Nama : Bagas Luthfi
NIM : J2A013039P
1. Deskripsi dan pemeriksaan lesi
Lesi pada mukosa mulut adalah hal yang paling sering ditemukan oleh seorang dokter
gigi ketika melakukan diagnosa terhadap suatu penyakit mulut. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar kelainan sistemik maupun kelainan lokal bermanifestasi pada rongga mulut
dengan menyababkan kelainan pada jaringan lunak mulut dalam bentuk lesi. Lesi-lesi yang
bermanifestasi ke dalam mukosa mulut ini memiliki perbedaan - perbedaan yang khas antara
satu dengan yang lainnya, misalnya dalam hal etiologi, diagnosa, karakteristik, manifestasi
oral, dan perawatannya. Untuk setiap lesi yang ditemukan catat lokasinya, bentuk, ukuran dan
kualitas permukaannya. Lakukan palpasi pada lesi untuk menentukan apakah tepinya tegas
atau dapat digerakkan ataukah tidak dari dasarnya.
Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll
maupun rubber da
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam
yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon
atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa.
Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva. Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin
diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
b) Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan
dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat
touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Gutta
perca merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian
gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada
bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga
servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta
perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa
menandakan gigi sudah non vital.
c) Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi.
Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa
sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital
jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit.
d) Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke
saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang
menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan
gigi masih vital.
e) Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan
listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp tester
(EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial,
tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang
sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga
kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung.
Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan
non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena
stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini
terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi,
kontak dengan jaringan lunak atau restorasi, akar gigi yang belum immature, gigi
yang trauma dan baterai habis.
Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang
alveolar
Tanyakan kepada pasien tentang tanda dan gejala penyakit yang masih
dirasakan sekarang terkait penyakit yang diderita.
Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed, Mosby-Year Book,
Philadelphia.
Vertikal dengan Proyeksi Periapikal pada Premolar Satu Rahang Bawah. FKG UI. Artikel.
Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, edisi
Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.