NIM : 1762201035
Kelas : Akutansi 6B
Tugas Quiz
DEPRESIASI
a. Pada tanggal 5 April 2000 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp
13.000.000,00. Usia kegunaan mesin tersebut ditaksir selama 8 tahun dan nilai residu Rp
1.000.000,00. Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data di atas, dihitung sebagai
berikut:
Rp13.000.000,00 – Rp1.000.000,00
Penyusutan = = Rp1.500.000,00
8
Perhitungan beban
Beban Penyusutan Akumulasi Nilai Buku
No. Thn penyusutan thn
thn berjalan Penyusutan Aktiva
berjalan
1. 2000 9/12 x Rp1.500.000,00 Rp1.125.000,00 Rp 1.125.000,00 Rp11.875.000,00
2. 2001 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp 2.625.000,00 Rp10.375.000,00
3. 2002 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp 4.125.000,00 Rp 8.875.000,00
4. 2003 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp 5.625.000,00 Rp 7.375.000,00
5. 2004 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp 7.125.000,00 Rp 5.875.000,00
6. 2005 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp 8.625.000,00 Rp 4.375.000,00
7. 2006 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp10.125.000,00 Rp 2.875.000,00
8. 2007 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp11.625.000,00 Rp 1.375.000,00
9. 2008 3/12 x Rp1.500.000,00 Rp 375.000,00 Rp12.000.000,00 Rp 1.000.000,00
Jawaban :
Harga perolehan = Rp.5.000.000 - Rp.500.000
Harga perolehan = Rp.4.500.000
Taksiran seluruh jam kerja = 10.000 jam
Tarif penyusutan tiap jam kerja = Harga perolehan/taksiran seluruh jam kerja
Tarif penyusutan tiap jam kerja = Rp.4.500.000/10.000 jam kerja
Tarif penyusutan tiap jam kerja = Rp.450
Jawaban:
Harga perolehan aktiva tetap dalam hal ini mesin sebesar Rp 12.500.000
Nilai Residu Rp 780.000
Umur hemat selama 4 tahun
Jumlah total jam penggunaan mesin dalam operasional perusahaan selama umur hemat
sejumlah 10.000 jam, dengan perincian tahun pertama 3500 jam, tahun kedua 2800 jam,
tahun ketiga 2000 jam, dan tahun keempat 1700 jam.
Berdasarkan data tersebut maka kita sanggup mencari penyusutan mesin dalam tiap jam
penggunaan mesin tersebut maupun penyusutan mesin tiap tahun, adapun perhitungan
penyusutan mesin dengan metode satuan jam kerja ialah sebagai berikut:
Penyusutan mesin perjam = (Harga perolehan-Nilai residu)/Total jam kerja
= (12.500.000-780.000) : 10.000
= Rp 1.172
Penyusutan mesin per tahun sanggup diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
Penyusutan pertahun = penyusutan per unit x jumlah jam kerja pertahun
Tahun 1 => 1.172 x 3500 = Rp 4.102.000
Tahun 2 => 1.172 x 2800 = Rp 3.281.000
Tahun 3 => 1.172 x 2000 = Rp 2.344.000
Tahun 4 => 1.172 x 1700 = Rp 1.992.000
3. Metode Hasil Produksi
a. Harga perolehan mesin produksi Rp 12.500.000 dengan Nilai Residu Rp 780.000,
selama 4 tahun ditaksir akan menghasilkan 40.000 unit dengan perincian sebagai berikut:
tahun pertama 1500 unit, tahun kedua 10.000 unit, tahun ketiga 8000 unit, dan tahun
keempat 7000 unit. Hitunglah penyusutan perunit dan penyusutan tiap tahun dari mesin
tersebut dengan metode satuan unit produk!
Jawaban:
Harga perolehan aktiva tetap dalam hal ini mesin sebesar Rp 12.500.000
Nilai Residu Rp 780.000
Umur hemat selama 4 tahun
Jumlah total produk yang sanggup dihasilkan oleh mesin tersebut selama umur hemat
sejumlah 40.000 unit, dengan perincian tahun pertama 1500 unit, tahun kedua 10.000
unit, tahun ketiga 8000 unit, dan tahun keempat 7000 unit.
