Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokter gigi keluarga merupakan dokter gigi yang mampu

menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat. Dokter gigi

keluarga memiliki peran untuk memecahakan masalah kesehatan gigi keluarga

baik yang sakit maupun yang sehat.

Karies gigi di puskesmas Kartak Hanyar berdasarkan data laporan

tahunan 2019 Puskesmas Guntung Payung merupakan salah satu kasus

tertinggi yang berjumlah 2602 kasus pertahun. Berdasarkan data yang

didapatkan pada saat survey DMF-T modifikasi WHO daerah Kartak Hanyar

didapatkan angka 10,0 yaitu berada pada katagori sangat tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, tim puskesmas Kartak Hanyar bersama dengan

mahasiwa PBL melakukan skrinning dan memilih keluarga bapak “A”

seorang warga Kartak Hanyar berusia 28 tahun namun memiliki masalah gigi

berlubang, sisa akar dan kehilangan gigi. Bapak “A” juga mengeluhkan

memiliki riwayat darah tinggi. Bapak “A” memiliki 3 orang anak yang juga

mengalami karies gigi hampir semua giginya dan sering mengeluhkan

sariawan. Dari data tersebut maka keluarga bapak “A” perlu dilakukan

pembinaan dokter gigi keluarga.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1
2

Memberikan informasi mengenai karies gigi dan edukasi menjaga

kesehatan gigi dan mulut

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bapak “A” dan keluarga

mengenai karies gigi, penyebab, akibat dan penanganannya

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bapak “A” dan keluarga

mengenai cara menjaga dan merawat gigi.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat akademik

Mampu mengidentifikasi masalah dalam satu keluarga secara meluas serta

memberikan informasi kepada masyarakat.

1.3.2 Manfaat Praktis

Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang akibat yang ditimbulkan

apabila tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut


3

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Dokter Keluarga

2.1.1 Pengertian

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan

tugas profesi untuk mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat

tetap dan semakin percaya pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan

oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan

penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari

pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila

diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua

orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan

usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu

sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu

tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis

dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat

mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan

psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas

berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi

pasiennya.
4

Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu

kedokteran yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh

penyakit terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap

timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk

mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan

normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi

dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui

pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai

wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran

yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk

memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan

dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan

memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care,

yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :

1. Promosi kesehatan

2. KIA

3. KB

4. Gizi

5. Kesehatan lingkungan

6. Pengendalian penyakit menular

7. Pengobatan dasar
5

2.1.2 Tujuan

a.  Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang

lebih efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,

pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan

karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak

hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada

pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari

anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan

diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan

suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan

karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula

diharapkan lebih memuaskan.

b.  Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang

lebih efisien.

Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan

dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan

penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan pencegahan

penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila

dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam

menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada

pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena

salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat
6

dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang

berulang-ulang, yang besar peranannya dalam mencegah

penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu

bersifat terbatas.

2.1.3 Manfaat

Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik,

akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain

adalah (Cambridge Research Institute, 1976) :

1.  Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai

manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.

2.  Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan

dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.

3.  Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik

dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan

saat ini.

4.  Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga

penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai

masalah lainnya.

5.  Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala

keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan

ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam

menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.


7

6.  Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi

timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.

7.  Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata

cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan

meringankan biaya kesehatan.

8.  Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih

yang memberatkan biaya kesehatan.

2.1.4 Karakteristik

1. Tempat kontak medis pertama dalam sebuah sistem pelayanan

kesehatan, membuka dan menyelengarakan akses tak terbatas kepada

penggunanya, menggarap semua masalah kesehatan, tanpa memandang

golongan usia, jenis kelamin, atau karakter individual yang dialayani.

2. Memanfaatkan sumber daya secara efisien, melalui sistem pelayanan

yang terkoordinasi, kerjasama dengan paramedis lainnya di layanan

primer, dan mengatur keperluan akan layanan spesialis dan dibuka

peluang untuk advokasi bagi pasien jika diperlukan.

3. Mengembangkan “person-centred approach” berorientasi pada individu,

keluarganya, dan komunitasnya.

