Anda di halaman 1dari 14

Nama : Wati

NIM : 1762201035
Kelas : Akutansi 6B

Tugas Quiz

DEPRESIASI

1.Metode Garis Lurus

a. Pada tanggal 5 April 2000 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp
13.000.000,00. Usia kegunaan mesin tersebut ditaksir selama 8 tahun dan nilai residu Rp
1.000.000,00. Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data di atas, dihitung sebagai
berikut:
Rp13.000.000,00 – Rp1.000.000,00
Penyusutan = = Rp1.500.000,00
8

Beban penyusutan mesin tahun 2000 adalah sebesar :


Penyusutan = 9/12  x   Rp 1.500.000,00  = Rp 1.125.000,00.
Mengapa 9/12?? Karena dari 12 bulan yang ada pada tahun 2000, mesin hanya beroperasi
selama 9 bulan, yakni mulai bulan April hingga bulan Desember.
Jumlah inilah yang dicatat pada tanggal 31 Desember 2000 dengan jurnal penyesuaian
sebagai berikut:
Des 31        Beban Penyusutan Mesin            Rp     1.125.000,00
                             Akumulasi penyusutan Mesin               Rp    1.125.000,00
Beban penyusutan mesin untuk setiap periode penggunaannya adalah sebagai berikut:

Perhitungan beban
Beban Penyusutan  Akumulasi Nilai Buku
No. Thn penyusutan thn
thn berjalan Penyusutan Aktiva
berjalan
1. 2000 9/12 x Rp1.500.000,00 Rp1.125.000,00 Rp  1.125.000,00 Rp11.875.000,00
2. 2001 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp  2.625.000,00 Rp10.375.000,00
3. 2002 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp  4.125.000,00 Rp  8.875.000,00
4. 2003 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp  5.625.000,00 Rp  7.375.000,00
5. 2004 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp  7.125.000,00 Rp  5.875.000,00
6. 2005 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp  8.625.000,00 Rp  4.375.000,00
7. 2006 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp10.125.000,00 Rp  2.875.000,00
8. 2007 Rp1.500.000,00 Rp1.500.000,00 Rp11.625.000,00 Rp  1.375.000,00
9. 2008 3/12 x Rp1.500.000,00 Rp   375.000,00 Rp12.000.000,00 Rp  1.000.000,00

Akumulasi penyusutan mesin setelah habis usia penggunaannya adalah Rp12.000.000,00


b. Pada tanggal 2 Maret 2010 PT. Adi Jaya membeli sebuah mesin produksi seharga Rp.
250.000.000, Mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun dengan nilai sisa
Rp. 145.000.000. Hitunglah penyusutan pada tahun 2010 dan buatlah tabel penyusutan
selama 5 tahun.
Besar penyusutan tahun 2010 = 8.750.000

Tabel penyusutan aktiva tetap selama 5 tahun (2010-2014)

Harga Besar Akumulasi


Tahun Nilai Buku
Penyusutan Penyusutan Penyusutan

2010 250.000.000 8.750.000 8.750.000 241.250.000

2012 250.000.000 29.750.000 29.750.000 220.250.000

22011 250.000.000 19.250.000 19.250.000 230.750.000

2013 250.000.000 40.250.000 40.250.000 209.750.000

2014 250.000.000 50.750.000 50.750.000 199.250.000

2.Metode Jam Jasa


a. Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp.5.000.000,00. Taksiran nilai
residu Rp.500.000,00. Selama usia penggunaannya ditaksir dapat dioperasikan
selama 10.000 jam kerja. Berapakah beban penyusutan pada tahun pertama jika pada
tahun pertama terpakai 1000 jam ????

