Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan mengalami
gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri
tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara
verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat
kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri.
Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang
biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika Serikat sekitar
25 juta orang pertahun.
Femur merupakan kejadian tertinggi. Berdasarkan observasi peneliti sejumlah pasien dengan
keluhan utama nyeri sering ditemui terutama pada pasien fraktur. Informasi yang didapat peneliti
dari perawat ruangan pada saat itu, untuk mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien diberikan
obat analgetik saja dan tidak pernah diberi kompres dingin oleh perawat untuk mengatasi nyeri
yang dirasakan pasien tersebut. Kompres dingin merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri
perawat yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien yang mengalami nyeri.
B.     Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi fraktur?
2.      Apa saja pengertian fraktur?
3.      Apa saja klasifikasi fraktur?
4.      Bagaimana etiologi fraktur?
5.      Bagaimana patofisiologi fraktur?
6.      Bagaimana manifestasi klinis fraktur?
7.      Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur?
8.      Bagaimana penatalaksanaan fraktur?
9.      Bagaimana komplikasi fraktur?
10.  Bagaimana asuhan keperawatan fraktur?
C.    Tujuan
1. Tujuan Umum
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 1
Untuk memenuhi tugas mata perkuliahan Sistem Muskuluskeletal
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Bagaimana anatomi dan fisiologi fraktur
b. Untuk mengetahui Apa saja pengertian fraktur
c. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi fraktur
d. Untuk mengetahui Bagaimana etiologi fraktur
e. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi fraktur
f. Untuk mengetahui Bagaimana manifestasi klinis fraktur
g. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur
h. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan fraktur
i. Untuk mengetahui Bagaimana komplikasi fraktur
j. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan fraktur
D.    Manfaat
      Hasil dari pendiskusian makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya kepada mahasiswa KPN 14 1G untuk menambah pengetahuan tentang fraktur.

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Anatomi dan Fisiologi
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot
menyusun kurang lebih 50% kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal sangat
tergantung pada sistem tubuh lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ
vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat
untuk menyyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh
bergerak. Matriks tulang menyimpan kalsium, fodfor, magnesium, dan fluor. Lebih dari
99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak
dalam tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan
hematopoesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun
produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh. (Brunner & Suddarth, 2002).
Tulang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (mis, femur), tulang pendek (mis,
tulang tarsial), tulang pipih (mis, sternum) dan tulang tidak teratur (mis vertebra). Tulang
tersusun oleh jaringan tulang konselus (trabekular/ spongius) atau kortikel (kompak),
tulang panjang (misal femur berbentuk seperti tungkai/batang panjang dengan ujung yang
membalut) ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya.
Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan.
Tulang pendek (misal metakarpal ) terdiri dari tulang konselus ditutupi selapis tulang
kompak. Tulang pipih (misal, sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoesis
dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang tak teratur (misal, vertebra)
mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya. Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang dan terletak dalam osteon (unit
matrik tulang). Osteoklas adalah sel multi nuklea atau berinti banyak yang berperan
dalam penghancuran dan resorbsi tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang
konselus.
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak
medial dan fibula/tulang betis: tibia adalah tulang pipa dengan batang dan dua ujung.
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 3
a. Ujung atas memperlihatkan adanya kondil lateral, kondil lateral memperlihatkan
posterior sebuah faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi fibio-fibular
superior, tuberkel dan fibia ada disebelah depan dengan tepat dibawah kondil-kondil
ini, bagian depan member kaitan kepada tendon dari insersi otot ekstensor kwadrisep.
b. Batang dalam irisan melintang bentuknya segitiga, sisi anteriornya paling menjulang
dan sepertiga sebelah tengah, terletak subkutan bagian ini membentuk krista tibia.
c. Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki, tulangnya sedikit dan
kebawah sebelah medial menjulang menjadi maleoulus medial/meleolus tibia. Fibula/
tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah tulang itu adalah tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung.
d. Ujung atas berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari tibia,
tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.
e. Batangnya ramping terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyakn kaitan
f. Ujung bawah sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis/maleolus
fibula (Evelyn Paecce, 2002)
2. Pengertian
a. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin
taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya patahan
lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini
disebut fraktur tertutup ( atau sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga
tubuhtertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cenderung
untuk mengalami kontaminasi dn infeksi (A,Graham,A & Louis, S, 2000).
b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat, 2005).
c. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2005).
d. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menetukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap ( Price, A dan L.Wilson, 2006).

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 4
e. Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur dapat
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur (Tambayong, J, 2000).
f. Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (Oswardi, 2000).
3. Klasifikasi Fraktur berdasarkan Garis Fraktur
Menurut Garis Fraktur
1. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang
dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
2. Fraktur inkomplit adalah fraktur yang garis patahnya tidak melalui seluruh
penampang tulang
3. Greenstick fracture adalah jenis fraktur yang mengenai satu korteks dimana korteks
tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum, akan segera sembuh dan segera
mengalami remodelling ke bentuk normal. Bisa dikatakan fraktur ini adalah fraktur
yang di mana salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi yang lainnya membengkok.
4. Hair line fraktur adalah Garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang.

Menurut Jumlah Dan Garis Patah/Bentuk/Konfigurasi

1. Fraktur kominutif adalah fraktur yang Lebih dari satu garis fraktur, fragmen tulang
pecah, terpisah-pisah dalam berbagai serpihan.
2. Fraktur segmental adalah Bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan
satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan
keadaan ini perlu terapi bedah
3. Fraktur multipel adalah Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.


1. Fraktur Transversal adalah fraktur yang arahnya melintang sepanjang garis tengah
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 5
2. Fraktur Oblik adalah fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang atau dengan garis tengah tulang dan merupakan akibat trauma angulasi
juga.
3. Fraktur Spiral adalah fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi adalah fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lainbiasanya terjadi pada tulang belakang.
5. Fraktur Avulsi adalah fraktur yang diakibatkan karena tertariknya fragmen tulang dan
ligamen atau tendon pada perlekatannya.
Berdasarkan jumlah garis patah.
1. Fraktur Komunitif adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2. Fraktur Segmental adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3. Fraktur Multiple adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
Menurut, (Sjamsuhidajat,2005) patah tulang dapat dibagi menurut:
Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:
a. Patah tulang tertutup
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: 1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan
sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
- Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
- Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 6
b. Patah tulang terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam
luka sampai ketulang yang patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat
yang ditentukan oleh berat ringannya patah tulang.
Tabel Derajat patah tulang Terbuka
Derajat I Laserasi < 2cm Sederhana,dislokasi fragmen minimal
Derajat II Laseri > 2cm, konstusio otot Dislokasi fragmen jelas
di sekitarnya
Derajat III Luka lebar, rusak hebat atau Kominutif, segmental, fragmen tulang
hilangnya jaringan ada yang hilang
disekitarnya

4. Etiologi
Menurut Oswari E, (2000), penyebab fraktur adalah:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
5. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh gangguan adanya gaya dalam
tubuh, yaitu stres, gangguan fisisik,gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengkudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 7
mengenai saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah
tulang, bisanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu
terbuka dan tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah
sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan
darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokontraksi progresif dari kulit, otot
dan sirkulasi vaseral. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah
yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung,
pelepasan katekolamin-katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer hal
ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon
lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan di dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok,
termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-
sitokin lain. Subtansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme kompensasi sedikit
mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi volume darah di
dalam sistem vena sistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan kardiak pada
tingkat seluler, sel dengan perfusi dan oksigen tidak adekuat tidak mendapat substrat
esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi.
Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme anaerobik, hal
mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik.
Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosin triphosphat) tidak memadai, maka membran sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 8
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah
terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melakukan
aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuah fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodoling untuk
membentuk tulang sejati.
6. Pathway

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 9
7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah nyeri, hilangnya
fungsi, deformitas, pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan
perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang di rancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas,
ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang
normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
d. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai Pembengkakan
dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari trauma dan
Sperdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cedera
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut (doengoes, 2000) pemeriksaan diagnostik fraktur diantaranya :
a. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi atau luasnya fraktur
b. Scan tulang, tonogramm, scan CI/MRI: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple).
Peningkatan jumlal SDP adalah respons stress normal setelah trauma.
e. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal.
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 10
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
atau cederah hati.
9. Penatalaksanaan
Prinsip pennganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi serta
kekuatan normal dengan rehabilitasi( Brunner & Suddarth, 2002). Reduksi fraktur berarti
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk
mencapai reduksifraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spesame otot yang terjadi. Pada fraktur
tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan
logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi ekstern meliputi pembalutan, gips,
bidai, traksi kontin, pin, dan tehnik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk
fiksasi interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan dengan reduksi
dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometrik, dan memotivasi klien
untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian dengan harga diri (Brunner &
suddarth, 2005).
Prinsip penangan fraktur dikenal dengan empat R yaitu:
a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan kemudian
dirumah sakit.
b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan dibawah fraktur.
d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price, 2006).
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 11
Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2003), adalah sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan kesadaran, baru
periksa patah tulang
b. Atur posisi tujuannya untuk menimblkan rasa nyaman,mencegah komplikasi.
c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini, dan pemantauan
neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah:
1. Merabah lokasi apakah masih ingat
2. Observasi warna
3. Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler
4. Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi cedera
5. Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasa sensasi nyeri
6. Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakan.
d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
e. Mempertahankan kekuatan kulit
f. Meningkatkan gizi, makanan- makanan yang tinggi serat anjurkan intake protein 150-
300 gr/hari
g. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh.
Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005):
1. Inflamasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom
2. Proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi revaskularisasi
3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang
4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang yang baru
5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati dan
reorganisasi
Proses penyembuhan fraktur menurut (Sjamsuhidayat,2005) yaitu:
a. Fase Hematoma: apabila terjadi frakture pada tulang panjang maka pembuluh kecil
yang melewati kanalikuli dalam sistem harvers mengalami robekan dan akan
membentuk hematoma dikedua sisi fraktur. Hematoma yang besar akan diliputi
poriosteum. Poriosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 12
hematoma sehingga terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak. Osteosit di
daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, sehingga menimbulkan suatu daerah
cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur setelah trauma.
b. Fase Proloferasi Seluler Subperiosteal dan Endosteal
Proses penyembuhan fraktur karena sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksterna dan dari endosteum membentuk
kalusinterna sebagai aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Robekan yang hebat
dari periosteum akan menyebabkan penyembuhan sel dari diferensiasi sel-sel
mekenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak.
Pada tahap awal penyembuhan terjadi pertambahan sel-sel osteogenik. Setelah
beberapa minggu, kalis dari fraktur membentuk suatu massa yang meliputi jaringan
osteogenik(belum mengandung tulang, sehingga apabila difoto rontagen akan tampak
radiolusen).
c. Fase Pembentukan Kalus
Sel yang berkembangbiak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik yang apabila
berada dalam keadaan yang tepat akan membentuk tulang sejati dan kadang tulang
kartilago. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan
polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang imatur yang disebut
woven bone.
d. Fase Konsolidasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan diubah menjadi
tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamerlar dan
kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap
e. Fase Remodelling
Terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang
dankalus eksterna perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediate berubah menjadi
tulang.
10. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut (Price, A dan L.Wilson, 2006)
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentu sudut atau miring
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 13
b. Delayed Union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali
d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan yang berlebihan di dalam
suatu ruangan yang disebabkan oleh pendarahan masif pada suatu tempat.
e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
f. Fat embolisme syndrome, tetesan lemak masuk ke dalam pembluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur yang meningkat pada laki-laki usia 20-40
tahun, usia 70 sampai 80 faktur tahun.
g. Tromboembolik komplication, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobilisasi dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidakmampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstermitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal
bila terjadi pada bedah ortopedi.
h. Infeksi, sistem pertahan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan . Pada trauma
orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedah seperti pin dan plat.
i. Avascular nekrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptik atau nikrosis iskemia.
j. Refleks symphathethik dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndrome ini belumbanyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,
perubahan tropik dan vasomotor instability.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur merujuk pada teori
menurut Doenges (2002) dan Muttaqin (2008) ada berbagai macam meliputi:
a. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang kruris, pertolongan apa
yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun patah tulang. Selain itu, dengan
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 14
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka
kecelakaan yang lainya. Adanya trauma lutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal.
Adanya trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik pendek,
sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan tipe spiral. Penyebab utama fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas darat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang sebelumnya
sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau menyebabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan
luka di kaki sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit
diabetes menghambat penyembuhan tulang.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang cruris adalah salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
d. Pola kesehatan fungsional
1. Aktifitas/ Istirahat
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi di bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
2. Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang – kadang terlihat sebagai respon nyeri atau ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
b. Takikardia (respon stresss, hipovolemi)
c. Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,pengisian kapiler
lambat, pusat pada bagian yang terkena.
d. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
a. Hilangnya gerakan / sensasi, spasme otot
b. Kebas/ kesemutan (parestesia)
c. Deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 15
d. Angitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)
4. Nyeri / kenyamanan
a. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan /
kerusakan tulang pada imobilisasi ), tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf .
b. Spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5. Keamanan
a. Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna
b. Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba- tiba).
6. Pola hubungan dan peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan dan kecacatan akibat
fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan
aktifitasnya secara normal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
8. Pola sensori dan kognitif
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan
indra yang lain dan kognitif tidak mengalami gangguan. Selain itu juga timbul nyeri
akibat fraktur.
9. Pola nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat beribadah dengan baik, terutama frekuensi dan konsentrasi
dalam ibadah. Hal ini disebabkan oel nyeri dan keterbatasan gerak yang di alami
klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan fraktur menurut Doengoes (2000), dan Barbara (1999) adalah
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/ immobilisasi, stress, ansietas.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolic,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka/ ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak nyamanan, kerusakan
musculoskeletal, terapi pembatasan aktifitas, penurunan kekuatan / tahanan.
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 16
d. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon inflamasi tertekan,
prosedur invasi dan jalur penusukan, luka/ kerusakan kulit, insisi pembedahan.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan factor (kolaboratif): traksi atau gibs pada
ekstrimitas
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubunngan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat.
g. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
3. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan  asuhan  Observasi tanda-tanda vital  Untuk mengetahui
keperawatan selama …x24 jam perkembangan klien
diharapakan klien mampu  Kaji tingkat intensitas dan  Tingkat intensitas
beradaptasi dengan nyeri yang frekuensi nyeri nyeri dan frekuensi
di alami dengan kriteria hasil: menunjukkan skala
1.      Pasien melaporkan nyeri nyeri
hilang/ terkontrol dengan skala
0-1  Beri posisi senyaman  Memperlancar
2.      Menunjukan ekspresi mungkin sirkulasi pada
wajah/postur tubuh rileks, daerah luka atau
3.      Berpartisipasi dalam aktivitas nyeri
dan tidur/istirahat dengan tepat.  Lakukan pendekatan pada  Hubungan yang baik
4.      Klien dapat mandiri dalam klien dan keluarga membuat klien dan
perawatan dan penanganannya keluarga menjadi
secara sederhana kooperatif
 Jelaskan pada klien  Memberikan
penyebab nyeri penjelasan akan
menambah
pengetahuan klien
tentang nyeri
 Melakukan kolaborasi  merupakan tindakan
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 17
dengan tim medis dalam dependent perawat,
pemberian analgetik dimana analgetik
berfungsi untuk
memblok stimulasi
nyeri.
2 Setelah diberikan  asuhan  Kaji kulit dan identitas pada  mengetahui
keperawatan selama …x24 jam tahap perkembangan luka sejauhmana
diharapakan pemenuhan perkembangan luka
masalah kerusakan kulit dapat mempermudah
teratasi, penyembuhan luka dalam melakukan
sesuai waktu dengan kriteria tindakan yang tepat.
hasil:  Kaji lokasi, ukuran, warna,  mengidentifikasi
1.      Perfusi jaringan baik bau, serta jumlah dan tipe tingkat keparahan
2.      Integritas kulit yang baik bisa cairan luka. luka akan
dipertahankan (sensasi, mempermudah
elastisitas, temperatur, hidrasi, intervensi.
pigmentasi). Tidak ada tanda-  Pantau peningkatan suhu  suhu tubuh yang
tanda infeksi seperti pus, tubuh. meningkat dapat
kemerahan, luka bersih tidak diidentifikasi
lembab dan tidak kotor sebagai adanya
3.      Mampu melindungi kulit dan proses peradangan
mempertahankan kelembapan  Berikan perawatan luka  tehnik aseptik
kulit dan perawatan alami dengan tehnik aseptic. Balut membantu
4.      Menunjukkan pemahaman luka dengan kasa kering dan mempercepat
dalam proses perbaikan kulit steril, gunakan plester penyembuhan luka
dan mencegah terjadinya kertas. dan mencegah
cedera berulang terjadinya infeksi
 Kolaborasi pemberian anti  anti biotik berguna
biotic sesuai indikasi. untuk mematikan
mikroorganisme
pathogen pada

