Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

DANA BOS DAN GAJI HONORER

Disusun oleh :
Annisa Robiyanti (1102011038)

Zulfikar Caesar Narendra (1102014294)

Pembimbing :
dr. Ferryal Basbeth, Sp.F DKM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK


UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN
RSUD DR DRAJAT PRAWIRANEGARA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdu Lillahi Rabbil ’Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt,
karena atas rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam kepada Rasulullah dan keluarga,
sahabat-sahabat serta para pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul ”DANA BOS DAN GURU HONORER”

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Forensik di RSUD DR DRAJAT PRAWIRANEGARA. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bimbingan
yang telah diberikan selama pembuatan referat ini kepada dr. Ferryal Basbeth SpF DFM

Dalam menyelesaikan penulisan referat ini, penulis menyadari bahwa tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kehilafan, serta dengan tangan terbuka mengharapkan kritik dan
saran demi kesempurnaan referat ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, April 2020

Penulis

2
PENDAHULUAN
"Kemdikbud Imbau Sekolah Gunakan Dana Bos Sesuai RKAS" Dalam menghadapi
kondisi darurat virus corona atau Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) mengimbau pada satuan pendidikan. Imbauan itu pada satuan pendidikan penerima
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Penyelenggara (BOP) PAUD dan
Pendidikan Kesetaraan untuk segera melakukan penyesuaian Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS). Hal ini sejalan dengan penyesuaian petunjuk teknik dana BOS dan BOP untuk
membantu sekolah menghadapi virus corona. "Untuk semua sekolah yang sudah dapat dana BOS
silahkan langsung digunakan sesuai RKAS yang sudah diatur sekolah dan disetujui dinas," ujar
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah,
Kemdikbud, Hamid Muhammad seperti dikutip dari laman resmi Dinas Pendidikan (Disdik) DKI
Jakarta, Minggu (26/4/2020). "Saya berharap sekolah segera melaksanakan dan menggunakan
dana tersebut sesuai peruntukan sesuai hasil RKAS yang telah direvisi merujuk pada regulasi
baru," imbuhnya lagi.
Merujuk Permendikbud 19/2020 Dikatakan, penyesuaian RKAS merujuk pada
Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020. Selama masa darurat virus corona yang ditetapkan
pemerintah pusat, sekolah dapat menggunakan dana BOS Reguler dengan beberapa ketentuan.
Dalam pasal 9 disebutkan pembiayaan langganan daya dan jasa dapat digunakan untuk
pembelian pulsa, paket data, dan atau layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan atau
siswa dalam pembelajaran dari rumah. Sementara untuk pembiayaan administrasi kegiatan
sekolah dapat digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi
kuman, masker atau penunjang kebersihan lainnya. Untuk pengelolaan dana BOS secara terbuka
melibatkan pengelola sekolah, dan kepala sekolah bertindak sebagai penanggung jawab.
Acuannya tetap menggunakan 12 komponen penggunaan dana BOS. Tetapi aturan alokasi untuk
guru honorer harus dilepas. "Jadi kalau misalnya di satu sekolah memerlukan dana lebih dari 50
persen untuk membayar guru honorer yang mengajar ke rumah-rumah, diperbolehkan," jelasnya.
Hanya saja, penggunaannya untuk apa saja itu sudah ditetapkan. Tapi berapa besarannya yang
digunakan, diserahkan ke kepala sekolah.
Minimalisir penyimpangan Untuk menjawab kekhawatiran masyarakat atas penggunaan
dana BOS yang tidak tepat sasaran, Hamid Muhammad menyatakan bahwa kepala sekolah sudah
memahami mekanisme dan segala konsekuensinya. Sistem pelaporan BOS yang terus menerus
dikembangkan saat ini kian meminimalisir penyimpangan dana BOS. Terlebih di tengah kondisi
darurat ini sebaiknya seluruh unsur sekolah bahu-membahu mengoptimalkan penggunaan dana
BOS yang tepat sasaran. Meski fleksibel, pihaknya tidak membenarkan jika dana BOS
digunakan untuk membeli sembako. Karena hal ini tidak tertulis di dalam Permendikbud yang
baru.1

4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dana BOS
1.1 Definisi
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang pada dasarnya
untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi sekolah. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia
adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi
dan personalia yang boleh dibiayai dengan dana BOS.2
Sasaran Dana BOS
a. Jenjang Sekolah Dasar
b. Jenjang Sekolah Menengah Pertama
c. Jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
d. Semua Jenjang SLB (Sekolah Luar Biasa)

1.2.Tujuan
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam rangka pembelajaran yang bermutu, serta berperan dalam
mempercepat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah yang belum
memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah yang
sudah memenuhi SPM. 2
 Tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan dasar adalah:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa di sekolah negeri terhadap biaya operasi
sekolah;
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk
apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
 Sementara tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan menengah adalah:
1. Membantu biaya operasional sekolah non personalia;
2. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK);
3. Mengurangi angka putus sekolah;
4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa miskin dengan
membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah dan
biaya lainnya di sekolah;
5. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu;
6. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.2

1.3. Aturan Pelaksanaan BOS


Pelaksanaan program BOS diatur dengan beberapa peraturan, yaitu:
1. Peraturan Presiden yang mengatur Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
2. Peraturan dari Kementerian Keuangan yang mengatur mekanisme penyaluran dana BOS
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah dan perpajakan.
3. Peraturan dari Kementerian Dalam Negeri yang mengatur mekanisme penyaluran dari kas
daerah ke sekolah dan mekanisme pengelolaan (perencanaan dan pelaporan) dana BOS di
daerah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk teknis Bantuan
Operasional Sekolah. 2

1.4 Besar Bantuan


Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa yang
ada di sekolah. Data jumlah siswa yang digunakan dalam perhitungan besar dana BOS
bagi sekolah adalah data dari Dapodikdasmen dengan kriteria tertentu yang akan
dijelaskan pada bab selanjutnya. Adapun satuan biaya untuk perhitungan besar dana
BOS yang diberikan ke sekolah adalah: 1. Jenjang SD : Rp 800.000,-/siswa/tahun 2.
Jenjang SMP : Rp 1.000.000,-/siswa/tahun 3. Jenjang SMA dan SMK : Rp
1.400.000,-/siswa/tahun2

6
1.5 Waktu Penyaluran
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 (tiga) bulanan, yaitu periode Januari-
Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Bagi wilayah yang secara
geografis sangat sulit sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami
hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, atas usulan pemerintah
daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penyaluran dana BOS
kepada sekolah dilakukan setiap semester, yaitu Januari- Juni dan Juli-Desember.2

2. Guru Honorer
Guru honorer ialah guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai calon pegawai
negeri sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan
di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Pada umumnya, mereka menjadi
tenaga sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur honorer,
ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil formasi umum.
Guru honorer juga sering disebut sebagai Guru Tidak Tetap ( GTT ), Guru Belum Tetap
( GBT ), dan Guru Wiyata Bhakti ( GWB). 3

Guru honorer terdiri atas beberapa kelompok :


1. Berdasarkan naungan kementerian :
 Guru honorer kemendikbud
 Guru honorer kemenag
2. Berdasarkan tempat pengabdiannya
 Guru honorer di sekolah negeri
 Guru honorer di sekolah swasta
3. Berdasarkan kategori honorer yang pengabdiannya sebelum tahun 2005
 Guru honorer kategori 1 disingkat k1 (kategori ini mayoritas sudah diangkat
menjadi CPNS/PNS). Guru honorer kategori 1 adalah guru honorer yang penghasilannya
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negar (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Balanja Daerah (APBD), dengan kriteria : diangkat oleh pejawat berwenang, bekerja
di instansi pemerintahan, masa kerja minimal 1 tahun pada tanggal 31 Desember 2005
dan sampai saat ini masih bekerja secara terus-menerus, dan berusia sekurang-kurangnya
19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun per 1 Januari 2006.
 Guru honorer kateri 2 disingkat k2 (kategori ini sebagian sudah diangkat menjadi
CPNS/PNS dan sebagian yang lain tengah menunggu pengangkatan honorer kategori 2
menjadi CPNS). Guru honorer kategori 2 adalah guru honorer yang penghasiulannya
dibiayai dari APBN atau bukan dari APBD, dengan kriteria : diangkat oleh pejabat yang
berwenang, bekerja di instalasi pemerintahan, masa kerja minimal 1 tahun, berusia
sekurang-kurangnya 19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun.
4. Berdasarkan kategori honorer yang pengabdian setelah tahun 2005
 Guru honorer non katogi yang mengabdi di sekolah negeri
 Guru honorer non kategori yang mengabdi di sekolah swasta
Guru honorer yang SK pengabdiannya di atas tahun 2005 sering disebut jufa dengan
“guru honorer non kategori” ada juga yang menyebut honorer kategoti 3 (K3)3

3. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun


2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 8
Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler 4

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia,


Menimbang :
a. bahwa dalam upaya mendukung pelaksanaan pembelajaran dari rumah sebagai akibat
dari meningkatnya dampak penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) terhadap
pembelajaran pada satuan pendidikan, perlu adanya perubahan kebijakan pembiayaan
operasional sekolah melalui dana bantuan operasional sekolah reguler yang diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler;
b. bahwa ketentuan mengenai komponen pembiayaan dalam bantuan operasional
sekolah reguler yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler

8
belum mengakomodir penggunaan dana untuk operasional pembelajaran dari rumah,
sehingga perlu diubah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler;

Mengingat :
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
242);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1673) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9
Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 124);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020
tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 99);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH REGULER.
Pasal I
Ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020
tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 99) diubah sebagai berikut:
Di antara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 9A sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 9A
(1) Selama masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 yang
ditetapkan Pemerintah Pusat, sekolah dapat menggunakan dana BOS Reguler dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pembiayaan langganan daya dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
huruf g dapat digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan
pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran dari rumah; dan
b. pembiayaan administrasi kegiatan sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat 2 huruf e dapat digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan,
pembasmi kuman (disinfectant), masker atau penunjang kebersihan lainnya.
(2) Ketentuan pembayaran honor paling banyak 50% (lima puluh persen) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) tidak berlaku selama masa penetapan status Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Covid-19 oleh Pemerintah Pusat.

10
(3) Pembiayaan pembayaran honor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada
guru yang berstatus bukan aparatur sipil negara dan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. tercatat pada Dapodik per 31 Desember 2019;
b. belum mendapatkan tunjangan profesi; dan
c. memenuhi beban mengajar termasuk mengajar dari rumah dalam masa penetapan
status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah
Pusat.
(4) Ketentuan penggunaan dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) mulai berlaku sejak bulan April tahun 2020 sampai dengan dicabutnya penetapan status
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-l9 oleh Pemerintah Pusat.

Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 April 2020

4. Dana Bos dan Gaji Honorer


4.1: Perubahan Mekanisme Dana BOS Menjadi Langkah Pertama Peningkatan
Kesejahteraan Guru  
Pemerintah mengubah kebijakan penyaluran dan penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem
Anwar Makarim menyatakan melalui kebijakan Merdeka Belajar episode ketiga,
penggunaan dana BOS dibuat fleksibel, salah satunya sebagai langkah awal untuk
meningkatan kesejahteraan guru-guru honorer. "Penggunaan BOS sekarang lebih
fleksibel untuk kebutuhan sekolah. Melalui kolaborasi dengan Kemenkeu dan
Kemendagri, kebijakan ini ditujukan sebagai langkah pertama untuk meningkatan
kesejahteraan guru-guru honorer dan juga untuk tenaga kependidikan. Porsinya hingga 50
persen," dikatakan Mendikbud di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin
(10/02/2020). Dijelaskan Mendikbud, setiap sekolah memiliki kondisi yang berbeda.
Maka, kebutuhan di tiap sekolah juga berbeda-beda. “Dengan perubahan kebijakan ini,
pemerintah memberikan otonomi dan fleksibilitas penggunaan dana BOS,” tambah
Mendikbud.Pembayaran honor guru honorer dengan menggunakan dana BOS dapat
dilakukan dengan persyaratan yaitu guru yang bersangkutan sudah memiliki Nomor Unik
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), belum memiliki sertifikasi pendidik, serta
sudah tercatat di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sebelum 31 Desember 2019.“Ini
merupakan langkah pertama untuk memperbaiki kesejahteraan guru-guru honorer yang
telah berdedikasi selama ini,” ujar Nadiem. Kebijakan ini merupakan bagian dari
kebijakan Merdeka Belajar yang berfokus pada meningkatkan fleksibilitas dan otonomi
bagi para kepala sekolah untuk menggunakan dana BOS sesuai dengan kebutuhan
sekolah yang berbeda-beda. Namun, hal ini diikuti dengan pengetatan pelaporan
penggunaan dana BOS agar menjadi lebih transparan dan akuntabel.5

A. Penyaluran Makin Cepat dan Tepat Sasaran


Dana BOS merupakan pendanaan biaya operasional bagi sekolah yang bersumber
dari dana alokasi khusus (DAK) nonfisik. Percepatan proses penyaluran dana BOS
ditempuh melalui transfer dana dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) langsung ke
rekening sekolah. Sebelumnya penyaluran harus melalui Rekening Kas Umum Daerah
(RKUD) Provinsi. Tahapan penyaluran dilaksanakan sebanyak tiga kali setiap tahunnya
dari sebelumnya empat kali per tahun. “Kita membantu mengurangi beban administrasi
Pemerintah Daerah dengan menyalurkan dana BOS dari Kemenkeu langsung ke rekening
sekolah sehingga prosesnya lebih efisien,” kata Mendikbud. Penetapan surat keputusan
(SK) sekolah penerima dana BOS dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), kemudian disusul dengan verifikasi oleh pemerintah
provinsi/kabupaten/kota. Sekolah diwajibkan untuk melakukan validasi data melalui
aplikasi Dapodik sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Batas akhir pengambilan data
oleh Kemendikbud dilakukan satu kali per tahun, yakni per 31 Agustus. Sebelumnya
dilakukan dua kali per tahun, yaitu per Januari dan Oktober. Selain kebijakan penyaluran
dan penggunaan, pemerintah juga meningkatkan harga satuan BOS per satu peserta didik
untuk jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah

12
menengah atas (SMA) sebesar Rp100.000 per peserta didik. Untuk SD yang sebelumnya
Rp800.000 per siswa per tahun, sekarang menjadi Rp900 ribu per siswa per tahun. Begitu
juga untuk SMP dan SMA masing-masing naik menjadi Rp1.100.000 dan Rp1.500.000
per siswa per tahun.5

B. Makin Transparan dan Akuntabel  


Merujuk pada Petunjuk Teknis (juknis) BOS Reguler Tahun 2020, peningkatan
transparansi penggunaan dana BOS oleh sekolah akan semakin optimal. Kemendikbud
mengharapkan laporan pemakaian dana BOS mampu menggambarkan keadaan
penggunaan BOS yang riil dan seutuhnya. “Karena kita sudah memberikan otonomi dan
fleksibilitas kepada Sekolah dan Kepala Sekolah, maka kita juga memerlukan
transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana BOS,” tutur Mendikbud. “Dengan
begitu, Kemendikbud bisa melakukan audit secara maksimal dalam upaya perbaikan
kebijakan pendanaan sekolah,” tambahnya. Mendatang, penyaluran dana BOS tahap
ketiga hanya dapat dilakukan jika sekolah sudah melaporkan penggunaan dana BOS
untuk tahap satu dan tahap dua. Sekolah juga wajib mempublikasikan penerimaan dan
penggunaan dana BOS di papan informasi sekolah atau tempat lain yang mudah diakses
masyarakat.5

4.2 Bantuan Operasional Sekolah Berikan Solusi Kesejahteraan Guru Non ASN
Melalui kebijakan Merdeka Belajar episode ketiga mengenai penyaluran dan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) memastikan kesejahteraan guru non ASN akan dapat
terbantu. Saat ini sebanyak 50 persen dari dana BOS dapat digunakan untuk membantu
membayar honor guru tersebut yang memiliki NUPTK dan tercatat di Dapodik pada 31
Desember 2019  di sekolah penerima bantuan dana BOS. Angka ini cukup signifikan
dari sebelumnya hanya 15 persen dari total alokasi yang diterima
sekolah.“Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ) No.8 Tahun
2020 ini merupakan kepedulian Kemendikbud terhadap guru yang kurang dapat
perhatian, di mana pada poin terakhir disebutkan bahwa penggunaan dana BOS bisa
dipakai untuk membayar honor guru, maksimum 50 persen. Untuk sementara kita
lakukan ini dulu," kata Plt Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud, Ade Erlangga
Masdiana dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertema 'Skema Dana Bos, Kenapa
Diubah?' di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta, Sabtu (15/2/2020). Erlangga menjelaskan,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim telah
melakukan kajian cukup lama sebelum mengeluarkan kebijakan 'Merdeka Belajar'
episode ketiga ini. Kajian perubahan skema dana BOS ini juga sudah melibatkan semua
pihak."Kajiannya sudah lama sejak Pak Nadiem masuk ke Kemendikbud, jadi semua
pihak mulai dari guru, (stakeholder) pendidikan, terkait dengan itu, semua dibicarakan
dan dianalisis dan diambil keputusan," tuturnya. Kebijakan ini merupakan bagian dari
kebijakan Merdeka Belajar yang berfokus pada meningkatkan fleksibilitas dan otonomi
bagi para kepala sekolah untuk menggunakan dana BOS sesuai dengan kebutuhan
sekolah yang berbeda-beda. Namun, hal ini diikuti dengan pengetatan pelaporan
penggunaan dana BOS agar menjadi lebih transparan dan akuntabel. Lebih lanjut,
Erlangga mengatakan, kenaikan porsi pembayaran gaji guru non ASN dalam dana BOS
dapat membantu meringankan beban kepala sekolah yang sebelumnya kerap mencari
dana talangan untuk membayar honor guru tersebut. "Jadi, sering kali kepala sekolah
nyari dana talangan. Itu kan punya risiko. Oleh karena itu Kemendikbud mengeluarkan
kebijakan ini," ujarnya. Untuk diketahui, pemerintah mengubah skema penyaluran dana
BOS pada 2020 dengan memangkas birokrasi. Dana tersebut langsung ditransfer ke
rekening sekolah dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN). Kepala Sub Direktorat
Dana Alokasi Khusus Nonfisik, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)
Kementerian Keuangan, Kresnadi Prabowo Mukti yang menjadi salah satu narasumber
pada polemik Trijaya FM ini menjelaskan alasan skema penyaluran dana BOS ini
diubah pada tahun anggaran kali ini. Menurut Kresnadi, Dana BOS merupakan
pendanaan biaya operasional bagi sekolah yang bersumber dari dana alokasi khusus
(DAK) nonfisik. Percepatan proses penyaluran dana BOS ditempuh melalui transfer
dana dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) langsung ke rekening sekolah.
Sebelumnya penyaluran harus melalui Rekening Kas Umum Daerah (RKUD)
Provinsi.Penggunaan SK Sekolah untuk sudah sekitar 8 triliun langsung ke sekolah.
Jadi sudah langsung ke sekolah," ungkapnya. Kresna menambahkan pemberian langsung
tersebut bisa menggerakkan roda perekonomian secara langsung. "Jadi bagaimana

