis tidak cukup yang masih menyisakan ruang untuk
menyerang negara non inti zona euro tumbuh secara ekonomi sehingga
seperti Yunani, Portugal, dan Irlandia, mampu mendorong permintaan produk
tetapi juga mengguncang inti zona Euro nusantara.
termasuk Italia dan Spanyol karena Perlu digarisbawahi bahwa pada saat
interkoneksi sistem perekonomian antar memberikan sambutan pada Peresmian
negara anggota. Pertumbuhan ekonomi Pembukaan Trade Expo Indonesia ke-27,
telah berhenti di Eropa. Kondisi yang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sama nyaris terjadi di Amerika Serikat menyampaikan bahwa diversifikasi
yang belum sepenuhnya pulih dari krisis tujuan perdagangan merupakan suatu
utang sejak tahun 2008. Lembaga Capital keharusan mengingat masih berlanjutnya
Economics memprediksi pertumbuhan ketidakpastian perekonomian global. Pada
ekonomi Amerika hanya 2% pada tahun kesempatan lain Menteri Perdagangan,
2013 (Bisnis Indonesia, 2013). Gita Wirjawan tampaknya menyadari
Keadaan yang terjadi di Eropa dan kemampuan Indonesia untuk memenuhi
Amerika tentu sangat berdampak bagi kebutuhan pasar-pasar non tradisional
ekspor Indonesia, mengingat kawasan belum banyak dilirik, untuk itu perlu
tersebut merupakan pasar tradisional dilakukan diversifikasi kepada pasar-pasar
yang menyerap hampir dari 30% produk tersebut (Bisnis Indonesia, 2013).
tanah air. Gambar 4 memperlihatkan Pendapat yang sama dikemukakan
bahwa ekspor Indonesia dari tahun 2005 oleh BPS, yang dikutip oleh Detik Finance
hingga tahun 2012 terutama ditujukan pada Senin tanggal 4 Febuari 2013, bahwa
ke negara-negara ASEAN. Kemudian terdapat beberapa negara non tradisional
negara tujuan lainnya yang merupakan yang memiliki tingkat kebutuhan tinggi
juga target pasar dari barang-barang terhadap produk Indonesia. Diantara
ekspor Indonesia adalah negara-negara negara-negara non tradisional yang
yang berada di Eropa dan diikuti oleh menjadi potensi besar ekspor produk
Amerika, Cina, dan Australia. tanah air diantaranya adalah Belanda,
Lesunya perekonomian negara Filipina, Hongkong, Italia, dan Vietnam.
tujuan tersebut mengakibatkan negara- Menurut BPS ada beberapa komoditas
negara tesebut menurunkan permintaan favorit asal Indonesia yang diminati negara-
mereka terhadap barang dan jasa dari negara tersebut seperti kertas/karton,
Indonesia. Penurunan ini tentunya mesin/peralatan listrik, lemak, dan minyak
berdampak kepada turunnya ekspor hewan/nabati, kopi, teh, rempah-rempah,
Indonesia. Terlebih lagi pada tahun tembaga, ikan, dan udang, plastik dan
2012 seperti yang telah diuraikan di atas barang dari plastik, mesin, bahan bakar
bahwa perekonomian negara-negara mineral, kendaraan, dan bagiannya (Detik
Eropa dan Amerika masih belum bisa Finance, 2013).

10 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


45000000

Nilai Ekspor (USD.000,-) 40000000


35000000
30000000 Amerika
25000000 Eropa
20000000 ASEAN
15000000 Cina

10000000 Australia

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 4. Ekspor Indonesia Ke Beberapa Negara Tujuan, 2005-2012


Sumber: Bank Indonesia (2012).

Hasil Analisis Kuantitatif dikhawatirkan hasil analisisnya akan


salah atau tidak sesuai dengan kenyataan
Uji Akar Unit (Unit Roots Test)
sesungguhnya. Dengan demikian, tahapan
Sebagaimana diuraikan di atas, uji analisis empirik dalam kajian ini dimulai
stasioneritas dimaksud untuk mengetahui dengan pengujian stasioneritas terhadap
sifat dan kecenderungan data yang berbagai data variabel ekonomi yang
dianalisis apakah mempunyai pola stabil digunakan.
(stasioner) atau tidak. Apabila ditemukan Pengujian stasioneritas data yang
data yang tidak memiliki sifat-sifat di digunakan terhadap seluruh variabel dalam
atas (non-stasioner), maka berbagai model kajian didasarkan pada Augmented
indikator yang menyertai hasil empirik Dickey Fuller test (ADF test), yang
tidak menunjukkan sifat yang valid. Bila perhitungannya menggunakan bantuan
hasil regresi diinterpretasikan maka program Eviews.

