OLEH:
NI LUH ADE SERIASIH
NIM. P07120320013
PRODI NERS KELAS.A
3. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernapasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.
Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha menstabilkan suhu
badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan
panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan
aktivitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara
kedua scapula dan axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal
dan vertebra. Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolisme dalam
lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah
kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin
semakin banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi:
a. Konveksi
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya
b. Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan
kontak langsung.
c. Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan
panas terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.
d. Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda
padat yang menempel ditubuhnya.
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :
Cold stress
Hyperbilirubinemia
4. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit
lebih tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai
22,5 gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung
SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun
11-17 gr/dl dan RBC turun menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
5. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar
dinding abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding
abdomen anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba
di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru
dapat dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang
keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau
pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis
dan ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema.
Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir
untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan
kemudian tidak BAK selama 12-2 jam, kemudian akan BAK 6-10x/hari.
Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang-
kadang ada noda sedikit merah karena kristal urat.
6. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan,
mencerna, memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat
sederhana serta mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah
muda, pipi penuh karena perkembangan bantalan menghisap yang baik.
Bayi tidak dapat memindahkan makanan dari bibir ke farink, oleh karena
itu puting susu harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink.
Aktivitas peristaltic esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya
akan menjadi teratur sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada
bakteri pada GIT pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir melalui
orifisium ovale anal dan udara. Kapasitas lambung bayi 30-90 cc
tergantung besarnya bayi. Keasaman lambung lebih rendah dalam
beberapa minggu sampai usia 2-3 bulan.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk
setelah janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-
zat yang didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi
saluran cerna dan pecahan sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan
lengket, warna tersebut adalah akibat pigmen empedu. Keluaran
mekonium yang pertama adalah steril. Mekonium akan berganti dengan
feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen mempengaruhi relaksasi
dan kontraksi otot kolon sehingga sering bayi segera BAB setelah makan.
7. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat
kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah
batas kanan costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar
40% rongga abdomen. Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme
billirubin. 50% bayi aterm mengalami hyperbillirubinemia fisiologis.
Ikterik neonates terjadi akibat produksi bilirubin dengan kecepatan yang
lebih besar dari dewasa dan terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin
pada usus halus neonates.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a. Bayi tampak normal
b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari
ke-7
c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang
pada hari ke-9/10
d. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
e. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
f. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari
8. Sistem Integumen
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi kulit
bayi saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa
akan diabsorbsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.
Kulit bayi sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak merah
beberapa jam setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi
rambut lanugo. Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan
terakumulasi sejak trimester III.
9. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan.
Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif
yang diperoleh dari ibu. Barier alami, seperti asam lambung atau produksi
pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kestterilan usus halus,
belum berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA tidak
terdapat pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA aka nada
pada GIT jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan
mencapai 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan
IgE diproduksi secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada
masa kanak-kanak dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat imunitas
pasif dari kolostrum dan ASI.
10. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai
panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit
dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat
penyesuaian dengan jalan lahir. Ubun-ubun (fontanel) anterior teraba
lunak akan menutup pada bulan ke 12-18. Lingkar kepala bervariasi 33-37
cm. vertebra harus dicek adanya dimple (bengkok), mungkin berhubungan
dengan spina bifida.
11. Sistem Reproduksi
a. Wanita
- Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel
primordial).
- Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan
b. Pria
- Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
seperti keju
- Genitalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai
Perubahan fisiologis
Langkah-langkah pemeriksaan:
- Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
- Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan tarikan dinding
memegang bayi.
- Malas minum.
- Perut kembung.
- Periode apneu.
- Merintih.
- Perdarahan.
- Sangat kuning.
Kelainan kongeital merupakan dalam pertumbuhan cukup bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada
saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongeital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian dalam bulan bulan pertama kehidupannya sering di akibatkan oleh kelainan
kongeital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap
kelangsungan hidup bayi ayng di lahirkan. Bayi ayng di lahirkan dengan kelainan kongeital
besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pual sebagai
abyi kecil untuk masa keahamilannya. Bayi dengan berat lahir rendah kelainan kongeital,
kira-kira 20 % dalam minggu pertama kehidupannya. Di samping pemeriksaan fisik radiologi
dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongeital setelah bayi lahir di kenal
pula adanya diagnosis pre/preantenatal kelainan kongeital dengan beberapa cara pemeriksaan
tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
1. Asfiksia
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan sesegera sesudah tali pusat dijepit bayi
menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada
frekuensi 120-140/mnt dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi bayi
mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun
dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi-bayi ini akan
mengalami apnu atau menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan
ventilasi paru-paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan
pengeluaran CO2 .
