Anda di halaman 1dari 11

SisPenA Satuan PAUD dan PNF

Oleh:
Drs Rusmantara, M.Si
Pamong Belajar BP PAUD dan Dikmas Kalimantan Barat

D
itegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa Pendidikan Nonformal (PNF)
merupakan satu diantara tiga jalur pendidikan pada Sisdiknas, bertujuan
antara lain, untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dijangkau (the un-reach target) oleh jalur pendidikan formal. Terdapat tiga rumpun
Satuan Pendidikan pada jalur PNF dimaksud, yaitu rumpun: Satuan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Satuan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), dan Satuan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Ketiga Satuan tersebut digabung dalam istilah
‘Satuan PAUD dan PNF’. Mengenai PNF, terdiri atas Satuan LKP dan PKBM
dikenal juga dengan Pendidikan Masyarakat (Dikmas). Sehingga ada Instansi
perpanjangan tangan pusat berkedudukan di tingkat Provinsi, yaitu Balai
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP-PAUD
dan Dikmas) yang selain menjadi perekat hubungan pusat dengan daerah, juga
melakukan Pengembangan Model dan Pengembangan (termasuk pemetaan) Mutu
Pendidikan jalur nonformal.
A. Jenis Layanan
Berbagai jenis program layanan pada jalur PNF – diperuntukkan bagi
masyarakat kurang beruntung khususnya – dalam upaya terpenuhinya ‘ruang’
pendidikan sepanjang hayat (long life education). Wadah yang mengelola hal tersebut
(sebagaimana telah disebutkan di atas) adalah Satuan Pendidikan yang merupakan
gabungan antara Satuan PAUD dan PNF. Satuan PAUD sendiri memiliki jenis

1
program layanan: Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Adapun Satuan PNF
(Dikmas) terdiri dari Satuan LKP dan Satuan PKBM, masing-maing memiliki jenis
program layanan tersendiri. Dalam hal ini, Satuan LKP, memiliki program paling
banyak jenisnya dibanding dengan jenis program layanan yang ada di Satuan PAUD
maupun pada Satuan PKBM. Jenis program layanan Satuan LKP, antara lain:
program Kecakapan Kerja (PKK ) maupun Pendidikan Kecakapan Wirausaha
(PKW). Lembaga yang bisa mengajukan akreditasi adalah Lembaga kursus yang
programnya pembelajarannya jenis kursus mengacu pada SKL yang dikeluarkan oleh
Sementara jenis program layanan pada Satuan PKBM meliputi: Pendidikan
Keaksaraan (literacy) dipadukan dengan pembelajaran keterampilan
bermatapencaharian (life skills) terfokus pada sasaran masyarakat usia dewasa, yang
masih buta aksara, atau belum berkesempatan lulus Sekolah Dasar (SD). Ada pula
jenis layanan Pendidikan Kesetaraan (equal education). Sasaran utamanya adalah
peserta didik drop out dari sekolah formal: SD, SMP, SMA/ sederajat. Tersedia pula
program layanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) mencakup di dalamnya layanan
buku-buku elektronik (e-books). Payung hukum program layanan PNF tersebut antara
lain tertera pada pasal 26 ayat (3) UU Sidiknas No.20 Tahun 2003 bahwa program
pendidikan nonformal meliputi: pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, dan pendidikan lain yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik.

B. SKB – PKBM – CLC

Pengelolaan layanan PAUD atau Pendidikan Kesetaraan jenis program:


Paket A (setara SD/MI/Ula), Paket B (setara SMP/MTs/Wustho), Paket C (setara
SMA/MA/Ulya) yang diselenggarakan pemerintah, proses pembelajarannya
bertempat di Satuan Pendidikan Nonformal – Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF-SKB)

