Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KANKER OSTEOSARKOMA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak III

BEAUTY RISHA ANANDA

1811313015

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “makalah
patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan kanker osteosarkoma” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak III.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 6 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ······································································ 2

DAFTAR ISI ················································································· 3

BAB I PENDAHULUAN ·································································· 4

A. Latar Belakang ········································································ 4

B. Rumusan masalah ····································································· 4

C. Tujuan ·················································································· 5

D. Manfaat………………………………………………………………………5

BAB II TINJAUAN TEORITIS/ISI ······················································ 6

BAB III…………………………………………...................................................18

A. Kesimpulan ··········································································· 18

B. Saran ··················································································· 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….19

ANALISIS JURNAL……………………………………………………………..20

LAMPIRAN JURNAL ···································································· 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah
bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita
kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000
penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang
menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,
diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. (www.mail-archive.com)
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang
terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM
jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh
jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang
90% kasus datang dalam stadium lanjut. (www.kompas.com)
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke
paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya
menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti
kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun ( pada
usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja
penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum
diketahui. (www.medicastore.com)
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma ?
2. Bagaimana Penyebab Osteosarkoma ?
3. Bagaiman Patofisiologi Osteosarkoma ?
4. Bagaimana cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma ?

4
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana konsep anak yang menderita Osteosarkoma dan bagaimana
menyusun Asuhan Keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan Osteosarkoma.

Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma
2. Menjelaskan penyebab Osteosarkoma
3. Menjelaskan Patofisiologi dan Manifestasi klinis Osteosarkoma
4. Menjelaskan cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma
5. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma

1.4 MANFAAT
Penulis : Untuk menambah wawasan pengetahuan serta dapat melatih untuk pembuatan
skripsi.
Pembaca : Dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan Asuhan Keperawatan.

5
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244). Kanker
adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung
bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk
tulang. ( Wong. 2003: 616)
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan
paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas
tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer.
2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus
proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula,
atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 :
72 )
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker
yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari
lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat
terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum
menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah dirawat. Hal
itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian
lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan,
biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin
terjadi, tetapi langka.

6
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak yang paling
sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang
sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari penderita
yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osteokondroma,
tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah tulang.
Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau
diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di
diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsy untuk
menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan
petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan ; kadang
setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia kurang
dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran
yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan atau tungkai,
tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam
hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot disekitar tumor akan mengecil
( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak
radioaktif bias membantu menentukan lokasi yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit
ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen
dengan tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara
untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya tumbuh di
ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan
tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk
bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada
tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar
10% tumor akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh
menjadi kanker.

7
2.3 ETIOLOGI
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki yang belum
terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya keganasan yang lain,
telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang lebih
jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada pelukis lempeng
jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang, Thorotrast-dulu menggunakan
bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif thorium dioxide erat hubungannya dengan
timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa kanak-kanak
mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah menemukannya. Mungkin
kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma pada kelompok pasien ini.
Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget, dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun
temurun beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi
konstitusional mutasi genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan
risiko tinggi terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang , dysplasia
rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).
2.4 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi
dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 – 25 tahun.
Kemudian sering menyerang pada daerah ujung metafisis tulang panjang seperti :
1. Ujung distal tulang femur.
2. Ujung proximal tibial.
3. Ujung proximal humerus.
4. Ujung proximal femur.
5. Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.

Adanya tumor tulang


Jaringan lunak di invasi oleh tumor
Reaksi tulang normal
Osteolitik (destruksi tulang)
Osteoblastik (pembentukan tulang)
Destruksi tulang lokal
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
Pertumbuhan tulang yang abortif
Bagan 1.perjalanan penyakit Oteosarkoma.(sumber : Price.1998: 1213)

8
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma adalah rasa
sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di
atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di
malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu
setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat
menjadi perhatian khusus. Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau
kaki, karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat. Pada kasus ini,
resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan
bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit.
Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi untuk
osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang berkembang di retina,
biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2 tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi
mutasi genetik). Karena terhubungan ke radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah
menerima perawatan radiasi untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk
osteosarkoma.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien didiagnosa.
Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas adan massa atau
pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran trauma pada osteosarkoma
tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali pada osteosarkoma telangiectatic yang
lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat
pembengkakan dapat ada atau tidak, tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti
demam atau keringat malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang
menyebabkan gejala respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.
Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :
1. Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada palpasi,
meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat terlihat peningkatan
vaskularitas pada kulit.
2. Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik.
3. Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang terjadi.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

2.6.1 Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan penggunaan
kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian kemoterapi dan untuk
memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa
adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai

9
ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai metastase pada paru.
Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila
dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
a. LDH
b. ALP (kepentingan prognostik)
c. Hitung darah lengkap
d. Hitung trombosit
e. Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), bilirubin,
dan albumin.
f. Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium, phosphorus.
g. Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
h. Urinalisis
2.6.2 Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi. Ketika
dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila dibandingkan dengan MRI untuk
evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk menentukan metastase pada paru-paru.
1. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang karena hasilnya
dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh yang tepat. Gambaran foto polos
dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan campuran antara area litik dan sklerotik. Sangat
jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi terlihat agresif, dapat berupa moth eaten dengan tepi
tidak jelas atau kadangkala terdapat lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah kemoterapi, tulang
disekelilingnya dapat membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan
lunak sering terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya
sulit dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid yang
maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat ketika tumor
telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk Codman
triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya mengindikasikan proses
yang agresif. Osteosarkoma telangiectatic secara umum menunjukkan gambaran litik, dengan reaksi
periosteal dan massa jaringan lunak.

2. CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama pada area
dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada
osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder). Gambaran
cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam
jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT terutama sangat membantu ketika
perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk

10
evaluasi tumor pada tulang panjang, namun merupakan modalitas yang sangat berguna untuk
menentukan metastasis pada paru. CT sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian.
3. MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena
kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI merupakan tehnik
pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam
menentukan manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan
antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan
jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus
dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus adalah jarak longitudinal
tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis
oleh tumor telah diketahui sering terjadi daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran
foto polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama dengan
tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari lempeng pertumbuhan.
4. Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada pasien dengan
implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya yang dapat
menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak
pada bahan metal. Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan
lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.
5. Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada bone
scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna
untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi,
namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan
peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak spesifik.

5.4 STADIUM
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat untuk
digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke kelenjar limfa.
Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan derajat, penyebaran
ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat digunakan pada semua tumor
muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan
derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen dan
ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum. Lesi
tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah menyebar keluar dari
periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara praktis maka pasien digolongkan
menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized osteosarkoma) dan pasien dengan metastse
(metastatic osteosarkoma).

11
5.5 PENATALAKSANAAN
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan pada 80%
pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen. Osteosarkoma
merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai peranan dalam manajemen
rutin.
5.5.1 Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani secara primer
hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol tumor secara lokal dengan
baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang biasanya berada pada paru-paru. Tingginya
tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa pada saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh
karena hal tersebut maka penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien
dengan osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah
rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi. Penggunaan neoadjuvant
kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah
mengecil, namun juga dapat memberikan parameter faktor prognosa. Obat yang efektif adalah
doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi dengan leucovorin. Terapi kemoterapi
tetap dilanjutkan satu tahun setelah dilakukan pembedahan tumor.
5.5.2 Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas bebas tumor.
Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika memungkinkan reseksi dari
tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung dari beberapa faktor yang harus
dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal, didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh
kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi
kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi
adjuvant, dengan tingkat 5-year survival rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan
dengan hanya radikal amputasi. Fraktur patologis, dengan kontaminasi semua kompartemen dapat
mengeksklusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan
pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat dilakukan. Pada
beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien dengan
osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan limb salvage dan tidak
membutuhkan amputasi.
5.5.3 Penanganan jangka panjang

a. Rawat inap

1) Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk rumah sakit untuk
administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk methotrexate, cisplatin, doxorubicin, and
ifosfamide. Pasien yang ditangani dengan agen alkylating dosis tinggi mempunyai resiko tinggi
untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus selalu dilakukan secara
periodik.
2) Demam dan neutropenia: diperlukan pemberian antibiotic intravena.

12
3) Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari tumor
(pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga dilakukan pada saat
ini.

b. Rawat jalan

1) Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali seminggu
terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien, pengukuran G-CSF dapat
dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai 1000 atau 5000/μL.
2) Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada pasien dengan
nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika penggunaan antibiotik yang
nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
3) Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah dan radiografi,
dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3
bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.
Follow-up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama lebih dari 5 tahun,
maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka panjang. Individu ini harus berkunjung untuk
monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada termasuk
evaluasi hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.

