Anda di halaman 1dari 1

Program Magister Teknik Geodesi dan Geomatika

GD6111 Analisis Kebijakan Pertanahan

KONFLIK KEPEMILIKAN TANAH ULAYAT AKIBAT RENDAHNYA PERLINDUNGAN


DAN PENERAPAN HUKUM BAGI MASYARAKAT ADAT

Santi Azzahrah (25119010)

Program Magister Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,
Institut Teknologi Bandung, Indonesia

santizhr@students.itb.ac.id

Sebagai produk budaya, hukum selalu hadir dalam kehidupan masyarakat. Adapun istilah yang
menyebutkan bahwa hukum tidak pernah diciptakan melainkan terbentuk dengan sendirinya
dalam kehidupan masyarakat; hal inilah yang disebut dengan living law. Living law seringkali
diinterpretasikan sebagai hukum yang terbentuk karena budaya dan adat, serta bersifat tidak
tertulis secara formal. Seiring lahirnya negara modern, living law cenderung terhapuskan dan
tergantikan dengan hukum positif (state law). Indonesia merupakan negara yang menganut
sistem hukum positif. Namun hal tersebut tidak serta merta menghilangkan kelompok
masyarakat yang memegang teguh prinsip adat dan haknya, khususnya pada bidang pertanahan.

Indonesia melindungi hak-hak masyarakat adat yang disebut dengan hak ulayat secara legal dan
terkandung dalam beberapa peraturan perundangan yang telah diterbitkan. Salah satunya adalah
Undang-Undang Dasar Pokok Agraria Pasal 5, yang berbunyi “Hukum agraria yang berlaku atas
bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta
dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan dengan peraturan
perundang-undangan lainnya, segala sesuatau dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar
pada hukum agama.” Terlebih lagi, Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 18 B menyatakan
bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih lestari dan sesuai dengan perkembangan bangsa,
masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalan Undang-
Undang.

Masyarakat adat seringkali mengelola tanah yang dimiliki secara komunal, yang disebut dengan
tanah ulayat. Pola penguasaan tanah ulayat tersebut semakin termarjinalkan akibat politik hukum
pertanahan yang tidak tegas melakukan pengaturan dan perlindungan terhadap hak masyarakat
adat setempat. Akibatnya terjadi konflik baik oleh pemerintah, pengusaha, maupun antar
masyarakat. Pemerintah dan pengusaha seringkali dianggap telah mengambil tanah masyarakat
tanpa ada kompensasi yang seimbang. Sementara itu, masyarakat adat merasa diabaikan dan
tidak mendapatkan manfaat atas lahan yang notabene telah dikuasai secara turun-temurun dan
telah menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, penelitian ini
ditujukan untuk menganalisis dan mengevaluasi penerapan hukum dan kebijakan yang dibuat
oleh negara bagi perlindungan hak masyarakat adat terhadap tanah ulayat, dan solusi untuk
mengatasi permasalahan yang telah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai