Anda di halaman 1dari 1

Piramida peniggalan Firaun, terdiri dari 500 ribu lebih batuan-batuan besar yang tersusun sangat

rapih sebagai struktur utama bangunan. Batuan-batuan besar tersebut mempunyai massa hingga 70
ton. Struktur batuan piramida-piramida tersebut ditutup dengan sebuah lapisan batuan yang
berfungsi sebagai lapisan terluar dari piramida-piramida tersebut. Lapisan terluar tersebut tersusun
dari 140 ribu lebih batu-batuan yang sangat dipoles dengan tingkat kerataan (flatness) sekitar 0.2
mm (Lihat bagian puncak dari piramida Kahfre pada gambar 3). Nilai kerataan 0.2 mm dari hasil
polesan batuan tersebut yang mempunya area dalam ukuran meter adalah sesuatu pencapaian
teknis yang sangat tinggi, bahkan sampai zaman modern seperti sekarang ini. Batuan-batuan
penyusun lapisan luar tersebut mempunyai ketebalan 2.5 m dan mempunya berat masing-masing
sekitar 15 ton. Batuan-batuan tersebut dipotong dengan sangat presisi dengan sudut pada batuan-
batuan tersebut hampir sempurna mencapai 90°. Hal lain yang sangat mengagumkan dari piramida-
piramida tersebut adalah batuan-batuan terluarnya disusun secara rapih dengan tingkat akurasi
sebesar 0.1 mm dengan lapisan semen antar-batuan tersebut setebal 0.4 mm.

Cubit merupakan standar panjang pada zaman kerajaan Firaun yang digunakan untuk mengukur
berbagai benda (gambar 3 bagian bawah). Ukuran sebuah Cubit adalah sebesar jarak antara ujung
telunjuk sampai bahu Firaun. Cubit ini merupakan alat yang digunakan sebagai penggaris pada
zamannya untuk mengukur panjang. Pada Cubit tersebut, terdapat garis-garis yang merupakan skala
dari Cubit tersebut, seperti skala pada penggaris zaman sekarang yang sering digunakan. Sistem
Cubit tersebut sudah dipakai pada zaman 1300 sebelum masehi (Kunzmann et al 1993).

Sistem pengukuran dengan menggunakan satuan bagian dari tubuh suatu penguasa juga dilakukan
di Cina pada saat dinasti yellow emperor sekiatr 3000 tahun sebelum masehi.

Abad ke-9 dan setelahnya, yaitu mulai pada saat kerajaan Islam tumbuh, berbagai macam alat ukur
yang menjadi basis alat-alat ukur pada zaman sekarang mulai bermunculan. Seiring dengan
berkembangnya alat-alat pengukuran di dunia Islam, perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
Islam sangat intensif pada periode abad ke-9 sampai abad ke-12.

Pada abad ke-9 secara bersamaan juga mulai berkembangnya ilmu matematika seperti yang
dipelopori oleh Al- Khwarizmi dan Abu Kamil. Al-Khwarizmi adalah salah satu ilmuwan besar
matematik yang menemukan angka 0 dan menemukan bidang ilmu algoritma yang sangat penting
dalam ilmu komputer

Anda mungkin juga menyukai