Sindrom Patau Patau Syndrome Trisomi 13
Sindrom Patau Patau Syndrome Trisomi 13
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Sindrome patau merupakan penyakit kelainan genetik dengan kromosom 13. Trisomi 13
(47, XX/XY+ 13) serta memiliki jumlah kromosom 47 (45A+XX atau 45A+XY). Patau
syndrome atau dikenal juga trisomi 13 adalah salah satu penyakit yang melibatkan
kromosom, yaitu struktur yang membawa informasi genetik seseorang dalam gen.
B. SEJARAH
Sindrom Patau ditemukan oleh Erasmus Bartholin pada tahun 1657. Maka Trisomy 13
juga dikenal sebagai Sindrom Bartholin-Patau. Namun Trisomy 13 lebih dikenal sebagai
Sindrom Patau dibandingkan Sindrom Bartholin-Patau karena orang yang menemukan
penyebab terjadinya Sindrom Patau adalah Dr Klaus Patau. Beliaulah yang menemukan
kromosom yang lebih pada kromosom ke-13 pada tahun 1960, dan beliau adalah seorang
ahli genetika asal Amerika yang lahir di Jerman. Sindrom Patau kali pertama dilaporkan
terjadi di sebuah suku di Pulau Pasifik. Menurut laporan kejadian tersebut mungkin
bersumber dari radiasi yang terjadi akibat ledakan ujian bom atom.
C. PREVALENSI
Gejala dan tanda-tanda Sindrom Patau. Kejadian Sindrom Patau adalah sekitar 1 kasus
per 8,000-12,000 kelahiran. Rata-rata umur bagi anak yang mengalami Sindrom Patau
adalah sekitar 2.5 hari, dengan hanya satu dari 20 anak yang dapat hidup lebih dari 6
bulan. Sejauh ini laporan menunjukkan tidak ada yang hidup sampai dewasa
D. ETIOLOGI
Sindrom Patau, atau dikenal sebagai Trisomy 13 adalah salah satu penyakit yang
melibatkan kromosom, yaitu stuktur yang membawa informasi genetik seseorang dalam
gene. Sindrom ini terjadi jika pasien memiliki lebih satu kromosom pada pasangan
kromosom ke-13 karena tidak terjadinya persilangan antara kromosom saat proses
meiosis. Beberapa pula disebabkan oleh translokasi Robertsonian. Lebih satu kromosom
pada kromosom yang ke-13 mengganggu pertumbuhan normal bayi serta menyebabkan
munculnya tanda-tanda Sindrom Patau. Seperti sindrom-sindrom lain akibat tidak
terjadinya persilangan kromosom, misalnya Sindrom Down dan Sindrom Edward, risiko
untuk mendapat bayi yang memiliki Sindrom Patau adalah tinggi pada ibu yang
mengandung pada usia yang sudah meningkat.
Sindrom Patau adalah hasil dari trisomi 13, yang berarti setiap sel dalam tubuh memiliki
tiga salinan kromosom 13 bukan dua biasa. Sebagian kecil kasus terjadi ketika hanya
beberapa sel-sel tubuh memiliki salinan tambahan, kasus tersebut disebut mosaik Patau.
Sindrom Patau juga dapat terjadi ketika bagian dari kromosom 13 menjadi melekat pada
kromosom lain (translokasi) sebelum atau pada saat pembuahan dalam translokasi
Robertsonian. Orang yang terkena memiliki dua salinan dari kromosom 13, ditambah
bahan tambahan dari kromosom 13 melekat pada kromosom lain. Dengan translokasi,
orang tersebut memiliki trisomi parsial untuk kromosom 13 dan sering tanda-tanda fisik
dari sindrom berbeda dari sindrom Patau khas.
Sebagian besar kasus sindrom Patau tidak diwariskan, tetapi terjadi peristiwa yang acak
selama pembentukan sel-sel reproduksi (telur dan sperma). Sebuah kesalahan dalam
pembelahan sel yang disebut non - disjungsi dapat menghasilkan sel-sel reproduksi
dengan jumlah abnormal kromosom. Sebagai contoh, sel telur atau sperma dapat
memperoleh salinan ekstra kromosom. Jika salah satu dari sel-sel reproduksi atipikal
berkontribusi pada susunan genetik seorang anak, anak akan memiliki ekstra kromosom
13 di setiap sel tubuh. Sindrom Patau Mosaic juga tidak diwariskan. Hal ini terjadi
sebagai kesalahan acak selama pembelahan sel pada awal perkembangan janin.
Sindrom Patau karena translokasi dapat diwariskan. Orang yang terpengaruh dapat
membawa penataan ulang materi genetik antara kromosom 13 dan kromosom lain.
Penataan ulang ini disebut translokasi seimbang karena tidak ada bahan tambahan dari
kromosom 13. Meskipun mereka tidak memiliki tanda-tanda sindrom Patau, orang yang
membawa jenis translokasi seimbang berada pada peningkatan risiko memiliki anak
dengan kondisi tersebut.
Sindrom patau lebih sering menyerang janin perempuan karena biasanya janin laki-laki
yang mengalami kelainan ini tidak dapat bertahan sampai waktu kelahiran. Sindrom
Patau atau Sindrom Trisomi-13 tidak diketahui pasti apa penyebabnya, seperti sindrom
Down, sering dikaitkan dengan peningkatan usia ibu. Hal ini dapat mempengaruhi
individu dari semua latar belakang etnis.