2
keberadaannya di hampir seluruh kabupaten/ kota. Adapun jenis layanan serupa yang
pengelolaannya: dari, oleh, dan untuk masyarakat, tempat kegiatan belajar mengajar
(KBM) nya disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Mengenai CLC
(Community Learning Center) merupakan Satuan Pendidikan sejenis PKBM, berupa
wadah pembelajaran anak-anak Indonesia di luar negeri. Seperti satuan CLC untuk
anak-anak TKI/ TKW di Serawak, Sabah, Saudi Arabia, di bawah pantauan Konsulat
Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) setempat. Mengenai pendidik atau guru
yang melakukan pendampingan di SKB – umumnya Aparatur Sipil Negara (ASN) –
disebut dengan Pamong Belajar, Untuk pendidik di PKBM akrab dengan sapaan
Tutor, pendidik di lembaga kursus disebut instruktur / penguji dan pendidik di
PAUD Guru serta pendiidk dilembaga CLC berstatus guru kontrak
Dapat dimaknai bahwa baik Satuan SKB, PKBM, maupun CLC, pada
dasarnya adalah sama-sama Satuan Pendidikan jalur nonformal. Bedanya, SKB
statusnya “plat merah” diselenggarakan oleh aparatur pemerintah, lokasinya di pusat
kota/ di ibu kota kabupaten. Sementara Satuan PKBM dikelola masyarakat setempat
(swasta) keberadaannya menyebar hingga ke pelosok desa, dapat melayani komunitas
yang sulit terjamah (to reach the un-reach). Akan halnya CLC - sudah pasti - hanya
ada di luar negeri! Bagaimana pula halnya dengan ‘pengakuan’ legalitas output atau
keluaran, alias hasil lulusan tiga Satuan Pendidikan jalur nonformal tersebut di atas?
“Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.” (Demikian bunyi pasal
28 ayat (6) UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Lebih terperinci tentang tujuan
penilaian atau evaluasi, ditegaskan pada pasal 57 bahwa evaluasi dilakukan dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hal
proses penilaian penyetaraan, tergambar dalam implementasi Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Secara tegas aturannya bahwa wewenang penyelenggara ujian - jalur PNF- hanya

3
diberikan kepada Lembaga atau Satuan yang telah terakreditasi. Proses Akreditasinya
pun berbasis web yang wajib terkoneksikan dengan Dapodik. Dengan demikian dapat
dimaknai bahwa perlakuan PNF dapat digolongkan setara atau serupa (tidak sama
dalam ciri khas) dengan mekanisme dan prosedur yang ditempuh oleh Satuan
(Sekolah) jalur pendidikan formal.
Mengenai strategi pelayanan, baik di SKB, maupun pada Satuan PKBM,
ataupun di CLC, dapat diimplementasikan secara fleksibel, melalui pendekatan
kemasyarakatan, mengingat karakteristik budaya dan adat kebiasaan komunitas
sekitar. Begitu pun tentang kelenturan memilah dan memilih variasi metode
pembelajaran. Selain harus selektif menetapkan metode – sesuai dengan situasi dan
kondisi – sangat disarankan bagi guru PNF untuk mengedepankan pendekatan yang
“bernuansa andragogi”. Terutama dalam upaya mendorong partisipasi aktif peserta
didik – orang dewasa – yang usianya sudah tidak muda lagi. Jadi, meskipun
pengelolaan satuan PNF “terkesan” flexible menyesuiakan dnegan kondisi lingkungan
yang ada , akan tetapi pelaksanaannya harus – memenuhi tuntutan minimal (Standar
nasional Pendiidkan (SNP) Non Formal . Artinya, indikator “layak tidaknya”
pengelolaan layanan suatu Lembaga atau Satuan, tetap merujuk pada status
terakreditasi atau tidak! Lebih dalam pemaknaan akreditasi, yaitu penilaian kelayakan
Program atau Satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan
merupakan bagian dari upaya penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
Konsep UNESCO mengenai kinerja penjaminan mutu (quality assurance) dalam
Nanang Fattah (2012:2) tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan
cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen input,
komponen proccess, dan hasil atau outcome sesuai dengan yang diharapkan oleh
stake holders pendidikan. Lebih lanjut tentang contoh stake holders pendidikan,
seperti orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah, termasuklah dunia usaha dan
dunia industri (DUDI) – selaku users – pihak penerima manfaat.