5.6 PATHWAY KEPERAWATAN


OSTEOSARKOMA
Perubahan status Kesehatan
Peningkatan jumlah sel
Nyeri
Kebutuhan Sel meningkat
Keluarga baru Osteosarkoma
Krisis situasi
Inflasi Jaringan lunak
Penekanan sel saraf
Osteolitik
Reaksi tulang normal
Metabolisme meningkat
Osteoblastik
Destruksi Tulang
Prostaglandin meningkat
Penanganan medis
Radiasi
Virus
Mutasi genetik
Idiopatik
Onkogenesis sel tulang
Berduka
Gangguan harga diri
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
Koping tidak efektif

13
Rasa takut/ketidaktahuan
Fraktur
Amputasi
Perubahan peran
Hilangnya bagian tubuh

5.7 PROSES KEPERAWATAN


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam bidang keperawatan meliputi pengkajian dan
diagnosis sampai kepada intervensi medis.
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya
dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan
misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit
kepala, dan malaise.
b. Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

1) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
2) Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
(a) Mungkin hebat atau dangkal
(b) sering hilang dengan posisi flexi
(c) anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat
3) Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional

c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Radiografi
Adalah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda
yang dikaji pada film.
2) Tomografi,
Adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan
geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah
objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran “axis”
3) Pemindaian tulang.
4) Radioisotop, atau biopsi tulang bedah.
5) Tomografi paru.
6) Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.

14
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
d. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
e. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.

3. Intervensi Keperawatan
No. Dx. Tujuan & KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Tujuan: 1. Kaji status nyeri1. Memberikan data
berhubungan Klien mengalami (lokasi, frekuensi, dasar untuk
dengan proses pengurangan nyeri durasi, dan intensitas menentukan dan
patologik KH : nyeri) mengevaluasi
1. Mengikuti aturan2. Berikan lingkungan intervensi yang
farmakologi yang yang nyaman, dan diberikan.
ditentukan aktivitas hiburan2. Meningkatkan
2. Mendemontrasikan (misalnya : musik, relaksasi kline.
penggunaan televisi) 3. Meningkatkan
keterampilan relaksasi3. Ajarkan teknik relaksasi yang dapat
dan aktifitas hiburan manajemen nyeri menurunkan rasa nyeri
sesuai indikasi situasi seperti teknik relaksasi klien.
individu. napas dalam,4. Mengurangi nyeri dan
visualisasi, dan spasme otot
bimbingan imajinasi.
4. Kolaborasi : Berikan
analgesik sesuai
kebutuhan untuk
nyeri.
2. Koping tidak Tujuan: 1. Motivasi pasien dan1. Memberikan
efektif Mendemonstrasikan keluarga untuk kesempatan pada
berhubungan penggunaan mengungkapkan pasien untuk
dengan rasa mekanisme koping perasaan. mengungkapkan rasa
takut tentang efektif dan partisipasi2. Berikan lingkungan takut serta kesalahan
ketidak tahuan, aktif dalam aturan yang nyaman dimana konsep tentang
persepsi pengobatan pasien dan keluarga diagnosis.
tentang proses KH : merasa aman untuk2. Membina hubungan
penyakit, dan1. Pasien tampak rileks mendiskusikan saling percaya dan
sistem 2. Melaporkan perasaan atau menolak membantu pasien
pendukung berkurangnya ansietas untuk berbicara. untuk merasa diterima
tidak adekuat 3. Mengungkapkan 3. Pertahankan kontak dengan kondisi apa
perasaan mengenai sering dengan pasien adanya
perubahan yang dan bicara dengan3. Memberikan
terjadi pada diri klien menyentuh pasien. keyakinan bahwa

15
4. Berikan informasi pasien tidak sendiri
akurat, konsisten atau ditolak.
mengenai prognosis. 4. Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan pasien
membuat keputusan
atau pilihan sesuai
realita.
3. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Catat asupan makanan1. Mengidentifikasi
dari kebutuhan Mengalami setiap hari kekuatan atau
tubuh peningkatan asupan2. Ukur tinggi, berat defisiensi nutrisi.
berhubungan nutrisi yang adekuat badan, ketebalan kulit2. Mengidentifikasi
dengan status KH : trisep setiap hari. keadaan malnutrisi
hipermetabolik1. Penambahan berat3. Berikan diet TKTP protein kalori
berkenaan badan dan asupan cairan khususnya bila berat
dengan kanker 2. Bebas tanda adekuat. badan dan pengukuran
malnutrisi 4. Kolaborasi : Pantau antropometrik kurang
3. Nilai albumin dalam hasil pemeriksaan dari normal
batas normal ( 3,5 – laboratorium sesuai3. Memenuhi kebutuhan
5,5 g% ) indikasi. metabolik jaringan.
Asupan cairan adekuat
untuk menghilangkan
produk sisa.
4. Membantu
mengidentifikasi
derajat
4. Gangguan Tujuan : 1. Diskusikan dengan1. Membantu dalam
harga diri Mengungkapan orang terdekat memastikan masalah
karena perubahan pengaruh diagnosis untuk memulai proses
hilangnya pemahaman dalam dan pengobatan pemecahan masalah
bagian tubuh gaya hidup tentang terhadap kehidupan2. Membantu dalam
atau perubahan tubuh, perasaan tidak pribadi pasien dan pemecahan masalah
kinerja peran berdaya, putus asa dan keluarga. 3. Menunjukkan rasa
tidak mampu. 2. Motivasi pasien dan empati dan menjaga
KH : keluarga untuk hubungan saling
1. Mulai mengungkapkan percaya dengan pasien
mengembangkan perasaan tentang efek dan keluarga
mekanisme koping kanker atau
untuk menghadapi pengobatan
masalah secara3. Pertahankan kontak
efektif. mata selama interaksi
dengan pasien dan
keluarga dan bicara
dengan menyentuh
pasien.
5. Berduka Tujuan : 1. Lakukan pendekatan1. Meningkatkan rasa
berhubungan Keluarga dan klien langsung dengan klien percaya dengan klien
dengan siap menghadapi2. Diskusikan kurangnya2. Memberikan
kemungkinan kemungkinan alternatif pengobatan dukungan moril
kepada klien untuk

