Anda di halaman 1dari 45

KONSEP NEONATUS ESENSIAL

(Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak)

DOSEN PENGAMPU :

REHANA, S.Pd, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. LIDYA MARGARETA MAHULAE PO.71.20.1.19.052


2. MUTHIARA RINJANY A.P PO.71.20.1.19.063
3. NADIYAH ZANNATI AZZAHRA PO.71.20.1.19.065
4. PENI ANA SARI PO.71.20.1.19.070

TINGKAT 2.B
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Konsep Neonatus Esensial“ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Rehan, S.Pd,
S.Kep, M.Kes selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dari jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya, sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Palembang, 5 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

1. LATAR BELAKANG..................................................................................1

2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2

3. TUJUAN.......................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

1. Konsep Neonatus Esensial............................................................................3

2. Mempertahankan Status Pernafasan Pada Bayi Baru Lahir........................13

3. Mempertahankan Termogulasi Pada Bayi..................................................16

4. Pencegahan Infeksi Pada Bayi....................................................................26

5. Mempertahankan Kecukupan Nutrisi Pada Bayi........................................32

BAB III...................................................................................................................40

PENUTUP..............................................................................................................40

A. Kesimpulan.................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,
2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer,
2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat
2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter &
Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah
bayi yang lahir 28 hari pertama.
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat
meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil.Adaptasi
neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (M. Sholeh 2007 dalam
Marmi dan Kukuh 2012).
Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. Tiga faktor yang memengaruhi perubahan fungsi ini yaitu maturasi,
adaptasi dan toleransi. Maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat
dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir. Adaptasi diperlukan
oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru yang dibandingkan
dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang menyenangkan. Toleransi yakni
kemampuan tubuh bertahan terhadap kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia,
hipoglikemia, dan perubahan pH yang dramatis dimana fatal bagi orang dewasa
tetapi tidak bagi bayi. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila
dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik adaptasinya
tetapi makin kurang toleransinya (Hassan R, 2005).
Keberlangsungan hidup bayi baru lahir bergantung pada kemampuannya
untuk beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin. Kemampuan adaptasi ini
meliputi adaptasi dalam sikulasi kardiopulmunal dan penyesuaian fisiologis lain

4
untuk menggantikan fungsi plasentadan mempertahankan homeostatis. kelahiran
juga merupakan permulaan awal hubungan orang tua/bayi dan, setelah ibu dan
bayi dipastikan sehat, privasi orang tua untuk berbicara, menyentuh, dan
berkumpul berdua saja dengan bayinya merupakan hal penting (Fraser dan
Cooper, 2012 : 397).

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa konsep neonatus esensial?
2. Bagaimana cara mempertahankan status pernafasan pada bayi baru lahir?
3. Bagaimana cara mempertahankan termoregulasi pada bayi?
4. Bagaimana cara pencegahan infeksi pada bayi?
5. Bagaimana cara mempertahankan kecukupan nutrisi pada bayi?

3. TUJUAN
Adapun tujuannya adalah:
1. Menjelaskan tentang konsep neonatus esensial.
2. Menjelaskan tentang cara mempertahankan status pernafasan pada bayi baru lahir.
3. Menjelaskan tentang cara mempertahankan termoregulasi pada bayi.
4. Menjelaskan tentang cara pencegahan infeksi pada bayi.
5. Menjelaskan tentang cara mempertahankan kecukupan nutrisi pada bayi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Neonatus Esensial


Neonatus esensial merupakan penunjang kesehatan bayi yang baru lahir
meliputi perawatan tali pusat dan perawatan pasca lahir, pencegahan hipotermia,
menyusui bayi secara dini dan ekslusif, usaha bernafas spontan dan upaya
pencegahan infeksi pada bayi.
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak
ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan
yang panjang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Asuhan tidak hanya
diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL).
Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi karena proses
tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (Bayi) maka penatalaksanaan
persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih merupakan bagian
esensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85%-90%) persalinan adalah
normal, tetapi gangguan dalam kehamilan dan proses persalinan dapat
mempengaruhi kesehatan bayi-bayi yang baru dilahirkan. Sebagian besar
kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermia dan
atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia
segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan
penccgahan hipotermia dan infeksi.
1) Perawatan Neonatal Esensial Pada Saat Lahir
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung
maupun beberapa saat setelah lahir. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalaperawatan neonatal esensial pada saat lahir meliputi:
a. Kewaspadaan umum (Universal Precaution)
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme

6
harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan
tubuh adalah virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.
b. Penilaian Awal

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:


a) Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
b) Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
1. Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap ?
2. Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif ?

7
c. Pencegahan Kehilangan Panas

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan
kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan
basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga sangat
rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh
menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C).

d. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

a) Memotong dan Mengikat Tali Pusat


1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah
ibu.
3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.

8
4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu
Dini.
b)  Merawat Tali Pusat
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada
ibu dan keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

e. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia
6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih),
memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi
(asah).

9
f. Pencegahan Pendarahan

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka
semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung
apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat
badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat,
berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan
intrakranial.
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi
Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri
Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin
K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan
kembali.
g. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik
tetrasiklin 1%.

f. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
Vitamin K1 secara intramuskular.Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan
ibu-bayi.

10
Untuk mencegah terjadinya kesakitan bahkan hingga kematian bayi baru lahir
maka sangat perlu melakukan perawatan neonatal esensial setelah lahirnya bayi,
seperti:
1) Menjaga Bayi Tetap Hangat
Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra
uterin, bayi harus dijaga tetap hangat. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur
temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan
panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi
dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami
hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat
adalah:
a. Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah
sangat penting untuk menjaga bayi tetap sehat.
b. Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih.
Bayi memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki.
c. Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti.
d. Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah
menjangkau bayinya.
e. Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi
menggunakan pakaian yang hangat dan diselimuti.
f. Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak
kulit ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang.
g. Jaga ruangan tetap hangat

2) Pemeriksaan Setelah Lahir Menggunakan MTBS


MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh.

11
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS vmerupakan
upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan
kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi
dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan
konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat
atau sakit dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama pada
bayi. Pemeriksaan tersebut menggunakan bagan bayi muda pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit. Tanda atau gejala pada bayi muda sakit
kadang merupakan suatu masalah tersendiri atau bagian dari suatu penyakit.
Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat menangani masalah bayi
muda dibuat suatu bagan yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis tetapi dengan klasifikasi ini
petugas bisa melakukan langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pada
bayi sakit.

3) Tindakan Pengobatan
Tentukan tindakan dan beri pengobatan untuk setiap klasifikasi sesuai dengan
yang tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku bagan, kemudian catat
dalam Formulir Pencatatan.
Jenis pengobatan yang mungkin akan diberikan:
- Memberi tindakan pra-rujukan untuk anak sakit yang dirujuk.
- Memberi dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang
membutuhkan pengobatan khusus, dan mengajari ibu cara meminumkan
obat, cara pemberian makan dan cairan selama anak sakit, dan cara
menangani infeksi lokal di rumah.

12
- Memberi nasihat tentang penatalaksanaan anak sakit di rumah.
Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah muda memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan yang lebih baik. Sebelum merujuk lakukan
tindakan/pengobatan pra rujukan. Jelaskan kepada orang tua bahwa
tindakan/pengobatan pra rujukan diperlukan untuk menyelamatkan
kelangsungan hidup anak. Minta persetujuan orang tua (informed consent)
sebelum melakukan tindakan/pengobatan pra rujukan.
Bayi muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan
rujukan. Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu termasuk kapan
harus segera kembali serta kunjungan ulang, sesuai dengan buku bagan.

4) Perawatan Metode Kanguru (PMK)


Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti
incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain:
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan
menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan
pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih
sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah
menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan
bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Posisi Kanguru
 Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak
 Kepala bayi sedikit dipalingkan kekanan/kekiri dengan sedikit tengadah
(ekstensi)
 Dada bayi menempel di dada ibu
 Perut bayi berada disekitar epigastrium dan jangan tertekan.
 Tangan bayi dalam posisi fleksi
 Pangkal paha bayi dalam posisi fleksi dan melebar seperti kodok.

13
 Ikatan kain/selendang dengan kuat dan tepi gendongan bagian atas
mencapai bagian bawah kuping bayi
 Awasi : napas/warna kulit/suhu : pegang telapak kaki bayi (dengan
punggung tangan).

5) Pemeriksaan Status Vitamin K dan Imunisasi


Periksalah status vitamin K1 bayi muda, apakah sudah mendapat vitamin
K1 yang harus diberikan segera setelah lahir, setelah proses Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B.Selain imunisasi
Hepatitis B yang harus diberikan segera setelah lahir, berikut ini adalah
jadwal iminisasi yang harus diberikan kepada neonatus/ bayi muda.

6) Konseling Bagi Ibu


Petugas kesehatan memberitahu ibu kapan harus kembali ke klinik dan
juga mengajari ibu untuk mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kapan
anak harus segera dibawa ke klinik serta menilai praktik pemberian ASI dan
memberikan konseling untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Konseling
meliputi juga untuk kesehatan ibu sendiri.
Berikan juga konseling tentang cara melanjutkan pengobatan di rumah,
merawat bayi muda sehat maupun sakit termasuk melakukan asuhan dasar di
rumah. Konseling diberikan pada bayi muda dengan klasifikasi kuning dan
hijau. Lakukan konseling setelah anda selesai memberikan tindakan/
pengobatan.

14
 Menggunakan Keterampilan Komunikasi yang Baik
Lakukan konseling bagi ibu untuk melanjutkan pengobatan di rumah
dengan keterampilan komunikasi sebagai berikut:
Tanya : Ajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban ibu dengan seksama.
Saudara akan mengetahui apa saja yang telah dilakukan dengan benar
dan apa yang masih perlu diubah.
Puji : Jika ibu telah bertindak benar.
Nasihati : Batasi nasihat kepada ibu untuk hal yang benarbenar tepat.
Gunakan bahasa yang dimengerti ibu.
Cek Pemahaman : Ajukan pertanyaan untuk mengetahui apa yang telah
dipahami ibu dan apa yang perlu dijelaskan lebih lanjut. Hindari
pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”.
 Menasihati dan Mengajari Ibu Cara Pemberian Obat Oral di Rumah

 Menasihati dan Mengajari Ibu Cara Mengobati Infeksi Bakteri Lokal di


Rumah
 Menasihati Ibu Tentang Cara Pemberian ASI
Sebelum menasihati ibu, amati cara ibu menyusui bayinya. Kemudian
nasihati sesuai dengan masalah yang ditemukan. Anjuran pemberian ASI
eksklusif untuk bayi muda. Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir
sampai umur 6 bulan adalah ASI. Menyusui secara eksklusif berarti bayi
hanya diberi ASI, tidak diberi tambahan makanan atau cairan lain.
Berikan ASI sesuai keinginan bayi paling sedikit 8 kali sehari, pagi,
siang, sore maupun malam.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-
bayi dan anjurkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin untuk
merangsang produksi ASI sehingga mencukupi kebutuhan bayi.
Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum (susu beberapa hari
pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan mengandung zat-zat kekebalan
tubuh. Minta ibu untuk memberi ASI sesuai dengan keinginan atau tanda
dari bayinya. Biarkan bayi menyusu pada satu payudara hingga puas/
bayi melepas sendiri puting susu ibu (sekitar 15-20 menit). Berikan

15
payudara sisi lainnya hanya bila bayi masih menunjukkan tanda ingin
menyusu. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan
mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan menurunkan
produksi susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya mengenai cara pemberian
ASI dan kemudian beri jawaban lengkap dan jelas. Pesankan untuk
mencari pertolongan bila ada masalah dengan pemberian ASI.

7) Pelayanan Tindak Lanjut


Beberapa anak perlu dilihat lebih dari satu kali untuk satu episode sakit saat
ini.Proses penatalaksanaan kasus dari MTBS membantu mengidentifikasi anak yang
memerlukan kunjungan ulang.Jika anak tersebut dibawa kembali ke klinik, petugas
kesehatan memberikan pelayanan tindak lanjut seperti yang disebutkan dalam
pedoman MTBS, dan bila perlu nilai kembali anak jika ada masalah baru.
Pada saat bayi dibawa untuk kunjungan ulang, periksalah bayi untuk
melihat perkembangan penyakitnya, apakah membaik, tidak ada perubahan
atau memburuk. Kemungkinan anda menemukan masalah atau klasifikasi
penyakit yang baru.
Klasifikasi yang perlu kunjungan ulang adalah: Infeksi Bakteri Lokal,
Ikterus, Diare Dehidrasi Ringan/Sedang, Masalah Pemberian ASI dan Berat
Badan Rendah Menurut Umur.Apabila ditemukan: klasifikasi kuning berubah
menjadi hijau, artinya keadaan bayi muda membaik. Klasifikasi yang tetap
kuning berarti keadaan bayi muda tetap. Jika klasifikasi kuning menjadi
merah, keadaan bayi muda memburuk.

2. Mempertahankan Status Pernafasan Pada Bayi Baru Lahir


Sistem pernafasan adalah sistem paling tertantang ketika perubahan dari
lingkungan intra uteri ke lingkungan ektra uteri. Organ yang bertanggung jawab
untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta janin mengembangkan
otot-ototyang diperlukan untuk bernafas dan menunjukkan gerakan bernafas
sepanjang TM II dan TM III cairan yang mengisi mulut dan trachea keluar
sebagian dan udara mulai mengisi saluran trachea. Pernafasan pertama pada bayi
baru lahir normal terjadi dalam waktu 30 Menit pertama sesudah bayi lahir. Usaha
bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan

16
yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga
udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan dengan
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku
sehingga terjadi atelektasis. Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerob.
Proses pernafasan pertama pada bayi terjadi ketika nafas aktif merangkai
peristiwa-peristiwa tanpa gangguan yang membantu sirkulasi perubahan janin
menjadi sirkulasi dewasa, mengosongkan paru dan caira menetapkan volume paru
neonatus dan karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan mengurangi
tekanan arteri pulmonalis. Ketika kepala dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan
mulut, banyak bayi baru lahir mega-megap dan bahkan menangis saat itu, oleh
karena itu pengisapan mulut dan hidung dengan sebuah suction dari karet tidak
diperlukan. Alat penghisap baru digunakan apabila usaha nafas bayi baru lahir ber
kurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan nafas. Stimulasi fisik
yang perlu dilakukan untuk membantu proses pernafasan awal adalah dengan
melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap punggung bayi, mengeringkan
badan bayi dan menjentikkan dengan lembut telapak kaki bayi. Jangan lakukan
stimulasi fisik yang berlebihan pada bayi baru lahir.
Setelah bayi lahir, normalnya bayi akan langsung bernapas dengan udara. Ini
merupakan waktu bernapas pertamanya, karena saat di dalam rahim bayi tidak
bernapas dengan udara. Perbedaan lingkungan ketika di dalam rahim dengan
setelah lahir membuat bayi spontan bernapas dengan udara. Namun, beberapa
bayi mungkin membutuhkan sedikit bantuan untuk bisa bernapas setelah lahir.
Bantuan ini dikenal dengan resusitasi bayi.
Resusitasi dilakukan sesuai dengan kondisi bayi. Terdapat empat tindakan
yang bisa dilakukan secara berurutan selama resusitasi bayi. Bayi mungkin hanya
perlu menerima satu atau lebih dari empat tindakan ini. Pengambilan keputusan
untuk maju melakukan setiap tindakan di bawah ini ditentukan oleh penilaian dari
tiga tanda vital, yaitu pernapasan, detak jantung, dan warna kulit bayi.
1) Langkah Awal
Hal ini dilakukan dengan cara mengeringkan bayi dan memberikan

