Anda di halaman 1dari 12

Indo. J. Chem. Sci.

8 (1) (2019)

Indonesian Journal of Chemical Science

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA DALAM MINYAK KAYU PUTIH DENGAN


METODE GC-MS

Isti Maylinda, Daniar A, Nova D, Sarno S, Abizard S, Fitriya A,Ummu K, Intan A, Puji R, Rizka Y,
dan Isabella R.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Tanaman kayu putih (Melalauca leucadendron Linn.) merupakan salah satu tanaman
Diterima penghasil minyak atsiri yang penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia. Penentuan
kemurnian minyak kayu putih dilakukan dengan menguji sifat fisika-kimia dengan
mengetahui kandungan senyawa penyusun menggunakan metode GC-MS. Prinsip kerja
Disetujui
GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul sampel yang dapat
diuapkan. Hasil pengukuran dengan refraktometer GCMS menunjukkan adanya 13
Dipublikasikan komponen kimia yang terdeteksi, dengan kelimpahan terbesar adalah 1,8 cineole sebesar
34,38% dan waktu retensi 7,5 menit. Selain itu, ditemukan kandungan lain yaitu α-pinene
Keywords: (21,59%), Delta 3-cerene (15,87) , dan champor (9,07) Sedangkan untuk komponen lain
GC-MS jumlahnya < 5% .
Minyak Kayu Putih
1,8- Cineole

Abstract

Eucalyptus plants (Melalauca leucadendron Linn.) is the essential oils producing plants
that are important for the essential oil industry in Indonesia. Determination of the purity
of eucalyptus oil was carried out by testing the physico-chemical properties by knowing
the composition of the constituent compounds using the GC-MS method. The working
principle of GC-MS is based on differences in the polarity and molecular mass of samples
that can be evaporated. The measurement results with a GCMS refractometer showed 13
chemical components detected, with the largest abundance being 1.8 cineole at 34.38%
and a retention time of 7.5 minutes. In addition, other ingredients were found, namely α-
pinene (21.59%), Delta 3-cerene (15.87), and champor (9.07), while for other components
the amount was <5%.

© 2019 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi:
p-ISSN 2252-6951
e-ISSN 2502-6844
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

E-mail: istimaylinda1998@gmail.com

9
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Pendahuluan
Tanaman kayu putih (Melalauca leucadendron Linn.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman penghasil produk
hasil hutan bukan kayu yang memiliki proses yang baik untuk dikembangkan (Mulyadi,2005). Minyak kayu
putih diekstrak dari daun dan ranting M. leucadendra dan mengandung sineol (C10H18O) yang merupakan
kandungan utama, juga bentuk alkohol dari terpineol (C 10H17OH), dan beberapa jenis terpen seperti α-pinenea,
valerat dan benzoat aldehid. Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI) menetapkan kandungan sineol dalam
minyak kayu putih berkisar 50-65%. Standar tersebut merupakan salah satu indikator dalam penentuan
kemurnian minyak kayu putih. Kemurnian suatu minyak kayu putih berpengaruh terhadap manfaatnya bagi
komponen. Apabila terdapat kandungan senyawa lain dalam minyak kayu putih tersebut, akan menurunkan
kualitas serta kemurnian minyak kayu putih sehingga khasiatnya akan berkurang (Fischer & Dethlefsen, 2013).
Penentuan kemurnian minyak kayu putih selama ini dilakukan dengan menguji sifat fisika-kimia, yaitu
dengan mengetahui kandungan senyawa penyusun dengan menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi
Massa (KG-SM), pengujian berat jenis, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, dan indeks bias. Uji khusus
lainnya dapat pula dilakukan, misalnya penentuan kadar eter, penentuan total alkohol, titik beku, dan residu
penguapan (Ketaren, 1985). Berdasarkan bentuk fase diam yang digunakan, teknik kromatografi gas
digolongkan dalam dua golongan utama: Kromatografi padat-gas (gas-solid chromatography) bila sebagai fase
diam digunakan adsorben padat; dan kromatografi gas-cair (gas-liquid chromatography) bila sebagai fase diam
digunakan fase cair yang dilapiskan pada penyangga inert atau sebagai lapisan tipis pada dinding kolom kapiler
(Noegrohati, 1996).
GC-MS terdiri dari dua alat instrumen yaitu gas cromatography (GC) dan mass spectroscopy (MS).
Paduan keduanya akan menghasilkan data yang lebih akurat dalam mengidentifikasi struktur molekul. Mass
spectroscopy atau spektroskopi massa berfungsi untuk mengidentifikasi senyawa sebagai penentu bobot
molekul dan penentuan rumus molekul. Prinsip dari MS sendiri adalah pengionan senyawa kimia untuk
menghasilkan fragmen molekul dan mengukur rasio massa atau muatan. Molekul yang terionisasi akan
menghasilkan ion positif, kemudian ion akan diarahkan ke medan magnet dengan kecepatan tinggi. Medan
magnet akan membelokkan ion agar dapat menentuan bobot molekul semua fragmen yang dihasilkan.
Kemudian detektor akan menghitung muatan yang terinduksi atau arus yang dihasilkan ketika ion mengenai
permukaan, scanning massa dan menghitung ion sebagai mass to charge ratio ( m/z ) (David, 2005).