Jawaban :
Harga perolehan = Rp.5.000.000 - Rp.500.000
Harga perolehan = Rp.4.500.000
Taksiran seluruh jam kerja = 10.000 jam

Tarif penyusutan tiap jam kerja = Harga perolehan/taksiran seluruh jam kerja
Tarif penyusutan tiap jam kerja = Rp.4.500.000/10.000 jam kerja
Tarif penyusutan tiap jam kerja = Rp.450

Maka beban penyusutan pada tahun pertamanya adalah :


Beban Penyusutan = Jam kerja yang dapat dicapai x Tarif penyusutan tiap jam kerja
Beban Penyusutan = 1000 jam x Rp.450
Beban Penyusutan = Rp.450.000
Jadi beban penyusutan pada tahun pertama adalah Rp.450.000

b. Harga perolehan mesin produksi Rp 12.500.000 dengan Nilai Residu Rp 780.000,umur


hemat empat tahun. selama 4 tahun mesin tersebut dipakai sebanyak 10.000
jam,sedangkan aktivitas untuk tahun pertama 3500 jam, tahun kedua 2800 jam, tahun
ketiga 2000 jam, dan tahun keempat 1700 jam. Hitunglah penyusutan tiap tahun dari
mesin tersebut dengan metode satuan jam kerja!

Jawaban:
Harga perolehan aktiva tetap dalam hal ini mesin sebesar Rp 12.500.000
Nilai Residu Rp 780.000
Umur hemat selama 4 tahun
Jumlah total jam penggunaan mesin dalam operasional perusahaan selama umur hemat
sejumlah 10.000 jam, dengan perincian tahun pertama 3500 jam, tahun kedua 2800 jam,
tahun ketiga 2000 jam, dan tahun keempat 1700 jam.
Berdasarkan data tersebut maka kita sanggup mencari penyusutan mesin dalam tiap jam
penggunaan mesin tersebut maupun penyusutan mesin tiap tahun, adapun perhitungan
penyusutan mesin dengan metode satuan jam kerja ialah sebagai berikut:
Penyusutan mesin perjam = (Harga perolehan-Nilai residu)/Total jam kerja
                                               = (12.500.000-780.000) : 10.000
                                               = Rp 1.172
Penyusutan mesin per tahun sanggup diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
Penyusutan pertahun = penyusutan per unit x jumlah jam kerja pertahun
Tahun 1 => 1.172 x 3500 = Rp 4.102.000
Tahun 2 => 1.172 x 2800 = Rp 3.281.000
Tahun 3 => 1.172 x 2000 = Rp 2.344.000
Tahun 4 => 1.172 x 1700 = Rp 1.992.000
 
3. Metode Hasil Produksi
a. Harga perolehan mesin produksi Rp 12.500.000 dengan Nilai Residu Rp 780.000,
selama 4 tahun ditaksir akan menghasilkan 40.000 unit dengan perincian sebagai berikut:
tahun pertama 1500 unit, tahun kedua 10.000 unit, tahun ketiga 8000 unit, dan tahun
keempat 7000 unit. Hitunglah penyusutan perunit dan penyusutan tiap tahun dari mesin
tersebut dengan metode satuan unit produk!

Jawaban:
Harga perolehan aktiva tetap dalam hal ini mesin sebesar Rp 12.500.000
Nilai Residu Rp 780.000
Umur hemat selama 4 tahun
Jumlah total produk yang sanggup dihasilkan oleh mesin tersebut selama umur hemat
sejumlah 40.000 unit, dengan perincian tahun pertama 1500 unit, tahun kedua 10.000
unit, tahun ketiga 8000 unit, dan tahun keempat 7000 unit.
Berdasarkan data tersebut maka kita sanggup mencari penyusutan mesin dari tiap unit
produk yang dihasilkan maupun penyusutan mesin tiap tahun, adapun perhitungan yang
diharapkan ialah sebagai berikut:
Penyusutan mesin perunit produk = (Harga perolehan-Nilai residu)
                                                                    Total unit produk
                                                                 = (12.500.000-780.000) : 40.000
                                                                 = Rp 293

Penyusutan mesin per tahun sanggup diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
Penyusutan pertahun = penyusutan per unit x jumlah produk pertahun
Tahun 1 => 293 x 15.000 = Rp 4.395.000
Tahun 2 => 293 x 10.000 = Rp 2.930.000
Tahun 3 => 293 x 8000 = Rp 2.344.000
Tahun 4 => 293 x 7000 = Rp 2.051.000

b.Sebuah mesin mempunyai harga perolehan Rp 35.000.000,- diperkirakan mempunyai


umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu Rp 5.000.000,- serta dapat
diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 tahun sebagai berikut:
Tahun ke-1 = 1.750 unit
Tahun ke-2 = 1.500 unit
Tahun ke-3 = 1.250 unit
Tahun ke-4 = 1.000 unit
Tahun ke-5 = 500 unit

