Anda di halaman 1dari 7

Tugas Hubungan Internasional

Nama: Elsa Dora Naibaho


NIM:18041104085
Kelas: VB

 Teori perdagangan internasional (international trade theory)


Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan tentang arah dan komposisi
terhadap perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya tersebut terhadap perekonomian
suatu negara. Terdapat tiga teori perdagangan internasional yang utama.
1. Teori keunggulan absolut
Teori keunggulan absolut ini dicetuskan oleh Adam Smith pada tahun 1937. Teori ini
menjelaskna bahwa suatu negara akan bertambah kaya ketika memiliki peningkatan
keterampilan dan efisiensi dalam hal keterlibatan para tenaga kerja dan penduduk dalam
proses produksi. Dalam teori ini perlu diketahui bahwa besaran/variabel yang diutamakan
adalah variabel riil dan bukannya moneter. Ini membuat teori ini juga dikenal dengan
teori murni (pure theory) perdangangan internasional.
Dalam artian, teori ini disebut murni karena hanya memusatkan perhatian pada variabel
riil saja, seperti nilai suatu barang yang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang
digunakan dalam menghasilkan suatu barang. Semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan, artinya nilai barang tersebut akan semakin tinggi (Labor Theory of value).
Jadi, dalam teori Absolute Advantage ini juga memanfaatkan teori nilai tenaga kerja yang
bersifat sangat sederhana. Dalam teori ini, anggapan utamanya adalah tenaga kerja pada
dasarnya memiliki sifat homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Padahal,
dalam kenyataannya, tenaga kerja tidaklah bersifat homogen. Selain itu, faktor produksi
juga tidak hanya satu saja serta mobilitas tenaga kerja pun tidak bebas. Sekalipun
demikian, teori nilai tenaga kerja tetap digunakan karena teori ini memungkinkan kita
menjelaskan tentang prinsip spesialisasi dan keuntungan dari pertukaran secara
sederhana.
Teori ini pernah diterima secara luas disleuruh dunia. Namun teori ini juga memiliki
kelemahan. Menurut Masngudi (2006) bahwa teori keunggulan absolut Adam Smith
terdapat beberapa kelemahan yaitu:
 Tidak mampu menjelaskan tentang bagaimana mekanisme yang dapat diterapkan
dunia untuk memperoleh keuntungan dan output serta bagaimana hal tersebut
dibagikan diantara para penduduk masing-masing negara.
 Tidak dapat menjelaskan tentang bagaimana apabila suatu negara telah mengadakan
spesialisasi, sementara negara lain masih memproduksikan kedua produk
 Faktanya, labor productivity berbeda-beda
 Tidak dapat menjelaskan jika ada Negara-negara yang sama sekali tidak memiliki
keunggulan absolut

2. Teori keunggulan komparatif


Teori keunggulan komparatif dicetuskan oleh David Ricardo dengan asumsi utama
bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki
keunggulan absolut. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa perdagangan internasional dapat
saling menguntungkan ketika salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut,
dengan jalan hanya memiliki keunggulan komparatif saja pada harga untuk komoditi
yang relatif berbeda. Keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo
dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817). Pemikiran Ricardo
berangkat dari analisanya terhadap kelemahan teori keunggulan absolut yang
menjelaskan bahwa perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan ketika
setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional mempunyai keunggulan
absolut yang berbeda-beda. Menurut Ricardo, kelemahan pola pikir keunggulan absolut
karena ketika hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut untuk barang tertentu
yang dihasilkan, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang
menguntungkan. Karenanya, kelemahan ini lalu disempurnakan oleh David Ricardo
lewat teori keunggulan komparatif. Dalam teori ini, asumsi utamanya adalah keunggulan
komparatif dapat tercapai ketika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa
dalam jumlah lebih banyak, tapi dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya.
Negara dengan kemampuan produksi yang lebih efisien inilah yang disebut memiliki
keunggulan komparatif.