Berdasarkan data tersebut maka kita sanggup mencari penyusutan mesin dari tiap unit
produk yang dihasilkan maupun penyusutan mesin tiap tahun, adapun perhitungan yang
diharapkan ialah sebagai berikut:
Penyusutan mesin perunit produk = (Harga perolehan-Nilai residu)
Total unit produk
= (12.500.000-780.000) : 40.000
= Rp 293
Penyusutan mesin per tahun sanggup diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
Penyusutan pertahun = penyusutan per unit x jumlah produk pertahun
Tahun 1 => 293 x 15.000 = Rp 4.395.000
Tahun 2 => 293 x 10.000 = Rp 2.930.000
Tahun 3 => 293 x 8000 = Rp 2.344.000
Tahun 4 => 293 x 7000 = Rp 2.051.000
Jawaban:
diketahui Harga perolehan mesin Rp 315.000.000, nilai residu Rp 15.000.000, dan umur
hemat 5 tahun.
Berdasarkan data tersebut besarnya penyusutan tiap tahun dengan metode jumlah angka
tahun sanggup dicari dengan perhitungan sebagai berikut:
Langkah pertama mencari jumlah angka tahun umur aktiva;
Jumlah angka tahun => 1+2+3+4+5 = 15
Setelah diketahui jumlah angka tahun selanjutnya sanggup dicari penyusutan tiap tahun
dengan rumus berikut ini:
Penyusutan= Sisa umur penggunaan x (harga perolehan-nilai residu)
Jumlah angka tahun
Penyusutan tahun 1 = (5/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 100.000.000
Penyusutan tahun 2 = (4/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 80.000.000
Penyusutan tahun 3 = (3/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 60.000.000
Penyusutan tahun 4 = (2/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 40.000.000
Penyusutan tahun 5 = (1/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 20.000.000
b. Saldo menurun
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut sebesar
Rp 13.000.000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun
Apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya, diperkirakan
mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan, besi tuanya dapat dijual seharga
Rp.1.000,000.
Notes :
Karena selama tahun 2014 aset hanya digunakan 7 bulan, maka dikali 7/12
Penyusutan tahun 2015 = [(100% : 10) x 2 ] x (13.000.000 - 1.516.710)
= Rp 2.296.658
Notes :
Nilai buku aset tahun 2015 dikurangi penyusutan aset tahun sebelumnya, sebesar
Rp.1.516.710
Untuk tahun tahun setelahnya, cara pengerjaanya sama, hingga 10 tahun masa
pengoperasian mesin tersebut.
Lalu saat pencatatan, jurnal nya adalah sama dengan metode garis lurus, cuma beda di
angka saja.
31 Desember 2014
Debit | Depreciation Rp 1.516.710
Kredit | Accumulated Depreciation Rp 1.516.710
Untuk jurnal penyesuaian tahun tahun berikutnya, cara pengerjaanya sama saja.
Jawaban:
diketahui bahwa Harga perolehan Rp 165.000.000, nilai hemat 5 tahun. Berdasarkan data
tersebut sanggup dihitung besarnya penyusutan tiap tahun dengan metode menurun ganda
dengan perhitungan sebagai berikut:
Langkah pertama mencari besarnya besarnya persentase penyusutan tiap tahun;
Jika dalam metode garis lurus persentase penyusutan tiap tahun adalah:
= 100% : umur ekonomis
= 100% : 5 = 20%
A. Karakteristik Aset
Berdasarkan PSAK 19 revisi 2009, aset dapat dikategorikan sebagai aset tidak
berwujud apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain.
a. Keteridentifikasian: aset non-moneter yang dapat di identifikasi tanpa wujud fisik,
dapat dipisahkan/dibedakan, atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya.
b. Pengendalian: mampu memperoleh manfaat ekonomis masa depan, dan dapat
membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
c. Manfaat ekonomis masa depan: mencakup Pendapatan dari penjualan barang atau jasa,
Penghematan biaya, atau manfaat lain dari penggunaan aset tersebut.
Selain itu, Kieso et al. (2011: 620) Aset tak berwujud memiliki tiga kriteria utama
yaitu dapat diidentifikasi, kurang memiliki eksistensi fisik (aset tidak berwujud
memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan yang diberikan perusahaan untuk
menggunakannya) dan bukan merupakan instrument keuangan.
D. Masa Manfaat
Pengukuran setelah pengakuan awal aset tak berwujud didasarkan pada usia
manfaatnya. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat aset
tidak berwujud, sebagai mana diatur dalam PSAK 19 revisi 2009. Berkaitan dengan
penentuan masa manfaat tersebut, aset tidak berwujud dibagi menjadi dua bagian.
1. Aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas, dalam jangka waktu atau jumlah
produksi selama masa manfaat tertentu sehingga harus diamortisasi. Dalam PSAK 19
Revisi 2009 Terdapat ketentuan lain yaitu dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan,
dihentikan pada waktu yang lebih dulu antara ketika aset digolongkan sebagai tersedia
untuk dijual atau tanggal ketika aset dihentikan pengakuannya. Metode amortisasi harus
menggambarkan pola konsumsi atas manfaat aset. Nilai residu direview setiap akhir
periode, Perubahan nilai residu diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi,
dalam
2. Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas, dijelaskan dalam PSAK 19
revisi 2009.yaitu berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan tidak ada batas yang
terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto
bagi entitas, sehingga tidak diamortisasi. Selain itu terdapat faktor yang perlu
diperhatikan impairment test dilakukan setiap tahun atau apabila ada indikasi penurunan
nilai, masa manfaat ditelaah setiap akhir periode, masa manfaat tidak terbatas bisa
berubah menjadi terbatas
1 januari Daftar
2015 pelanggan 6.000.000
kas 6.000.000
(Pembelian daftar pelanggan)
31 Bebab
desember Amortisasi 1.980.000
2015, Daftar pelanggan atau akumulasi amortisasi daftar
2016, pelanggan 1.980.000
2017 (Amortisasi)
6. Goodwill
Goodwill adalah sisa: kelebihan biaya atas nilai wajar aset bersih yang dapat
diidentifikasi yang diakuisisi, sehingga goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis
secara keseluruhan, salah satu cara untuk menjual goodwill adalah dengan menjual usaha.
Dalam penggabungan usaha biaya dibebankan jika memungkinkan pada aset tidak
berwujud dan aset berwujud bersih yang dapat diidentifikasi, sisanya dicatat dalam akun
aset tidak berwujud yang disebut goodwiil. Kieso et al (2011: 629)
Pencatatan Goodwill
Goodwill yang diciptakan secara internal
Kieso et al (20111:629) menjelaskan, goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh
dikapitalisasi dalam akun, karena pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks dan
menghubungkan biaya untuk manfaat kedepan sangat sulit.
Goodwill yang dibeli
Kieso et al (2011: 629-632) menjelaskan, goodwill hanya dicatat jika keseluruhan
perusahaan dibeli, karena goodwill merupakan suatu penilaian “going concern” dan tidak
dapat dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan. Biaya goodwill diukur dengan
perbedaan antara biaya kelompok aset perusahaan yang diakuisisi dan jumlah biaya yang
dibebankan dari setiap aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi
yang diakuisisi dikurangi kewajiban yang ditanggung, prosedur penilaian ini disebut
sebagai pendekatan penilaian induk.
Penghapusan Goodwil
Terkait penghapusan goodwill, Kieso et al (2011:632-632) menjelaskan, perusahaan yang
mengakui goodwill dalam sebuah penggabungan usaha menganggap goodwill
mempunyai umur manfaat yang tidak terbatas dan oleh karenanya tidak boleh
mengamortisasi. Hal ini karena beban amortisasi goodwill tidak banyak berguna dalam
evaluasi kinerja keuangan dan untuk memprediksi umur aktual goodwill serta pola
amortisasi yang tepat bukanlah hal yang mudah. Sehingga perusahaan hanya
menyesuaikan nilai tercatatnya ketika goodwill mengalami penurunan nilai walaupun
tidak melakukan amortisasi goodwill, hal ini mencukupi dan dapat memberikan informasi
keuangan yang sangat berguna bagi komunitas invertasi.
