Anda di halaman 1dari 27

DASAR PERKOTAAN PERMUKIMAN

ANALISIS DAN PERENCANAAN KASUS


PERUMAHAN DI PERKOTAAAN

DOSEN :
IR DWI ROSNARTI, MT

RIZKY SAPUTRA
052001700109

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN ARSITEKTUR
2020
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul dalam suatu
kota. Kota Jakarta, juga menghadapi masalah pertumbuhan permukiman kumuh dalam
wilayah perkotaan. Laju pertambahan penduduk di wilayah kota, tingginya jumlah warga
miskin dan berpenghasilan rendah, serta laju urbanisasi dapat menjadi pemicu menjamurnya
permukiman kumuh (slum).

Secara fisik, psikologis, sosiologis, dan kultural, manusia memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia selalu berusaha untuk mengatasi konflik
yang mungkin terjadi dalam setiap interaksi dan adaptasi. Lingkungan permukiman menuntut
penyesuaian perilaku penghuninya, arsitektural akan membantu proses adaptasi ini. Hal ini
mengisyaratkan perancangan permukiman tidak hanya memperhatikan aspek arsitektural
secara fisik saja tetapi juga aspek psikologis, ekonomi masyarakat, dan gaya hidup
masyarakat yang selalu bersosialisasi. Aspek fungsional yang akan dimaksimalkan dalam
perancangan sangat berkaitan dengan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat golongan
ekonomi kebawah. Kenyamanan yang menyangkut kenyamanan termal, tata ruang, dan
kondisi lingkungan tetap diperhatikan.

Salah satu contoh permukiman kumuh penduduk yaitu di Kapuk, Jakarta Barat.
Kumuhnya permukiman di Kapuk akibat aktifitas yang terlalu berlebihan, sehingga
menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali.
Sampah dan air limbah akibat aktifitas warga yang tidak dikelola dengan baik, sehingga
menyebabkan pemandangan yang kotor, dan kekumuhan lingkungan juga disebabkan
kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana dan kurang terpeliharanya sarana prasarana tersebut
(jalan lingkungan, tempat sampah, MCK umum) dan terlalu padatnya jumlah penduduk yang
kurang seimbang dengan daya tampung ruang hunian dan penataan yang kurang tepat.
Kondisi lokasi penelitian saat ini (tahun 2014) telah dipenuhi oleh permukiman kumuh,
dimana pada lokasi tersebut terdapat citra kawasan 2 permukiman yang belum jelas, sehingga
perlu dilakukan peremajaan atau redevelopment terhadap permukiman kumuh tersebut untuk
meningkatkan kualitas permukiman kumuh tersebut menjadi permukiman yang berkembang.

Untuk itu, permukiman kumuh yang cenderung meluas ini perlu untuk segera
ditangani. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terwujud suatu permukiman yang layak
huni dalam suatu lingkungan yang sehat, yakni akan direncanakan sebagai model
permukiman yang ekologis atau dikenal dengan istilah ecovillage, dengan merencanakan
permukiman kumuh ini sebagai permukiman berbasis ekologis. Selain dapat meningkatkan
produktivitas sumber daya yang tersedia juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari permasalahan sesungguhnya yang
terjadi di kawasan penduduk padatdi dekat bantaran kali dan bagaimana menanggulanginya
dengan cara arsitektur sebagai tumpuan solusi.
 Membangun dan meremajakan kembali kawasan pemukiman sehingga dalam desain
mampu menunjang kehidupan yang lebih baik dalam kehidupan sekarang dan menjadi
lebih baik di masa mendatang.
 Memanfaatkan potensi lingkungan yaitu sungai yang ada pada lokasi kawasan
pemukiman sebagai area pendukung dari pemukiman warga dengan menjadikannya
ruang terbuka untuk aktifitas masyarakatnya.