16
kehilangan alat kehilangan anggota3. Ajarkan penggunaan menerima
gerak gerak. alat bantu seperti kursi pembedahan.
KH : roda atau kruk3. Membantu dalam
1. Pasien menyesuaikan sesegera mungkin melakukan mobilitas
diri terhadap sesuai dengan dan meningkatkan
kehilangan anggota kemampuan pasien. kemandirian pasien.
gerak 4. Motivasi dan libatkan4. Secara tidak
2. Mengalami pasien dalam aktifitas langgsung
peninggkatan bermain memberikan latihan
mobilitas mobilisasi
Tabel 2. Rencana keperawatan ( Doenges. 1999: 1000 )

4. Evaluasi
a. Pasien mampu mengontrol nyeri
1) Melakukan teknik manajemen nyeri,
2) Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
3) Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan
aktifitas hidup sehari-hari
b. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
1) Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
2) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
3) Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
c. Masukan nutrisi yang adekuat
1) Mengalami peningkatan berat badan
2) Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
3) Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
d. Memperlihatkan konsep diri yang positif
1) Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
e. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.
f. Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Osteosarkoma (Sarkoma osteogenik) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut
(femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal). Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak
diketahui, namun ada beberapa factor yang dicurigai, diantaranya: radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,
keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi).
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan osteosarkoma adalah nyeri atau
pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas, nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun, malaise. Pemeriksaan
yang biasa dilakukan adalah: CT-scan, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan
biokimia darah dan urine. Penatalaksanaan pada pasien ini tergantung pada tipe dan fase dari tumor
tersebut saat didiagnosis.

3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana
melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

18
Daftar Pustaka
1. Bielack SS. Osteosarcoma. Dalam: Agarwal BR, Perilongo G, Wacker P, Eden T, penyunting. SIOP
Education Book 2006, 38th Congress of the International of Pediatric Oncology: Sep 17-21, 2006;
Geneva, Switzerland. Swiss; 2006.
2. Bielack SS, Bernstein ML. Osteosarcoma. Dalam: Voute PA, Barret A, Stevens MCG, Caron HN,
penyunting. Cancer in children, clinical management. Edisi ke-5. New York: Oxford University Press;
2005.
3. Hayden JB, Hoang BH. Osteosarcoma: basic science and clinical implications. Orthop Clin N Am
2006;
4. Link MP, Gebhardt MC, Meyers PA.Osteosarcoma. Dalam: Pizzo PA, Poplack DG, penyunting.
Principles and Practice of Pediatric Oncology. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2002

19
ANALISIS JURNAL

1. Judul Jurnal
KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA PADA EKSTREMITAS DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2014

2. Pengarang/Author
Yoyos Dias Ismiarto1 , Gustman Lumanda Sitanggang2

3. Alamat Jurnal
https://www.researchgate.net/publication/335913496_KARAKTERISTIK_PASIEN_DENGA
N_OSTEOSARKOMA_PADA_EKSTREMITAS_DI_RUMAH_SAKIT_UMUM_PUSAT_
DR_HASAN_SADIKIN_BANDUNG_PERIODE_JANUARI-DESEMBER_2014

4. Tahun Publikasi
September 2019

5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran karakteristik klinis pasien
osteosarkoma pada ekstremitas dalam kurun waktu Januari- Desember 2014.

6. Populasi
Pasien 121 orang

7. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara restrospektif. Data diambil
dengan cara total sampling. Seluruh pasien dengan diagnosis kerja osteosarkoma diambil dari
rekam medis dalam kurun waktu Januari-Desember 2014. Pasien yang tidak mendapatkan
terapi dieksklusi dari penelitian ini.