Bargaining Purchase atau Pembelian Bersaing
Kieso et al (2011:632) menjelaskan, bargaining purchase muncul Ketika nilai wajar
pasar aset bersih yang diperoleh lebih tinggi dari pada harga beli aset yang bersangkutan.
Sehingga timbul kredit atau goodwill negatif, badwill atau pembelian bersaing. IASB
mencatat bahwa Perusahaan mengakui kelebihan sisa sebagai keuntungan luar biasa,
sehingga membantu pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi yang lebih
baik atas laporan pendapatan yang diperoleh
Penurunan Nilai Aset Tidak berwujud
Kieso et al (2011:632-633) memaparkan, dalam beberapa waktu memungkinkan
jumlah tercatat pada aset tidak dapat dipulihkan. oleh karena itu perusahaan perlu
menghapusnya. Secara spesifik prosedur pencatatan untuk penurnan nilai aset berdasakan
pada penurunan nilai aset dengan masa manfaat terbatas atau penurunan nilai aset dengan
masa manfaat tidak terbatas.
1. Penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas
Penurunan nilai aset terjadi apabila nilai buku aset tidak dapat dipulihkan. Dalam
menelaah pengujian kemampuan pemulihan, perusahaan dapat mengestimasi arus kas
masa depan yang diharapkan, jika jumlah arus kas bersih yang diharapkan di masa depan
(belum didiskontokan) lebih rendah dari nilai buku aset, maka kerugian penurunan nilai
akan diukur dan diakui. Kemudian pengujian nilai wajar digunakan oleh perusahaan
untuk mengukur kerugian penurunan nilai dengan membandingkan nilai wajar aset
dengan nilai bukunya. Kerugian penurunan nilai adalah jumlah nilai buku aset kurang
dari nilai wajar aset yang menurun nilainya, dan dilaporkan sebagai laba operasi yang
berlangsung terus-menerus.
Nilai tercatat Kerugian atas penurunan
paten 60.000. nilai 40.000.000
000 Paten 40.000.
Nilai wajar (based on value-in- 000
use) 20.000.000
Kerugian atas penurunan
nilai 40.000.000
Standar IFRS jika terjadi perubahan kondisi pada periode berikutnya mana diperlukan
penyajian kembali atas peningkatan nilai paten, dengan mencatat selisih atas kenaikan,
debit nilai paten dan kredit kerugian atas penurunan nilai.
2. Penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas selain
Goodwill
Perusahaan menguji penurunan nilai aset tidak berwujud termasuk goodwill minimal
setiap tahun. Pengujian nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
selain goodwill sama dengan pengujian nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat
terbatas yaitu pengujian nilai wajar, dalam Kieso et al (2011:634).
3. Penurunan Goodwill
Terdapat dua tahap dalam pengujian penurunan goodwill dalam Kieso et
al (2011:634)yaitu:
1.Perusahaan harus membandingkan nilai wajar unit yang dilaporkan terhadap jumlah
tercatat, termasuk goodwill. Jika nilai wajar unit yang dilaporkan melebihi jumlah
tercatat, maka tidak ada penurunan nilai goodwill yang diakui.
2.Jika nilai wajar lebih kecil dari jumlah tercatat maka aset bersih maka penentuan
penurunan nilai yang mungkin terjadi. Sehingga harus menetapkan nilai wajar goodwill
dan membandingkan dengan jumlah tercatat, kemudian membandingkan nilai goodwill
yang tercatat untuk menetapkan penurunan nilainya.
Diketahui : nilai wajar 19.000.000 ; nilai aktiva bersih 24.000.000 ; nilai goodwill
9.000.000
Maka:
(1) Nilai wajar 19.000.000
Aktiva bersih yang diidentifikasi (tidak termasuk goodwill) 15.000.000
*24.000.000-9.000.000 =
15.000.000
Nilai Goodwill yang diimplikasikan 4.000.000
(2) Nilai tercatat
Goodwill 9.000.000
Nilai Goodwill yang
diimplikasikan 4.000.000
Kerugian penurunan nilai 5.000.000