Gambar 1. Bagan Alat GC-MS

10
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Gambar 2. Gas pembawa dalam Gc-Ms


Gas pembawa digunakan untuk mentransportasikan sampel melalui kolom ke detektor, oleh karena itu,
perlu dilakukan pemilihan fase gerak gas yang tepat. Dalam penelitian ini, gas pembawa yang digunakan adalah
gas helium.

Metode
Alat
Satu set alat Gc-MS merk shimadzu type QP 2010 Plus, dan glass syringe.

Bahan
Bahan bahan yang digunakan meliputi sampel minyak kayu putih dragon.

Persiapan Alat
Alirkan gas pembawa helium, kabel disambungkan pada sumber tegangan dan pastikan semua kabel dan
komputer tersambung. Selanjutnya vakum dinyalakan, tekan Switch Power pada komputer terlebih dahulu, lalu
nyalakan alat GC-MS, dan bukalah software GC-MS Real Time Analysis.

Analisa sampel

Alat GC-MS terlebih dahulu divakum dengan vacum control. Setelah selesai divakum, menyetting set
method yang akan digunakan. Kemudian set kolom sebesar 60 0C dengan injeksi temperaturnya sebesar 2500C,
dengan injeksi modenya adalah split. Set kolom open temperature dilakukan seperti dibawah ini:
Rate Final Temperature Hold Time
0 60.0 0.00
1 3.00 150.0 0.00
2 10.00 200.0 0.00
3 2.00 250.0 10.00

Tabel 1. Column Oven Temperature

Setelah di set method , di save file yang sudah diberi identitasnya kemudian di jalankan running alatnya
hingga indikator GC dan MS nya ready. Kemudian sebanyak 1 µL sampel minyak kayu putih dragon
diinjeksikan ke dalam GC-MS menggunakan glass syringe. Interpretasikan spektra massa dari dua puncak utama
kromatogram yang diperoleh dan buatlah pola fragmentasinya. Untuk mematikan alat, dilakukan dengan
mematikan software dahulu dengan klik vacum control, dilanjutkan dengan menswitch off alat GC-MS, dan
komputer.
Hasil dan Pembahasan

Prinsip kerja GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul sampel yang dapat
diuapkan. Sampel yang berupa cairan atu gas langsung diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel berbentuk

11
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

padatan maka harus dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran gas yang mengalir akan membawa
sampel yang teruapkan untuk masuk ke dalam kolom. Komponen-komponen yang ada pada sampel akan
dipisahkan berdasarkann partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam (kolom). Hasilnya adalah
berupa molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada spektrofotometer massa sehingga molekul gas itu
akan mengalami fragmentasi yang berupa ion-ion positif. Ion akan memiliki rasio yang spesifik antara massa
dan muatannya (Fowlis, 1998)
Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS. GC (Gas Chromatography)
berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen minyak atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk
menentukan berat molekul tiap komponen berdasarkan fragmentasi). Dalam pemilihan gas pembawa,
bergantung pada penggunaan spesifik dan jenis detektor yang digunakan yaitu antara tipe kolom (packing atau
kapiler), serta biayanya. Umumnya gas helium merupakan contoh gas pembawa yang sering digunakan dalam
metode GC-MS karena gas ini memberikan efisiensi kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita).
Ketika suatu uap senyawa organik dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa ini akan
ditembak dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron berenergi tinggi dan melemparkan
elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang kehilangan elektronnya ini akan membentuk ion positif yang
disebut ion molekul (Dachriyanus, 2004).