Tabel 2. Hasil Pengujian Uji Akar Unit


Variabel Level First Diffence
ADF P-Value ADF P-Value
Ekspor -1,081221 0,7100 -3,900608 0,0058
Nilai Tukar -2,923525 0,6258 -4,381528 0,0001
PDB -0,534963 0,9474 -2,046160 0,0410

Sumber: Data yang diolah dengan Eviews 6.0

Hasil perhitungan uji stasioner yang dalam model pada tingkat level signifikansi
disajikan dalam Tabel 2, memperlihatkan 5%, belum mencapai kestasioneran.
bahwa semua variabel yang dimasukkan Namun pada uji ADF dalam bentuk

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 11


data beda (difference) tingkat pertama, dapat digunakan pendekatan Kointegrasi
variabel Ekspor, Nilai Tukar dan PDB Johansen.
sudah mencapai stasioner. Kesimpulan Hasil uij ADF dari residual (ECT)
ini berdasarkan kenyataan bahwa semua untuk model penelitian adalah -3,01 dan
variabel tersebut di atas memiliki P-value P-valuenya lebih kecil dari pada tingkat
yang lebih kecil pada tingkat signifikansi signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan
5%, sehingga hipotesa nol ditolak yang terdapat kointegrasi dalam jangka panjang
berarti dapat disimpulkan bahwa data antara variabel Ekspor dengan Nilai Tukar
sudah stasioner pada tingkat difference dan PDB.
pertama. Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai
ADF untuk Error Correction Term (ECT)
Pengujian Kointegrasi. merupakan hasil yang signifikan, nilai
Uji kointegrasi merupakan salah satu P-valuenya lebih kecil dari pada signifikansi
bentuk uji dalam model dinamis dimana level 5%. Kondisi tersebut disimpulkan
tujuan dari uji tersebut adalah untuk bahwa variabel-variabel yang diamati
mengetahui ada tidaknya hubungan dalam kajian ini berkointegrasi pada
jangka panjang di antara variabel-varabel. derajat yang sama. Hal ini berarti telah
Pengujian kointegrasi ini menggunakan terjadi keseimbangan jangka panjang antar
metode Engle-Granger; sedangkan untuk seluruh variabel. Dengan kata lain variabel
memperoleh persamaan jangka panjang nilai tukar dan PDB memliki keterkaitan dan
pada model penelitian yang diajukan, terkointegrasi dengan variabel Ekspor.

Tabel 3. Hasil Perhitungan ADF Test ECT

Null Hypothesis: D(ECT1) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 1 (Fixed)

t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3,008650 0,0040
Test critical values: 1% level -2,650145
5% level -1,953381
10% level -1,609798
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber: Hasil pengolahan dengan Eviews.

Analisis Model Dinamis


Estimasi Model Jangka Panjang
Konsep kointegrasi menyatakan bahwa suatu sistem persamaan jangka panjang
jika satu atau lebih variabel yang tidak yang stabil.
stasioner terkointegrasi maka kombinasi Berdasarkan perhitungan Tabel 4
linier antar variabel-variabel dalam sistem persamaan jangka panjang untuk model
akan bersifat stasioner sehingga didapatkan ekspor Indonesia adalah sebagai berikut:

12 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


Log(Ekspor) = 2,379 +1,893 *Log(PDB) – 1,214*Log(ER)……………………..(1)

Dari persamaan jangka panjang Hasil kajian sejalan dengan yang


di atas dapat diinterpretasikan bahwa dijumpai oleh berbagai penelitian antara
nilai tukar memiliki pengaruh yang lain Omojimete dan Akpokodje pada tahun
negatif dan signifikan terhadap ekspor (2010) untuk Nigeria. Penelitian tersebut
Indonesia. Perkiraan elastisitas sebesar dengan menggunakan data untuk periode
-1,214 menunjukkan bahwa setiap tahun 1986-2007 menyimpulkan bahwa
terjadi kenaikan nilai tukar (apresiasi) nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif
sebesar 1% maka hal tersebut akan dan signifikan terhadap kinerja ekspor.
menurunkan ekspor sebesar 1,214% Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
ceteris paribus. Atau dengan kata Carmen dan Nicolae (2011) di Romania
lain dalam jangka panjang, terjadinya dengan metode Vector Auto Regression
apresiasi nilai tukar akan menurunkan (VAR), juga menemukan bahwa nilai
ekspor Indonesia. tukar memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap ekspor.