4
C. Institusi Akreditasi
Pihak manakah yang berwenang melakukan penjaminan dan pengendalian
mutu pendidikan di negeri ini? Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (Permen Dikbud RI) No.59 Tahun 2012 berbunyi: akreditasi
yang dilakukan pemerintah dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN)
yang terdiri atas:
a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah (BAN S/M),
b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT),
c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal (BAN PNF).
Permen Dikbud RI Nomor 13 Tahun 2018 memuat tentang perubahan (nama) Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal (BAN
PAUD dan PNF). Dapat disimpulkan bahwa institusi berwenang – yang ditunjuk
pemerintah – melakukan penjaminan dan pengendalian mutu Pendidikan Anak Usia
Dini Dan Pendidikan Masyarakat ( PAUD dan Dikmas ) di Indonesia adalah BAN
PAUD dan PNF (pada jalur nonformal).
Dapat ditegaskan, bahwa Lembaga yang memiliki kewenangan sebagai
institusi akreditasi jalur nonformal adalah BAN PAUD dan PNF, dibantu oleh BAN-
Provinsi beserta staf sekretariat provinsi bersangkutan. Dengan kata lain, Satuan
pendidikan jalur nonformal yang terdiri atas 3 (tiga) rumpun: PAUD, LKP, dan
rumpun PKBM, diakreditasi oleh institusi BAN PAUD dan PNF. Selain itu, BAN
PAUD dan PNF juga yang berwenang mengakreditasi layanan sejenis yang
diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama
(Kemenag) seperti: Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), dan Satuan
Pondok Pesantren Salafi yang menyelenggarakan jenis layanan ula (setara paket A),
wustho (setara paket B), dan ulya (setara paket C)! Tentu saja Lembaga tersebut baru
boleh diproses akreditasinya, setelah melalui sinkronisasi sistem data terpadu di
tingkat pusat, antara Dapodik (Data Pokok Pendidikan) yang ditangani oleh
Depdikbud dengan EMIS (Education Management Information System) yang dikelola
Kemenag.

5
Kaitannya dengan akreditasi Satuan PKBM (termasuk SKB dan CLC) dan
LKP, masih menerapkan skala prioritas, diutamakan untuk mengakreditasi
Pendidikan Kesetaraan (program: Paket A, B, C). Dikarenakan adanya proses “pindah
kebijakan” dari Akreditasi terhadap Program (dulu) ke Akreditasi terhadap Satuan
atau Lembaga (sekarang). Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Ketua BAN PAUD
dan PNF No: 193/K/TU/II/2019 tertanggal 14 Februari. Intinya berbunyi: “Seluruh
Satun LKP, PKBM, atau bentuk lainnya yang akan mengajukan permohonan
akreditasi diwajibkan mendaftarkan dan mengisi EDS-PA seluruh program yang
diselenggarakan, maka Asesor wajib pula melaksanakan visitasi terhadap setiap
program yang diajukan Asesi dalam SisPenA tersebut”. Sejalan pula dengan
Permendikbud No.13 Tahun 2018 pasal 18 ayat (3) dijelaskan bahwa peringkat
akreditasi Satuan Pendidikan mencakup kelayakan seluruh program yang
diselenggarakan pada saat Akreditasi mulai.
D. SisPenA Berbasis Web
Mulai Tahun 2019, BAN PAUD dan PNF memberlakukan Instrumen
Penilaian Akreditasi (IPA) dan telah melalui tahapan uji empiris. Lebih fokus pada
penilain (kinerja) kualitas pembelajaran (performance) dibanding pada pemenuhan
syarat berupa kelengkapan administratif (compliance). Adapun kebijakannya bahwa
prioritas sasaran Akreditasi meliputi; Satuan PAUD (layanan: TK/RA/BA/KB),
Satuan LKP (83 program kursus vokasional), dan Satuan PKBM (program layanan
Kesetaraan Paket A, B, C serta Keaksaraan). Berdaarkan Panduan SisPenA BAN
PAUD dan PNF (2018:3) bahwa pelaksanaan akreditasi BAN PAUD dan PNF tidak
lagi menggunakan dokumen kertas atau borang, sudah beralih ke sistem online.
(Hanya saja, dokumen asli berupa hasil print out masih wajib tersedia di Lembaga
masing-masing, sebagai arsip). SisPenA terus-menerus diperbaharui (continuous
improvement). Kini, mekanisme penyelenggaraan akreditasi sudah melalui SisPenA
Versi 2.0. Berupa aplikasi penilaian akreditasi berbasis web, dapat diakses di mana
saja, kapan saja dengan syarat terhubung dengan internet. Aplikasi sisPenA