Gambar 3. Hasil analisis GCMS minyak kayu putih

Tabel 1. data hasil analisis dengan GCMS

Hasil pengukuran dengan refraktometer GCMS yang disajikan pada Gambar 3 dan Tabel 1,
menunjukkan terdapat 13 komponen kimia yang terdeteksi, dengan kelimpahan terbesar adalah 1,8 cineole

12
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

sebesar 34,38% dan waktu retensi 7,5 menit. Dari tabel di atas juga terdapat kandungan lain yang ditemukan
dengan kelimpahan cukup besar lainnya yaitu α-pinene (kelimpahan 21,59%), Delta 3-cerene (15,87) , dan
champor (9,07) Sedangkan untuk komponen lain jumlahnya < 5% .Untuk pola fragmentasi yang mungkin dari
senyawa terbanyak hanya 4 senyawa diantaranya yaitu :

1.α-Pinene
Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library Wiley7.LIB, maka
spektrum α-Phinene ditunjukkan pada gambar 4

a.Spektrum massa dari Sampel

b.Spektrum massa senyawa yang diduga

Gambar 4. Spektrum Massa Senyawa α –Pinene


Keterangan :
a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel
b = Standart Library Wiley7.LIB sebagai data yang diduga

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 3,496 menit merupakan senyawa dengan rumus
molekul C10 H16 .Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 136 diikuti fragmen – fragmen pada
m/e 136,121,105,93,77,67,55,41,28. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
standart library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah α-Pinene sebanyak 21,59%
dengan rumus bangun seperti pada gambar 5.

Gambar 5. struktur α-Pinene

Pola fragmentasi dari senyawa α-Pinene tersebut secara hipotesa seperti pada gambar 6.

13
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Gambar 6. Pola fragmentasi senyawa α-Pinene (Nopelena, 2010)

α-pinene dikenal juga dengan nama (1S,5S)-2,6,6-Trimethyl bicycle[3.1.1]hept-2-ene((-)-α-Pinene).


Memiliki masa molar 136,23 g/mol, kepadatan 0.858 g/ml (cair pada suhu 20°C), titik lebur -64°C, titik didih
155°C, tidak berwarna dan sulit larut dalam air. Senyawa ini bisa larut pada beberapa pelarut seperti asam
asetat, etanol dan aseton. Senyawa α-pinene merupakan senyawa organik dari kelas terpene, salah satu dari dua
isomer pinene (Jaoui and Kamens, 2003) dan merupakan alkena yang berisi cincin reaktif beranggota empat. α-
pinene banyak ditemukan dalam minyak yang diperoleh dari pohon konifer, terutama pinus. α-pinene juga
ditemukan dalam minyak esensial rosemary (Rosmarinus officinalis) (Derwich et al., 2011; Chahboun et al.,
2014). Ada dua enantiomer yang dikenal di alam, yaitu 1S, 5S atau (-)-α-pinene lebih banyak ditemukan pada
pinus di Eropa dan 1R, 5R atau (+)-α-isomer lebih banyak ditemukan di Amerika Utara.

2. 3-Carene
Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library Wiley7.LIB, maka
spektrum 3-Carene ditunjukkan pada gambar 7

a.Spektrum massa dari Sampel

b.Spektrum massa senyawa yang diduga

14
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Gambar 7. Spektrum Massa Senyawa 3-Carene


Keterangan :
a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel
b = Standart Library Wiley7.LIB sebagai data yang diduga

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 6,096 menit merupakan senyawa dengan rumus
molekul C10 H16 .Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 136 diikuti fragmen – fragmen pada
m/e 136,121,105,93,79,67,41,25. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
standart library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah 3-Carene sebanyak 15,87%
dengan rumus bangun seperti pada gambar 8.

Gambar 8. struktur 3-Carena

Pola fragmentasi dari senyawa 3-Carene tersebut secara hipotesa seperti pada gambar 9.

Gambar 9. Pola fragmentasi senyawa 3-Carene

Senyawa 3-carena merupakan turunan dari senyawa terpenoid. Senyawa 3-carena memiliki bau amis dan
tajam serta tidak larut dalam air tetapi larut dengan lemak dan minyak. Senyawa ini memiliki titik didih sekitar
168-169 °C ( Hayati,2014)

3. 1,8-cineole
Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library Wiley7.LIB, maka
spektrum 1,8-cineole ditunjukkan pada gambar 10

a.Spektrum massa dari Sampel

b.Spektrum massa senyawa yang diduga

15
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Gambar 10. Spektrum Massa Senyawa 1,8-cineole


Keterangan :
a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel
b = Standart Library Wiley7.LIB sebagai data yang diduga

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 7,528 menit merupakan senyawa dengan rumus
molekul C10 H18O .Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 154 diikuti fragmen – fragmen pada
m/e 154,139,125,108,84,81,69,43,41,28. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data
spektrum standart library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah 1,8-cineole sebanyak
34,38% dengan rumus bangun seperti pada gambar 11.

Gambar 11. struktur 1,8-cineole

Pola fragmentasi dari senyawa 1,8-cineole tersebut secara hipotesa seperti pada gambar 9.