3. Teori Heckscher – Olin (H-O)


Teori Heckscher-Ohlin atau yang biasa disebut sebagai Teori H-O dicetuskan oleh Eli
Heckscher dan muridnya Bertil Olin. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa pola perdagangan
negara-negara cenderung mengekspor barang-barang dengan faktor produksi yang relatif
melimpah secara intensif. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan produktivitas yang
terjadi akibat perbedaan proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang dimiliki oleh
suatu negara. Karenanya, teori ini juga disebut sebagai “The Proportional Factor Theory”.
Teori ini berasumsi bahwa negara dengan faktor produksi yang relatif tinggi dan murah
dalam biaya produksi akan melakukan spesialisasi produksi untuk target ekspor.
Sebaliknya, bagi negara dengan faktor produksi yang relatif langka dan mahal dalam
biaya produksi, ia akan melakukan impor. Dari sinilah, maka dapat dijelaskan bagaimana
pola perdagangan internasional berlangsung, yakni negara-negara yang cenderung
mengekspor barang-barang dengan menggunakan faktor produksi relatif melimpah secara
intensif
Selain tiga teori utama diatas ada juga teori perdagangan internasional menurut para ahli. Berikut
teori-teori menurut para ahli
1. Teori Dari Pandangan Kaum Merkantilisme
Merkantilisme merupakan sebuah kelompok masyarakat yang memiliki ideologi kapitalisme
komersial yang merupakan ciri-ciri ekonomi pasar. Dimana adanya politik pandangan
terhadap kemakmuran sebuah negara adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kemakmuram
perseorangan. Teori dari kaum merkantilisme berkembang pesat pada abad ke-16 dimana
teori ini mengembangkan pada ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi yang
mengusahakan jumlah ekspor harus lebih besar dari pada impor.
Kaum merkantilisme berpendapat bahwa salah satu cara membuat negara kaya adalah
dengan melakukan ekspor sebanyak-banyaknya dan memperkecil impor. Surplus ekspor
yang dihasilkan dalam bentuk aliran emas lantakan atau logam mulia, berupa emas dan
perak. Dengan begini maka semakin banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah negara
maka akan semakin kaya dan kuat negara tersebut. Dalam perdagangan internasional teori
merkantilisme menitikberatkan kepada tujuan untuk memperbesar ekspor dibandingkan
dengan impor serta kelebihan ekspor yang dapat dibayar dengan menggunakan logam mulia.
Kebijakan lain dari teori ini adalah dengan melakukan monopoli perdagangan dalam
memperoleh daerah jajahan untuk bisa memasarkan barang industri.

2. Teori Permintaan Timbal Balik / Reciprocal Demand (John Stuart Mill)


Teori ini dikemukanan oleh JS Mill, sebenarnya munculnya teori ini adalah untuk
melanjutkan teori dari teori komparatif Ricardo dimana mencari titik keseimbangan antara
pertukaran barang antar dua negara dengan perbandingan pertukarannya atau dengan
menentukan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD). Teori ini lebih menekankan kepada
kesembangan antara permintaan dan penawarannya, sebab permintaan dan penawaran
merupakan penentu dalam menentukan jumlah barang yang akan diekspor dan diimpor.
Pada dasarnya teori ini tidak jauh berbeda dengan teori komparatif yang dikemukakan oleh
Ricardo perbedaannya adalah penentuan Dasar Tukar Internasional (DTI). Menurut Ricardo
perdagangan internasional akan mendapatkan keuntungan jika DTI 1:1. Sedangkan menurut
Mill keuntungan dapat diperoleh tanpa harus DTI 1:1, asalkan perdagangan internasional
dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak dan memberikan keuntungan yang sama.
J.S Mills menyimpulkan bahwa perdagangan internasional dapat bermanfaat bagi kedua
belah negara jika terdapat perbedaan dalam rasio produksi dan konsumsi antar dua negara
tersebut. Selain itu, jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi barang ekspor
harus lebih kecil dibamdingkan untuk memproduksi barang impor. Maka negara otomotis
akan diberi manfaat dari perdagangan internasional yang dilakukan.

3. Teori Mazhab NeoKlasik


Mazhab Neoklasik mengubah pandangan dan teori tentang perdagangan internasional bahwa
pandangan ekonomi dan teori tidak lagi didasarkan pada tenaga kerja, atau biaya produksi
namun telah beralih pada tingkat kepuasan (Marginal Utility). Pendekatan ini menjadi salah
satu cara dalam mengungkapkan teori ekonomi. Adanya perubahan pandangan ini tentu juga
merubah teori yang ada serta metodeloginya.

 Teori kebijakan perdagangan internasional (international trade policy theory)


Kebijakan Perdagangan Internasional mencakup segala tindakan atau kebijakan ekonomi
pemerintah untuk memengaruhi arah, komposisi, serta bentuk kegiatan ekspor/impor barang dan
jasa yang tercatat dalam neraca perdagangan internasional. Berikut ini beberapa kebijakan
perdagangan internasional, namun beberapa diantaranya sudah tidak diperkenankan lagi karena
dianggap melanggar prinsip perdagangan bebas dunia. Ada delapan kebijakan dalam
perdagangan internasional. Berikut kebijakan-kebijakan perdagangan internasional.
1. Kebijakan tarif
Tarif merupakan pembebanan pajak (custom duties) terhadap barang-barang yang melewati
batas suatu negara.
Tarif digolongkan menjadi:
a) Bea Ekspor (export duties), yaitu pajak/bea yang dikenakan atas barang yang diangkut
ke negara lain.
b) Bea Impor (import duties), yaitu pajak/bea yang dikenakan atas barang yang masuk
dalam wilayah pabean (custom area) suatu negara dengan ketentuan bahwa negara
tersebut sebagai tujuan akhir.
Berdasarkan jenisnya, tarif terdiri atas:
a) Ad Valorem Duties, yaitu bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam persentase (%).
Persentase ini dihitung berdasarkan nilai barang yang dikenai bea tersebut.
b) Specific Duties, yaitu bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik
barang.
c) Specific Ad Valorem Duties atau Compound Duties, yaitu kombinasi antara Specific
Duties dan Ad Valorem Duties. Misalnya, suatu barang dikenakan 10% tarif Ad Valorem
Duties ditambah Rp 50.000,- untuk setiap unitnya (Specific Duties)

2. Kebijakan Kuota
Kuota adalah pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk (sebagai kuota impor)
atau barang yang keluar (kuota ekspor). Kuota dapat digolongkan menjadi :
a. Kuota Impor
Tujuannya adalah membatasi jumlah barang impor yang akan beredar di pasar dalam
negeri. Jika barang impor berlebihan, dikhawatirkan akan menjatuhkan harga barang
sejenis produk dalam negeri.
b. Kuota Ekspor
Dilakukan karena beberapa hal :
o Adanya pembatasan impor di negara tujuan eskpor
o Menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam jumlah yang cukup
o Untuk mendorong kegiatan produksi dalam negeri.

3. Larangan Ekpor atau Impor


Kebijakan larangan impor bertujuan untuk melindungi produsen di dalam negeri. Bisa juga
larangan impor diberlakukan untuk barang – barang yang dapat merugikan masyarakat,
misalnya minuman alcohol dan limbah berbahaya. Sedangkan larangan ekspor dimaksudkan
untuk melindungi konsumen di dalam negeri, terutama jika kebutuhan di dalam negeri belum
tercukupi.

4. Subsidi dan Premi Ekspor


Pemerintah memberikan subsidi untuk keperluan ekspor, bisa secara terang-terangan maupun
secara terselubung, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan harga jual ekspor lebih murah.
Contoh subsidi secara terselubung adalah pengenaan tingkat bunga lebih rendah atas
pinjaman modal kerja bagi produksi barang untuk di ekspor. Sedangkan premi ekspor adalah
pembayaran sejumlah uang tertentu oleh pemerintah kepada produsen yang telah melakukan
ekspor.

5. Devaluasi
Devaluasi terjadi jika nilai tukar atau kurs mata uang nasional secara resmi diturunkan
terhadap mata uang asing. Dengan kata lain, harga mata uang asing (valuta asing) dinaikkan.
Misalnya, untuk memberi $1 AS tadinya diperlukan Rp. 9.000,00 kemudian pemerintah
menetapkan devaluasi, yaitu sekarang kurs nya menjadi Rp. 10.000,00. Tujuannya adalah
untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor karena impor barang dihitung dalam mata
uang nasional menjadi lebih mahal (walau dalam US dollar harganya tetap), sehingga impor
akan turun. Sebaliknya setelah devaluasi, harga barang dalam negeri dalam US dollar
menjadi lebih murah (walaupun harga dalam rupiah tetap) sehingga akan mendorong
peningkatan ekspor (permintaan dari negara lain meningkat.)