17
kehangatan pada bayi. Setelah itu, posisikan bayi dengan baik menghadap ke
atas. Posisikan kepala bayi sedikit ke atas untuk membantu membuka jalan
napas.
Letakkan lipatan kain (jangan terlalu tebal atau tipis) di bawah bahu bayi
untuk mempertahankan posisi ini. Setelah itu, bersihkan saluran napas bayi
jika diperlukan, termasuk melakukan pengisapan di mulut dan kemudian di
hidung untuk menghilangkan mekonium. Pengisapan ini dilakukan dengan
tabung isap yang dilewatkan di mulut dan kemudian hidung.
Selanjutnya, rangsang bayi untuk bernapas. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara menyentil atau menepuk telapak kaki bayi, serta menggosok dengan
lembut punggung, kaki, dan tangan bayi. Nilai pernapasan, detak jantung, dan
gerakan otot bayi setiap selesai melakukan tindakan tersebut. Jika bayi belum
bernapas, lakukan tindakan selanjutnya.

2) Ventilasi
Merupakan tindakan untuk memasukkan sejumlah udara ke paru-paru bayi
dengan tekanan positif agar bayi bisa bernapas. Tindakan ini dilakukan
dengan cara memasang sungkup dengan ukuran yang sesuai di wajah bayi
sampai menutupi dagu, mulut, dan hidung bayi.
Jaga posisi kepala bayi dan remas kantung yang ada pada sungkup,
sehingga udara masuk ke paru-paru bayi menyebabkan dada bayi agak naik.
Jika dada bayi naik setelah dilakukan 2-3 kali ventilasi, artinya tekanan
ventilasi mungkin cukup diberikan pada bayi. Lanjutkan pemberian ventilasi
40 kali per menit sampai bayi menangis atau bernapas.
Namun, jika dada bayi tidak naik, mungkin ada masalah, seperti saluran
napas bayi tersumbat, pemasangan sungkup tidak benar, tekanan kurang kuat,
posisi bayi tidak benar, dan lainnya.

3) Memberi Tekanan Di Dada Bayi


Hal ini dilakukan untuk sementara meningkatkan sirkulasi dan pengiriman
oksigen ke organ-organ penting bayi. Tekanan dada atau pijat jantung
diberikan disertai dengan ventilasi, untuk memastikan agar sirkulasi darah
yang beredar dalam tubuh bayi cukup mendapatkan oksigen.

18
Setelah penekanan dada dilakukan 30-45 detik, nilai detak jantung bayi.
Jika detak jantung bayi kurang dari 60 kali per menit penekanan dada harus
dilanjutkan (setelah pemberian suntikan epinefrin).

4) Pemberian Epinefrin
Pemberian obat-obatan ini dilakukan selama resusitasi ketika ventilasi dan
penekanan dada tidak bekerja lebih dari 45 detik sampai 1 menit, detak
jantung bayi tetap kurang dari 60 kali per menit dan tidak ada peningkatan.

3. Mempertahankan Termogulasi Pada Bayi


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada BBlL.
Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat
melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari
bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan

19
dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan
sebagai produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang
penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak
energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan
dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat
kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan
meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan
penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil
juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan
harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
bayi yang normal sekitar 36,5-37ºC. Mencegah kehilangan panas :
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin
akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.

1) Termogulasi pada bayi baru lahir (Perlindungan Termal)


a. Bayi baru lahir
Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :
- Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
- Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000
gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32
– 37 cm
- Tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara


pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh
di dalam batas batas normal.

20
Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat
melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari
bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan
dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan
sebagai produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang
penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak
energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan
dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat
kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan
meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan
penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga
tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi
baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C.
a) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui
kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin.

b) Kontrol Suhu
Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya
berfungsi sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang
ekstrim atau mendadak pada lingkungan eksternalnya.
Cara pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan
meletakkan thermometer dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.
Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali

21
sampai hasil pengecekan dua kali berturut – turut menunjukkan suhu 36,5 0C.
Sesudah itu pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali selama 24 jam
pertama dan kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan yang
lebih sering, dua kali sehari.
Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk dimandikan
atau dibersihkan dan bisa juga pengukuran suhu

c) Pengaturan Panas
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu
tubuhnya yang berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam
bahaya hipotermi jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor
penting yang harus dipertimbangkan pada bayi baru lahir adalah :
 Produksi panasnya jelek karena  laju metaboliknya rendah
 Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi
tersebut khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin
yang tidak disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu
 Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melalui
evaporasi
 Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan
dengan berat badannya
 Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya mature
sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang
dengan baik.