Gambar 12. Pola fragmentasi senyawa 1,8 –Cineole (Perangin Angin, 2015)

16
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Sineol atau 1,8-cineole adalah eter siklik alami dan anggota monoterpenoid. Eukaliptol dihasilkan dari
banyak anggota marga Eucalyptus dan beberapa anggota suku Myrtaceae, seperti Melaleuca dan Syzygium.
Sineol juga ditemukan pada genus Asteromyrtus, sebagaimana yang ditemukan pada penelitian ini. Sineol juga
dikenal dengan berbagai sinonim: 1,8cineole, eukaliptol, cajeputol, 1,8-epoksi-pmentana, 1,8-oxido-p-mentana,
eucalyptol, eucalyptole, 1, 3,3-trimetil-2-oxabicyclo [2,2,2] oktan, cineol, cineole.
Cineole memiliki masa molar 154,249 g/mol, kepadatan 3 0,9225 g/cm , titik lebur 1,5 °C dan titik didih
176-177 °C. Selain pada minyak kayu putih, sineol juga ditemukan dalam kamper, daun salam, teh,
mugwort, kemangi, worm wood, rosemary, sage dan dedaunan tanaman aromatik lainnya. Sineol dengan
kemurnian 99,6-99,8 % dapat diperoleh dalam jumlah besar oleh distilasi fraksional minyak kayu putih (Boland
et al, 1991). Meskipun dapat digunakan sebagai penyedap makanan dan bahan obat, sineol dapat mengakibatkan
keracunan jika tertelan melebihi dosis normal (ScienceLab, 2009).

4. Champor
Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library Wiley7.LIB, maka
spektrum Champor ditunjukkan pada gambar 13

a.Spektrum massa dari Sampel

b.Spektrum massa senyawa yang diduga

Gambar 13. Spektrum Massa Senyawa Champor


Keterangan :
a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel
b = Standart Library Wiley7.LIB sebagai data yang diduga

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 18,123 menit merupakan senyawa dengan rumus
molekul C10H16O .Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 152 diikuti fragmen – fragmen
pada m/e 152,108,95,81,69,55,41,28.Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
standart library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah champor sebanyak 9,07%
dengan rumus bangun seperti pada gambar 14.

Gambar 14. struktur Champor

17
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Pola fragmentasi dari senyawa champor tersebut secara hipotesa seperti pada gambar 15.

Gambar 15. Pola fragmentasi senyawa Champor

Champor adalah senyawa yang berasal dari pohon champor (Cinnanonum Camphora). Secara
tradisional,champor digunakan sebagai obat sesak nafas dan pengobatan untuk antiinflamasi seperti asma, nyeri
otot,bronchitis, dan rheumatism sprains.zat ini kebanyakan digunakan dalam bentuk balsam,krim, ataupun
minyak gosok, yang digunakan untuk meredakan nyeri maupun radang pada otot dan sendi.

Simpulan
Prinsip kerja GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul sampel yang dapat
diuapkan Hasil pengukuran dengan GCMS menunjukkan 13 komponen kimia yang terdeteksi, dengan
kelimpahan terbesar adalah 1,8 cineole sebesar 34,38% dan waktu retensi 7,5 menit. terdapat juga kandungan
lain yang ditemukan dengan kelimpahan cukup besar lainnya yaitu α-pinene ( 21,59%), 3-cerene (15,87) , dan
champor (9,07) Sedangkan untuk komponen lain jumlahnya < 5%

Daftar Pustaka

David, G. W. 2005. Analisis Farmasi. Edisi kedua. Jakarta: EGC.


Fischer, J. & Dethlefsen, U. 2013. Efficacy of cineole in patients suffering from acute bronchitis: a placebo-
controlled double-blind trial. Cough Journal. 9:25.
Guenther E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IV B. Ketaren S, Penerjemah. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Terjemahan dari Essensial Oil
Ketaren, Ir. S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mulyadi, T. 2005. Studi pengelolaan kayu putih Melaleuca leucadendron Linn. Berbasis ekosistem di BDH
Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta, tesis, Program Pascasarjana S2 Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Noegrohati. 1996. Prinsip Dasar dan Aplikasi Kromatografi Gas. Yogyakarta: Laboratorium Analisa Kimia dan
Fisika Pusat Universitas Gadjah Mada.

18
Isti Maylinda, et al. / Indonesian Journal of Chemical Science 8 (1) (2019)

Widiyanto,A dan M. Siarodin.2014. Sifat Fisikokimia Minyak Kayu Putih Jenis Asteromyrtus Brasii (Physico-
Chemical Properties Of Cajeput Oil's From Asteromyrtus Brasii). Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 4 :
243-252
Hutasoit P,dkk.2018. Reaksi Isomeriasi α-Pinena Minyak Terpentin dengan Katalis Zr-Zeolit Alam
Menggunakan Microwave. Journal of Chemical Science . Vol. 7 No. 2.

19

Anda mungkin juga menyukai