8. Analisis Data
Data diambil dengan cara total sampling

9. Lokasi/tempat
Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

10. Hasil
Berdasarkan hasi pengolahan data rekam medik di RS Hasan Sadikin, September 2019 26 dari
Januari-Desember 2014, didapatkan 121 pasien dengan diagnosis osteosarkoma ekstremitas.

11. Kesimpulan
Karakteristik pasien osteosarkoma di RSHS periode Januari-Desember 2014 didominasi oleh
laki-laki, usia <15 tahun, dengan letak tumor terbanyak pada femur dan belum mengalami
metastasis serta sebagian besar diterapi dengan limb salvage.

20
21
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019

KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA PADA


EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN
SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014
Yoyos Dias Ismiarto1 , Gustman Lumanda Sitanggang2
1Departemen Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Univesitas Padjajaran/RSUP DR Hasan
Sadikin Bandung
2Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Orthopaedi dan Traumatologi FK UNPAD/RSUP DR
Hasan Sadikin Bandung

Submitted: July 2019 |Accepted: August 2019 |Published: September 2019

ABSTRAK
Osteosarkoma adalah suatu keganasan primer tumo r tulang pada anak dan remaja, yang pada umu mnya
menyerang laki-laki pada usia dekade 10 – 20 tahun. Tu mor ini paling sering mengenai metafisis tulang
panjang, terutama pada tulang femur. Pengobatan osteosarkoma dapat dilakukan secara radikal amputasi
ataupun prosedur limb salvage, tergantung dari tingkat keparahan tumor. Tujuan penelit ian ini untuk
men ingkatkan pengetahuan tentang karakteristik klin is osteosarkoma pada ekstremitas. Penelitian
dilakukan secara studi retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien yang didiagnosis dengan
osteosarkoma mu lai dari Januari 2014 – Desember 2014 yang dirawat di Ru mah Sakit Hasan Sadikin
Bandung. Data diolah secara deskriptif meliputi jenis kelamin, usia, letak dari tu mor, metastasedan terapi
yang dilaku kan. Terdapat 121 pasien yang didiagnosis dengan osteosarko ma di Ru mah Sakit Hasan
Sadikin, dengan persentase jenis kelamin paling banyak pada laki–laki (52,9 %), usia dibawah 15 tahun
(59,5%), letak dari tu mor paling banyak pada femur (30,5%), dan sudah terjadi metastasis (46,2 %),
untuk terapi lebih banyak dilakukan limb salvage procedure (69,4%). Pasien osteosarkoma yang dirawat
di RS Hasan Sadikin lebih banyak dilakukan terapi dengan limb salvage procedure dibandingkan dengan
amputasi. Evaluasi jangka panjang diperlu kan untuk men ilai rekurensi dan penyebaran tumor ke organ
lain.

Kata Kunci: Karakteristik, Osteosarkoma, Limb Salvage

ABSTRACT

Osteosarcoma is a primary malignant bone tumor that usually occured in childhood and adolescence,
mostly in boys at 10th – 20th decade of age. These tumors are most often found at the metaphysis of the
long bone, especially in femur. Osteosarcoma treatment can be done in a radical amputation or limb
salvage procedure, depending on the severity of the tumor. The aim of this study was to enhance
knowledge on the clinical characteristics in osteosarcoma of the extremities. This research was a
retrospective study. Data were taken from the medical record of patients diagnosed with osteosarcoma
starting from January – December 2014 were treated at Hasan Sadikin Hospital. There were 121 patients
were diagnosed with osteosarcoma at Hasan Sadikin Hospital, with the percentage of the sexes most in
men (52.9 %), aged under 15 years (59.5%), most location of tumors in the femur (30,5 %), metastases
for (46,2%) cases, and for the treatment of limb salvage procedure (69.4%). Osteosarcoma patients in
Hasan Sadikin treated with limb salvage procedure more compared to amputation. Long -term evaluation
is required to confirm the recurrence or any spreading to otherorgans.

Keywords: Characteristics, Osteosarcoma, Li mb Salvage

Korespondensi: gusman200887@g mail.co m

23
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019

Pendahuluan 2:1. Tumor ini sering terdapat pada


Osteosarkoma (OS) adalah metafisis tulang panjang, khususnya
tumor tulang ganas primer dengan tulang paha.3,4,5
insidensi di seluruh dunia mencapai 3,4 Pasien-pasien dengan osteosarkoma
per juta orang per tahun. Pada 1970-an, seringkali datang dengan keluhan yang
pengenalan kemoterapi ajuvan dalam tidak spesifik, termasuk rasa nyeri pada
pengobatan osteosarkoma meningkatkan daerah yang terkena. Nyeri malam hari,
tingkat kelangsungan hidup hingga massa yang membesar, dan nyeri yang
50%. Sebelum pertengahan 1970-an, memburuk tanpa tanda-tanda infeksi
amputasi adalah terapi rutin pada pasien atau awal cedera yang jelas adalah salah
dengan osteosarkoma. Pada tahun 1990, satu tanda-tanda yang mengkhawatirkan.

