Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam Kehidupan ini manusia di berikan Allah sebuah paket,satu paket kehidupan.
Dalam hal itu,saling berpasangan,saling bertentangan,bahkan ada yang saling berlawanan.
Semua itu di ciptaan oleh Allah agar hidup ini memiliki makna. Terinspirasi dari
perempuan hebat,pelopor emansipasi wanita, sosok Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat
atau yang akrab kita kenal dengan sebutan R.A. Kartini yang memberi figur bagi
perempuan merdeka untuk selalau berkarya dan memperjuangakan hak-haknya. Marilah
bangkit wahai perempuan,gadis,bangkitlah,marilah kita berjabatan tangan dan bersama-
sama mengubah keadaan yang mengubah derita ini. (R.A.Kartini dalam bukunya “Habis
Gelap Terbitlah Terang”). Kata sederhana yang menggugah sanubari kita terutama bagi
kaum hawa yang merdeka,bagaimana tidak,akan kah kita seperti kartini, yang berjuang
setengah mati untuk harga diri seorang perempuan yang pada zaman belanda tak di
setarakan dengan kaum laki-laki? Ataukah hanya tinggal menikmati perjuangan
R.A.Kartini dengan bersantai dan mengikuti trend yang berganti, sampai lupa emansipasi
jati diri perempuan di era milineal ini?
Di awali dengan bagaimana dalam penemuan jati diri, sering kita sebagai
perempuan beranggapan bahwa, akhir dari kejayaan perempuan dalam menggali potensinya
adalah saat dia sudah menginjak berumah tangga. Hal tersebut perlu kita benahi,seperti
lampau di mana masa kartini, masyarakat memaparkan bahwa tugas perempuan adalah
“ndekem nok pawon” yang artinya berdiam diri di rumah dan memasak. Sebenarnya bukan
hal yang salah, namun, bukan hanya hal tersebut yang mewakili emansipasi perempuan di
era milineal ini. Banyak kaum perempuan yang berumah tangga, tetap bekerja dan
melanjutkan hobinya sembari mengurus keluarganya, Banyak juga pembisnis perempuan
yang suskses dan berhasil mengharumkan nama serta menambah penghasilan keluarga.
Seperti yang sudah tak sing lagi di telinga kita, Sosok Ning Khilma Anis pengarang novel
Hati Suhita yang sedang mendunia di era ini. Dalam novel nya beliau memberikan
gambaran lewat alur cerita yang di sajikan dengan perpaduan adat pesantren serta jiwa
emansipasi perempuan zaman ini. Perempuan yang mikul duwur mendem jeru pada zaman
ini adalah perempuan yang menjaga martabatnya dengan tetap tenang dan berkarya.
Hakikat Jiwa perempuan yang lurus dan bersih,tidak akan terlumuri oleh noda
kebodohan, kebeningannya tidak akan menjadi keruh oleh tipuan khurafat dan
keelokannya, tidak akan padam karna bayang-bayang keraguan. Hal itu yang seharusnya
kita pegang dan kita jadikan dasar. “Pada masa saya masih kanak-kanak,ketika kata
emancipatie [baca emansipasi] belum bisa di bunyikan,dan belum berarti di telinga
saya,serta kitab dari karangan itu masih jauh dari jangkauan saya,telah hidup dalam hati
saya suatu keinginan akan bebas,merdeka,dan berdiri sendiri” (surat R.A. Kartini Untuk
sahabat penanya Estella Helena Zeehandelarr tahun 1899) perempuan hebat dengan jiwa
merdeka,perempuan dengan inspirasi yang di bawanya menuntut kita untuk melestariakan
apa yang di perjuangkan nya.
Meluruskan pandangan masyarakat dan membangkitkan emansipasi wanita
memang tak mudah. Menjadi sosok R.A. Kartini yang berjuang dengan beribu luka,
menjadi sosok Ning Khilma Anis yang berkorban ribuan jam utuk merangkai kata demi
Novel Wanita yang mengggah jiwa,juga tak akan bisa. Lalu bagaimana pejuangkan kita
sebagai perempuan yang merdeka dan perempuan yg memberi inspirasi di dunia? Tentu
dengan menjadi perempuan yang percaya akan kekuatan pendidikan dan literasi. Karna
semua hal yang bisa menjatuhkan kita,bukan lah orang lain, namun,diri kita sendirilah jika
tak paham akan sikap dan cara menyikapi zaman ini. Menjadi Perempuan Pengabsah
Wangsa yang merdeka, yang dengan diamnya mampu berkarya dan menjaga harga dirinya.
Daftar Pustaka
Umur : 19 Tahun
Bukti foto identitas
Bukti follow instgram GA4P Lamongan, PD. IPM Lamongan,PC Ippnu Lamongan , ILC