4. Mempunyai cara konsultasi yang unik yang menggambarkan hubungan

dokter-pasien sepanjang waktu, melalui komunikasi efektif antara

dokter-pasien.
8

5. Mempunyai proses pengambilan keputusan yang istimewa

mempertimbangkan insidens dan prevalens penyakit di masyarakat.

6. Menangani masalah kesehatan akut dan kronik setiap individu pasien.

7. Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang

mungkin memerlukan intervensi segera.

8. Meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan melalui intervensi yang

pas dan efektif.

9. Mempunyai tanggung jawab khusus untuk kesehatan masyarakat.

10. Mengelola masalah kesehatan dalam dimensi jasmani, rohani (psikologi)

sosial,kultural, dan eksistensial.

2.1.5 Praktik Dokter Keluarga

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Permenkes No. 2052/MenKes/Per/X/2011

tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, “Praktik

kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter

terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan”. Pada

penyelenggaraan praktik kedokteran, dokter yang membuka praktik

kedokteran atau layanan kesehatan harus memenuhi persyaratan yang

ditetapkan pemerintah. Kendatinya dokter telah mempunyai Surat Tanda

Registrasi (STR) atau telah resmi menyandang profesi dokter, dokter

gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis. Setelah mempunyai STR

seorang dokter yang hendak menyelenggarakan praktik kedokteran

wajib mempunyai Surat Izin Praktik (SIP). Kewajiban mempunyai SIP


9

tertuang pada Permenkes No. 2052/MenKes/Per/X/2011 tentang Izin

Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

a. Surat Tanda Registrasi (STR) Surat Tanda Registrasi (STR) dokter

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

(KKI) kepada dokter sesuai ketentuan perundangundangan. Berdasarkan

Pasal 2 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (Perkonsil) No.

1/KKI/Per/I/2010 tentang Registrasi Dokter Program Internsip bahwa,

“Setiap dokter yang akan melakukan praktik kedokteran mandiri di

Indonesia wajib menjalani program internsip guna memperoleh tingkat

kemahiran untuk berpraktik secara mandiri. Kegiatan internsip

dilakukan terpisah dari program pendidikan dokter yang dilaksanakan

oleh institusi pendidikan kedokteran.” Setiap dokter yang akan

melakukan internsip diwajibkan memenuhi persyaratan sebagaimana

yang diatur dalam persyaratan praktik kedokteran di Indonesia yaitu

harus mempunyai Surat Tanda Registrasi STR yang dikeluarkan oleh

Konsil Kedokteran Indonesia.

Menurut Pasal 4 ayat (5) Perkonsil No. 1/KKI/Per/I/2010, Dokter

peserta internsip yang telah memiliki STR diberikan kewenangan untuk

melakukan praktik pelayanan primer dan terbatas di tempat pelaksanaan

internsip. Pada Pasal 5 ayat (3) Perkonsil No. 1/KKI/Per/I/2010,

“Dengan telah selesainya masa internsip dokter yang bersangkutan

melapor ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk selanjutnya

mendapatkan STR untuk praktik mandiri, dengan nomor registrasi yang


10

sama pada waktu menjalankan kewenangan sebagai dokter internsip”.

Selain mempunyai STR, dokter juga diwajibkan mempunyai Surat Izin

Praktik (SIP).

b. Surat Izin Praktik (SIP) Setiap dokter yang telah menyelesaikan

pendidikan dan ingin menjalankan praktik kedokteran dipersyaratkan

untuk memiliki izin. Izin menjalankan praktik memiliki dua makna,

yaitu:

(1) Izin dalam arti pemberian kewenangan secara formil (formeele

bevoegdheid).

(2) Izin dalam arti pemberian kewenangan secara materiil (materieele

bevoegdheid).

Izin diberikan dalam bentuk tertulis, berdasarkan permohonan tertulis

yang diajukan. Lembaga yang berwenang mengeluarkan izin juga

didasarkan pada kemampuan untuk melakukan penilaian administratif

dan teknis kedokteran. Pengeluaran izin dilandaskan pada asas-asas

keterbukaan, ketertiban, ketelitian, keputusan yang baik, persamaan hak,

kepercayaan, kepatutan dan keadilan. SIP berlaku untuk masa berlaku 5

tahun bisa diperpanjang, sedangkan SIP untuk internsip hanya berlaku

satu tahun. Apabila masa STR telah habis, SIP tetap dapat diperpanjang

asal dibuktikan dengan tanda terima pengurusan yang dikeluarkan

organisasi profesi dengan masa berlaku maksimal 6 (enam) bulan. Pada

penyelengaraan praktik kedokteran, dokter diwajibkan mempunyai STR

dan SIP. Setelah dokter mempunyai STR dan SIP seorang dokter sudah
11

sah menyelenggarakan praktik layanan kesehatan baik di tempat

pemerintah maupun pribadi/mandiri. Sebelum melakukan praktik, yang

wajib dilakukan dokter adalah memasang papan nama praktik

kedokteran sesuai perintah Pasal 26 Permenkes No.