Tabel 4. Hasil Estimasi Model Jangka Panjang Ekspor

Dependent Variable: LOG(EXPORT)


Method: Least Squares
Date: 02/11/13 Time: 13:09
Sample (adjusted): 2005Q1 2012Q3
Included observations: 31 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2,379106 2,617582 0,908895 0,3712
LOG(PDB) 1,892719 0,108787 17,39846 0,0000
LOG(ER) -1,214232 0,208130 -5,834005 0,0000
R-squared 0,934359 Mean dependent var 16,21678
Adjusted R-squared 0,929671 S.D. dependent var 0,287150
S.E. of regression 0,076151 Akaike info criterion -2,220425
Sum squared resid 0,162372 Schwarz criterion -2,081652
Log likelihood 37,41659 Hannan-Quinn criter. -2,175189
F-statistic 199,2828 Durbin-Watson stat 1,409362
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Data Sekunder (2013), diolah

Hasil kajian ini ternyata juga sejalan permintaan ekspor meningkat (Ekananda,
dengan penelitian yang dilakukan 2004).
oleh Ekananda (2004). Salah satu Grafik pada Gambar 5 memperlihatkan
hasil penelitian tersebut adalah bahwa hubungan antara nilai tukar rupiah dengan
depresiasi mendorong harga barang ekspor yang berlawanan arah atau negatif
ekspor semakin murah sehingga dan signifikan.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 13


17
16
15
14
13
12
11
10
9
6
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
LOG (EXPORT) LOG(ER)

Gambar 5. Pertumbuhan Nilai Tukar dan Ekspor Indonesia Tahun 2005-2012


Sumber: Bank Indonesia dan BPS (2012), diolah

Pendapat yang senada dikemukakan dipengaruhi oleh faktor intern dalam negeri.
oleh Darmin Nasution dalam satu Kenaikan upah minimum provinsi (UMP),
kesempatan mengatakan bahwa depresiasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), dan
nilai tukar terhadap dollar AS sebenarnya bahan bakar minyak secara tidak langsung
memiliki efek yang positif terhadap neraca akan mempengaruhi biaya produksi.
berjalan Indonesia (Koran Tempo, 2012). Akibatnya produk-produk dalam negeri
Kalau Rupiah melemah maka hal tersebut semakin sulit bersaing dengan produk-
akan mendorong ekspor menjadi lebih produk dari negara-negara lain di pasar
besar lagi. Namun menurut Ketua Umum internasional (Metrotvnews, 2013).
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Gambar 6 memperlihatkan hubungan
Sofjan Wanandi, Indonesia akan sulit yang positif searah dan signifikan antara
meningkatkan volume ekspornya karena PDB dengan ekspor Indonesia.

16.8
16.4
16.0
15.6
15.2
14.6
14.4
14.0
13.6
13.2
12.8
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
LOG (EXPORT) LOG(ER)

Gambar 6. Pertumbuhan PDB dan Ekspor Indonesia Tahun 2005-2012


Sumber: Bank Indonesia dan BPS (2012), diolah

14 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


Setelah hasil regresi terhadap ekspor akan dimasukkan sebagai variabel
persamaan jangka panjang ekspor di atas ECT didalam persamaan jangka pendek.
diperoleh maka langkah selanjutnya adalah
membuat residual dari persamaan tersebut. Estimasi Jangka Pendek
Hasil itu akan menunjukkan apakah Dari persamaan jangka pendek
koreksi terhadap ekspor disebabkan oleh berdasarkan hasil estimasi menggunakan
disekuilibrium dari nilai tukar dan PDB. ECM, diperoleh hasil estimasi sebagaimana
Residual yang telah dibuat dari persamaan Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Estimasi ECM Ekspor Indonesia

Dependent Variable: D(LOG(EXPORT))


Method: Least Squares
Date: 02/11/13 Time: 14:13
Sample (adjusted): 2005Q3 2012Q3
Included observations: 29 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0,019764 0,012800 -1,544096 0,1356
Δ[LOG(ER)] -1,536066 0,180335 -8,517850 0,0000
ECT -0,416608 0,142850 2,916390 0,0076
Δ[LOG(PDB)] 0,933977 0,450879 2,071459 0,0492
R-squared 0,800457 Mean dependent var 0,025671
Adjusted R-squared 0,767200 S.D. dependent var 0,090866
S.E. of regression 0,043842 Akaike info criterion -3,260861
Sum squared resid 0,046131 Schwarz criterion -3,025120
Log likelihood 52,28248 Hannan-Quinn criter. -3,187030
F-statistic 24,06869 Durbin-Watson stat 1,731596
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Data Sekunder (2013), diolah