penanganan terapi osteosarkoma mulai Pada pemeriksaan fisik didapatkan


bergeser dengan lebih banyak suatu massa, gerakan sendi yang
penekanan pada pemberian kemoterapi terbatas, nyeri saat menumpu berat
dan penyelamatan ekstremitas. Tingkat badan. Diperkirakan ada sekitar 5-10%
kelangsungan hidup saat ini telah pasien akan mengalami fraktur
meningkat menjadi>65%. Sekitar abad patologis sebagai salah satu tanda dari
20, tingkat kelangsungan hidup lima pertumbuhan tumor dan biasanya
tahun pada pasien osteosarkoma adalah didahului dengan adanya suatu
20%.1,2 trauma.2,6
Osteosarkoma adalah salah satu Untuk mengetahui letak tumor
bentuk dari tumor ganas primer yang serta penyebarannya, diperlukan adanya
umum terjadi pada usia anak-anak dan pemeriksaan radiologi berupa X-Ray,
dewasa muda serta sel-selnya berasal CT-Scan dan MRI. Pemeriksaan
dari sel mesenkimal primitif.3 Insidensi tersebut dapat membantu untuk menilai
Osteosarkoma, dengan rentang umur batas, struktur disekitar tumor, serta
paling tinggi pada usia 10-14 tahun margin untuk tindakan operatif.
selama masa pertumbuhan tulang.4 Metastasis ke paru dapat dinilai melalui
Osteosarkoma merupakan tumor ganas X-Ray dan CT-Scan dada, sedangkan
pada tulang dan menyebar secara cepat untuk penilaian metastasis ke jaringan
melewati periosteum dan jaringan tulang lain dapat dinilai melalui
disekitarnya. Sering terjadi pada pria pemeriksaan bone scan.6,7 Biopsi dapat
dibanding wanita, dengan perbandingan dilakukan untuk menjelaskan

24
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019

osteosarkoma dengan spesifik dan dibandingkan dengan yang ditemukan


stadium tumor. Tindakan ini dapat pada usia yang lebih tua.11 Penemuan
dilakukan dengan cara terbuka tersebut membuktikan bahwa
(insisional) atau tertutup. Biopsi pendekatan terapi dan prognosis pada
tertutup dilakukan dengan cara FNAB osteosarkoma umumnya didasarkan
dan core biopsy.7,8 Adanya proses beberapa faktor klinis, seperti entitas
pertumbuhan neoplasma yang cepat, tumor, stadium tumor, usia, jenis
mengakibatkan terangkatnya periosteum kelamin, kualitas hidup, dan harapan
dan kemudian terjadi deposisi tulang hidup.12
reaktif dibawah periosteum yang Tujuan dari penelitian ini
membentuk gambaran segitiga Codman. adalah untuk mendapatkan gambaran
Kombinasi antara tulang reaktif dan karakteristik klinis pasien osteosarkoma
tulang neoplastik yang dibentuk pada ekstremitas dalam kurun waktu
sepanjang pembuluh darah yang Januari- Desember 2014.
berjalan radier terhadap korteks tulang,
membentuk gambaran radiologis Metode Penelitian
sunburst.6,8,9 Penelitian ini merupakan

Identifikasi dari faktor risiko penelitian deskriptif yang dilakukan


merupakan aspek penting dalam secara restrospektif. Data diambil
pengembangan strategi tatalaksana dari dengan cara total sampling. Seluruh
osteosarkoma. Faktor prognosis dari pasien dengan diagnosis kerja
osteosarcoma dapat dibagi menjadi 2 osteosarkoma diambil dari rekam medis
kategori, yaitu faktor yang berhubungan dalam kurun waktu Januari-Desember
dengan pasien dan faktor yang 2014. Pasien yang tidak mendapatkan
berhubungan dengan terapi. Pada terapi dieksklusi dari penelitian ini.
penelitian yang dilakukan oleh Bielack Didapatkan jumlah pasien yaitu
et al. didapatkan bahwa luaran yang sebanyak 121 orang. Data diolah secara
lebih buruk terdapat pada osteosarkoma deskriptif meliputi jenis kelamin, umur,
di proximal humerus dan proximal letak, metastasis, dan terapi.
femur.1,2,10 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Maud et al juga Hasil Penelitian
ditemukan bahwa osteosarkoma pada Berdasarkan hasi pengolahan
usia anak-anak cenderung lebih agresif data rekam medik di RS Hasan Sadikin