6
dimaksud, tidak hanya bisa menggunakan laptop atau komputer, tetapi bisa juga
memanfaatkan handphone (android) ataupun tablet yang resolusinya lebih kecil.
Implementasi SisPenA Versi 2.0 berupa integrasi Data Pokok Pendidikan
(Dapodik) dengan Sistem Akreditasi, yaitu data Dapodik digunakan untuk
memberikan status pengesahan pada Satuan yang akan diakreditasi. Proses awal,
pihak Lembaga atau Satuan Pendidikan yang dikenal dengan sebutan Asesi,
mengajukan akreditasi melalui koneksitas Dapodik yang sudah terekam pada operator
Dinas Pendidikan kabupaten/ kota masing-masing. Dengan tujuan agar data akreditasi
dapat terintegrasi dengan Hasil Akreditasi – secara sistem – dengan mengacu kepada
NPSN (Nomor Pokok Satuan Pendidikan Nasional). Dalam hal ini, Dapodik menjadi
basis data utama (data base) melalui NPSN agar terjadi konsistensi dan adanya
histori data akreditasi.
E. Alur SisPenA Level Lembaga
Langkah-langkah untuk mengakses atau menggunakan aplikasi SisPenA
Versi 2.0. Setelah Lembaga atau Asesi dapat memastikan ‘telah terhubung’ dengan
jaringan internet, bisa langsung membuka brower dan ketikkan URL atau
banpaudpnf.kemdikbud.go.id/sispena. Selanjutnya untuk masuk Link Evaluasi Diri
Satuan-Prasyarat Akreditasi (EDS-PA) pada bagian username dan password
menggunakan NPSN milik Lembaga masing-masing. Apabila berhasil login, maka
sistem akan langsung menampilkan jendela Dahsboad Data Profile Satuan
Pendidikan yang bersangkutan. (Dashboard berisikan informasi data profil satuan
pendidikan yang terintegrasi dengan Dapodik). Maka dari itu, untuk isian identitas
sebagian besar hanya berbentuk view karena data sudah diambil dari Dapodik
tersebut. Jika ada data yang tidak sesuai atau belum lengkap, maka Lembaga atau
Satuan bisa melakukan pemutakhiran data pada (operator) Dapodik.
F. Menu Persyaratan
Langkah Selanjutnya, Asesi menuju ke Menu Persyaratan. Menu
Persyaratan disediakan untuk Satuan Pendidikan atau Asesi melengkapi Syarat
Umum dan Syarat Khusus. Artinya, sebelum Asesi memulai pengisian Evaluasi Diri