2) Perubahan Sistem Termogulasi


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk
ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah
bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan

22
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus
adalah 36 5 – 370 C.
a) Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun
suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C
(suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki &
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah
mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu
<32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang
dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo,
2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T.
(1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai
dibawah 35°C.
b) Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).
5. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko

23
tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).
c) Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas pada
bayi yaitu dengan :
1. Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek
yang dingin.
2. Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke
obyek yang dingin.
3. Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.
4. Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi
(misal cairan amnion pada BBL). (Indarso, F, 2001).

(Sumber: www. slideplayer.info)

Semua metode tersebut dapat menjadi masalah di bagian ruang bayi di


rumah sakit. Jika udara sangat panas, bayi akan mengumpulkan panas
terutama melalui radiasi dan konveksi.
Neonatus sakit/prematur tidak mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan laju metabolik.
Selain itu, simpanan lemak coklat dan subkutan lebih sedikit dibandingkan
dengan neonatus cukup bulan.
d) Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan
oleh hipotermi yaitu :

24
1. Hipoglikemia Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan
metabolisme anaerob.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
yang menyertai hipotermi berat.
5. Shock.
6. Apnea.
7. Perdarahan Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001).
e) Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso,
F (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam
mencegah hipotermi adalah :
1. Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu
dari 7 rantai hangat.
2. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
3. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah
lahir dengan handuk yang kering dan bersih.
4. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan
keduanya diselimuti (Metode Kangguru).
5. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :
-Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI
diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi
dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
6. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu
rujukan.
7. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
8. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.
Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal.
f) Pemeriksaan Suhu
 Pemeriksaan suhu aksiler selama 5 menit

25
(Sumber : www.slideplayer.info)

 Pemeriksaan suhu rektl tidak dianjurkan

(Sumber : www.slideplayer.info)

3) Termogulasi pada bayi dengan berat badan lahir rendah


a) Peranan Hipotalamus
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan
hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang

26
terletak pada hipotalamus.
Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi
dengan sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama
karena lingkungan yang dingin.
b) Pengatur Panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi
panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu
hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir akan
berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab
hilangnya panas karena lingkungan.
Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra
uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal
tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2o-3oC, terutama hilangnya
panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang
tidak segera dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi
dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.
Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme
dan penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu
maksimal, penggunaan oksigen dan metabolisme minimal, karena itu suhu
tubuh harus dipertahankan untuk keseibangan panas.
Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu
lingkungan sekitar 32-34oC. Sedangkan batas pada orang dewasa 26-28oC.
Oleh karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu lingkungan yang
lebih hangat dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih
tipis dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat
mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah
pengaruh hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.
Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga
akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan

27
bayi, perbandingan permukaan utbuh dengan berat badan dari usia bayi, yang
semua ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat
badan lahir rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan kelenturan menurun
sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai
suhu yang normal.
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan
merespon dengan meningkatkan oksigen danmemperbesar metabolisme
sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat
terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat menyebabkan habisnya
cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.

4) Produksi panas atau Thermogenesis


Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir
memerlukan penambahan panas. Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk
meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh karena Meningkatnya
Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis Kimiawi :
a) Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh
selama istirahat mutlak dan keadaan sadar. Pada bayi baru lahir, gerakan
tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk memproduksi
panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada
suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan
kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk
menggunakan cadangan lemak coklat, yang merupakan sumber panas
yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal
berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat
dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi
asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat
habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen,
glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk

28
mengubah menjadi panas.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan oanas dapat berubah pada
keadaan patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.
b) Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena
suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan
metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti
metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c) Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh
rangsang saraf simpatis.

4. Pencegahan Infeksi Pada Bayi


Infeksi Neonatorum ata infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir. Infeksi adalah sindrom yang dikaraktersitikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kea rah septisemia dan
syok septik.
Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang
disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya
yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Infeksi
merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih
sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2
kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih 50% kasus, infeksi mulai
timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam
waktu 72 jam setelah lahir, Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih
kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang di dapat di rumah
sakit).
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap mikroorganisme dan mempunyai
resiko yang tinggi untuk terinfeksi. Penyebab infeksi yang paling banyak dijumpai

29
adalah streptococcus, stapilococus, E. Coli, psedomunas. Kenyataannya infeksi
yang ringan dapat menjadi kondisi yang serius bagi bayi sehingga diperlukan
beberapa upaya untuk melindungi dari infeksi.

Ada 3 faktor yang diperhatikan dalam pencegahan infeksi yaitu:


1. Jaga kebersihan kulit bayi agar tetap dalam keadaan sehat sehingga jika
bakteri akan masuk kedalam tubuh bayi, bakteri tersebut tidak memiliki jalan
untuk memasuki jaringan tubuhnya.
2. Jaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar bayi.
3. Gunakan pengaman dan tekhnik perawatan yang baik untuk menghindari
infeksi silang.

Pembagian infeksi :
1) Infeksi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik: sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan
amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2) Infeksi lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca
lahir.
Karakteristik: Didapat dari kontak langsung atau tidak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungsn tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari


tiga kelompok, yaitu :
1) Faktor Maternal
a) Status social-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus social-ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tida higienis. Bayi kulit
hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravid lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.

