Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang


mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart, 2002). Skizofrenia merupakan bentuk gangguan psikotik (penyakit
mental berat) yang relative sering. Prevalensi seumur hidup hampir 1%,
insiden setiap tahunnya sekitar 10-15 per100.000 dan skizofrenia merupakan
sindrom dengan berbagai persentase dan satu variabel, perjalanan penyakit
umumnya jangka panjang, serta sering mengalami kambuh (davies, 2009).

Skizofrenia sering disalah artikan sebagai “kepribadian terbelah” (split


 personality), diagnostiknya memiliki kesahihan yang baik, bahkan pada
 berbagai usia dan budaya, meskipun tidak ada penanda biokimia. Biasanya
onset timbul sebelum usia 30 tahun, laki-laki menunjukkan gejala empat tahun
lebih awal dibangingkan perempuan.

Pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan dimana setiap


tahunnya 35% penderita penyagkit skizofrenia mengalami kekambuhan,
kekambuhan tersebut dialami pasien akibat tidak teraturnya pasien minum
obat. Penyebab pasien skizofrenia tidak teratur mamakan obatnya adalah
karena adanya gangguan dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
Keluarga yang merupakan orang terdekat dengan pasien mempunyai peranan
 penting dalam kesembuhan pasien adalah salah satunya yaitu dukungan.
Informasi dimana jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggung jawab bersama yaitu termasuk didalamnya memberikan solusi dari
masalah, memberikan nasehat, pengarahan. Keluarga sebagai orang yang
dekat dengan pasien harus mengetahui prinsip 5 benar dalam minum obat
yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, dan benar waktu. Jika
terapi ini dilanjutkan setelah pasien pulang penting agar pasien mengerti dan
dapat meneruskan terapi tersebut dengan benar tanpa pengawasan.
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
 pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997;
46).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Menurut Stuart (2006: 240 ) skizofrenia adalah suatu penyakit otak
yang serius yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memcahkan masalah karena terganggunya
fungsi otak yang normal.
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
 pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim,
1997; 46).

2. Etiologi
Skizofrenia berpotensi untuk diturunkan melalui gen. namun
tergantung pada lingkungan Menurut Maramis (2009: 263) dikatakan bahwa
ada yang mempengaruhi penyebab terjadinya skizofrenia, antara lain yaitu :
a. Genetik
Individu tersebut apakah akan terjadi manifestasi skizofren atau tidak.
 b. Neurokimia
Obat-obatan dapat mempengaruhi individu mengalami skizofen.
Kelebihan dopamine dapat sebagai faktor penyebab skizofrenia. Obat-
obatan yang meningkatkan aktivitas pada sistem dopaminergik seperti
amfetamin dapat menyebabkan reaksi psikotik yang sama dengan
skizofrenia.
c. Hipotesis perkembangan saraf
Studi autopsy dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormal struktur
dan morfologi otak penderita skizofrenia yaitu berat otak rata-rata lebih
kecil, ukuran anterior-posterior lebih pendek, gangguan metabolik di
daerah frontal dan temporal, serta kelainan susunan seluler pada struktur
saraf bagian kortek dan sub kortek.
3. Manifestasi
Gejala-gejala umum yang dapat dilihat menurut Maramis (2009):
a.Penampilan dan perilaku umumnya terlihat cuek tidak memperhatikan
 b. Gangguan berbicara, apabila diajak berkomunikasi maka kadang tidak bisa
sesuai kontek yang dibicarakan (inkoheren)
c.Gangguan perilaku, seperti gaduh gelisah, logorea,strereotipi
d. Gangguan afek yaitu kedangkalan respon emosi seperti acuh tak acuh
terhadap orang lain dan lingkungan, sensitivitas emosi, parathimi yaitu
apabila seharusnya sesuatu itu membuat dia senang maka dia akan merasa
sebaliknya.
e.Gangguan persepsi, yaitu mengalami halusinasi
f.Gangguan proses pikir, yaitu mengalami waham
Menurut dari sumber lain yaitu menurut Direja (2011: 96) gejala-gejala
skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala primer
1. Gangguan proses pikir, yang terlihat yaitu inkoherensi
2. Gangguan afek emosi
3. Emosi dan afek tidal berkesinambungan
4. Hilangnya kemmpuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
5. Gangguan kemauan, yaitu merasa pikirannnya dipengaruhi orang lain,
keinginannya menurun
6. Gejala psikomotor yaitu logorea,katelepsi atau mempertahankan postur
tubuh untuk waktu yang cukup lama, autisme
 b. Gejala Sekunder
1. Waham
2. Halusinasi
4. Jenis Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :

a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir
sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini
timbulnya perlahan-lahan.