6. Pengendalian Devisa
Dengan cara exchange control ( Pengendalian devisa ), jumlah devisa yang disediakan untuk
barang impor dibatasi. Importir yang hendak mengimpor barang tertentu harus memperoleh
izin (lisensi) untuk kemudian diberi suatu jatah (alokasi) devisa. Semua devisa harus dikuasai
oleh pemerintah pusat melalui bank sentral. Cara ini biasanya digunakan di negara – negara
sosialis tetapi umumnya ditolak di negara – negara liberal yang menganut system ekonomi
pasar.
Devisa adalah asset atau kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi internasional
yang dapat berbentuk valuta asing (valas), surat – surat berharga (obligasi, commercial
papers, saham, dan sebagainya). Bank Indonesia mengawasi lalu lintas devisa yang dilakukan
oleh penduduk.

7. Substitusi Impor
Untuk menurangi impor dan keteergantungan terhadap luar negeri, maka produsen dalam
negeri didorong untuk membuat sendiri barang – barang yang sampai kini masih diimpor dari
luar negeri.

8. Perjanjian Internasional
Untuk memperlancar perdagangan antarnegara sering kali diadakan perjanjian khusus.
Perjanjian antara dua negara disebut bilateral. Sedangkan perjainjian antara beberapa negara
disebut multilateral. Perjanjian perdagangan internasional dapat mengenai satu jenis barang
tertentu (misalnya perjanjian kopi, timah, karet) dapat juga mencakup bidang yang lebih luas.

 Organisasi dan kerjasama ekonomi internasional (international economic organization and


cooperation)
Perdagangan internasional terjadi karena adanya ketergantungan (inter dependent) antara satu
negara dengan negara lain. Ketergantungan tersebut disebabkan karena negara tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh rakyatnya, baik untuk kepentingan konsumsi
maupun industri. Ada banyak kerjasama ekonomi internasional. Berikut organisasi dan
kerjasama ekonomi internasional.

1. AFTA: Asean Free Trade Area


AFTA merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan, di mana tidak ada lagi hambatan tarif (bea masuk 0-5%)
maupun hambatan nontarif bagi negara-negara anggota ASEAN.
Tujuan AFTA:
- Meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN.
- Menjadikan ASEAN sebagai salah satu basis produksi dunia.
- Menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antaranggota ASEAN.
- Menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduk ASEAN.

2. EU: European Union


EU atau Uni Eropa bertujuan:
- Mempromosikan dan memperluas kerja sama di antara para anggotanya,
termasuk di bidang ekonomi serta perdagangan.
- Menerapkan Economic and Monetary Union, pengaturan ekonomi dan moneter
yang menjadi dasar pembentukan satu mata uang bagi para anggota EU, yaitu
Euro.

3. NAFTA: North American Free Trade Agreement


NAFTA memiliki tiga anggota, yaitu Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko.

4. APEC: Asia-Pasific Economic Cooperation


5. Cooperative Economic and Social Development in Asia and the Pasific
Dikenal sebagai Colombo Plan, lembaga ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Bentuk-bentuk bantuan Colombo Plan adalah sebagai berikut.
a. Pinjaman dan sumbangan untuk proyek-proyek nasional
b. Bahan makanan, pupuk, dan barang-barang konsumsi
c. Alat-alat perlengkapan (mesin, alat angkutan, dan alat laboraturium)
d. Jasa tenaga ahli
e. Pendidikan dan latihan keterampilan.
f. Program pertukaran pelajar.
g. Program pelatihan dan pembangunan fasilitas pelatihan.

6. G-8: Group of Eight


G-8 merupakan forum ekonomi dan politik negara-negara industri utama dunia,
yang terdiri atas Kanada, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Inggris, Rusia, dan
Amerika Serikat.

7. Organization for Economic Cooperation and Development


Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah organisasi
internasional yang dibentuk berdasarkan Paris Convention pada tahun 1960 yang bertujuan
untuk meningkatkan kerja sama dan promosi di bidang ekonomi, merumuskan dan
mengoordinasikan bantuan yang akan diberikan negara anggota kepada negara-negara
sedang berkembang termasuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan perdagangan
dunia.

Anda mungkin juga menyukai