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup:
- Afiksia intrauterine
- Bayi kurang bulan
- Obat-obat yang diberikan/diberikan oleh ibu
- Penyakit neuromuscular bawaaan
- Cacat bawaan
- Hipoksia intrapartum
6. Tetanus neunatorum.
Penyakit tetatus neunatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neunatus
(bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin dan menyerang system saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk
kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yang dapat terjadi pada
pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput
(terlepasnya tali pusar) masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari apabila masa inkubasi
kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih parah dari angka kematiannya tinggi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
I PENGKAJIAN
i. IDENTITAS PASIEN
Nama : ............................................
Umur : ............................................
Nama Ayah-Ibu : ............................................
Umur : ............................................
Pendidikan : ............................................
Pekerjaan : ............................................
Status perkawinan : ............................................
Agama : ............................................
Suku : ............................................
Alamat : ............................................
No.CM : ............................................
Tanggal MRS : ............................................
Tanggal pengkajian : ............................................
Sumber informasi : ............................................
vii. NUTRISI
ASI/PASI/Lain-lain
viii. ELIMINASI
BAB pertama, tanggal ........................ Jam..................
BAK pertama, tanggal ........................ Jam..................
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama ….. x ….. (I.01011)
Penyebab maka pola napas membaik. Tindakan:
□ Depresi pusat Dengan kriteria hasil: Observasi:
pernapasan □ Monitor pola napas
□ Hambatan upaya napas Pola napas L.01004 (frekuensi, kedalaman,
□ Defomitas dinding □ Ventilasi semenis usaha napas)
dada mningkat (5) □ Monitor bunyi napas
□ Defomitas tulang dada □ Kapasitas vital meningkat tambahan (mis. gurgling,
□ Gangguan (5) mengi, wheezing, ronchi
neuromuskular □ Diameter thoraks kering)
□ Gangguan neurologis anterior-posterior □ Monitor sputum (jumlah,
□ Imaturitas neurologis meningkat (5) warna, aroma)
□ Penurunan energi □ Tekanan ekspirasi Terapeutik:
□ Obesitas meningkat (5) □ Pertahankan kepatenan
□ Posisi tubuh yang □ Tekanan inspirasi jalan napas dengan head-
meghambat ekspansi meningkat (5) tilt dan chin-lift (jaw-
paru □ Dispnea menurun (5) thrust jika curiga trauma
□ Sindrom hipoventilasi □ Penggunaan otot bantu servical)
□ Kerusakan inervasi napas menurun (5) □ Posisikan semi-fowler
diafragma □ Pemanjangan fase atau fowler
□ Cedera pada medula ekspirasi menurun (5) □ Berikan minum hangat
spinalis □ Ortopnea menurun (5) □ Lakukan fisioterapi dada,
□ Efek agen farmakologis □ Pernapasan pursed-lip jika perlu
□ Kecemasan menurun (5) □ Lakukan penghisapan
□ Pernapasan cuping lendiri kurang dari 15
Gejala dan Tanda hidung menurun (5) detik
Mayor □ Frekuensi napas □ Lakukan hiperoksigenasi
Subjektif membaik (5) sebelum penghisapan
□ Dispnea □ Kedalaman napas endotrakeal
Objektif membaik (5) □ Keluarkan sumbatan
□ Penggunaan otot bantu Ekskursi dada membaik (5) benda pada dengan
jalan pernapasan forsep McGill
□ Fase ekspirasi □ Berikan oksigen, jika
memanjang perlu
□ Pola napas abnormal Edukasi:
□ Anjurkan asupan cairan
Gejala dan Tanda Minor 2000 ml/hari, jika tidak
Subjektif kontraindikasi
□ Ortopnea □ Ajarkan tehnik batuk
Objektif efektif
□ Pernapasan pursed-lip Kolaborasi:
□ Pernapasan cuping □ Kolaborasi pemberian
hidung bronkodilator,
□ Diameter thoraks ekspektoran, mukolitik,
anterior-posterior jika perlu
meningkat
□ Ventilasi semenit Pemantauan Respirasi I.01014
menurun Tindakan:
□ Kapasitas vital Observasi:
menurun □ Monitor frekuensi, irama,
□ Tekanan kedalam dan upaya napas
ekspirasi menurun □ Monitor kemampuan
□ Tekanan batuk efektif
inspirasi menurun □ Monitor adanya produksi
□ Ekskursi dada sputum
berubah. □ Monitor adanya sumbatan
jalan napas
Kondisi Klinis Terkait □ Palpasi kesimetrisan
□ Depresi sistem saraf ekspansi paru
□ Cedera Kepala □ Monitor pola napas
□ Trauma thoraks □ Monitor saturasi oksigen
□ Gullian bare sydrome □ Monitor AGD
□ Mutiple sclerosis □ Monitor x-ray thoraks
□ Myasthenia gravi Terapeutik:
□ Stroke □ Atur internal pemantau
□ Kuadriplegia respirasi sesuai kondisi
□ Intosikasi alkohol pasien
□ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
□ Informasikan hasim
pematauan, jika perlu
Piloereksi hipertermia
Terapeutik
Takikardia
Pasang alat pemantau suhu
Vasokontriksi
tubuh kontinu, jika perlu
verifier
Bedong bayi segera setelah
Kutis memorata
lahir untuk mencegah
(pada neonatus)
kehilangan panas
Masukan bayi BBLR ke
Kondisi linis terkait
dalam plastic segera setelah
Prematuritas
lahir (mis. Bahan
BBLR
polyethylene, polyurethane)
Gunakan topi bayi untuk
mecegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses
evaporasi
Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
Hangatkan dulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan
bayi (mis. Selimut, kain,
bedong, stetoskop)
Hindari meletakkan bayi
didekat jendela terbuka atau
di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
Gunakan Kasur pendingin,
water circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
Sesuaikan suhu tubuh
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
Demonstrasikan tehnik
perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
6. Risiko cedera b/d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Keamanan Bayi
keperawatan ……x….. jam (I12379)
Definisi: diharapkan Tingkat Cedera Tindakan
Berisiko mengalami Menurun dengan kriteria hasil: Observasi
bahaya atau kerusakan Identifikasi kesiapan dan
fisik yang menyebabkan Tingkat Cedera Menurun kemampuan menerima
seseorang tidak lagi (L.14136) infromasi
sepenuhnya sehat atau Kejadian cedera menurun
dalam kondisi baik (5) Terapeutik
Frekuensi nadi membaik Sediakan materi dan media
Factor risiko (5) pendidikan kesehatan
Eksternal Frekuensi nafas membaik Jadwalkan pendidikan
Terpapar pathogen (5) kesehatan sesuai
Terpapar zat kimia Denyut jantung apikal kesepakatan
toksik membaik (5) Berikan kesempatan untuk
Terpapar agen Denyut jantung radialis bertanya
nosocomial membaik (5)
Ketidakamanan Edukasi
transportasi Tingkat Jatuh menurun Anjurkan selalu
Internal (L05046) mengawasi bayi anjurkan
Ketidaknormalan Jatuh dari tempat tidur tidak meninggal bayinya
profile darah menurun (5) sendirian
Perubahan orientasi Jatuh saat dipindahkan Anjurkan menjauhkan
afektif menurun (5) benda yang berisiko
Perubahan sensasi membahayakan bayi (mis.
Disfungsi autoimun Kantung plastik, karet, tali,
Sinkop dirumah
intrakarnial) Edukasi
Pertolongan Pertama
Observasi
Identifikasi keamanan
penolong, pasien dan
lingkungan
Identifikasi respon pasien
dengan AVPU (alert, verbal,
pain unresponsive)
Monitor tanda-tanda vital
Monitor karakteristik luka
(mis. drainase, warna,
ukuran, bau)
Terapeutik
Meminta pertolongan, jika
perlu
Lakukan RICE (rest, ice
compression, elevation)
pada cedera otot ekstremitas
Lakukan penghentian
perdarahan (mis. penekanan,
balut tekan, pengaturan
posisi)
Bersihkan kulit dari racun
atau bahan kimia yang
menempel dengan sabun
dan air mengalir
Lepaskan sengatan dari kulit
Lepaskan gigitan serangga
dari kulit menggunakan
pinset atau alat yang sesuai
Edukasi
Ajarkan teknik perawatan
luka
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat-obatan
(mis. antibiotic profilaksis, vaksin,
antihistamin, antiinflamasi, dan
analgetik), jika perlu
8. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Faktor Risiko: keperawatan selama ... x ... jam
Ketidakmampuan diharapkan Status Nutrisi Observasi
menelan makanan Membaik dengan kriteria Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan hasil : Identifikasi alergi dan
mencerna Porsi makanan yang intoleransi makanan
makanan dihabiskan meningkat (5) Identifikasi makanan yang
Ketidakmampuan Kekuatan otot mengunyah disukai
mengabsirpsi meningkat (5) Identifikasi kebutuhan kalori
nutrient Kekuatan otot menelan dan jenis nutrient
Peningkatan meningkat (5) Identifikasi perlunya
kebutuhan Berat badan membaik (5) penggunaan selang nasogastrik
metabolism Nafsu makan membaik (5) Monitor berat badan
Faktor ekonomi Membrane mukosa membaik Monitor asupan mkanan
Faktor psikologis (5) Monitor hasil pemeriksaan
Kondisi Klinis Terkait: laboratorium.
Stroke Terapeutik
Parkinson Lakukan oral hygene sebelum
Mobius syndrome makan, jika perlu
Cerebral palsy Fasilitasi menentukan
Cleft lip pedoman diet
Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-
KR.
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP
– SP.
Saifuddin. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
(Ni Nyoman Hartati, S.Kep., Ns., M.Biomed.) (Ni Luh Ade Seriasih)
NIP: 196211081982122001 NIM: P07120320013