Tugas Pengganti UAS Irfan
Tugas Pengganti UAS Irfan
SOAL
1
1. Review dan Critical Review Konsep Administrasi Publik
1.1. Konsep A. Menurut Felix A. Nigro dan Lioyd Nigro
Administrasi
Publik menurut 1. Administrasi Publik adalah suatu kerja sama
Pendapat Tiga kelompok dalam lingkungan pemerintahan.
Pakar Asing 2. Administrasi Publik meliputi ketiga cabang
pemerintahan: eksekutif, legislatif, dan yudikatif
serta hubungan diantara mereka.
3. Administrasi Publik mempunyai peranan
penting dalam perumusan kebijakan
pemerintah, dan karenanya merupakan
sebagian dari proses politik.
4. Administrasi Publik sangat erat berkaitan
dengan berbagai macam kelompok swasta dan
perorangan dalam menyajikan pelayanan
kepada masyarakat.
5. Administrasi Publik dalam beberapa hal
berbeda pada penempatan pengertian dengan
administrasi perorangan.
Pembahasan :
2
Berdasarkan lima konsep administrasi publik yang
telah dipaparkan, dapat diambil kritik atau
kesimpulan yaitu administrasi publik merupakan
suatu kerjasama antar ketiga cabang pemerintahan
yang meliputi lembaga eksekutif, lembaga
legislatif, serta lembaga yudikatif dalam suatu
lingkungan politik yang mempunyai peranan
penting dalam merumuskan suatu kebijakan publik.
Konsep ini juga menjelaskan bahwa pemerintah
dapat menjalin kerjasama dengan berbagai
kelomok swasta dan perorangan demi
memberikan pelayanan publik yang lebih baik
kepada masyarakat.
3
Kesimpulan 1 :
4
Pembahasan :
A. Prajudi Atmosudirjo
B. Arifin Abdulrachman
C. Dr.H.Amin Ibrahim
5
DAFTAR PUSTAKA
6
2. Review dan Critical Review Paradigma Administrasi Publik
2.1. Paradigma Old Public Administration
Paradigma administrasi publik konvensional diusung oleh beberapa pakar serta teori
yang mewarnai paradigma itu. Teori-teori ini menandai sekaligus memberikan
karakteristik yang kuat bagi administrasi publik tradisional. Pakar yang dimaksud
adalah Weber dengan teori birokrasi, Wilson dengan dikotomi politik/administrasi,
serta Taylor dengan ajaran manajemen keilmuan (scientific management).
Birokrasi Weber adalah teori yang paling fundamental dalam model administrasi
publik tradisional. Dalam menetapkan landasan teorinya, Weber mengatakan ada
tiga jenis kewenangan, yaitu karismatik – adanya seorang pemimpin yang
extraordinary; tradisional – misalnya kewenangan seorang ketua suku; dan
kewenangan rasional/legal. Dari ketiga jenis kewenangan itu, menurut Weber,
birokrasi harus dibangun berdasarkan kewenangan rasional/legal.
7
Taylor mengatakan bahwa manajemen keilmuan dapat diterapkan dalam
pemerintah, karena dalam penilaiannya, rata-rata pegawai publik hanya
mengerjakan 1/3 hingga ½ dari pekerjaannya (Fry, 1989). Birokrasi dapat
mengadopsi manajemen keilmuan karena konsep ini menawarkan bagaimana
mengoperasionalisasikan bentuk organisasi yang birokratis dalam pemerintahan
(Golembiewski, 1990).
Di awal tahun 1990-an muncul paradigma Manajemen Publik Baru (New Public
Management) dan nilai-nilai manajerial yang diusungnya. Hal ini mengingat begitu
banyak kelemahan yang ada pada mainstream administrasi publik lama, dan
karenanya, menurut Kettle perlu ada reformasi administrasi publik. Esensi dari
reformasi tersebut adalah:
Pollitt dan Summa (1997) juga mengemukakan karakteristik NPM yang dicirikan
dengan adanya:
1. Privatisasi;
2. Marketisasi;
3. Desentralisasi;
4. Orientasi output; dan
5. Restrukturisasi dan program reformasi.
8
Sedangkan menurut Flynn (2002), NPM dicirikan dengan:
Salah satu nilai yang diusung oleh paradigma NPM adalah bergesernya kajian dari
government ke governance. Istilah ini telah digunakan secara luas, baik dalam
sektor publik dan privat.