14
menterjemahkan belanja itu bisa langsung sampai ke tingkat yang paling rendah atau
yang paling pucuk yang sama dengan kalau kita lihat dana desa yang juga barusan
kemarin ada terobosan langsung ke desa dalam hal ini adalah sekolah," katanya. Kresna
menjelaskan, penyaluran dana BOS saat ini diringkas menjadi tiga tahap dan mulai
disalurkan paling cepat Januari sesuai kesiapan masing-masing sekolah. “Jadi kalau dulu
kembali disampaikan pada Januari-April-Juli-Oktober, 20 40 20 20. Sekarang menjadi
Januari-April-September, 30 40 30. Kenapa ini kita ubah karena rata-rata dulu itu
frekuensinya itu kurang pas karena ada pergantian tahun ajaran,” ujarnya. Data sekolah
yang telah menerima dan BOS Per Jumat (14/02/2020), Kresna mengatakan sampai saat
ini sekitar 136 ribu sekolah telah menerima dana BOS tahap I, sisanya dari total 250.000
sekolah yang akan menerima dana BOS tahun 2020 masih tahap verifikasi data oleh
Kemendikbud. Pada kesempatan ini, anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amaliah
memberikan catatan khusus terkait kebijakan penyaluran dana bantuan operasional
sekolah (BOS). Menurut Ledia, verifikasi sekolah menjadi suatu hal yang sangat penting
dengan berbagai keterbatasan karena luasnya wilayah di Indonesia. Mengenai
pengawasan penggunaan dana BOS oleh sekolah, Ledia berharap pengawasannya
semakin intens karena dana bantuannya ditransfer langsung ke rekening sekolah. "Untuk
menjaga, mengawasi dan melakukan pencermatan, saya harap pengawasanya semakin
intens baik itu dari Itjen (Inspektorat Jenderal) maupun dari masyarakat sendiri, " pesan
Ledia.6
A. Kata Pegiat Pendidikan Tentang BOS
Skema baru bagi BOS reguler yang dikeluarkan oleh Kemendikbud memberikan
dampak besar, bukan hanya bagi guru non ASN melainkan juga bagi sekolah. Pemberian
BOS langsung ke rekening sekolah ini secara tidak langsung memaksa sekolah untuk
memiliki sistem tata kelola yang baik. Pegiat pendidikan, Asep Sapa’at, mengungkapkan
bahwa pendidikan adalah investasi. Oleh karena itu yang harus dipastikan adalah
tanggung jawab moral pengelola dana agar semua dana bantuan yang telah dikeluarkan
pemerintah bisa dipertanggungjawabkan .“Biaya apapun yang dikeluarkan terkait
pendidikan Ini bicaranya harus paradigmanya investasi. Maka kalau bicara investasi
harus ada parameter yang terukur. Perubahan seperti apa yang diharapkan dengan
adanya kucuran dana sebesar itu,” tutur Asep. Kebijakan ini, lanjut Asep, menjadi
momen yang sangat penting untuk menguji kapasitas kepala sekolah di bidang
kepemimpinan dan tata kelola sekolah. Dalam bidang kepemimpinan bisa dilihat dari
visi dan strategi yang dimiliki kepala sekolah tersebut. “Jika kepala sekolah tidak
memahami apa tujuannya artinya berbahaya, dalam arti berapapun anggaran yang
dikucurkan tidak paham digunakan untuk apa. Kalau bicara tentang visi sebenarnya
sudah tahu apa yang dilakukan dan kita harus ingat dan sadari bersama bahwa uang itu
salah satu bantuan untuk peningkatan sumber daya,” jelas Asep. “Kemudian yang kedua
bicara soal manajerial tata kelola tadi saya sepakat bahwa hari ini ketika transfernya
langsung ke sekolah, kita akan bisa melihat mana kepala sekolah yang betul-betul
mengelola guru, murid, pembelajaran, sarana prasarana maupun anggaran lain. Jadi bisa
kita lihat bagaimana profil kepala sekolah yang kita miliki dalam aspek kepemimpinan
dan manajerialnya,” imbuh Asep. Selain peningkatan persentase untuk guru non ASN,
menurut Asep, yang tidak kalah penting adalah kemerdekaan guru dalam
mengembangkan profesionalismenya karena hal ini berdampak pada anak didik agar
anggaran yang besar ini dapat menghasilkan sumber daya manusia seperti yang
diharapkan bersama. Dikatakan Asep bahwa ada 4 kategori sekolah. Kategori pertama
yaitu sekolah kalah. Sekolah yang kalah itu sekolah yang tingkat ketercapaian tujuan
sekolah, program visi sekolah kecil dan sekolah ini tidak punya strategi. Kategori kedua
yaitu sekolah beruntung. Sekolah ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi,
misalnya memiliki lulusan bagus dan guru bagus tapi tidak punya strategi. Sekolah-
sekolah kategori ini sebenarnya punya peluang tipis untuk bisa mencapai keberhasilan di
tahun-tahun berikutnya. Selanjutnya, Kategori ketiga adalah sekolah belajar. Sekolah
belajar adalah sekolah yang tingkat keberhasilannya masih kecil tapi sudah punya
strategi sehingga selalu melakukan evaluasi setiap tahun. Kategori terakhir yaitu sekolah
pemimpin. Sekolah ini memiliki tingkat keberhasilan tinggi di mana ada capaian target
yang tinggi serta efektivitas strategi yang tinggi.“Ada beberapa parameter. Yang
pertama adalah tata kelola jadi sekolah itu sudah punya satu sistem yang memang sudah
fix misalkan sistem proses pengembangan profesionalisme gurunya, bagaimana sistem
pengembangan minat dan bakat anak, bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran dan
aspek-aspek lain menjadi punya satu sistem tata kelola yang fix dan itu terus
ditingkatkan. Saya ingin bisa melihat hasil pembelajaran,” terang Asep.6