25
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019

dari Januari-Desember 2014, didapatkan pasien osteosarkoma ekstremitas


121 pasien dengan diagnosis ditampilkan dalam tabel 1 dengan hasil
osteosarkoma ekstremitas. Distribusi sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik pasien osteosarkoma ekstremitas di RSHS tahun 2014


Karakteristik Juml ah Penderita Persentase
Jenis Kelamin
Laki- laki 64 52,9 %
Perempuan 57 47,1 %
Usia
< 15 Tahun 72 59,5 %
15-40 Tahun 21 17,3 %
> 40 Tahun 28 23,2 %
Letak
Femur 37 30,5 %
Tibia & Fibula 31 25,6 %
Hu merus 12 9,9 %
Radius & Ulna 11 9,2 %
Metasasis
Non metastasis 65 53,7%
Metastasis 56 46,2%
Tindakan
Limb Salvage 84 69,4 %
Amputasi 37 30,6 %
Juml ah 121 100%

Jumlah pasien dengan Didapatkan kasus tertinggi


osteosarkoma pada ekstremitas di berdasarkan letak dari tumor pada
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin dalam ekstremitas di RSHS pada periode
periode Januari 2014-Desember 2014 Januari 2014 – Desember 2014 adalah,
adalah sebanyak 121 orang. Berdasarkan femur (30,5%), tibia & fibula (25,6%)
jenis kelamin, osteosarkoma ditemukan dan daerah lainnya (24,8%).
64 kasus pada laki- laki (52,9%) dan 57 Berdasarkan kejadian metastasis
kasus pada perempuan (47,1%). pada pasien osteosarkoma di RSHS
Gambaran distribusi penderita periode Januari 2014-Desember 2014,
osteosarkoma di RSHS periode Januari yaitu 46.2% kasus pada osteosarkoma
2014- Desember 2014, dimana pada ekstremitas sudah terdapat metastasis,
umur < 15 tahun terdapat 72 kasus (59.5 sedangkan 53.7% belum mengalami
%), umur 15-40 tahun terdapat 21 kasus metastasis ke tempat lain.
(17.3 %), dan umur >40 tahun terdapat Berdasarkan terapi yang
28 kasus (23.2%). diberikan pada pasien dengan

26
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019

osteosarkoma pada ekstremitas di RSHS tibia (26%) sebagai lokasi tersering dari
periode Januari 2014-Desember 2014, kasus osteosarkoma. 14 Studi menyebutkan
yaitu 84 kasus yang dilakukan limb bahwa ini berkaitan dengan pertumbuhan
salvage (69,4%) dan 37 kasus yang pada area metafisis dari tulang panjang.
dilakukan amputasi (30,6%). Perbandingan osteosarkoma
mengalami metastasis atau tidak pada
Pembahasan penelitian ini tampak hampir seimbang
Kelompok umur <15 tahun menunjukkan bahwa masih banyak
merupakan kelompok dengan distribusi pasien osteosarkoma yang datang atau
kasus osteosarkoma tertinggi, hal ini dirujuk terlambat yaitu ketika keadaan
sesuai dengan penelitian sebelumnya umum kurang baik dan tumor sudah
oleh Cho, dkk yang menyebutkan menyebar ke tempat lain.
bahwa usia dekade kedua merupakan Terapi yang diberikan pada
puncak insidensi dari osteosarkoma. 13 pasien dengan osteosarkoma pada
Teori yang menyebabkan usia tersebut ekstremitas di RSHS periode Januari
menjadi yang paling banyak masih 2014-Desember 2014 sebagian besar
kontroversial, penelitian sebelumnya adalah limb salvage. Hasil penelitian ini
menyebutkan karena adanya mutasi sesuai dengan penelitian sebelumnya
germinal dari Rb dan p53, namun tidak yang menyebutkan bahwa limb salvage
cukup kuat menjadi bukti karena jumlah (83%) adalah terapi yang paling sering
temuan yang sangat sedikit sekali. diberikan pada pasien osteosarkoma.13,15
Beberapa peneliti menyebutkan adanya Hal ini berkenaan dengan kemajuan
keterkaitan. teknologi dan perkembangan keilmuan
Berdasarkan letak dari tumor orthopedi saat ini, terutama mengenai
pada ekstremitas ditemukan bahwa teknik dan alat pembedahan, kemoterapi,
kasus terbanyak adalah pada tulang pencitraan diagnosis, dan materi atau
femur dan tibia. Penemuan ini sesuai bahan rekonstruksi menjadikan terapi
dengan penelitian yang dilakukan limb salvage menjadi strategi terapi
sebelumnya oleh Manal et al yang utama pada kasus osteosarkoma.16
menyebutkan bahwa femur (63%) dan