konsep NPM sangat erat kaitannya dengan manajemen sektor publik dengan sektor
privat. Konsep ini menganggab bahwa manajemen sektor privat ideal untuk sektor
publik. Terdapat sejumlah pertentangan antara klaim dalam NPM terhadap kondisi
yang ada di sektor publik. Yang menjadi penggerak roda pemerintahan NPM adalah
sektor swasta/pelaku bisnis yang merupakan pemilik modal. Dampaknya adalah
terjadinya kesenjangan karena pelaku bisnis adalah yang mempunyai modal (uang)
sehingga dalam pemberian pelayanan, orang yang punya uanglah yang
mendapatkan pelayanan baik, ini dapat mengurangi esensi dari nilai-nilai demokratis
seperti keadilan, peradilan, keterwakilan dan partisipasi. Hal ini diakibatkan oleh
adanya perbedaan besar antara kekuatan pasar dengan kepentingan publik, dan
kekuatan pasar ini tidak selalu dapat memenuhi apa yang menjadi kepentingan
publik. Bahkan dalam banyak hal, publik seringkali tidak dilibatkan untuk
berpartisipasi dalam menentukan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi
tindakan-tindakan yang diambil untuk dapat menjamin bahwa publik tetap menjadi
pusat dari tindakan-tindakan pemerintah.
9
2.3. Paradigma New Public Service
Paradigma ini pun merupakan suatu bentuk ketidakpasan terhadap konsep NPM
yang dipandang dapat menyebabkan erosi fungsi pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada publik. Inti dari paradigma ini adalah:
Berdasarkan Ketiga konsep paradigma yang telah dipaparkan diatas, konsep yang
paling cocok dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia adalah konsep paradigma
NPS (New Public Service) karena telah memenuhi kriteria dengan negara Indonesia
yang demokratis yaitu menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Konsep ini berorientasi
terhadap pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dimaksudkan bahwa
para penyelenggara negara harus mendengar kebutuhan dan kemauan warga
negara sebagai rakyat atau publik.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
3. Nomenklatur Tiga Kementerian dan Tanggapan Dosen UGM Tentang Ide
Nadiem Makarim
berdasarkan pandangan saya perubahan yang dilakukan memiliki tujuan yang baik
yaitu guna menyesuaikan, memperbaiki, serta memaksimalkan kinerja dari
kementerian yang mengalami perubahan nomenklatur tersebut. Tetapi perubahan
nomenklatur ini menurut saya masih memberikan dampak yang negatif disamping
dampak positif diatas. Dampak negatif yang dapat terjadi adalah dengan terjadinya
perubahan ini dapat menyebabkan kebingungan birokrasi maupun masyarakat
karena masyarakat memerlukan waktu untuk bisa menyesuaikan perubahan
nomenklatur tersebut agar semuanya dapat berjalan dengan maksimal kembali.
12
3.2. Kritik Tanggapan Dosen UGM Tentang Ide Nadiem Makarim
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Bagas Pujilaksono mengkritik 10 gebrakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Kritikan Bagas disampaikan melalui surat terbuka berjudul “Surat Terbuka Dosen
UGM untuk Nadiem Makarim”.
Dalam surat terbuka tersebut, Bagas menguliti satu per satu gebrakan Nadiem
Makarim.
Ia menyebut Nadiem Makarim merupakan orang baru di dunia pendidikan dan riset.
Bahkan, dia menyebut Nadiem gagal paham.
Menurut dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Bagas Pujilaksono tersebut. Beliau
kurang setuju terhadap gebrakan-gebrakan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Beliau berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan
yang dibuat oleh Nadiem merupakan suatu bentuk kesalahpahaman dalam
memahami struktur pendidikan sehingga dianggap dapat menimbukan bencana bagi
pendidikan nasional. Beliau berpesan agar selalu berhati-hati dalam bertindak dan
berpikir agar maksud baik yang ingin disampaikan Nadiem tidak merugikan peserta
didik. Menurut pandangan saya kritik yang diberikan oleh dosen UGM, Bagas
Pujilaksono tersebut dapat menjadi pertimbangan kembali bagi Nadiem Makarim
dalam membuat kebijakan dalam urusan pendidikan, agar pendidikan di Indonesia
dapat terus mengalami kemajuan sehingga dapat menciptakan Sumber Daya
Manusia yang lebih berkualitas lagi pada masa yang akan datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
inews.id. (05 Desember 2019). Ini 3 Nomenklatur Baru Kabinet Indonesia Maju,
Kemana Dikti?. Diakses pada 4 November 2019, dari https://www.inews.id/
news/nasional/ini-3-nomenklatur-baru-kabinet-indonesia-maju-kemana-dikti
14