7
Satuan Prasyarat Akreditasi (EDS-PA), terlebih dahulu harus melengkapi unggahan
(upload) Syarat Umum dan Syarat Khusus dimaksud. Adapun Syarat Umum, terdiri
dari Surat Permohonan Akreditasi dan Surat Izin Operasional. Sementara Syarat
Khusus, terdiri dari Jumlah Peserta Dididk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan Sertifikat Kompetensi Pendidik (Guru, Pamong Belajar, Instruktur, atau
Tutor). Setelah melengkapi unggahan Menu Persyaratan, lanjut ke EDS-PA. EDS-PA
tersebut berupa menu yang diperuntukkan mengisi/melengkapi pertanyaan di setiap
butir 8 SNP serta melampirkan dokumen yantg sesuai dengan kondisi sesungguhnya.
Adapun sub menu yang disediakan, yaitu EDS-PA, Form Survey, dan Hasil Penilaian
EDS-PA. Setelah itu lanjut ke Feedback. Menu feedback berfungsi agar Satuan
Pendidikan memberikan saran/masukan atau mengajukan pertanyaan seputar EDS-
PA di SisPenA. Berikut ini keterangan singkat tentang beberapa hal:
a) Permohonan
Permohonan, berupa surat permintaan dari Asesi atau Pimpinan agar Lembaganya
diikutsertakan dalam proses Akreditasi, ditandatangani oleh Ketua, dan dibubuhi
cap Lembaga, ditujukan kepada: Ketua BAN PAUD dan PNF .u.p. BAN PAUD
dan PNF Provinsi.
b) Foto Pendukung
Foto-foto terkait dengan Lembaga, dibatasi 5 (lima) kolom foto, sebagai sampel
saja, seperti:
1) Foto papan nama Lembaga, dengan tampak depan Lembaga.
2) Foto sarana belajar di dalam dan di luar ruangan, bahan ajar dan buku-buku.
3) Foto prasarana: gedung, ruang kelas, kantor pimpinan, ruang guru, ruang tamu,
toilet, halaman tempat bermain.
4) Foto proses belajar.
5) Foto prasarana instalasi: listrik, air, alat komunikasi, dan lain-lain.
Catatan:
Type file yang dapat diunggah adalah PDF, maksimal ukuran File 2 MB.

8
Langkah selanjutnya adalah mengisi Evaluasi Diri Satuan Prasyarat
Akreditasi (EDS-PA) dilakukan oleh Asesi dengan cara Input Evaluasi Diri, sehingga
semua butir instumen terisi. Setelah Lembaga mendaftar Akreditasi (selesai isi EDS-
PA) dan berhasil masuk (login), berarti selesai sudah tugas Pendaftaran Akreditasi
pada Level Lembaga. Selanjutnya tugas Level BAN-P memerosesnya.
G. Tahapan Akreditasi
Sesudah Lembaga atau Satuan PAUD dan PNF – selaku Asesi – selesai
mengajukan Permohonan Akreditasi melalui Aplikasi SisPenA. Maka, proses
selanjutnya merupakan tugas BAN-P melalui staf sekretariatnya – di setiap provinsi
bersangkutan – melakukan Klasifikasi Permohonan Akreditasi (KPA). Yaitu
mengecek – item per item – kelengkapan dokumen (dalam aplikasi sispena) yang
telah dikirim (upload) oleh Asesi berupa: Surat Pemohonan, Lampiran 8 SNP,
Lampiran foto-foto Pendukung, serta isian EDS-PA. Jika telah memenuhi syarat:
capaian hasil isian EDS-PA skornya di atas ambang batas minimal akreditasi
(memenuhi grade yang telah dipatok pusat) maka BAN-P melakukan approval.
Tujuan dilakukan tahapan KPA ini bersifat preventif (mencegah pemborosan biaya
dan tenaga) untuk memastikan bahwa Lembaga yang Approval berarti layak untuk
diproses lanjut, dan sudah berada pada ‘posisi aman’ hasil akhirnya bakal
terakreditasi!
Tahap Akreditasi berikutnya adalah Visitasi - side visite – berkunjung ke
lokasi, menggunakan Instrumen Penilaian Akreditasi (IPA) yang fokus untuk menilai
kinerja (performance) dengn tidak mengabaikan sama sekali: keberadaan,
kelengkapan, dan kesesuaian (ALS) dokumen 8 SNP (compliance). Dilakukan oleh
Tim Asesor, yang dibekali “Kode Etik” sebagai rambu-rambu dalam melaksanakan
tugas! Menurut Permendikbud RI No.13 Tahun 2019 pasal 9 bahwa “Tim Asesor
terdiri dari tenaga profesional yang telah memenuhi persyaratan untuk diangkat dan
ditugasi oleh BAN untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan Satuan Pendidikan
sebagai bagian dari proses Akreditasi”. Ketika melakukan Visitasi, Tim Asesor terdiri
dari dua orang (Asesor A dan Asesor B) – wajib datang - ke Lembaga secara