16
Sementara itu Pembina Federasi Guru dan Tenaga Honorer Swasta Indonesia,
Didi Suprijadi, mengungkapkan bahwa dalam skema kebijakan Dana BOS terdahulu
banyak guru yang tidak mau menjadi kepala sekolah karena sangat sulit mengelola
keuangan sekolah sehingga harus melakukan berbagai manuver untuk menutupi
operasional sekolah. Ia mengingat kembali penyaluran BOS yang terdahulu. “Turunnya
uang itu sekitar bulan Maret. Bagaimana harus bayar listrik dan ada yang rusak harus
diganti? Belum lagi yang paling sedih adalah alokasi guru honorer 15 persen juga bukan
khusus untuk guru honorer tetapi untuk belanja pegawai. Judulnya belanja pegawai
kalau belanja pegawai honorer itu paling terakhir nanti kalau ada sisa. Guru honorer ini
ya karena masuknya kepada belanja pegawai sering tidak kebagian nah mengakibatkan
guru honorer di dapatnya ada yang 300. Bayangkan Rp300.000 per bulan dibayar 3
bulan sekali itu di akhir,” jelas Didi. “Yang lebih rawan lagi ini kepala sekolah mencari
talangan. Talangannya ke mana? Kadang-kadang ke rekanan. Kalau kata rekanan boleh
dibayar dulu tapi harganya yang maksimal sesuai dengan e-budgeting,” imbuh Didi.6
Terkait dengan peraturan bahwa guru non ASN yang akan menerima Dana
BOS harus memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), Didik
mengatakan bahwa hal tersebut menjadi kendala, mengingat syarat untuk mendapatkan
NUPTK adalah guru honorer tersebut harus memiliki SK penugasan dari dinas
pendidikan.6

4.3 Realisasi Pencairan Dana BOS dan BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan
Baru-baru ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Makarim
mengeluarkan Permendikbud No 8 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Reguler. Permendikbud tersebut untuk mendukung kebijakan "
Merdeka Belajar". Terkait BOS reguler, dana ini diperuntukkan untuk pembelian alat multi
media pembelajaran, pemeliharaan dan perawatan sarana sekolah, juga penerimaan peserta
didik baru. "Penggunaan BOS sekarang lebih fleksibel untuk kebutuhan sekolah," ujar
Nadiem pada konferensi pers bersama "Sinergi Pengelolaan Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan Dana Desa Berbasis Kinerja" pada Senin (10/2/2020) di Gedung
Kemenkeu, Jakarta. Dalam acara tersebut juga dihadiri langsung Menteri Keuangan
(Menkeu) Sri Mulyani serta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Menurut
Nadiem Makarim, pihaknya kini ingin memperhatikan kesejahteraan guru-guru honorer juga
tenaga kependidikan. Tak heran jika porsi untuk pembayaran guru honorer bisa maksimal
50 persen. Alur dan komponen pembiayaan dana BOS Pada kebijakan BOS 2020,
penggunaan dananya bisa diberikan kepada tenaga kependidikan jika dana masih tersedia.
Atau, tidak ada pembatasan alokasi maksimal maupun minimal pemakaian dana BOS untuk
buku maupun pembelian alat multimedia. Jadi tahun ini dana BOS memiliki manfaat besar,
diantaranya untuk peningkatan fleksibilitas dan otonomi penggunaan dana BOS bagi
sekolah. Dalam BOS 2020, berikut komponen pembiayaan/penggunaan dana BOS bagi SD
hingga SMK sesuai dari laman https://bos.kemdikbud.go.id/ termasuk alur pengunaannya.7
SD/SDLB/SMP/SMPLB
SD
1.Pengembangan perpustakaan
2.Kegiatan penerimaan siswa baru
3.Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
4.Kegiatan evaluasi pembelajaran
5. Pengelolaan sekolah
6.Pembelian atau perawatan alat multimedia pembelajaran
7. Pembayaran honor
8.Perawatan sekolah
9.Langganan daya dan jasa
10. Pengembangan profesi guru
SMA
1.Pengembangan perpustakaan
2. Kegiatan penerimaan siswa baru
3.Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
4. Kegiatan evaluasi pembelajaran
5. Pengelolaan sekolah
6.Pengembangan profesi guru
7. Langganan daya dan jasa
8. Perawatan sekolah
9. Pembayaran honor

18
10. Pembelian atau perawatan alat multimedia pembelajaran
SMK
1.Pengembangan perpustakaan
2. Kegiatan penerimaan siswa baru
3.Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
4.Kegiatan evaluasi pembelajaran
5.Pengelolaan sekolah
6.Pengembangan profesi guru
7.Kegiatan praktek kerja industri praktek kerja lapangan (PKL)
8.Kegiatan uji kompetensi dan sertifikasi kejuruan
9.Pembelian atau perawatan alat multimedia pembelajaran
10.Pembayaran honor
11.Perawatan sekolah
12. Langganan daya dan jasa7
Penyesuaian RKAS merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah Reguler. Selama masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah Pusat, sekolah dapat menggunakan dana
BOS Reguler dengan beberapa ketentuan. Dalam Pasal 9 disebutkan pembiayaan langganan
daya dan jasa dapat digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan
pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran dari rumah. Sementara untuk pembiayaan administrasi kegiatan sekolah dapat
digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi
kuman/disinfektan, masker atau penunjang kebersihan lainnya. Pada kesempatan yang
sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, Wardani Sugiyanto menyampaikan
pihaknya telah melakukan penyesuaian seiring dengan terbitnya Permendikbud Nomor 19
Tahun 2020. "Kami melakukan perubahan RKAS yang lebih lanjut diinput ke aplikasi.
Misalnya dengan pengalihan dana ujian. Dananya tidak digunakan karena tidak ada
pengawasan ujian, maka itu dialihkan untuk pencegahan Covid-19 seperti pembelian pulsa
kuota internet untuk menunjang pembelajaran via daring. Proses ini dinilai lebih cepat,”
jelas Wardani. Ketentuan penggunaan dana BOS Reguler dalam Permendikbud Nomor 19
Tahun 2020 berlaku sejak bulan April tahun 2020 sampai dengan dicabutnya penetapan
status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 oleh Pemerintah Pusat. Sejak itu,
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, segera melakukan penyesuaian yaitu
berkoordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah terkait perubahan RKAS. Pada
pencairan dana BOS tahap pertama, program yang tidak bisa berjalan seperti ujian akhir
semester dan kegiatan pengawasan lain, dananya dialihkan untuk kuota pulsa guru honorer,
membayar honor guru honorer serta penyiapan penanggulangan Covid-19 seperti masker,
hand sanitizer, dan pengadaan tempat cuci tangan. "Sedangkan untuk pulsa kuota internet
bagi siswa rencananya akan kami lakukan pada pencairan BOS tahap 2," ucap Wardani.
Pencairan dana BOS dan BOP, kata Hamid, dicairkan langsung dari Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Pencairan dana BOS sampai hari ini (24/4/2020) sudah mencapai 99%.
"Sisanya sedang dalam proses verifikasi data. Mereka adalah sekolah-sekolah yang berada
di timur Indonesia yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua," terangnya Sementara
untuk BOP PAUD dan kesetaraan karena tahapan penyalurannya masih dilakukan dari
Kemenkeu ke Pemerintah Daerah (Pemda) kemudian ke satuan pendidikan."Hingga saat ini
dana yang tersalurkan mencapai 48%, sisanya masih dalam proses,” jelas Hamid sembari
menjelaskan bahwa Kemendikbud terus memfasilitasi percepatan pencairannya dengan
berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat. Dilanjutkan Hamid,
pengelolaan dana BOS secara terbuka melibatkan pengelola sekolah, dan kepala sekolah
bertindak sebagai penanggung jawabnya. “Acuannya tetap menggunakan dua belas
komponen penggunaan dana BOS. Tetapi aturan alokasi untuk guru honorer kita lepas. Jadi
kalau misalnya di satu sekolah memerlukan dana lebih dari 50% untuk membayar guru
honorer yang mengajar ke rumah-rumah, diperbolehkan," terang Hamid. "Penggunaannya
untuk apa saja sudah ditentukan, tapi berapa besarannya yang digunakan, diserahkan ke
kepala sekolah,” imbuhnya.8
Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Bandung, Jawa Barat, Suryana
mengapresiasi kebijakan baru Kemendikbud dalam penggunaan dana BOS pada masa
Pandemi Covid-19. Ia menilai dengan keluarnya Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020
menjadi jaminan bagi guru honorer di sekolahnya mendapatkan upah."Kami di sekolah
sangat menyambut baik (kebijakan Mendikbud). Setelah keluarnya aturan baru, dimana

20
dana BOS bisa digunakan untuk membayar guru honorer maka sangat membantu, honor
guru bisa dibayarkan," katanya dengan antusias. Suryana beserta jajarannya siap
bertanggung jawab atas segala keputusan berkaitan dengan penggunaan dana BOS. Saat ini
sekolahnya sudah memetakan apa yang menjadi kebutuhan prioritas. Eksekusinya akan
segera dilakukan. Adapun Tenaga honorer yang dibayarkan honornya menggunakan dana
BOS adalah yang sudah tercantum di data pokok pendidikan (dapodik). "Saat ini dana BOS
tahap 1 sudah digunakan untuk hand sanitizer dan disinfektan. Pembeliannya sesuai dengan
kebutuhan sekolah saja. Tidak berlebihan. Untuk guru honorer bisa dibayarkan di bulan
April," jelas Suryana.8
Dengan kondisi darurat Covid-19 saat ini, sekolah, menurut Suryana, harus melakukan
perubahan RKAS karena dana BOS bisa digunakan untuk pembelian subsidi kuota internet
untuk guru dan siswa. "Sekolah akan mempertanggungjawabkan penggunaan kuota
tersebut,” ucapnya.Menjawab kekhawatiran masyarakat atas penggunaan dana BOS yang
tidak tepat sasaran, Plt. Dirjen PAUD Dikdasmen yakin bahwa kepala sekolah sudah
memahami mekanisme dan segala konsekuensinya. Sistem pelaporan BOS yang terus
menerus dikembangkan saat ini kian meminimalisir penyimpangan dana BOS. Di tengah
kondisi darurat sebaiknya seluruh unsur sekolah bahu-membahu mengoptimalkan
penggunaan dana BOS yang tepat sasaran. "Koordinasi kami sangat ketat mulai dari kepala
sekolah, dinas, dan pusat (Kemendikbud). Hal ini sudah kita lakukan sejak lama sehingga
jika ada perubahan seperti sekarang, kita harus percaya kepada kepala sekolah," ungkap
Hamid. Ditambahkan Hamid, meski diberikan fleksibilitas, tidak dibenarkan jika dana BOS
digunakan untuk membeli sembako. Hal tersebut tidak tertulis di dalam Permendikbud yang
baru. "Pengadaaan sembako untuk masyarakat menjadi kewenangan Kementerian Sosial
(Kemensos). (Dana BOS) Jangan dipakai untuk (membeli) sembako,” imbuhnya. 8

4.4 Lebih dari 50 Persen Dana BOS Boleh Digunakan untuk Gaji Guru Honorer
Selama masa pandemi Covid-19, Kemendikbud mengubah ketentuan batas maksimal
50 persen dari dana BOS untuk gaji guru honorer. Sekarang kepala sekolah bisa
menggunakan lebih dari 50 persen dana BOS untuk menggaji guru honorer yang bertugas
di sekolahnya. Namun hal tersebut harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan sekolah,
terutama jika di suatu sekolah terdapat banyak guru honorer.Berdasarkan Permendikbud
Nomor Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud
Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis BOS Reguler, disebutkan bahwa ketentuan
pembayaran honor paling banyak 50 persen tidak berlaku selama masa penetapan status
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 oleh Pemerintah Pusat. Kini pembayaran
gaji guru honorer bisa menggunakan dana BOS lebih dari 50 persen sesuai dengan
kebutuhan sekolah. Meskipun begitu, guru honorer yang berhak mendapatkan gaji dari
dana BOS tetap harus memenuhi persyaratan tertentu. Berdasarkan Permendikbud Nomor
19 Tahun 2020, pembiayaan pembayaran honor diberikan kepada guru yang berstatus
bukan aparatur sipil negara (non-ASN) dan harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama,
tercatat pada data pokok pendidikan (dapodik) per 31 Desember 2019; kedua, belum
mendapatkan tunjangan profesi; dan ketiga, memenuhi beban mengajar termasuk
mengajar dari rumah dalam masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Covid-19 oleh Pemerintah Pusat. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Plt Dirjen PAUD dan
Dikdasmen), Hamid Muhammad menegaskan, ketentuan penggunaan dana BOS selama
masa pandemi Covid-19 sudah disesuaikan melalui permendikbud. "Pertama, batasan
persentase yang selama ini diatur, kita lepas. Kita menyerahkan ke kepala sekolah untuk
mengatur penggunaannya sesuai kebutuhan sekolah masing-masing," ujar Hamid saat
gelar wicara melalui telekonferensi di RRI Pro 3 FM, Jakarta, Jumat (24/4/2020). Namun
syarat untuk guru honorer harus terdaftar di dapodik tidak dihapus, sehingga tetap menjadi
persyaratan dalam menggaji guru honorer dari dana BOS. Hamid menuturkan, syarat ini
tidak dihapus karena ada alasan kuat. "Kenapa harus dapodik? Karena itu dasar untuk
melakukan audit. Karena itulah kepala sekolah dan operator wajib memasukkan nama
guru-guru honorer, baik yang memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(NUPTK) maupun tidak," katanya. Hamid menjelaskan, dana BOS tetap bisa digunakan
untuk 12 komponen sesuai ketentuan. Tetapi khusus untuk komponen gaji guru honorer
yang selama ini dibatasi maksimal 50 persen, tidak berlaku lagi selama masa pandemi
Covid-19. "Kalau sekolah ada guru honorer banyak, boleh menggunakan lebih dari 50
persen. Ketentuan penggunaan dana BOS untuk apa saja memang sudah ada, dan tetap
harus digunakan (untuk 12 komponen). Kepala sekolah punya kewenangan penuh untuk
mengatur," tutur Hamid.9