Catatan: *Signifikansi dengan Derajat Signifikansi 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai atau 80% dapat dikatakan bahwa jenis
koefisien ECT pada model tersebut variabel bebas yang dimasukkan dalam
signifikan dan bertanda negatif untuk model sudah cukup baik, sebab hanya
estimasi ekspor di Indonesia. Hasil sekitar 20% keragaman variabel terikat
estimasi ECM di atas memperlihatkan yang dipengaruhi oleh variabel bebas di
bahwa dalam jangka pendek maupun luar model.
jangka panjang variabel yang digunakan Berdasarkan data yang ada maka
dalam kajian ini berpengaruh secara estimasi model jangka pendek ekspor
signifikan terhadap ekspor Indonesia. Indonesia dapat dirumuskan dalam
Dengan nilai R2 sebesar sekitar 0,8 persamaan berikut :

Δ[Log(Ekspor)] = -0.019764 -1.536066*Δ[Log(ER)] + 0.933977*Δ[Log(PDB)]-


0.416608*ECT………………………………….…....................(2)

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 15


Hasil estimasi di atas pada tahun 2008-2009 serta tahun
menggambarkan bahwa dalam jangka 2012 telah terjadi penurunan ekspor
pendek perubahan nilai tukar mempunyai Indonesia.
pengaruh yang negatif terhadap ekspor Kedua, berdasarkan hasil analisis
Indonesia, ceteris paribus. Demikian regresi jangka panjang ternyata nilai
pula halnya dengan PDB yang memiliki tukar memiliki pengaruh yang negatif dan
pengaruh yang signifikan dan positif signifikan terhadap ekspor Indonesia.
terhadap kinerja ekspor Indonesia. Hal ini menunjukkan semakin kuatnya
Akhirnya berdasarkan persamaan nilai tukar (apresiasi) akan menyebabkan
jangka pendek tersebut dengan semakin menurunnya ekspor Indonesia.
menggunakan metode ECM Demikian pula halnya dengan PDB
menghasilkan koefisien ECT. Koefisien yang memiliki pengaruh yang positif
ini mengukur respon regressand dan signifikan terhadap ekspor. Hal
setiap periode yang menyimpang ini menunjukkan semakin tingginya
dari keseimbangan. Menurut pertumbuhan ekonomi Indonesia
Widarjono (2007) koefisien koreksi semakin meningkat kinerja ekspornya.
ketidakseimbangan ECT dalam bentuk Ketiga adalah dalam jangka pendek
nilai absolut menjelaskan seberapa cepat nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif
waktu diperlukan untuk mendapatkan dan signifikan terhadap ekspor Indonesia.
nilai keseimbangan. Nilai koefisien ECT Koefisien ECT menghasilkan tanda
sebesar 0,4166 mempunyai makna negatif dan signifikan yang mengandung
bahwa perbedaan antara ekspor dengan arti bahwa konvergensi variabel ekspor
nilai keseimbangannya sebesar 0,4166 untuk menuju keseimbangan terjadi jika
yang akan disesuaikan dalam waktu terjadi shock dalam perekonomian.
1 tahun. Kajian ini mendukung pandangan
bahwa nilai tukar memiliki pengaruh
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI yang negatif dan signifikan terhadap
KEBIJAKAN ekspor Indonesia. Oleh karena itu,
Berdasarkan pembahasan diatas, kebijakan menjaga nilai tukar pada level
terdapat tiga kesimpulan sebagai yang tepat merupakan kebijakan yang
berikut. Pertama, ekspor Indonesia perlu dilakukan agar peningkatan ekspor
dari berbagai sektor dari tahun 2005 Indonesia dapat terjadi. Disamping itu,
sampai tahun 2012 secara keseluruhan perlu diciptakan situasi yang kondusif
menunjukkan perkembangan tren yang bagi perusahaan pengekspor untuk
positif, walaupun pada tahun 2008- berproduksi di Indonesia. Ekspor
2009 serta tahun 2012 menujukkan Indonesia pada negara-negara tujuan
terjadinya penurunan ekspor Indonesia. tradisional, seperti negara-negara
Demikian pula halnya dengan ekspor Eropa dan Amerika, sudah jenuh dan
ke negara tujuan utama ekspor barang cenderung menurun. Oleh karena itu,
dan jasa Indonesia secara keseluruhan perlu dilakukan diversifikasi pasar ekspor
menunjukkan tren positif dengan negara Indonesia ke negara-negara baru atau
tujuan utama yaitu negara-negara non tradisional.
ASEAN, Eropa, dan Amerika. Namun