2052/MenKes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik

Kedokteran. Papan nama harus memuat nama dokter, nomor STR,

nomor SIP. Kewajiban mengenai papan ini juga tercantum dalam

UUPK. Selanjutnya bila prosedur tersebut telah terpenuhi, ia pun

berwenang melakukan praktik kedokteran. Pada Pelaksanaan Praktik

Kedokteran, penanganan yang dilakukan dokter ditempat praktiknya

adalah anamnesis, pemeriksaan fisik (bila perlu dilakukan pemeriksaan

penunjang), diagnosis penyakit, informed consent, terapi dan prognosis.

2.2 FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA

Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar,

dkk. 2004) :

a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang

individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga,

komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam

jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien

yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan


12

komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan

dipertangungjawabkan

b. Comunicator  (Penghubung atau Penyampai Pesan)

Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan

yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri serta memicu

perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan

komunitasnya

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan

teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan

mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost

effectiveness” untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat

keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

d. Manager

Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di

dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi

kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang

ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan

bijaksana

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang

dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan


13

komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan

melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan

masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :

a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit

b. Melayani individu dan keluarganya

c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan

penyakit

d. Menangani penyakit akut dan kronik

e. Merujuk ke dokter spesialis

Kewajiban dokter keluarga :

a. Menjunjung tinggi profesionalisme

b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek

c. Bekerja dalam tim kesehatan

d. Menjadi sumber daya kesehatan

e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi

Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga

Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu

perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga


14

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga

ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,

berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks

Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat

g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek


15

BAB 3
ANALISIS REKAM MEDIS DOKTER KELUARGA

3.1 Data Pasien dan Keluarga


Merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter
gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya. Dokumen
Merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto rontgen, hasil
laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya.
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
1. Identitas Pasien
2. Tanggal dan waktu.
3. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
4. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
9. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan
10. Persetujuan tindakan bila perlu
3.2 Hasil Eksplorasi
3.2.1 Eksplorisasi Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
- Rumah : rumah genteng terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
makan, 1 ruang tengah, 4 kamar tidur, 1 dapur dan halaman belakang
- Luas bangunan : 125 m2
- Dinding : kombinasi batu bata dan semen
- Lantai : lantai rumah berupa keramik
- Sumber air minum : air yang diminum berasal dari air PDAM
b. Lingkungan sosial
16

- Kehidupan sosial : anak usia 20 tahun bersekolah di Sekolah


Menengah Atas dan usia 25 tahun sekolah perguruan tinggi dengan
orang tua bekerja sebagai PNS dan ibu sebagai PNS
c. Lingkungan ekonomi
- Pendapatan keluarga : sumber pendapatan keluarga berasal dari bapak
dan ibu ± total Rp.6.000.000/ bulan
d. Lingkungan budaya
- Pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan yang sering didatangi
adalah dokter gigi
- Pola makan keluarga : teratur dan bergizi
- Aktivitas mental keluarga : rukun
3.2.2 Eksplorasi Riwayat Penyakit Keluarga
- Bapak : normal
- Ibu : gigi ngilu, asam urat
- Kakak : karies
- adik : karies gigi