1.3 METODE PENULISAN


Sistematika penulisan diperlukan untuk mengetahui poin-poin isi yang akan dibahas
dalam bab-bab tugas besar ini. Sistematika dalam pengumpulan datadata pada penulisan
tugas besar ini terdiri dari beberapa bagian dari setiap masing-masing bab, dan masing-
masing bab akan membahas dan menguraikan serta menganalisis pokok pembahasan yang
berbeda. Sebagai gambaran isi dari tugas besar ini, saya sertakan isi atau poin-poin secara
garis besarnya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan diuraikan mengenailatar belakang, , tinjauan pustaka dan
metode penulisan tugas besar terkait dengan permasalahan di lokasi maupun konsep.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisi teori-teori yang dibutuhkan dalam tugas akhir seperti teori
redevelopment, dan pemukiman padat.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini membahas metode yang digunakan, seperti kualitatif, observasi, dan literatur
untuk mendapatkan data aspek lingkungan maupun manusia.

BAB IV HASIL DAN BAHASAN


Berisi tentang penganalisaan baik dari segi lingkungan, manusia maupun dari
bangunan terkait kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang output atau hasil dari penganalisaan yang akan nantinya disimpulkan
untuk dipakai dalam rancangan.

BAB II
Doxiadis yang memiliki nama lengkap Constantinos A. Doxiadis adalah salah seorang
arsitek perencana kota berkebangsaan Yunani, ia memiliki perhatian tinggi terhadap
masyarakat yang kurang beruntung dan tinggal di permukiman kumuh. Menurutnya terdapat
5 elemen ekistics dalam permukiman yaitu :
1. Alam (Nature)
2. Manusia (antropos)
3. Masyarakat (Society)
4. Lindungan (Shells)
5. Jejaring (Network)
Bagian permukiman yang disebut wadah tersebut merupakan paduan tiga unsur: alam(tanah,
air, udara), lindungan (shell) dan jaringan (networks), sedang isinya adalahmanusia dan
masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di alam itulah ciptakanlindungan (rumah,
gedung dan lainnya) sebagai tempat manusia tinggal sertamenjalankan fungsi lain.

Ekono
mi
Buda
Sosial
ya
EKISTIK

Teknik Politik

 Alam
Dalam artian luas memiliki makna yang setara dengan dunia alam, dunia fisik,atau dunia
materiyang mengacu kepada fenomena dunia fisik dan jugakehidupan secara umum. Skala
alam terbentang dari sub-atomiksampaikosmik.merupakan tempat manusia tinggal. Alam
mempunyai arti yang lebih luas yang masih natural tanpa adanya aktifitasmanusia, sedangkan
lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitarmahluk hidup, lingkungan adalah
tempat adanya interaksi antar mahluk hidup,termasuk manusia didalamnya. Dimana tempat
manusia bertempat tinggalsecara bersama-sama atau berkelompok disebut
permukinan.Pengertian dasar permukiman( dalam UU No.1 tahun 2011) adalah bagian
darilingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjangkegiatan fungsi lain dikawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.

 Masyarakat
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistemsemi
tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antaraindividu-individu yang
terdapat dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"berakar dari bahasa Arab, musyarakah.

Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompokindividu yang


hidup bersama dalam satu komunitas yang tertata dan teratur. Arti yang lebih luasnya, sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan yangmenghubungkanantar entitas-entitas. Selain itu
Masyarakat juga merupakan kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu
yang salingbergantung dan membutuhkan antara yang satu dengan lainnya(mahlik sosial ).

 Manusia
Manusia tercipta sebagai makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dengankebutuhan
untuk berinteraksi dengan manusia lain. segala bentuk kebudayaan,tatanan hidup, dan sistem
kemasyarakatan terbentuk karena interaksi danhubungan antara satu manusia dengan manusia
lainnya.

 Lindungan (Shell)

Adalah tempat manusia berlindung, tinggal dan bertempat didalamnya,dmenciptakan


sebuah lindungan berupa tempat tertutup yang dapat mewadahisegala aktifitasnya dan
terlindung dari kondisicuaca dan alam secara langsung,
 Jaringan

Jaringan, seperti misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yangmemfasilitasi
hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu denganyang lain. Secara lebih
sederhana dapat dikatakan, bahwa permukiman adalah paduan antara unsur manusia dengan
masyarakatnya, alam dan unsur buatansebagaimana digambarkan Doxiadis melalui
ekistiknya.(Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997) jaringan merupakan salah satu elemen penting
dalam hubungan dan interaksiantar manusiakarena menjadi syarat mutlak tercapainya sebuah
interaksi antarsesama manusia yang efektif dan efisien.
TINJAUAN KASUS
Dalam perkembangan permukiman tidak luput dari urbanisas, Jakarta merupakan
pusat urbanisasi terbesar di Indonesia dikarenakan berposisi sentris sehingga banyak
masyarakat bermukim disana, dan bertambahnya jumlah penduduk tak luput dari minimnya
lahan hunian, sehingga terciptalah permukiman penduduk yang kumuh serta
permasalahannya

Data RW kumuh di DKI Jakarta


Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
RW 16 kapuk jakarta barat merupakan salah satu RW yang memiliki jumlah
penduduk yang padat. Pemerintah Kelurahan Kapuk merupakan bagian dari Wilayah
Kecamatan Cengkareng Kota Administrasi Jakarta Barat yang secara geografis berbatasan
langsung dengan wilayah Kota Administarsi Jakarta Utara. Wilayah Kelurahan Kapuk
memiliki luas ± 562,68  ha dan jumlah penduduk sebanyak 150.144 jiwa yang terbagi
dalam 16 Rw dan 222 RT dengan batas - batas sebagai berikut :      

Sebelah Barat          : Kelurahan Cengkareng Timur Â·        


Sebelah Timur          : Kelurahan Kedaung Kali Angke Â·        
Sebelah Utara          : Kelurahan Kamal Muara
Sebelah Selatan       : Kelurahan Cengkareng Timur
Statistic penduduk Jakarta barat 2019
Tabel populasi penduduk pada kecamatan di Jakarta barat
Sumber: jakbarkota.bps.go.id
Sumber : jakbarkota.bps.go.id
ANALISA KASUS
ALAM

Penggunaan tanah di jakarta barat cukupkompleks dan sering menimbulkan dampak


negatif terhadap daya dukung lingkungan. Luas lahan wilayah kotamadya jakarta barat
sekitar 12.819 hektar, dengan peruntukan sebagai berikut : kawasan perumahan 6.479.72 Ha,
industri 188.51 ha, pertokoan/perkantoran 1.248 ha, taman 192.38 ha, pertanian 1.065.99 ha,
lahan tidur 1.921.86 ha, dan lain lain 1.722.54 ha. Dari data diatas terlihat bahwa 6.479.72 ha
merupakan area perumahan namun banyak dari luasan tersebut merupakan permukiman
penduduk yang tidak tertata.
MANUSIA
Manusia merupakan salah satu dari elemen permukiman doxiadis, Kebutuhan manusia
harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan. Hal-hal yang harus diperhatikan (sub-
elemen Manusia) :
- Kebutuhan biologis : ruang, udara, makanan dll
- Peraturan indrawi : adanya rangsangan dari lingkungan melalui indera dan kebutuhan
persepsi pada lingkungan
- Kebutuhan emosional : kebutuhan perasaan akan berhubungan dengan orang lain
(interaksi social dengan lingkungan), rasa aman, keindahan dll
- Nilai-nilai moral
- Termarginalkan dalam pembangunan fisik
- Terdapat kaitan timbal balik antara kualitas hidup dengan kualitas lingkungan hidup
Kondisi manusia di Jakarta barat memiliki beberapa kekurangan, kekurangan ini berupa
kebutuhan biologis (ruang udara, makanan, dll) peraturan indrawi, serta tidak adanya timbal
balik antara kualitas hidup dengan kualitas lingkungan hidup, dikarenakan berbagai macam
factor. Faktor utama dari masalah ini tentu adalah ekonomi, yang mana m

MASYARAKAT
Masyarakat merupakan salah satu komponen dalam terciptanya Permukiman dan
tidak terlalu jauh berbeda dengan elemen manusia, namun terdapat aspek dari masyarakat
yang berdampak terhadap suatu pemukiman yang ada seperti Elemen masyarakat meliputi :
- Komposisi dan kepadatan penduduk, stratifikasi social, pola budaya
- Perkembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
- Hukum dan administrasi
Masalah sosioekonomirendahnya pendapatan perkapita,keterbatasanlapangan
pekerjaan, kebijakan fiscal / pajak belum menjadi peraturan dalam pembangunan fisik,
kesenjangan antar golongan, kriminilitas dll. Kepadatan penduduk juga mengakibatkan
terjadinya kepadatan bangunan yang tak sebanding dengan jumlah warganya.sehinga
dikategorikan sebagai kawasan padat dan kumuh
Data kepadatan penduduk di kecamatan
Jakarta barat

Rata-rata pada kawasan ini memiliki pekerjaan sebagai pedagang dan buruh hal ini juga
disebabkan banyak nya perpindahan penduduk ke ibukota sehingga membuat kawasan
menjadi padat untuk membangun rumah dan sebagainya

Permasalahan masyarakat yang timbul di area permukiman RW 16 kapuk cengkareng


Jakarta barat ialah padatnyajumlah penduduk yang tinggal pada area ini yang mayoritas
adalah pekerja non formal dari pulau jawa serta mininya ruang terbuka yang dapat digunakan
anak anak untuk bermain dan masyarakat beraktivitas dapat terlihat anak anak bermain di
ruas jalan.

NETWORK

Network (jaringan ) merupakan elemen penting yang menunjang kelangsungan hidup


manusia pada suatu permukiman, network berkaitan dengan sarana dan prasarana seperti
akses jalan, drainase, transportasi, system limbah, system komunikasi, system penyediaan
tenaga (listrik dan gas).
Permasalahan jaringan yang berada di Jakarta barat adalah system pembuangan air
kotor serta drainase, karena permasalah tiap tahun yang selalu ada adalah banjir, hal ini
dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat terhadap kali yang sering kali membuat air kali
meluap hingga menjadi banjir, debit air yang melebihi kapasitas sungai. Selain itu masalah
lain adalah semrawutnya kabel listrik pada Kawasan permukiman kumuh.

SHELL (LINDUNGAN)
Lindungan berkaitan dengan hunian masyrakat yang berfungsi sebagai tempat tinggal.
Berdasarkan data survei lapangan dapat dihasilkan analisa bahwa terdapat tiga karakter
hunian yang ada dikawasan, diantaranya hunian permanen, semi permanen dan temporer.

Permukiman yang berada di bantaran kali


merupakan permukiman dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dimana berdasarkan hasil
survey lapangan tidak sedikit satu unit hunian
diisi dengan dua hingga tiga kk.
Dan hunian tersebut menyebar secara
tidak teratur dibantaran kali tersebut. Adapun
untuk ruang huni yang direncanakan dapat
dilihat dari ruang huni masyarakat berupa
eksisting hunian sebelumnya. Dengan
penambahan beberapa fasilitas yang dapat
menunjang kegiatan lainnya.

SOLUSI

ALAM
Untuk mengatasi permasalahan yang telah disebutkan diatas ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi bencana banjir yang menjadi agenda tahunan di DKI Jakarta

Relokasi penduduk di bantaran kali

Contoh Ruang Terbuka Hijau di Kalijodo


Perlu adanya relokasi penduduk yang bermukim di area kali, hal ini mengakibatkan
terbangunnya permukiman mempersempit lebar kali dalam aliran sungai yang mengangkut
curah hujan. Membuat ruang terbuka hijau yang berfungsi menyegarkan udara di sekitar
pemukiman.
Dan pintu air/bendungan untuk mengurangi debit air ketika terjadi musim hujan.

MASYARAKAT
Perlu adanya ruang terpadu yang dapat digunakan masyarakat sekitar untuk
melakukan kegiatan oleh karena itu pembuatan RPTRA (Ruang Terpadu Ramah Anak) dapat
menjadi solusi dalam permasalahan minimnya ruang beraktivitas masyarakat pada lokasi RW
16 kapuk, cengkareng, Jakarta barat

LINDUNGAN
Hunian dibuat vertikal agar lebih fungsional dan dapat menghadirkan ruang hijau yang lebih
banyak lagi. Bentuk massa rusun dibuat dengan memaksimalkan lahan yang tersedia dan
dibuat agar terdapat ruang komunal bagi masyarakat seperti parkir dan ruang kegiatan
ekonomi.

Dengan berlatar belakang permukiman kumuh yang terdapat disepanjang sungai,


maka hunian vertikal dapat menjadi solusi pemasalahan kawasan permukiman bantaran kali.

MANUSIA
Melihat kondisi masyarakat di area Jakarta barat yang memiliki kondisi ekonomi
rendah serta minimnya kualitas lingkungan hidup perlu adanya relokasi penduduk dari lokasi
bermukim sehingga area permukiman dapat ditata ulang dan terhindar dari resiko bencana
seperti banjir, kebakaran, dll

NETWORK
SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem tenaga listrik dirasa tidak terlalu banyak permasalahannya, hanya permasalahannya
terjadi dipenataan kabel. Dibalik penataan kabel yang tidak terurus oleh pihak terkait
dikhawatirkan terjadi korsleting listrik. Solusi yang ditawarkan yaitu melakukan perawatan
terhadap kabel dan setiap kabel listrik diberi pengaman berupa baja ringan, yang mana kita
tau kabel listrik hanya ditata dengan kabel gulungan dan kabel tis yang memungkinkan kabel
akan mudah berantakan kembali.

Irigasi Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes
masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu
air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan
sekaligus berfungsi untuk pemupukan.
BAB III
3.1 Perumahan dan Permukiman Perkotaan
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat.
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Dimaksudkan agar lingkungan tersebut
menjadi lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur dan berfungsi sebagaimana yang
diharapkan.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

3.2 Perumahan dan Permukiman Padat/Kumuh Perkotaan


Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat mempunyai dampak
terhadap berbagai bidang antara lain di bidang fisik lingkungan, sosial, maupun ekonomi
yang memerlukan ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang secara umum akan bersifat
susul menyusul dengan laju pertumbuhan penduduk. Kurang tersedianya sarana dasar ini
akan mengakibatkan tumbuhnya beberapa bagian wilayah perkotaan menjadi kawasan
kumuh. Kawasan yang kumuh sering diidentikkan dengan kawasan yang jorok dengan
masalah atau kemiskinan kota. Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat
kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.
Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di Indonesia. Kawasan kumuh
umumnya dihubunghubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi.
Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obatobat
terlarang dan minuman keras. Di berbagai wilayah, kawasan kumuh juga menjadi pusat
masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis. Menurut CSU’s Urban Studies
Department, kawasan kumuh merupakan suatu wilayah yang memiliki kondisi lingkungan
yang buruk, kotor, penduduk yang padat serta keterbatasan ruang (untuk ventilasi cahaya,
udara, sinitasi, dan lapangan terbuka). Kondisi yang ada seringkali menimbulkan dampak
yang membahayakan kehidupan manusia (misalnya kebakaran dan kriminalitas) sebagai
akibat kombinasi berbagai faktor. Beberapa karakteristik kawasan kumuh di Indonesia
menggambarkan suatu kawasan permukiman yang secara fisik memiliki kondisi lingkungan
yang tidak sehat, seperti kotor, tercemar, lembab, dan lain-lain. Kondisi tersebut secara
ekologis timbul sebagai akibat dari ketiakmampuan daya dukung lingkungan mengatasi
beban aktivitas yang berlangsung di kawasan tersebut. Di wilayah perkotaan kondisi tersebut
timbul sebagai akibat tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Di wilayah pedesaan dengan
kepadatan penduduk yang rendah, kekumuhan wilayah ditimbulkan oleh kondisi sanitasi
lingkungan yang buruk, sebagai akibat keterbatasan sarana maupun kebiasaan masyarakat
yang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Di berbagai kawasan
kumuh, penduduk tinggal di kawasan yang sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk
dilewati kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran. Kurangnya pelayanan
pembuangan sampah juga mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk.

3.3 Perumahan dan Permukiman Sektor Informal Perkotaan


Keith Hart (1973), membedakan kegiatan penduduk kota dalam
memperolehkesempatan kerja kedalam dua sektor yakni formal dan informal,
didasarkan atassumber penghasilan yakni pendapatan yang bersumber dari gaji
(formal) atau pendapatan dari usaha sendiri (informal).