16 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013


DAFTAR PUSTAKA Koran Tempo. (2012, 21 Agustus).
Depresiasi Rupiah Akibat Dampak
Bisnis Indonesia. (2013, 7 Januari). Ekspor
Transaksi Berjalan.
Dibayangi Krisis Eropa.
Krugman, P. dan M. Obstefeld. (2004).
Bank Indonesia. (2013). Statistik Ekonomi
Ekonomi Internasional, Teori dan
dan Keuangan Indonesia. Jakarta: Bank
Kebijakan. Jakarta: Indeks.
Indonesia.
Mankiw, G.N. (2003). Macroeconomics 5th
BPS. (2012). Statistik Ekspor dan Impor. Edition. New York: Worth Publishers.
Jakarta: BPS. Marilyne Hucher-Bourdon dan Jane Korinek.
Carmen, S. and Nicolae. (2011). The (2012). Trade Effects of Exchange
Relationship Between Exchange Rate and their Volatility: Chili and New
Rate and Exports in Romania Using Zealand. OECD Trade Policy Paper No.
a Vector Autoregressive Model. 136. OECD Publishing.
Anales Universitatis Apulensis Series Metrotvnews. (2013, 15 Februari). Eskpor
Oeconomica No.13 (2). Romania. Indonesia Terus Melambat di 2013.
Detik Finance. (2013, 13 Februari). 5 Diunduh tanggal 15 Febuari 2013
Negara Ini Berpotensi Dongkrak Ekspor dari (http://www.metrotvnews.com/
Indonesia. Diunduh tanggal 15 Februari metronews/read/2013/01/03/2/120059/
2013 dari (http://finance.detik.com/re Ekspor-Indonesia-Terus-Melambat-di-
ad/2013/02/04/141430/2160534/4/5- 2013).
negara-ini-berpotensi-dongkrak-ekspor- Omojimite, B.U. and G. Akpokodje. (2010).
indonesia). The Impact of Exchange Rate Reforms
Ekananda, M. (2004). Analisis Pengaruh on Trade Performance in Nigeria. Journal
Volatilitas Nilai Tukar pada Ekspor Social Sience No. 23(1): 53-62. Nigeria.
Komoditi Manufaktur di Indonesia
Penerapan Estimasi dengan Sobri. (2001). Ekonomi Pembangunan
Menggunakan Distribusi Lag Poissons Proses, Masalah dan Dasar
pada Persamaan Non Linier Seemingly Kebijakannya.Yogyakarta: BPFE UII.
Unrelated Regression. Buletin Ekonomi Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi Modern.
Moneter dan Perbankan. Jakarta: Bank Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Indonesia. Susilo, A. (2001). Dampak Ketidakpastian
Goeltom, M dan M. Suardhani. (1997). Nilai Tukar Indonesia Terhadap
Analisa Dampak Intervensi Bank Pertumbuhan Ekspor Periode 1979-
Sentral Dalam Penerapan Ekspor- 1988: Suatu Pendekatan Kointegrasi
Impor di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan dan Model Koreksi Kesalahan. Tesis
Keuangan Indonesia. Volume XIV No.1. Universitas Indonesia. Jakarta.
Goeltom, M.S. (1998). Manajemen Nilai Tukar Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori
di Indonesia dan Permasalahannya. dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Jakarta: Bank Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.
Gujarati, D.N. (2003). Basic Econometrics, World Bank. (2012). World Development
4th Edition. New York: Mc. Graw-Hills Indicators. Diunduh 26 Febuari 2013
International. dari http://data.worldbank.org/country/
Hall, S. et al. (2010). Exchange Rate indonesia.
Volatility and Export Performance: Do Yudhoyono, S.B. (2012). Transkrip Sambutan
Emerging Market Economies Resemble Presiden Republik Indonesia Peresmian
Industrial Countries or other Developing Pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI)
Countries. Economic Modeling. ke-27 dan Pernyataan Penghargaan
Huchet-Bourdon, M. and J. Korinek. (2012). Primaniyarta JI-Expo Kemayoran 17
Trade Effets of Exchange Rate and their Oktober 2012. Diunduh 10 Februari
Volatility: Chilie and New Zeland. OECD 2013 dari http://www.presidenri.go.id/
Trade Policy Papers No. 136. index.php/pidato/2012/10/17/1995.html

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 17


18 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013

Anda mungkin juga menyukai