Faktor risiko terjadinya trisomi 13 adalah usia ibu saat hami lebih dari 35 tahun. Insidensi
trisomi 13 adalah 90% tipe mosaik dengan manifestasi klinis bervariasi, mulai dari
malformasi total sampai mendekati fenotipe normal. Umur harapan hidup biasanya lebih
lama dan derajat defisiensi mental bervariasi. Sedangkan Tipe translokasi berkisar 5-10%
kasus. Pada trisomi 13 tipe ”mosaik”, kesalahan pembelahan sel terjadi setelah konsepsi,
dimana ekstra kromosom timbul pada beberapa bagian sel tubuh
Berikut ini juga ada tabel tentang beberapa gejala klinis sindrom patau
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkit terjadi pada sindrom patau adalah :
a. Kesulitan bernapas atau kurangnya bernafas (apnea)
b. Keadaan tuli
c. Masalah makan
d. Gagal jantung
e. Kejang
f. Masalah penglihatan
Sekitar 82% dari bayi trisomi 13 meninggal dalam bulan pertama kehidupan
mereka, hanya 5-10% bertahan hidup sampai satu tahun. Anak-anak yang bertahan hidup
dari bayi membutuhkan terapi kesehatan untuk memperbaiki kelainan struktural dan
komplikasi yang terkait. Yang bertahan hidup hingga dewasa sangat jarang. Hanya satu
orang dewasa yang diketahui selamat sampai usia 33 tahun
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sindrom Patau bisa dideteksi selama kehamilan melalui penggunaan ultrasonografi,
amniosentesis, dan pengujian lainnya. Pada bayi kelainan bisa diketahui dengan
memeriksa pola kromosom bayi. Namun, sindrom Patau tidak dapat disembuhkan
PEMERIKSAAN KROMOSOM
Yang berisiko tinggi dalam terjadinya kelainan kromosom, antara lain:
a. Orang dengan kelainan genetik kongenital (bawaan), yaitu ayah atau ibu yang
membawa kelainan kromosom.
b. Pembawa mutasi gen, seperti penderita hemofilia atau anaknya menderita
thalasemia, albino.
c. Mengalami keguguran berulang kali yang mungkin penyebabnya susunan
kromosom tak seimbang.
d. Memiliki anak dengan kelainan kromosom, sehingga perlu diselidiki apakah
karena keturunan atau bukan. Untuk itu, perlu dilakukan analisa kromosom pada
saudara-saudara dan ayah-ibunya.
e. Memiliki anak retardasi mental / kebodohan tanpa diketahui penyebabnya.
f. Memiliki anak dengan jenis kelamin diragukan (sex ambigua).
g. Penderita leukimia dan tumor ganas.
h. Suami-istri yang mengalami infertilitas.
i. Wanita dengan amenore primer (tak pernah haid) serta wanita hamil usia di atas
35 tahun.
“Darah diambil sebanyak 3 ml, lalu ditaruh dalam botol dan dicampur dengan media
tertentu. Selanjutnya, ditaruh dalam inkubator dengan temperatur 37 derajat celcius.
Setelah 3-4 hari, sel darah merah dihancurkan hingga tinggal sel darah putih yang kita
pecah dengan hykotonic atau garam sampai menggembung, yang setelah kering akan
pecah. Saat itulah keluar kromosomnya. Dari situ kita lihat, apakah ada kelainan.”
b. Skrining janin melalui cairan amnion atau ketuban ibu hamil pada usia kehamilan
16-20 minggu.
Air ketuban ini diambil 20 ml dan dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar-putar hingga
muncul endapan yang merupakan sel-sel janin. Selanjutnya, sel-sel ini dimasukkan ke
dalam botol dan dicampur dengan medianya, lalu ditempatkan di tempat bersuhu 37
derajat celcius. Makan waktu 2 minggu baru bisa memisah-misahkan kromosomnya.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Intervensi bedah umumnya ditunda untuk beberapa bulan pertama kehidupan karena
tingginya angka kematian. Hati-hati dalam mengambil keputusan terhadap kemungkinan
harapan hidup mengingat beratnya derajat kelainan neurologik dan kelainan fisik dan
pemulihan pos operasi. Konsultasi genetika sangat penting ditinjau dari resiko
berulangnya trisomi 13 seperti halnya terhadap trisomi 18 karena translokasi.
Ringkasan Teori
Sindrome patau merupakan penyakit kelainan genetik dengan kromosom 13.trisomi 13
adalah salah satu penyakit yang melibatkan kromosom, yaitu struktur yang membawa
informasi genetik seseorang dalam gen. Anak yang mengalami sindrom patau memiliki ciri-
ciri bibir sumbing, retardasi mental berat, kelainan jantung bawaan, polydaktili . Insidensi
kelahiran dengan sindrom patau pertahun yaitu 1:20.000. Untuk mengetahui sindrom patau
dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti pemeriksaan kromosom dengan pemeriksaan
darah yang terdapat sel-sel limposit atau sel darah putih, skrining janin melalui cairan
amnion atau ketuban ibu hamil pada usia kehamilan 16-20 minggu.
Kesimpulan
SINDROMA TRISOMI-13 (sindroma pantau ) adalah kelainan pada kromosom 13, dengan
defek saraf pusat yang dihubungkan dengan retardasi, mental, terjadi bersama-sama dengan
sumbing bibir, dan palatum, polodaktili, dan anomaly pola dermis serta abnormalis jantung,
severa dan genitalia.
Saran
Setelah kita semua membaca makalah ini diharapkan kita dapat mengetahui penyakit
sindrom down dan patau. . Kami tentu masih menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran
dari semuanya, demi penyempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Rukiyah,Yeyeh dkk. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: CV Trans Info Media
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology. Volume 99.
No: 3. Maret 2003.