22
Ke-12 komponen penggunaan dana BOS yang dimaksud Hamid tersebut adalah
1) Penerimaan Peserta Didik baru (PPDB),
(2) pengembangan perpustakaan,
(3) kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler.
(4) kegiatan asesmen/evaluasi pembelajaran,
(5) administrasi kegiatan sekolah,
(6) pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan,
(7) langganan daya dan jasa,
(8) pemeliharaan sarana dan prasarana Sekolah,
(9) penyediaan alat multi media pembelajaran,
(10) penyelenggaraan bursa kerja khusus, praktik kerja industri atau praktik kerja
lapangan di dalam negeri, pemantauan kebekerjaan, pemagangan guru, dan lembaga
sertifikasi profesi pihak pertama,
(11) penyelenggaraan kegiatan uji kompetensi keahlian, sertifikasi kompetensi keahlian
dan uji kompetensi kemampuan bahasa Inggris berstandar internasional dan bahasa asing
lainnya bagi kelas akhir SMK atau SMALB, dan
(12) pembayaran honor.9
Menurut Hamid, sekolah yang sudah menerima dana BOS bisa langsung
menggunakan dana tersebut sesuai dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS) yang sudah dibuat sekolah dan disetujui dinas pendidikan setempat. "Jadi tidak
ada lagi pengaturan lainnya, misalnya menunggu arahan dinas pendidikan dulu. Sekolah
bisa langsung menggunakan dana BOS sesuai peruntukan RKAS atau RKAS yang sudah
direvisi sesuai dengan regulasi (permendikbud) yang baru," tuturnya. terpakai selama
masa pandemi Covid-19 dialihkan untuk membeli pulsa internet bagi guru-guru di
Kabupaten Klaten dalam memberikan pembelajaran daring untuk siswa. 9

4.4 Percepatan Pemanfaatan Dana BOS Dilakukan Sejalan dengan Protokol


Kesehatan Covid-19  
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang biasanya digunakan untuk mendukung
sekolah dalam menjalankan operasionalnya, kini juga dapat digunakan untuk mendukung
kesehatan pendidik dan tenaga pendidik. Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt)
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
(PAUD Dikdasmen), Hamid Muhammad, saat menjadi narasumber Gelar Wicara RRI Pro 3
tentang Penggunaan Dana BOS dan BOP PAUD dan Kesetaraan di Masa Pandemi Covid-19
di Jakarta, Jumat (24/4/2020). “Tolong kepsek dan dinas pendidikan pantau terus kesehatan
anak-anak dan guru-guru semua yang mendukung sekolah,” katanya. Merujuk Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah Reguler, selama masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah Pusat, sekolah dapat menggunakan dana
BOS Reguler dengan beberapa ketentuan. Dalam Pasal 9 disebutkan pembiayaan langganan
daya dan jasa dapat digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan
pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran dari rumah. Sementara untuk pembiayaan administrasi kegiatan sekolah dapat
digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi kuman
(disinfectant), masker atau penunjang kebersihan lainnya. Hal tersebut, kata Hamid, karena
di tengah kondisi darurat, kesehatan adalah hal mutlak yang harus dimiliki agar bisa
menjalankan berbagai amanah pembelajaran, termasuk memastikan dana BOS digunakan
sesuai peruntukannya.  Kemudian untuk semua sekolah yang sudah menerima dana BOS
dipersilakan untuk langsung menggunakannya sesuai Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS) yang sudah diatur sekolah dan disetujui dinas pendidikan. "Saya harap
sekolah segera melaksanakan dan gunakan dana tersebut sesuai peruntukan yang ada sesuai
hasil RKAS yang telah direvisi merujuk pada regulasi yang baru,” ucap Hamid. Dalam
kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, Wardani Sugiyanto
menyampaikan, pihaknya telah melakukan penyesuaian seiring dengan terbitnya
Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020. Pada pencairan dana BOS tahap pertama, tutur
Wardani, program yang tidak bisa berjalan seperti ujian akhir semester dan kegiatan
pengawasan lainnya dialihkan dananya untuk kuota pulsa guru honorer, membayar honor
guru honorer, serta penyiapan penanggulangan Covid-19 seperti pembelian masker, hand
sanitizer, dan pengadaan tempat cuci tangan.10