30
c) Kurangnya perawatan prenatal
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan
2) Faktor Neonatal
a) Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang
bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin
melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.
Setelah lahir, konentrasi imunoglobulinserum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemiaberat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
b) Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan igG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. igG dan igA tidak
melewati plasenta dan hamper tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan
C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan
antibody total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada
bayi perempuan.
3) Faktor lingkungan
a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti strroid, bisa menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibody

31
spectrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga
menyebabkan resisten berlipat ganda.
c) Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh E.coli.

Mikroorganisme atau kuman penyeba infeksi dapat mencapai neonatus


melalui beberapa, cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dan ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis, dan taksoplama.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion
akibatnya, terhjadi amnionitis dan karionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilkus masuk ketubuh bayi.
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umunya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar
rahum (mis, melalui alat-alat; penghisap lender, selang endotrakea, infuse,
selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang
ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.

Sebab-sebab infeksi:
 Petugas Kesehatan
Penyebaran infeksi dapat melalui hidung, mulut, tangan, kulit maupun
pakaian petugas kesehatan. Bisa juga disebabkan oleh mikroorganisme dari
orang tua bayi.
 Udara dan Debu

32
Udara dan debu dalam ruangan perawatan banyak mengandung bakteri, salah
satunya adalah stapilococus yang paling banyak menimbulkan infeksi.
 Peralatan
Infeksi dapat juga disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak steril.
 Infeksi Silang
Dalam suatu ruangan jika ada salah satu bayi yang terinfeksi maka bayi yang
lain juga akan terkena.

Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara berikut ini:


 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan/kontak dengan baik.
 Pakailah sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
 Pastikan semua peralatan termasuk klem, gunting, dan benang tali pusat
steril.
 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk
bayi dalam keadaan bersih.
 Pastikan bahwa timbangan, pita ukur dan thermometer, stetoskop dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih.
 Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri terutama payudaranya dengan
mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
 Membersihkan muka, pantat dan talu pusat dengan air bersih, hangat.
 Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita penyakit dan infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru
lahir :
1) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya dilakukan dengan cara merawat tali pusat :
 Menjaga agar luka tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi
atau nanah.
 Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat.

33
 Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang
mengalir dan segera keringkan dengan kasa steril dan dibungkus dengan
kasa steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan
ramuan, abu dapur pada tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi dan
tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai antara lain :
a. Kulit disekita talu pusat bewarna kemerahan, ada pus/nanah, berbau
busuk.
b. Perdarahan
c. Pembengkakan
d. Keluar cairan
Tujuan Pencegahan Infeksi :
 Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan.
 Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi berbahaya.

2) Pencegahan infeksi pada kulit


Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit bayi
baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah :
 Meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang
ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu
yang cenderung bersifat nonpatogen serta adanya zat antibody bayi yang
sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.

3) Pencegahan infeksi pada mata


Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir :
 Merawat mata dengan mencuci tangan terlebih dahulu
 Membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas dengan
air hangat.
 Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir berikan salep/obat tetes mata untuk
mencegah oftalmia neonatorum (tetrasikin 1%, eritromisin 0,5% atau
argensi 1%). biarkan obat tetap pada mata dan obat yang ada di sekitar
mata jangan dibersihkan.

34
 Setelah dilakukan perawatan mata, cuci tangan kembali
 Keterlambatan salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir merupakan
sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru
lahir.

4) Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkolosis, imunisasi BCG harus segera
diberikan pada bayi segera setelah lahir.

5. Mempertahankan Kecukupan Nutrisi Pada Bayi


Pada neonates, pemenuhan kebutuhan kalori diperoleh dari minum ASI. Air
susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan,
perkembangan bayi secara optimal. ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein,
nutrient mikro dan antibody dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan,
perkembangan otak dan pertumbuhan bayi.
Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi bila dinyatakan
dalam satuan berat badan karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan
yang sangat pesat. Kebutuhan bayi akan energy adalah 100-110 kal/kg berat
badan sehari dan kebutuhannya akan protein adalah 3-4 gram/kg berat badan
sehari. Bayi mulai disusukan sedini mungkin, langsung setelah lahir. Waktu dan
lama menyusui disesuaikan dengan kebutuhan bayi (ondemand) untuk
pertumbuhan tulang kerangka, kebutuhan kalsium (Ca) dan posfor (P) harus
sangat diperhatikan. Di daerah tropic, kebutuhan vitamin D bagi pertumbuhan
bayi tidak merupakan persoalan, asal bayi tersebut cukup terkena sinar matahari
tersebut.
Ketika dilahirkan, bayi tidak cukup dibekali cadangan vitamin A dan vitamin
K sehingga harus diberi vitamin ini sejak umur dini postnatal. Juga unsur Fe
termasuk yang cepat menyusut pada neonates. Usus neonatus masih steril tidak
mengandung flora, sampai mengkonsumsi makanan (ASI) pertama dari luar. Flora
usus ini sanggup mensintesa berbagai vitamin B-kompleks dan vitamin K.
Terutama vitamin K harus diberikan pada neonatus, untuk menghindarkan
hemorrhagia neonatorum karena kekurangan vitamin K tersebut. Sudah jadi

35
prosedur standar dibanyak rumah sakit untuk memberikan suntikan depot vitamin
K pada anak yang baru lahir, sebagai tindakan profilaksis.
Derajat pengupan cairan badan pada bayi relatif tinggi, sehingga pemberian
air kepada bayi harus diperhatikan khusus. Makanan bayi yang alamiah adalah
ASI (Air Susu Ibu). Tidaklah benar kalau ada yang mengadvertensikan susu
kaleng cair maupun bubuk sama baiknya dengan Asi. Salah satu sifat yang tidak
pernah akan terdapat pada susu kaleng ialah adanya kandungan immunoglobin
yang member daya tahan (pertahanan tubuh) kepada bayi, berasal dari tubuh
ibunya. Sampai umur enam bulan bayi diberikan ASI dapat pula ditambah
suplemen sari buah sejak 1-1,5 bulan postnatal. Di Indonesia di anjurkan untuk
memberikan ASI kepada anak sampai umur 2 tahun.
 ASI dianjurkan untuk bayi karena :
 Nilai, komponen yang terkandung didalamnya sangat sesuai untuk bayi.
 Mengandung antibody, yaitu kolostrum.
 Kebutuhan psikologis dapat dipenuhi.
 Praktis, selalu segar dan ekonomis.
 Manfaat ASI bagi bayi :
Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi :
1) Mengandung lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral serta
vitamin
2) Mengandung zat protektif berupa laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim,
komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibodi, imunitas
seluler dan tidak menimbulkan alergi.
3) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan, sewaktu menyusui
kulit bayi akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan
manfaat untuk tumbuh kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan
menimbulkan rasa aman dan kasih sayang.
4) Menyebabkan pertumbuhan yang baik, bayi yang yang mendapat ASI
akan mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas.
5) Mengurangi kejadian karies dentis, insiden karies dentis pada bayi yang
mendapat susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI,

36
karena menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan
menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.
6) Mengurangi kejadian maloklusi, kebiasaan lidah yang mendorong ke
depan akibat menyusui dengan botol dan dot.
 Manfaat ASI bagi Ibu :
1) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan post partum mengurangi prevalensi anemia zat besi, Selai itu,
mengurangi angka kejadian karsinoma mammae.
2) Aspek keluarga berencana
Merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Menurut
penilitian, rerata jarak kehamilan pada ibu menyusui adalah 24 bulan,
sedangkan yang tidak 11 bulan.
3) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena dapat
menyusui dan ibu merasa puas.
 Manfaat ASI bagi keluarga :
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli dank arena ASI bayi jarang sakit sehingga dapat
mengurangi biaya berobat.
2) Aspek Psikologis
Kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah dan
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja serta tidak merepotkan orang lain.
 Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada
satadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1) Kolostrum : ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga

37
setelah bayi lahir.
2) ASI transisi : ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh
3) ASI mature : ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai dengan
seterusnya.
Nilai Gizi ASI :
a. Protein
b. Karbohidrat
c. Lemak
d. Vitamin
e. Mineral
 Zat-zat kekebalan ASI :
1. Macam Khasiat Immunoglobulin
 Melindungi dari infeksi
2. Zat anti stapilococcus
 Menghambat pertumbuhan Stapilococcus
3. Lysosime
 Menghancurkan dinding sel bakteri
4. Lactoperondase
 Membunuh streptococcus
5. Lactoperin
 Membunuh beberapa jenis organisme
6. Sel darah putih
 Membuat C3 dan C4 , lactoperin Ig. D

Kecukupan ASI
Untuk mengetahui kecukupan ASI dapat dilihat dari :
1) Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-kurangnya akhir minggu
setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih 10%.
2) Kurve pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan berat badan
pada :
a) Triwulan ke 1 : 150-250 gr setiap minggu

38
b) Triwulan ke 2 : 500-600 gr setiap bulan
c) Triwulan ke 3 : 350-450 gr setiap bulan
d) Triwulan ke 4 : 250-350 gr setiap bulan atau berat badan naik 2 kali lipat
berat badan waktu lahir pada 4-5 bulan dan 3 kali lipat pada umur 1 tahun.
3) Bayi lebih banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari.
4) Setiap kali menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan
tertidur.
5) Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui.

Konseling Asi Eksklusif


Prayitno dan Erman Amti (2004) menjelaskan Definisi Konseling sebagai
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
Konseling menurut Handayani (2010) adalah proses yang berjalan dan
menyatu dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya
informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada
saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang
memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan
klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.
Asi Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi baru
lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati, 2009).
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).
 Sikap dalam Melakukan Konseling
1. Menyambut klien dengan ramah dan sopan
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menunjukkan rasa empati terhadap klien
4. Menjaga privasi klien

39
 Teknik Melakukan Konseling
1. Mampu melaksanakan secara sistematis
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
3. Menggunakan alat bantu/media
4. Memberikan kesempatan bertanya dan memberikan umpan balik
5. Mendokumentasikan

Cara Pemberian ASI yang Benar


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu.
7. Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui
efektif.
8. Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)
9. Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke sisi lain setelah
mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
10. Keuntungan pengosongan payudara adalah:
a. Mencegah pembengkakan payudara
b. Meningkatkan produksi ASI
c. Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir)

Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)


1) Memerah Air Susu Ibu (ASI)
a. Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada
keadaan payudara sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada bayi
yang tidak dapat diberikan minum.