Sektor informal sering disebutkan dengan beragam istilah,


(Subarsono;2002;25).
Diantaranya :
- Aktivitas informal (informal activity)
- Kesempatan kerja yang diciptakan sendiri (self employment)
- Ekonomi bawah tanah (underground economy)
- Ekonomi pasar gelap (black market economy)
- Ekonomi bayangan (shadow economy)
- Kerja sampingan (causal work)

3.4 Aturan Kebijakan


- UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. 14 Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut
Guritno Mangkusoebroto (1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana
penduduk bertempat tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun
sekelompok rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi
dengan prasarana lingkungan.
- Permenpra No. 27 Tahun 2012
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002
tentang pedoman teknis pembangunan Rumah Sederhana Sehat.

- UU No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

3.5 Contoh Penataan Permukiman Kumuh di Indonesia

Permukiman kumuh di Kota Malang dapat kita jumpai dibeberapa daerah salah
satunya di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing. Kampung ini terletak di bantaran sungai
Brantas, yang juga terletak dibawah jembatan rel kereta api. Letak kampung ini di sebelah
selatan stasiun kota baru Kota Malang.

Masalah apa saja yang terjadi di Kampung Jodipan ? Sebelum menjadi “Kampung
Warna-Warni” seperti sekarang ini dulunya kampung Jodipan merupakan permukiman
kumuh. Adapun permasalahan yang terjadi di kampung Jodipan antara lain:

 Satu, Kampung Jodipan merupakan kampung dengan kepadatan penduduk yang


tinggi. Bisa dilihat berdasarkan BAPPEDA kampung Jodipan memiliki luas wilayah
seluas 49 ha dengan jumlah penduduk 13.201 jiwa. Bila kita hitung kepadatan
penduduknya dengan rumus : Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk (jiwa) / Luas
Daerah (ha) Didapatkan hasil sebesar 269 jiwa/ha, yang mana kategori penilaian
kepadatan penduduk bila antara 194,3-269 menunjukan kategori kepadatan tinggi.
Karena tingginya kepadatan penduduk yang terjadi di kampung Jodipan, hal ini
mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut
dengan lahan yang tersedia untuk tempat tinggal. Hal ini menyebabkan sebagian besar
masyarakatnya tinggal di bantaran sungai Brantas.
 Kedua, banyaknya sampah yang terdapat di pinggiran sungai Brantas karena
masyarakat sekitar sudah terbiasa untuk membuang sampah ke sungai walaupun
sudah ada aturan yang melarang. Karena banyaknya sampah yang ada di sungai
Brantas mengakibatkan meluapnya air sungai saat musim penghujan. Hal ini sangat
membahayakan bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di tepian sungai Brantas.
Ketiga, kurangnya penataan ruang dalam pendirian rumah masyarakat. Kebanyakan
masyarakat yang tinggal di kampung ini mendirikan rumah tidak disertai penataan
ruang dan fasilitas yang memadai sehingga menambah permasalahan seperti sistem
jaringan jalan, sistem drainase dan pelayanan air bersih. Disamping itu jarak antar
rumah yang hampir tidak ada sekatnya menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan
dengan baik.

Awalnya pengecatan kampung ini bertujuan agar kampung Jodipan tidak terlihat
kusam. Namun warga sekitar menyambut antusias program ini dengan ikut membantu proses
pengecatan. Pengecatan tidak hanya dilakukan di dinding rumah warga melainkan juga di
atap rumah, di pintu rumah, dan di jalan. Selain pengecataan warga juga melukis mural di
dinding atau di jalan. Karena perubahan fisik tersebut membuat kampung Jodipan menjadi
salah satu objek wisata di Kota Malang saat ini. Banyak orang berbondong – bondong datang
ke tempat ini untuk berkeliling maupun foto – foto dengan background kampung Jodipan.
BAB IV
4.1 Analisa terhadap jumlah penduduk 30 tahun kedepan pada
kelurahan Kapuk
Jumlah penduduk di kecamatan , kelurahan kapuk
2015 = 167.527
2016 = 168.872
2017 =170 202
2018 = 171.508
2019 = 172.796

Interval kenaikan jumlah penduduk

2016-2015= 168.872-167.527 = 1.345


2017-2016= 170.202-168.872 = 1.330
2018-2017= 171.508-170.202 = 1.306
2019-2018= 172.796-171.508 = 1.288