9
bersamaan, masing-masing melakukan penilaian secara mandiri, maupun wajib juga
adanya penilaian kelompok. Tugas utama visitasi tersebut adalah – secara terpadu –
menguji kredibilitas data yang disampaikan Asesi melalui aplikasi SisPenA Versi 2.0,
lalu membandingkannya dengan realitas yang ada di lapangan. Aktivitas cek
lapangan itu bisa menggunakan triangulasi teknik: wawancara, observasi, studi
dokumentasi. Tentang triangulasi teknik, mengacu kepada Suharsimi Arikunto
(2014:25) bertujuan untuk menguji kredibilitas data dengan melakukan beberapa
teknik berbeda terhadap sumber yang sama.
Proses SisPenA selanjutnya adalah tahapan Validasi dan Verifikasi,
dilakukan dalam satu paket: tempat dan waktu bersamaan. Seorang Asesor mengecek
(ulang) hasil Sispena Lembaga yang telah melalui proses penilaian Visitasi. Wajib
dihadiri oleh Anggota BAN PAUD dan PNF (pusat), kendati pelaksanaannya di
provinsi masing-masing. Dalam rangka menghindari terjadinya bias kepentingan
(conflict of interest) maka secara tegas aturannya (terformat dalam sistem) bahwa
Asesor Visitasi, tidak boleh ditugaskan kembali sebagai Asesor Validasi dan
Verifikasi pada Lembaga yang sama. Setelah dilakukan Validasi dan Verifikasi,
tahapan berikutnya berupa: Penetapan Hasil Akreditasi, Pengumuman Hasil
Akreditasi (melalui website) hingga Penerbitan Sertifikat Akreditasi, sepenuhnya
menjadi hak preogratif BAN PAUD dan PNF. Dapat disimpulkan bahwa SisPenA
berbasis web Versi 2.0, mengharuskan terkoneksikannya setiap tahapan proses
Akreditasi dalam sistem online, mulai dari input data di Level Lembaga, hingga
Pengumuman Hasil Akhir di Level pusat. Ditambahkan, tentang adanya kesempatan
Banding. Proses Banding dilakukan apabila ada permintaan secara tertulis dari pihak
Asesi yang merasa tidak puas dengan Hasil Akrditasi. Rentang waktu mengajukan
banding, tersedia 30 (tiga puluh) - hari efektif - dihitung sejak hari diumumkannya
Hasil Akreditasi SisPenA.
Demikianlah selayang pandang berkaitan dengan Pelaksanaan Akreditasi
Satuan PAUD dan PNF berbasis web. Dimana, Instumen Penilaian Akreditasi (IPA)
dirancang untuk fokus penilaian Akreditasi berubah sisttem dari compliance

10
(ketersediaan dokumen secara administratif) ke titik fokus performance (capaian
kinerja). Hasil penilaian maksimal bakal dicapai, apabila terjadi kerja sama kondusif
dengan pihak terkait secara sinergis dan koordinasi antara satuan PAUD Dikmas ,
Dinas Pendidikan Kabuoaten Kota dan asesor terjalin komonikasi dengan optimal
efektif .

11

Anda mungkin juga menyukai