40
b. ASI diperah bila ibu tidak bersama bayi saat waktu minum bayi.
c. Untuk meningkatkan produksi ASI, payudara dikompres dengan air
hangat dan dipijat dengan lembut sebelum memerah ASI.
d. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI
Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan kantong
plastik yang didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya
terdapat perekat untuk menutupnya.
e. Kumpulan kantong plastik kecil tersebut dimasukkan ke dalam kantong
plastik besar agar terlindung dan terhindar dari robek/ lubang. Pada setiap
kantong plastik harus diberi label tanggal dan waktu memerah.

2) Cara Memerah ASI Dengan Tangan


a. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk
menampung ASI.
b. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan
badan ke depan.
c. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting susu.
d. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
e. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan jari
telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
f. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di
antara jari-jari, lalu
g. Lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti gerakan mengisap
bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
h. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin pada
awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
i. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan
berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
j. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
k. Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI.

Menyimpan ASI

41
1) ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable
cooler bag.
2) Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas
wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI akan
mengembang bila dibekukan.
3) ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8 jam
pada suhu ruangan (26ºC atau kurang). Jika lemari pendingin (4ºC atau
kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin selama 3-5
hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di freezer dua pintu selama 3
bulan dan di dalam deep freezer (-18ºC atau kurang) selama 6 sampai 12
bulan.
4) Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus
dibekukan.
5) ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau
kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di lemari
pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
6) ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka yang
cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya ASI dapat
bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak dapat
dibekukan lagi.
7) Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan atau
menghangatkan ASI.
8) Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk
mencampur lemak yang telah mengapung.
9) ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai,
kemudian sisanya dibuang.

42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neonatus esensial merupakan penunjang kesehatan bayi yang baru lahir
meliputi perawatan tali pusat dan perawatan pasca lahir, pencegahan hipotermia,
menyusui bayi secara dini dan ekslusif, usaha bernafas spontan dan upaya
pencegahan infeksi pada bayi.
Untuk mencegah terjadinya kesakitan bahkan hingga kematian bayi baru
lahir maka sangat perlu melakukan perawatan neonatal esensial setelah lahirnya
bayi, seperti: Menjaga Bayi Tetap Hangat, Pemeriksaan Setelah Lahir
Menggunakan MTBS, Tindakan Pengobatan, Perawatan Metode Kanguru (PMK),
Pemeriksaan Status Vitamin K dan Imunisasi, Konseling Bagi Ibu, Pelayanan
Tindak Lanjut
Cara mempertahankan status pernafasan pada bayi baru lahir adalah
dengan melakukan resusitasi pada bayi. Resusitasi dilakukan sesuai dengan
kondisi bayi. Terdapat empat tindakan yang bisa dilakukan secara berurutan
selama resusitasi bayi. Bayi mungkin hanya perlu menerima satu atau lebih dari
empat tindakan ini.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan
mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL.
Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau
bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di
dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga
sangat rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh
menjadi hipertermia Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT
3 cm dari dinding perut bayi.

43
Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang , memberikan
nutrisi terbaik dan melatih refleks dan motorik bayi . Untuk mencegah kejadian
diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah
diberikan suntikan vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada
antero lateral paha kiri Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan
sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan
sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk
dipergunakan kembali. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam
setelah lahir.
Pada neonates, pemenuhan kebutuhan kalori diperoleh dari minum ASI. Air
susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan,
perkembangan bayi secara optimal. ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein,
nutrient mikro dan antibody dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan,
perkembangan otak dan pertumbuhan bayi.
Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi bila dinyatakan
dalam satuan berat badan karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan
yang sangat pesat. Ketika dilahirkan, bayi tidak cukup dibekali cadangan vitamin
A dan vitamin K sehingga harus diberi vitamin ini sejak umur dini postnatal. Juga
unsur Fe termasuk yang cepat menyusut pada neonates.

44
DAFTAR PUSTAKA

Putra, SR. Buku Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Untuk Keperawatan Dan Kebidanan.

Yogyakarta. Diva Press. 2012

Rahardjo, K & Marmi .Asuhan Neonatus Bayi, Dan Balita. Yogyakarta :Pustaka Pelajar,

2015.

Wahyuni, S. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun Belajar Praktik Klinik.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2012

Williamson, A& Crozier K.Buku Ajar AsuhanNeonatus. Devi Yulianti (alih bahasa) dan

Sari Isnaeni (editor edisi bahasa Indonesia). Jakarta: Buku Kedokteran EGC,

2013.

Hutagaol, HS. Skripsi. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Suhu Dan

Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir Di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang

Sumatera Barat Tahun. 2014; 3 (3) http://jurnal.fk.unad. Ac.id.

World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding counselling. A training course.

Geneva: WHO. 2009.

Suradi R, Hegar B, Partiwi IGAN dkk. Indonesia Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit

IDAI. 2010.

45

Anda mungkin juga menyukai