Rata-rata kenaikan penduduk


=(1.345+1.330+1306+1.288) : 4
=5269 : 4
=1.317 jiwa per tahun

Jumlah penduduk tahun 2050 Kelurahan Kapuk


= {(2050-2019) x Rata-rata kenaikan jumlah penduduk} + jumlah penduduk tahun 2019
= (31x1.317) + 172.796
= 213.623 jiwa

4.2 Analisa terhadap jumlah unit hunian yang dibutuhkan oleh


kelurahan Kapuk di tahun 2050

1 kk asumsi 5 orang
1 RT = 50 KK = 250 orang

Misal 1 blok 20 RT ( 20 Lantai )

Jumlah penduduk satu kelurahan = 213.623 jiwa


Jumlah RT = 222
Jumlah RW = 16

Jadi, jumlah blok pada rusun


Jumlah RW : 2
16 : 2 = 8 blok

4.3 Analisa terhadap jenis sarana yang dibutuhkan lagi

Menurut SNI 03-1733 tahun 2004


S(n)= P2050
Sm
Dimana :
S(n) = Jenis Sarana berdasarkan standar
Pn = Jumlah penduduk Hasil Proyeksi (tahun 2020-2050)
Sm = Standar Minimum
213.623
S(n) =
Sm

Jumlah Luas Bangunan Luas Lahan


Jenis Sarana Sarana (m2)/@sarana (m2)/@sarana

Pos Kamtib 2 72 200


Pos Pemadam Kebakaran 2 72 200
Loket Pembayaran Air Bersih 2 21 60
Loket Pembayaran Listrik 2 21 60
Parkir Umum 2 - 500

Sarana Peribadatan :

Masjid =1
Gereja Protestan =1
Gereja Katolik =1
Sarana Ibadah Lain =-

Sarana Perdagangan :

Toko/Warung =1
Pertokoan =1
Pusat pertokoan/Pasar =1
Kantor/Bank =-

4.4 Analisis terhadap Jenis Prasarana yang dibutuhkan lagi

a. Kebutuhan prasarana untuk jumlah penduduk di tahun 2050

Sarana pemerintahan dan pelayanan umum :

P 50 213.623
Loket Pembayaran Air Bersih  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000
P 50 213.623
Loket Pembayaran Listrik  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000
P 50 213.623
Parkir Umum  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000
P 50 213.623
Pos Pemadam Kebakaran  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000
P 50 213.623
Pos Kamtib  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000

Sarana Pendidikan :

P 50 213.623
SD  S 50= = =133.5=134 sarana
standar minimum 1.600
P 50 213.623
SMP  S 50= = =44.5=45 sarana
standar minimum 4.800
P 50 213.623
SMA  S 50= = =44.5=45 sarana
standar minimum 4.800

Sarana Kesehatan

P 50 213.623
Puskesmas  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000

P 50 213.623
Klinik Kesehatan  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000
P 50 213.623
Apotik  S 50= = =7.1=7 sarana
standar minimum 30.000
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen
Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
adalah salah satu wilayah dimana didalamnya terdapat RWRW yang dinyatakan kumuh
(slum area), dengan tipologi kumuh ringan, sedang bahkan berat. Maka dari itu perlu adanya
suatu arahan guna meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh yang terdapat di
wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, didapatkan karakteristik


lingkungan permukiman kumuh yang terdapat di wilayah penelitian dilihat dari aspek sarana
dan prasarana, fisik, sosial, ekonomi dan juga bahaya (hazard).