 b. Skizofrenia Hebefrenia


Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
 proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau
double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan
halusinaasi banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik
atau stupor katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-
waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti
ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan
kemauan.

e. Episode Skizofrenia akut


Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah,
semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif


Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).
Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin
 juga timbul serangan lagi.

5. Terapi (Pengobatan) Skizofrenia


Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung b
erlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerluk an
waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk
menekan sekecil mungkin kekambuhan ( relapse ). Terapi yang dimaksud mel
iputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, t
erapi psikososial dan terapi psikorelegius (Hawari, 2003).
a. Psikofarmaka
Jenis obat psikofarmaka dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Golongan generasi pertama / typical misalnya : Chlorpromazine HCL
(Largactil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Mell
eril), Haloperidol (Haldol, Serenace).
2. Golongan generasi kedua / atypical misalnya : Risperidone (Risperdal
), Clozapine (Clozaril), Quetiapine (Serquel), Olanzapine (Zyprexa).

 b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru dapat
diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai
tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/R TA)
sudah kembali pulih dan pemahaman diri ( insight) sudah baik. Psik oterapi
diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap mendapat t
erapi psikofarmaka. Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan dan
latar belakang penderita sebelum sakit (Pramorbid ), adapun macam
psik oterapi adalah sebagai berikut :
1. Psikoterapi Suportif, dimaksudkan untuk memberikan dorongan, sem
angat danmotivasi agar penderita tidak putus asa dan semangat juangn
ya ( fighting spirit ) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan me
nurun.
2. Psikoterapi Re-edukatif , dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu l
alu.
3. Psikoterapi Re-konstruktif , dimaksudkan untuk memperbaiki kembal
i (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi
 pribadi utuh seperti semula sebelum sakit.
4. Psikoterapi Kognitif , dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungs
i kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mam
 pu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik dan buruk.
5. Psikoterapi Psiko-dinamik, dimaksudkan untuk menganalisa dan men
guraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang
 jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.
6. Psikoterapi Perilaku, dimaksudkan untuk memulihkan gangguan peril
aku yang terganggu (maladatif ) menjadi perilaku yang adaptif (mamp
u menyesuaikan diri).
7. Psikoterapi keluarga, dimaksudkan untuk memulihkan hubungan pen
derita dengan keluarganya

c. Terapi psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradapta
si dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri tidak tergantung pada orang lain, sehingga tidak menjadi beban b
agi keluargadan masyarakat.

d. Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius ) terhadap penderita Skizofrenia dimaks
udkan gejala patologis dengan pola sentral keagamaan dapat diluruskan, d
engan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat dipulihkan kem
 bali di jalan yang benar.

6. Kriteria Sembuh Klien Skizofrenia


BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari teori tentang asuhan keperwatan pada pasien skizofrenia diatas maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart, 2002).
Pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan dimana setiap kekambuhan
tersebut dialami pasien akibat tidak teraturnya pasien minum obat.
diagnostik Gangguan Psikotik Akut Skizofrenia harus memenuhi kriteria akut
yaitu dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang, harus ada beberapa jenis halusinasi
atau waham, yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari kehari atau
dalam hari yang sama, harus ada keadaan emosional yang sama beraneka
ragamnya. Disertai gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia
dan Apabila gejala-gejala skizofrenia menetaap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi Skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, Willy F.2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2. Surabaya :


Airlangga Univercity Press

Stuart, Gail W.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : EGC

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan


 Jiwa.Yogyakarta : Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai