Febrian Metlit 7
Febrian Metlit 7
Oleh :
Febrian Elisa Ratag
NIM : 17051083
Program Studi : Ilmu Hukum
Peminatan : Hukum Perdata
PENDAHULUAN
yang telah ditetapkan sebagai dasar negara, bahwa sebagai negara hukum maka
seperti perjanjian, ada yang di bawah tangan, ada yang berlandaskan kepercayaan,
dipengaruhi dan erat kaitannya dengan lembaga keuangan 1 Sebagaimana yang kita
ketahui, sebagaimana yang kita ketahui bahwa, masyarakat kita sendiri tidak lepas
dari kebutuhan akan modal untuk mengembangkan suatu usaha dan untuk
keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan
lembaga pembiayaan.2 Hukum jaminan hadir dan tergolong dalam bidang hukum
kebendaan di indonesia sampai saat ini adalah Gadai, Hipotek, Hak tangunggan
dan Fidusia, Lembaga Gadai di atur dalam 1150-1160 KUH Perdata, Hipotek
sebagai benda tidak bergerak (Kapal Laut) di atur dalam UU No. 17 Tahun 2008
Tentang pelayaran.
Lembaga Hak tangunggan di atur dalam UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak
tangunggan dan Lembaga Fidusia yang di atur dalam UU No. 42 Tahun 1999
KUH perdata hanya memuat mengenai Gadai dan Hipotik sebagai Konsekuensi
adanya jenis pembagian benda bergerak dan tidak bergerak. 5 Gadai mengatur
jaminan yang objeknya adalah benda bergerak dan hipotek mengatur jaminan
Fidusia, menurut asal katanya berasal dari kata fides yang berarti kepercayaan.
Sesuai dengan arti kata ini, Maka hubungan antara pemberi fidusia (debitor) dan
mengembalikkan hak milik hak milik barang yang telah di serahkan setelah di
3
Sri soedewi maschoen sofwan , Hukum jaminan di indonesia,pokok-pokok hukum
jaminan dan jaminan perorangan, :Liberti, 1980, Hal. 33
Herowati Poesoko, Parate executie objek hak tangunggan, Laksbang, yogyakarta, 2008
Hal.3
Moch, Isnaeni, Hipotik Pesawat udara di indonesia, CV, Dharma Muda, Surabaya,
1996, Hal.35
lunasi hutangnya. Sebaliknya penerima fidusia percaya bahwa pemberi fidusia
ini, hal inilah yang kita sebut jaminan fidusia namun, ada beberapa masalah yang
terjadi berkaitan dengan fidusia yaitu salah satunya adalah tidak didaftarkan suatu
didaftarkan, hal ini bertejuan agar dapat memperoleh perlindungan bagi kreditur
ataupun debitur.
preferen. Begitu juga dengan eksekusi fidusia yang seharusnya dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam undang-undang fidusia namun karena tidak
melakukan eksekusi objek fidusia karena, perjanjian itu sendiri sah ataukah tidak
didaftarkan
Gunawan Widjaja dan ahmad yani. Jaminan fidusia. Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2000, hal.119
a. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keabsahan perjanjian
yang tidak didaftarkan yang di mana sering terjadi di masyarakat kita saat
ini,yang tidak lepas dari kebutuhan akan modal untuk ber usaha,
pelajaran, jurnal imiah edisi cetak maupun edisi online,dan artikel ilmiah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah memeriksa setiap judul yang
menyatakan bahwa judul yang diangkat oleh penulis belum pernah diteliti. Untuk
itu penulis menyatakan bahwa karya ilmiah “Pertanggung Jawaban Tindak Pidana
Kepada Para Pelaku Persekusi Dalam Perspektif Hukum Pidana” adalah hasil
TINJAUAN PUSTAKA
Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia.
Begitu pula istilah ini digunakan dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia. Dalam terminologi Belanda istilah ini sering disebut
hak milik secara kepercayaan. Sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut
Pengertian fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
Tetapi untuk menjamin kepastian hukum bagi kreditor maka dibuat akta yang
dibuat oleh notaris dan didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Nanti kreditor
Jaminan Fidusia.
akibat hukum yang komplek dan beresiko. Kreditor bisa melakukan hak
wenangan dari kreditor. Bisa juga karena mengingat pembiayaan atas barang
objek fidusia biasanya tidak full sesuai dengan nilai barang. Atau, debitur sudah
dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak sebagian milik debitor dan
sebagian milik kreditor. Apalagi jika eksekusi tersebut tidak melalui badan penilai
harga yang resmi atau badan pelelangan umum. Tindakan tersebut dapat
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dapat digugat ganti
kerugian.
masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditor melakukan
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun
lama sembilan bulan. Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat
dan mengambil barang secara sepihak, padahal diketahui dalam barang tersebut
sebagian atau seluruhnya milik orang lain. Walaupun juga diketahui bahwa
sebagian dari barang tersebut adalah milik kreditor yang mau mengeksekusi tetapi
dapat terjadi mengingat bahwa dimana-mana eksekusi merupakan bukan hal yang
mudah, untuk itu butuh jaminan hukum dan dukungan aparat hukum secara legal.
Inilah urgensi perlindungan hukum yang seimbang antara kreditor dan debitor.
dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UU No. 42 Tahun
1999 Tentang jaminan fidusia, karena tidak syah atau legalnya perjanjian jaminan
fidusia yang dibuat. Mungkin saja debitor yang mengalihkan barang objek
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena
penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
Oleh kreditor, tetapi ini juga bisa jadi blunder karena bisa saling melaporkan
karena sebagian dari barang tersebut menjadi milik berdua baik kreditor dan
pihak. Jika hal ini ditempuh maka akan terjadi proses hukum yang panjang,
melelahkan dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Akibatnya, margin yang
hendak dicapai perusahaan tidak terealisir bahkan mungkin merugi, termasuk rugi
fidusia sebenarnya rugi sendiri karena tidak punya hak eksekutorial yang legal.
Poblem bisnis yang membutuhkan kecepatan dan customer service yang prima
selalu tidak sejalan dengan logika hukum yang ada. Mungkin karena kekosongan
hukum atau hukum yang tidak selalu secepat perkembangan zaman. Bayangkan,
melakukan perjanjian dan transaksi fidusia di lapangan dalam waktu yang relatif
cepat.
Saat ini banyak lembaga pembiayaan melakukan eksekusi pada objek barang
yang dibebani jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. Bisa bernama remedial, rof
coll, atau remove. Selama ini perusahaan pembiayaan merasa tindakan mereka
aman dan lancar saja. Menurut penulis, hal ini terjadi karena masih lemahnya
daya tawar nasabah terhadap kreditor sebagai pemilik dana. Ditambah lagi
oleh pelaku bisnis industri keuangan, khususnya sektor lembaga pembiayaan dan
negara non pajak sesuai UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Pendapatan Negara Non
7
Sumber: Achmad Imam Ghozali, SH And Partner (law firm).
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian dalam pemetaan keilmuan dimulai dari proses bertanya akan
nyata untuk mencari kebenaran dibalik sesuatu. Kebenaran yang dimaksud penulis
adalah penemuan suatu alur berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan dalam
konsisten.”
Menurut Morris L. Cohen, Legal Research is the process of finding the law
sumber-sumber yang diperlukan untuk memprediksi apa yang akan dilakukan oleh
tertentu.
Begitupun dengan ilmu hukum yang mencakup dan membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan hukum. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh
ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa
batas-batasnya tidak bisa ditentukan (Curzon, 1979: v). Dalam Bahasa inggris
disebut jurisprudence.
penelitian.
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali
itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
A. Jenis Penelitian
normatif yang mengacu pada norma-norma (law in the book) dan penggunaan
data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. Selama hukum dipandang
sebagai norma yang positif (ius constitutum) atau yang dicita-citakan (ius
maupun tidak tertulis. Asas-asas hukum tersebut harus ada pada pengambilan
keputusan secara konkrit yang terdapat di dalam kenyataan hukum positif tertulis.
B. Sumber Data
penelitian ini berfungsi sebagai data utama dalam penelitian ini. Data sekunder
tiga bahan hukum yaitu, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier.
Bahan hukum primer adalah, “Semua aturan hukum yang dibentuk dan atau
dibuat secara resmi oleh suatu lembaga negara, dana atau badan-badan
pemerintahan, yang demi tegaknya akan diupayakan berdasarkan daya paksa yang
Pidana.
merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri atas; buku-buku
teks tentang permasalahan hukum baik skripsi, tesis, dana tau disertasi hukum
berupa jurnal hukum dan lain-lain.” “Bahan hukum sekunder yang terutama
adalah buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan
adalah bukan bahan hukum dalam arti yang sebenarnya dikarenakan muatan yang
Besar Bahasa Indonesia versi internet dengan ejaan yang telah disempurnakan.
hukum sekunder.
pengkajian diperoleh dari materi-materi atau bahan hukum yang bersifat umum
secara khusus8.
8
Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016).
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Konsep Dan Metode, (Malang: Setara Press, 2013).
BAB IV
PEMBAHASAN
yang dilakukan dibawah tangan atau dengan kata lain yang tidak didaftarkan di
terhadap bagaimana sita dapat dilakukan terhadap suatu jaminan yang tidak
didaftarkan tersebut, mengingat kreditur tak lagi mempunyai hak mendahului dan
juga terhadap objek jaminan tersebut dapat atau tidaknya dilakukan sita terhadap
objek jaminan tersebut sangat bergantung dari kedua belah pihak bagaimana
mereka mempertahankan haknya satu sama lain, namun perlu di ingat hal penting
juga adalah kreditur tetap mempunyai hak mendapat pelunasan piutangnya dan
debitur juga tetap dapat mempertahankan objek tersebut dengan dalih tidak
maka dilakukan eksekusi oleh pihak PD. BPR Cabang Gunungsari melalui
eksekusi dibawah tangan9. Sebelum lanjut dalam pembahasan eksekusi maka hal
yang perlu kita ketahui terlebih dahulu dalam perjanjian jaminan fidusia, status
objek fidusia bukanlah sebagai milik kreditur itu sendiri namun hanya sebagai
suatu alat atau proses peralihan hak. Hal tersebut dapat kita ketahui dari pendapat
Mariam Darus Badrulzaman proses penyerahan hak milik dalam fidusia terjadi
9
Hasil Wawancara dengan Suhardi Ansor, Bagian Kredit, (PD. BPR Cabang Gunung Sari,
Lombok Barat, Tanggal 20 November 2017.
10
melalui tahapan sebagai berikut : 1. Fase Pertama : perjanjian Obligatoir, yakni
kreditur; 2. Fase Kedua : yakni pada tahapan ini terjadi perjanjian kebendaan
Fase Ketiga : Terjadinya pinjam pakai dimana kreditur setelah menerima hak
milik dari pemberi fidusia, memberikan pinjam pakai terhadap hak milik tersebut
fidusia sebagai milik daripada kreditur tentu ini batal demi hukum sesuai Pasal 33
Undang-Undang Jaminan Fidusia. Maka dari itu eksekusi ada apabila terjadi
Gunungsari yakni mengacu pada Pasal 1328 KUHPerdata yang bunyinya sebagai
berikut :
“Si berhutang adalah lalai apabila dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri ialah
jika ini menetapkan, bahwa si berhutang harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan.”
Dalam setiap bank biasanya tidak pernah lupa mencantumkan masa waktu
suatu perjanjian, dan makna daripada pasal tersebut adalah lewatnya waktu
daripada klausul perjanjian yakni perjanjian kreditnya, dimana debitur telah lalai
mampu membayar secara normal hal yang patut dilakukan adalah melakukan
somasi terlebih dahulu sampai memang debitur itu sendiri dinyatakan atau
10
Mariam Darus Badrulzaman, bab-bab tentang creditverband, gadai dan fidusia, ( Citra
Aditya : Bandung , 1991), hlm : 98-99.
menyatakan dirinya tidak mampu atau berhenti untuk membayar” 11. Menurut PD.
BPR Cabang Gunungsari dari hasil wawancara wanprestasi yang sering terjadi
memang selalu berupa tunggakan dari pembayaran selama waktu yang telah
ditentukan namun untuk masalah ini pihak kreditur menilai apakah debitur masih
mampu membayar atau sudah tidak lagi. 12 Setelah membuat surat teguran dan
tidak mendapat tanggapan dari nasabah debitur, maka tindakan selajutnnya yaitu
dengan melakukan pembinaan dan penagihan secara intensif dan rutin serta
memberikan saran dan solusi atas kesulitan yang dialami debitur, dan diharapkan
angsuran.
Pemberian surat peringatan dilakukan secara bertahap dan sebanyak tiga kali,
sampai pada tahap ini debitur masih saja tidak memenuhi kewajibannya maka
bank akan melakukan tindakan eksekusi atau pengambilan jaminan atau agunan
memberatkan salah satu pihak, karena apabila dilakukan eksekusi terhadap objek
fidusia tersebut dimana debitur telah melakukan kewajibannya selama sekian lama
11
Herman Adriansyah, KUH-Perdata-(Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie - Revisi data,
diakses dari https://www.scribd.com/doc/17453092/KUH-Perdata-Burgerlijk-WetboekVoor-
Indonesie-Revisi, pada 20 September 2017
12
7D.Y Witanto, Op.Cit. hlm. 204. 8Hasil Wawancara dengan Suhardi Ansor, Loc.Cit.
waktu dari perjanjian yang kemudian tersisa hanyalah beberapa angsuran
kemudian dilakukan ekseskusi tentu ini hal yang memberatkan bagi debitur itu
sendiri. Jika sampai pada tahap negosiasi hal ini masih belum bisa terselesaikan
13
Edwin Timothy, Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit, (Tesis,
Universitas Diponogoro Semarang, Semarang, 2008) hlm. 63.
BAB V
A. kesimpulan
yang dalam hal ini Perusahaan Pembiayaan kepada konsumen yang mengikutkan
perusahaan Pembiayaan.
perjanjian yang mengikutkan adanya jaminan fidusia bagi objek benda jaminan
fidusia berupa Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), akan tetapi ternyata
dalam prakteknya banyak dari perjanjian yang dibuat oleh perusahaan tersebut
tidak dibuat dalam Akta Notariil (Akta Notaris) dan tidak didaftarkan di Kantor
Pasal 14 ayat (3) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF),
jaminan fidusia baru lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya
jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia.
Pasal 15 ayat (1) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia :
“Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
dicantumkan kata-kata "DEMI KEADlLAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA".
Melihat ketentuan diatas sebenarnya jika kreditur dalam hal ini Perusahaan
Yang Maha Esa.” Yang Dengan sertifikat jaminan fidusia itulah kreditur/penerima
fidusia secara serta merta mempunyai hak eksekusi langsung (parate executie)
sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap.
Setelah mengetahui dasar dan ketentuan tersebut diatas , akibat hukum dari
perjanjian Fidusia yang dibuat tanpa menggunakan bentuk Akta Notariil dan tidak
angsuran dalam beberapa waktu tertentu atau tidak melunasinya maka Pihak
perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum acara perdata hingga putusan
pengadilan berkekuatan hukum tetap. Dan hal itu memerlukan waktu yang lama.
melakukan pembayaran sampai dengan lunas namun ada juga konsumen yang
Collector (DC)/Tukang Tagih untuk mengambil baik secara paksa maupun secara
Debt Collector mengawasi tiap-tiap kendaraan yang melintas pada ruas-ruas jalan
tertentu dengan membawa sebuah buku yang berisi nomor Kendaraan (Plat
Nomor) tertentu, ketika kendaraan yang dimaksud melintas langsung dikejar dan
diberhentikan paksa, dan pengguna kendaraan itu juga biasanya dipaksa untuk
memahami perbuatan melawan hukum tersebut biasanya timbul rasa takut dan
tersebut berbunyi :
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat
hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
B. Saran
tersebut berpengaruh terhadap biaya dan jumlah kredit yang diterima oleh debitur,
dengan tidak didaftarkannya objek jaminan tersebut maka hal ini akan merugikan
pihak kreditur itu sendiri, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
pengalihan objek jaminan tersebut maka debitur tidak dapat dituntut karena
tindakannya dan perjanjian itu sendiri batal demi hukum atau dianggap tidak
pernah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Salim H.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Sinar Grafika : Jakarta,
2001)
Jakarta , 2004)
Yogyakarta, 1998)
2005)