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 18
daerah yang beresiko
terjadi infeksi.
3 Setelah diberikan  asuhan  Kaji kebutuhan akan  mengidentifikasi
keperawatan selama …x24 jam pelayanan kesehatan dan masalah,
diharapakan pasien akan kebutuhan akan peralatan. memudahkan
menunjukan tingkat mobilitas intervensi
optimal dengan kriteria hasil:  Tentukan tingkat motivasi  mempengaruhi
1.      klien mampu melakukan pasien dalam melakukan penilaian terhadap
pergerakan dan aktivitas. kemampuan aktifitas
perpindahan,mempertahankan apakah karena
mobilitas optimal yang dapat ketidakmampuan
ditoleransi dengan karakteristik atau ketidakmauan.
:  menilai batasan
 Ajarkan dan pantau pasien
a.       0 = mandiri penuh kemampuan
dalam hal penggunaan alat
b.      1 = memerlukan alat bantu aktivitas optimal
bantu.
c.       2 = memerlukan bantuan dari  agar pasien mampu
 Ajarkan dan dukkung
orang lain untuk bantuan mengikuti latihan
pasien dalam latihan ROM
pengawasan dan pengajaran. dan bisa bergerak
aktif dan pasif.
d.       3 = membutuhkan bantuan secara perlahan
dari orang lain dan alat bantu
 Kolaborasi dengan ahli
e.       4 = ketergantungan; tidak  sebagai suatu
terapi fisik atau okupasi.
berpartisipasi dalam aktivitas. sumber untuk
mengembangkan
perencanaan dan
mempertahankan
atau meningkatkan
mobilitas pasien.

4 Setelah diberikan  asuhan  Pantau tanda-tanda vital  mengidentifikasi


keperawatan selama ..x24 jam tanda-tanda

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 19
diharapakan infeksi tidak peradangan terutama
terjadi/ terkontrol dengan bila suhu tubuh
kriteria hasil: meningkat
1.      Klien bebas dari tanda dan  Lakukan perawatan luka  mengendalikan
gejala infeksi dengan tehnik aseptik. penyebaran
2.      Mendeskripsikan proses mikroorganisme
penularan penyakit, faktor pathogen
yang mempengaruhi penularan  Lakukan perawatan  untuk mengurangi
serta penatalaksanaanya terhadap prosedur inpasif resiko infeksi
3.      Menunjukkan kemampuan seperti infuse, kateter, nosokomial
untuk mencegah timbulnya drainase luka, dll.
infeksi  Jika di temukan tanda  penurunan Hb dan
4.      Jumlah leukosit dalam batas infeksi kolaborasi untuk peningkatan jumlah
normal pemeriksaan darah, seperti leukosit dari normal
Menunjukkan perilaku hidup Hb dan leukosit bias terjadi akibat
sehat terjadinya proses
infeksi
 Kolaborasi untuk  antibiotic mencegah
pemberian antibiotic. perkembangan
mikroorganisme
pathogen
5 Setelah diberikan  asuhan  Berikan bantuan pada AKS  AKS adalah fungsi-
keperawatan selama …x24 jam sesuai kebutuhan, ijinkan fungsi dimana orang
diharapakan tidak terjadi pasien untuk merawat diri normal melakukan
defisit perawatan diri dengan sesuai dengan tiap hari untuk
kriteria hasil: kemampuannya. memenuhi
1.      tidak ada bau badan kebutuhan dasar.
2.      tidak bau mulut  Setelah reduksi, tempatkan  Merawat untuk
3.      mukosa mulut lembab, kulit kantung plastik di atas kebutuhan dasar
utuh ekstrimitas untuk orang lain
mempertahankan gibs/ membantu
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 20
belat/ fiksasi eksternal tetap mempertahanka
kering pada saat mandi. harga diri.

 Rujuk pada bagian terapi  kantong plastik


fisik sesuai pesanan untuk melindungi alat-alat
instruksi berjalan dengan dari kelembaban
kruk untuk ambulasi dan yang berlebih yang
dapat menggunakannya dapat menimbulkan
secara tepat. infeksi dan dapat
menyebabkan
lunaknya gibs, hal
ini menyiapkan
pasien untuk
mendorong dirinya
sendiri setelah dia
pulang. Ahli terapi
fisik adalah
sepesialis latihan
yang membantu
pasien dalam
rehabilitasi
mobilitas.