Maka besar penyusutannya adalah:


Penyusutan per Unit = ( Rp 35.000.000 – Rp 5.000.000 ) / 6.000 = Rp 5.000
Penyusutan per Tahun =

Tahun      Unit Produksi        Tarif             Penyusutan


   1               1.750            Rp 5.000        Rp 8.750.000,-
   2               1.500            Rp 5.000        Rp 7.500.000,-
   3               1.250            Rp 5.000        Rp 6.250.000,-
   4               1.000            Rp 5.000        Rp 5.000.000,-
   5                500              Rp 5.000        Rp 2.500.000,-
 
4. Metode Beban Berkurang
a. Jumlah angka tahun
Sebuah mesin produksi dengan harga Rp 315.000.000 mulai dipakai untuk operasi
perusahaan pada bulan Januari 2011. Umur penggunaan ditaksir selama 5 tahun dengan
nilai residu Rp 15.000.000. Hitunglah penyusutan tiap tahun dari penggunaan mesin
tersebut dengan metode jumlah angka tahun!

Jawaban:
diketahui Harga perolehan mesin Rp 315.000.000, nilai residu Rp 15.000.000, dan umur
hemat 5 tahun.

Berdasarkan data tersebut besarnya penyusutan tiap tahun dengan metode jumlah angka
tahun sanggup dicari dengan perhitungan sebagai berikut:
Langkah pertama mencari jumlah angka tahun umur aktiva;
Jumlah angka tahun => 1+2+3+4+5 = 15

Setelah diketahui jumlah angka tahun selanjutnya sanggup dicari penyusutan tiap tahun
dengan rumus berikut ini:
Penyusutan= Sisa umur penggunaan  x (harga perolehan-nilai residu)
                          Jumlah angka tahun
Penyusutan tahun 1 = (5/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 100.000.000
Penyusutan tahun 2 = (4/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 80.000.000
Penyusutan tahun 3 = (3/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 60.000.000
Penyusutan tahun 4 = (2/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 40.000.000
Penyusutan tahun 5 = (1/15) x (315.000.000-15.000.000) = Rp 20.000.000

b. Saldo menurun
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut sebesar
Rp 13.000.000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun
Apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya, diperkirakan
mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan, besi tuanya dapat dijual seharga
Rp.1.000,000.

Dalam pencatatan akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan metode penyusutan


saldo menurun.
Penyusutan tahun 2014 = [(100% : 10) x 2 ] x 7/12 x 13.000.000
= Rp 1.516.710

Notes :
Karena selama tahun 2014 aset hanya digunakan 7 bulan, maka dikali 7/12
Penyusutan tahun 2015 = [(100% : 10) x 2 ] x (13.000.000 - 1.516.710)
= Rp 2.296.658

Notes :
Nilai buku aset tahun 2015 dikurangi penyusutan aset tahun sebelumnya, sebesar
Rp.1.516.710
Untuk tahun tahun setelahnya, cara pengerjaanya sama, hingga 10 tahun masa
pengoperasian mesin tersebut.
Lalu saat pencatatan, jurnal nya adalah sama dengan metode garis lurus, cuma beda di
angka saja.
31 Desember 2014
Debit | Depreciation Rp 1.516.710
Kredit | Accumulated Depreciation Rp 1.516.710

Untuk tahun berikutnya juga sama jurnalnya


31 Desember 2015
Debit | Depreciation Rp 2.296.658
Kredit | Accumulated Depreciation Rp 2.296.658

Jurnal jurnal penyusutan tahun tahun berikutnya sama.