3.3 Diagnosis
3.3.1 Diagnosa Utama
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dengan diagnosa utama dari
sasaran adalah karies. Sasaran utama dokter gigi keluarga adalah kaka.
3.3.2 Diagnosa keluarga
- bapak keadaan gigi baik. terdapat resesi gingiva pada posterior rahang
bawah dan OHI-S baik akibat salah cara menyikat gigi.
- ibu mengalami hipersensitivitas dentin. Terdapat abrasi gigi rahang
atas dan OHI-S sedang
- kakak mengalami karies gigi anterior gigi icsive 1 dan 2
- adik mengalami karies pada 1 gigi posterior
3.4 Rencana Intervesi
3.4.1 Karies gigi
- Memberikan edukasi mengenai karies gigi dan perawatan yang akan
dilakukan
- Memberikan edukasi tentang bahaya gigi berlubang jika tidak
dilakukan perawatan
- Memberikan edukasi dan demonstrasi mengenai waktu menyikat gigi
dan cara menyikat gigi
- Memotivasi dan mengedukasi pasien untuk memeriksa keadaan rongga
mulut ke dokter gigi, puskesmas atau rumah sakit terdekat setiap 6
bulan sekali
3.4.2 Abrasi
- Memberikan edukasi penyebab, perjalanan penyakit, dan pencegahan
abrasi gigi
17

- Memberikan informasi mengenai perawatan yang sesuai dengan


keluhan dan gambaran klinis pasien.
- Memberikan edikasi cara menyikat gigi agar gigi tidak terkikis dan
pemilihan sikat gigi yang tepat

BAB IV

PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH

Rencan Tujuan Tem W Sas Ta Metode Indika Meto Pertang Angg


Kegiatan Kegiata pat/ akt aran rge yang tor de gung aran
n Lok u t digunak Keber evalu jawaba yang
asi an hasila asi n dibut
Kegi n kegiata uhka
atan n n
- M - terDi Dil pero Ke Pengam Pasien Penc - do -
e pusk ak rang lua atan, sangat atata
l - teresm uk an rga Wawan kooper n dan - pe -
a as an mau ya cara, atif pelap
k mau set pun ng Diskusi dan oran - ka -
u pun iap kelu ter dan mau
k mau bul arga dir Konsult mengi - bi -
a pun an nya i asi kuti
n balai (1x dar apa -
keca ) i yang
a mata ibu telah -
d n , dijelas
v sete ba kan
o mpat pa
k atau k,
a di an
s setia ak-
i p an
/ rum ak
e ah ser
d pasi ta
u en lan
k sia
a
s
i
k
e
18

s
e
h
a
t
a
n

g
i
g
i
d
a
n

m
u
l
u
t
k
e
p
a
d
a

p
a
s
i
e
n

d
a
n

k
e
l
u
a
r
g
a
n
y
a
- M
e
l
a
19

k
u
k
a
n

u
p
a
y
a

i
n
f
o
r
m
a
s
i
,
e
d
u
k
a
s
i
d
a
n

a
d
v
o
k
a
s
i
k
e
s
e
h
a
t
a
n

g
i
g
20

i
d
a
n

m
u
l
u
t
m
e
l
a
l
u
i
p
e
n
y
u
h
a
n

m
i
s
a
l
n
y
a

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

b
r
o
s
u
r
,
21

l
e
a
f
l
e
t
,
p
l
a
m
f
l
e
t
d
l
l
Menyusun langkah – langkah rencana intervensi yang disepakati, yaitu

dalam bentuk table yang terdiri dari:

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatangigi dan mulut secara paripurna kepada suatu keluarga yang menjadi
tanggung jawabnya. Prinsip dai pelayanan dokter gigi keluarga yaitu dokter gigi
sebagai kontak pertama, bersifat pribadi, melakukan pelayanan komprehensif,
membentuk paradigma sehat, melakukan pelayanan berkesinambungan,
koordinasi dan kolaborasi, serta family and community oriented. Fungi dokter gigi
keluarga adalah memberikan kemudahan mengakses pelayanan kesehatan, mudah
dalam pemanfaatan layanan, biaya kesehatan terkendali dan mutu pelayanan lebih
meningkat. Ruang lingkup pelayanan dokter gigi keluarga meliputi pelayanan
darurat, pelayanan pencegahan, pelayanan mediik dasar dan pelayanan medik gigi
khusus. Jumlah keluarga yang dibina dokter gigi keluarga mencpai 28% dari
penduduk.
22

5.2 Saran
Agar penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga dapat terlaksana
dengan baik, maka disarankan agar dokter gigi berperan serta dalamupaya
sosialisasi pelayanan kedokteran gigi keluarga sehingga dapat membangkitkan
aspirasi pada upaya promotif dan preventif

Anda mungkin juga menyukai