a. Aspek sarana dan prasarana


Umumnya lingkungan permukiman kumuh ringan memiliki kondisi
pemenuhan sarana dan prasarana yang cukup baik dibandingkan dengan permukiman
kumuh sedang dan berat, seperti penyediaan prasarana dan sarana jalan, air bersih dan
persampahan. Sedangkan untuk penyediaan prasarana drainase dan juga sanitasi
umumnya masih kurang baik untuk diketiga kategori permukiman tersebut.
Untuk penyediaan prasarana saluran air, buruknya kondisi prasarana tersebut
di lingkungan permukiman kumuh ringan lebih disebabkan karena saluran air tersebut
tercemar oleh limbah yang berasal dari pabrik dan juga RPH yang ada disekitarnya,
sedangkan di lingkungan permukiman kumuh sedang dan berat lebih diakibatkan
karena banyaknya tumpukan sampah yang memenuhi saluran air yang ada.
Sedangkan untuk kondisi sanitasi diketiga kategori permukiman yang ada,
sebagian sudah terdapat MCK maupun kamar mandi didalamnya, namun masih ada
pula masyarakat yang menggunakan MCK ataupun kamar mandi Bersama karena
mengingat banyaknya masyarakat pendatang terutama di lingkungan permukiman
kumuh ringan, dan umumnya kondisi dari penyediaan sanitasi baik di permukiman
kumuh ringan, sedang, dan berat tersebut kurang layak dan kotor.
b. Fisik
Kondisi fisik bangunan permukiman masyarakat baik itu di permukiman
kumuh ringan, sedang maupun berat mayoritas merupakan bangunan semi permanen
c. Sosial
Untuk kondisi sosial, mayoritas masyarakat dilingkungan permukiman kumuh
ringan merupakan masyarakat pendatang dan belum memiliki KTP Jakarta.
Sedangkan untuk masyarakat permukiman kumuh sedang cukup berimbang antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat asli, dan untuk masyarakat permukiman
kumuh berat sama dengan permukiman kumuh ringan, umumnya juga merupakan
masyarakat pendatang, hanya saja umumnya masyarakat di lingkungan tersebut sudah
memiliki KTP Jakarta, ini dikarenakan sebagian besar dari pendatang tersebut telah
cukup lama menetap di wilayah tersebut. Untuk alasan masyarakat bermukim di
lingkungan permukiman kumuh ringan karena adanya kedekatan dengan lokasi
bekerja,sedangkan untuk masyarakat di permukiman kumuh sedang dan juga berat
lebih karena harganya yang murah dan terjangkau oleh mereka. Tingkat pendidikan
masyarakat di lingkungan pemukiman kumuh ringan dan sedang sedikit cukup baik
dibandingkan dengan permukiman kategori berat, yaitu hingga tamat SMP/sederajat,
dimana pada permukiman kumuh berat umumnya mereka hanya sampai pada tingkat
tamat SD/sederajat. Namun untuk tingkat kekerabatan umumnya kegiatan
kemasyarakatan yang dimiliki masyararakat di lingkungan kumuh berat lebih
beragam dibandingkan dengan kategori permukiman kumuh ringan dan juga sedang.

5.2 REKOMENDASI
Rekomendasi yang dapat diberikan terkait hasil studi dalam penelitian ini adalah

1. Perlu adanya kajian yang lebih mendalam mengenai aspek social capital yang
digunakan dalam penelitian agar hasil penelitian yang didapatkan dapat berbasis
kekuatan lokal.
2. Perlu adanya kajian mengenai keefektifan dan juga optimalisasi program-program
yang diberikan oleh pemerintah di wilayah studi. Selain itu, dalam pengambilan dan
pemutusan suatu program hendaknya dilakukan secara sistematis dan juga konsisten,
dengan melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat didalamnya hal ini guna
menghasilkan kesepahaman dan juga keberlanjutan suatu program. Selain itu,
berbagai program yang diberikan tersebut hendaknya juga dapat melatih kemandirian
masyarakat, khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi agar dapat memperbaiki
pola kehidupan masyarakat.

Rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan studi selanjutnya dalam penelitian ini
adalah :

1. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan pula keikutsertaan ataupun


partisipasi masyarakat yang ada di wilayah studi agar hasil penelitian yang dilakukan
dapat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
- http://repository.unpas.ac.id/15440/3/04.%20BAB%20I.pdf
- http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2014-1-00185-AR%20Bab1001.pdf
- http://digilib.unila.ac.id/8615/13/BAB%20II.pdf
- https://tirto.id/penataan-permukiman-kumuh-di-diy-diarahkan-ke-rumah-vertikal-cvck
- https://core.ac.uk/download/pdf/77620247.pdf
- http://ciptakarya.pu.go.id/bangkim/nusp-2/index.php?/berita/detail/permukiman-
kumuh-dan-upaya-penanganannya
- https://medium.com/nekropolis/kampung-tongkol-dan-masa-depan-penataan-
permukiman-kumuh-di-perkotaan-indonesia-6844bed0f2ec

Anda mungkin juga menyukai