27
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019

Simpulan dan Saran Ucapan Terima Kasih


Karakteristik pasien osteosarkoma Penulis mengucapkan banyak
di RSHS periode Januari-Desember terima kasih kepada pimpinan Rumah
2014 didominasi oleh laki- laki, usia <15 Sakit Hasan Sadikin Kota Bandung atas
tahun, dengan letak tumor terbanyak izin dan partisipasinya dalam proses
pada femur dan belum mengalami pengambilan data.
metastasis serta sebagian besar diterapi
Banyak terima kasih juga
dengan limb salvage.
disampaikan kepada pimpinan dan guru
Meskipun penelitian ini hanya di Departemen/KSM Orthopaedi dan
dilakukan dalam jangka waktu yang Traumatologi atas bimbingan dan arahan
singkat, diharapkan hasil tersebut dapat hingga artikel ini dapat dimuat dan
menggambarkan karakteristik klinis dipublikasikan secara nasional.
pasien osteosarkoma pada ekstremitas.

Daftar Pustaka
1. Mirabello L, Torisi RJ, Savage incidence and survival rates
SA. 2009. International from 1973 to 2004: data from
osteosarcoma incidence patterns the surveillance, Epidemiology,
in children and adolescents, and End Results Program.
middle ages and elderly persons. Cancer. 115(7):1531-43.
Int J Cancer. 125:229-234. 5. Durfee RA, Mohammed M, Luu
2. Misaghi A, Goldin A, Awad M, HH. 2016. Review of
Kulidjian AA. 2018. Osteosarcoma and Current
Osteosarcoma: a comprehensive Management. Rheumatol Ther.
review. Department of Dec; 3(2): 221–243.
Orthopaedic Surgery. University 6. Imran H, Enders F, Krailo M,
of California. SICOT J. 4:12. Sim F, Okuno S, Hawkins D, et
3. Campanacci M. 2013. Bone and al. 2009. Effect of Time
soft tissue tumors: Clinical Resumption of Chemotherapy
features, imaging, pathology After Definitive Surgery on
and treatment. Berlin: Springer. Prognosis for Non-Metastatic
4. Mirabello L, Troisi RJ, Savage Osteosarcoma. The Journal of
SA. 2009. Osteosarcoma Bone and Joint Surgery. 91:604-
612.

28
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September 2019
7. Agarwal MG dan Nayak P. BMC Cancer. 11:407.
2012. Limb Salvage for 12. Ando K, Heymann MF, Stresing
Osteosarcoma: Current status V, Mori K, Redini F, Heymann
with a Review of Literature. D. 2013. Current Therapeutic
IntechOpen. DOI: 10.5772/45627. Strategies and Novel Approaches
Available from: in Osteosarcoma, Cancers (Basel).
5(2): 591–616.
https://www.intechopen.com/bo
oks/osteosarcoma/limb-salvage- 13. Cho WH, Song WS, Jeon DG,
in-osteosarcoma Kong CB, Kim MS, Lee JA, et
8. Kundu ZS. 2014. Classification, al. 2010. Differential
Imaging, Biopsy and Staging of presentations, clinical courses,
Osteosarcoma. Indian J Orthop. and survivals of osteosarcomas
48(3): 238–246. of the proximal humerus over
9. Wamisho BL, Admasie D, other extremity locations. Ann
Negash BE, Tinsay MW. 2009. Surg Oncol. 17(3):702-708.
Osteosarcoma of Limb Bones: a 14. Zamzam MA, Moussa EAH,
clinical, radiological and Ahmed EG, Ghoneimy AE,
histopathological diagnostic Sherbiny ME, et al. 2017.
agreement at Black Lion Outcomes and prognostic factors
Teaching Hospital. Malawi for non- metastatic osteosarcoma
Medical Journal. 21(2):62-65. of the extremity. SM Journal of
10. Isakoff MS, Bielack SS, Meltzer Pediatrics. 2(2):1013.
P, Gorlick R. 2015. 15. Nayagam S. 2010. Principles of
Osteosarcoma: Current Treatment Fractures. Dalam: Solomon L,
and a Collaborative Pathway to Warwick D, Nayagam S. Apley's
Success. J Clin Oncol. system of orthopaedics and
33(27):3029-35. fractures. Edisi 9. London:
11. Guillon MAM, Mary PMJ, Hodder Arnold; p687-732.
Brugiere L, Marec-Berard P, 16. Yang Y, Han L, He Z, Li X,
Pacquement HD, Schmitt C, et al. Yang S, Yang J, et al. 2018.
Advances in limb
2011. Clinical characteristics and salvage treatment of osteosarcoma.
prognosis of osteosarcoma in
Journal of Bone
young children: a
Oncology. 10:36-40.
retrospective series of 15 cases.

29

Anda mungkin juga menyukai