6 Setelah diberikan  asuhan  Kaji kemampuan pasien  untuk mengetahui


keperawatan selama ..x24 jam untuk mendapatkan nutrisi tingkat status nutrisi
diharapakan nutrisi terpenuhi yang dibutuhkan pasien
sesuai kebutuhan tubuh dengan  Kaji factor yang dapat  menyediakan
kriteria hasil: merubah masukan nutrisi informasi mengenai
1.      Tidak ada tanda-tanda seperti anoreksi dan mual factor lain yang
malnutrisi dapat di ubah atau di
2.      Tidak ada penurunan berat hilangkan untuk

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 21
badan yang berarti meningkatkan
3.      Berat badan ideal sesuai masukan diet
dengan tinggi badan  Berikan makanan dengan  untuk mengurangi
4.      Adanya peningkatan berat porsi sedikit tapi sering rasa mual.
badan sesuai dengan tujuan  Ciptakan lingkungan yang  untuk meningkatkan
nyaman dan menyenangkan nafsu makan.
selama waktu makan
 Kolaborasi dengan tim  mengurangi rasa
medis pemberian obat anti mual pada pasien
mual
7 Setelah diberikan  asuhan  Kaji respon dan reaksi  Mengetahui
keperawatan selama ..x24 jam pasien serta keluarga bagaimana
diharapakan pasien dapat terhadap penyakit dan tanggapan pasien
memperbaiki konsep diri penangananya dan keluarga
dengan kriteria hasil: terhadap
1.      klien mampu menunjukkan penyakitnya
penilaian pribadi tentang harga sekarang
diri  Kaji hubungan pasien  Mengetahui adanya
2.      mengungkapkan penerimaan dengan anggota masalah dalam
diri keluarganya keluarga
3.      mengatakan optimism tentang  Kaji pola koping pasien dan  Mengetahui cara
masa depan keluarga pasien penyelesaian
4.      menggunakan strategi koping masalah dalam
efektif keluarga
 Diskusikan peran memberi  seksualitas
dan menerima kasih mempunyai arti
sayang, kehangatan dan yang berbeda bagi
kemesraan. tiap individu
tergantung pada
tahap maturasi.

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 22
4. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000). Implementasi dilakukan sesuai
denga intervensi yang telah direncanakan.
5. Evaluasi
a. Diagnosa 1 : Nyeri dapat berkurang atau terkontrol, skala nyeri 0-1, ekspresi
wajah/postur tubuh rileks
b. Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi, menunjukkan regenerasi
jaringan yang baik
c. Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas fisik dapat teratasi, klien mampu melakukan
pergerakan dan perpindahan,mempertahankan mobilitas optimal yang dapat
ditoleransi
d. Diagnosa 4 : risiko infeksi tidak terjadi, mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan
bebas dari eksudat, purulen dan tidak demam
e. Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri dapat terayasi dengan klien dapat melakukan
perawatan diri.
f. Diagnosa 6 : keseimbangan nutrisi terpenuhi
g. Diagnosa 7 : Harga diri rendah klien meningkat, klien dapat meningkatkan percaya
diri dan optimism tentang masa depan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 23
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin taklebih
dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya patahan lengkap dan
fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur
tertutup ( atau sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuhtertembus keadaan ini
disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dn
infeksi
B. SARAN
Kita sebagai seorang perawat harus memahami dan mempelajari tentang penyakit fratur dan
garis fraktur supaya kita sebagai seorang perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan baik dan profesinal kepada pasien yang mengalami fratur t dan dapat memberikan
edukasi kepada pasien untuk mencegah terjadinya fraktur yang pada akhirnya mampu
melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit ini. Makalah
ini masih jauh dari sempurna dan penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik
dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta
MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 24
Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk.  2001.  Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Lukman Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatam dengan Gamgguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia.A. 2006. “Patofisiologi”. Jakarta: EGC.
Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta,
1995.
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process Approach, 4 th
Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Dudley (1992), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Dunphy & Botsford (1985), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica, Jakarta.
Herman Santoso, dr., SpBO (2000), Diagnosis dan Terapi Kelainan Sistem Muskuloskeletal,
Diktat Kuliah PSIK, tidak dipublikasikan.

MAKALAH “ FRAKTUR “
OLEH Kelompok IV KPN 14 1G 25

Anda mungkin juga menyukai