24
“Sedangkan untuk pulsa kuota internet bagi siswa rencananya akan kami lakukan
pada pencairan BOS tahap 2,” katanya.Ketentuan penggunaan dana BOS Reguler dalam
Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020 berlaku sejak bulan April tahun 2020 sampai dengan
dicabutnya penetapan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 oleh Pemerintah
Pusat. Sejak itu, para Kepala Dinas Pendidikan di Jawa Tengah, termasuk Dinas Pendidikan
Kabupaten Klaten, segera melakukan penyesuaian, yaitu berkoordinasi dengan Badan
Pengelola Keuangan Daerah terkait perubahan RKAS. “Kami melakukan perubahan RKAS
yang lebih lanjut, diinput ke aplikasi. Misalnya dengan pengalihan dana ujian. Dananya
tidak digunakan karena tidak ada pengawasan ujian, maka itu dialihkan untuk pencegahan
Covid-19 seperti pembelian pulsa kuota internet untuk menunjang pembelajaran via daring.
Proses ini dinilai lebih cepat,” tuturnya.  Hamid menegaskan, dana BOS tidak dibenarkan
untuk digunakan membeli sembako karena tidak tertulis dalam permendikbud yang baru.
“Pengadaaan sembako untuk masyarakat menjadi kewenangan Kementerian Sosial
(Kemensos). Jangan dipakai untuk (membeli) sembako,” imbuhnya.   Kepada pihak
penyedia barang dan jasa yang menanyakan alasan mengapa dana BOS 2019 belum
dibayarkan oleh sekolah atau dinas pendidikan meskipun barang sudah diserahkan ke
sekolah, Hamid menjelaskan bahwa hal tersebut bisa ditanyakan lebih lanjut ke dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota. “Anggaran yang diperuntukkan di tahun 2019 namun
tidak digunakan, harus dikembalikan ke negara. Sepengetahuan saya anggaran tahun lalu
untuk BOS afirmasi dan kinerja mestinya dibelanjakan tahun lalu, tidak bisa digunakan
tahun ini. Kecuali diizinkan oleh Kemenkeu, namun hal tersebut jarang terjadi,” ungkapnya.
Sementara untuk barang yang sudah diserahkan ke sekolah, Hamid menyarankan agar bisa
tetap dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran peserta didik. “Cara pembayarannya
harus dikoordinasikan dengan sekolah dan dinas pendidikan setempat,” pungkasnya.10

4.5 Kemendikbud Optimistis, Kepala Sekolah Gunakan Dana BOS dengan Bijak
Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan, alokasi
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengacu pada dua belas komponen
penggunaan dana, dengan memperhatikan beberapa penyesuaian yang terdapat dalam
Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis (BOS) Reguler. Pengelolaan dana BOS secara terbuka melibatkan pengelola
sekolah di mana kepala sekolah bertindak sebagai penanggung jawabnya. Acuan
penggunaan, kata dia, tetap menggunakan dua 12 komponen penggunaan dana BOS, tapi
aturan alokasi untuk guru honorer disesuaikan dengan kebutuhan. “Jadi kalau misalnya di
satu sekolah memerlukan dana lebih dari 50 persen untuk membayar guru honorer yang
mengajar ke rumah-rumah, diperbolehkan.  Penggunaannya untuk apa saja sudah
ditentukan tapi berapa besarannya yang digunakan, diserahkan ke kepala sekolah,” urai
Hamid. Kepala SMAN 8 Bandung Suryana menekankan, ia beserta jajarannya siap
bertanggung jawab atas segala keputusan berkaitan dengan penggunaan dana BOS.
Suryana menambahkan, sekolahnya sudah memetakan apa yang menjadi kebutuhan
prioritas. Eksekusinya akan segera dilakukan minggu depan. “Saat ini dana BOS TW 1
sudah digunakan untuk hand sanitizer dan disinfektan. Pembeliannya sesuai dengan
kebutuhan sekolah saja. Tidak berlebihan,” tutur Suryana. Sedangkan untuk guru
honorer, kata Suryana, bisa dibayarkan di bulan April. Suryana memastikan bahwa
tenaga honorer yang akan dibayar adalah yang sudah tercantum di Dapodik.11
Dan dengan kondisi darurat Covid-19 ini, Ia mengaku harus melakukan perubahan
RKAS karena dana BOS bisa digunakan untuk kuota internet oleh guru dan siswa.
“Sekolah akan mempertanggungjawabkan penggunaan kuota tersebut,”
ucapnya.Menjawab kekhawatiran masyarakat atas penggunaan dana BOS yang tidak
tepat sasaran, Hamid Muhammad yakin bahwa kepala sekolah sudah memahami
mekanisme dan segala konsekuensinya. Sistem pelaporan BOS yang terus menerus
dikembangkan saat ini kian meminimalisasi penyimpangan dana BOS. Di tengah kondisi
darurat sebaiknya seluruh unsur sekolah bahu-membahu mengoptimalkan penggunaan
dana BOS yang tepat sasaran. “Koordinasi kami sangat ketat mulai dari kepala sekolah,
dinas, dan pusat (Kemendikbud). Hal ini sudah kita lakukan sejak lama sehingga jika ada
perubahan seperti sekarang, kita harus percaya kepada kepala sekolah," Kata Hamid
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar
Makarim menerbitkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis
Bantuan Operasional Sekolah Reguler pada 5 Februari lalu.  Aturan tersebut menyatakan
bahwa dana BOS Reguler yang diterima oleh sekolah digunakan untuk membiayai

26
operasional penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Terdapat 12 komponen pembiayaan
yang dibiayai dari dana BOS.  Mendikbud menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler. Aturan yang terbit pada 9 April 2020 ini
memberikan keleluasaan untuk kepala sekolah mengalokasikan dana BOS sesuai prioritas
sekolah.11
DAFTAR PUSTAKA
1. Diakses pada 29 April 2020 dari
https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/27/133909671/kemdikbud-imbau-sekolah-gunakan-dana-bos-
sesuai-rkas?page=all.
2. Diakses pada 29 April 2020 dari
https://www.bandungkab.go.id/uploads/20170407035951-draft-juknis-bos-2017.pdf
3.Diakses pada 29 April 2020 dari
https://kementerianpendidikan.com/pengertian-guru-honorer
4.Diakses pada 29 April 2020 dari
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Salinan%20Permendikbud%20Nomor%2035%20Tahun%202019.pdf
5. Diakses pada 29 April 2020 dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/02/merdeka-belajar-perubahan-mekanisme-dana-bos-
menjadi-langkah-pertama-peningkatan-kesejahteraan-guru
6. Diakses pada 29 April 2020 dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/02/bantuan-operasional-sekolah-berikan-solusi-
kesejahteraan-guru-non-asn
7. Diakses pada 29 April 2020
https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/11/11111351/ini-penggunaan-dana-bos-sd-hingga-smk-
berikut-alurnya.
8. Diakses pada 29 April 2020
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/kemendikbud-imbau-sekolah-segera-sesuaikan-rkas-
dengan-kebijakan-baru-dana-bos-dan-bop
9. Diakses pada 29 April 2020
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/lebih-dari-50-persen-dana-bos-boleh-digunakan-
untuk-gaji-guru-honorer.
10. Diakses pada 29 April 2020
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/percepatan-pemanfaatan-dana-bos-dilakukan-sejalan-
dengan-protokol-kesehatan-covid19
11. Diakses pada 29 April 2020
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/kemendikbud-optimistis-kepala-sekolah-gunakan-
dana-bos-dengan-bijak

28

Anda mungkin juga menyukai