# Pada akhir periode, penyusutan ini juga harus dilakukan jurnal penyesuaian !
Jurnal penyesuaian ini untuk mengakui adanya beban pada aset mesin ini. penyesuaian
atas penyusutan aset tetap ini sejumlah akumulasi penyusutan selama periode berjalan.
Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:

Contoh jurnal penyesuaian aset tetap mesin tahun 2014 :


Debit | Accunulated Depreciation Rp 1.516.710
Kredit | Machine Rp 1.516.710

Jurnal Penyesuaian tahun 2015 :


Debit | Accumulated Depreciation Rp 2.296.658
Kredit | Machine Rp 2.296.658

Untuk jurnal penyesuaian tahun tahun berikutnya, cara pengerjaanya sama saja.

c.. Saldo Menurun Ganda


Sebuah kendaraan beroda empat mulai dioperasikan untuk perjuangan pada tanggal 1
Januari 2012. Mobil tersebut diperoleh dengan harga Rp 165.000.000 dan ditaksir
sanggup dioperasikan untuk perjuangan selama 5 tahun. Hitunglah penyusutan tiap tahun
dengan metode menurun berganda!

Jawaban:
diketahui bahwa Harga perolehan Rp 165.000.000, nilai hemat 5 tahun. Berdasarkan data
tersebut sanggup dihitung besarnya penyusutan tiap tahun dengan metode menurun ganda
dengan perhitungan sebagai berikut:
Langkah pertama mencari besarnya besarnya persentase penyusutan tiap tahun;
Jika dalam metode garis lurus persentase penyusutan tiap tahun adalah:
= 100% : umur ekonomis
= 100% : 5 = 20%

Karena dalam metode menurun berganda besarnya persentase penyusutan 2x dari


persentase metode garis lurus maka besarnya persentase penyusutan metode menurun
berganda ialah 40%.
Langkah berikutnya ialah memilih besarnya penyusutan tiap tahun dengan perhitungan
sebagai berikut:
Penyusutan = persentase penyusutan x Harga buku aktiva tetap
Penyusutan tahun 1 => 40% x 165.000.000 = Rp 66.000.000
Penyusutan tahun 2 => 40% x 99.000.000 = Rp 39.600.000
Penyusutan tahun 3 => 40% x 59.400.000 = Rp 23.760.000
Penyusutan tahun 4 => 40% x 35.640.000 = Rp 14.256.00A0
Penyusutan tahun 5 => 40% x 21.384.000 = Rp 8.553.600
Note: Harga buku = Harga perolehan – Akumulasi penyusutan, Pada tahun 1 belum ada
akumulasi penyusutan alasannya ialah kendaraan beroda empat masih gres sehingga
Harga buku aktiva = Harga perolehan.

ASET T TIDAK BERWUJUD

A. Karakteristik Aset
Berdasarkan PSAK 19 revisi 2009, aset dapat dikategorikan sebagai aset tidak
berwujud apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain.
a. Keteridentifikasian: aset non-moneter yang dapat di identifikasi tanpa wujud fisik,
dapat dipisahkan/dibedakan, atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya.
b. Pengendalian: mampu memperoleh manfaat ekonomis masa depan, dan dapat
membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
c.  Manfaat ekonomis masa depan: mencakup Pendapatan dari penjualan barang atau jasa,
Penghematan biaya, atau manfaat lain dari penggunaan aset tersebut.
Selain itu, Kieso et al. (2011: 620) Aset tak berwujud memiliki tiga kriteria utama
yaitu dapat diidentifikasi, kurang memiliki eksistensi fisik (aset tidak berwujud
memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan yang diberikan perusahaan untuk
menggunakannya) dan bukan merupakan instrument keuangan.

B.  Pengakuan dan Pengukuran


Dalam mengakui suatu item sebagai aset tidak berwujud, entitas perlu menunjukkan
bahwa item tersebut memenuhi definisi aset tidak berwujud dan memenuhi kriteria
pengakuan. Terdapat kriteria dalam pengakuan, sebagaimana dalam PSAK 19 revisi
2009, antara lain kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa
depan, biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal, dalam menilai
kemungkinan aset tidak berwujud menggunakan asumsi masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan serta estimasi terbaik manajemen, pengeluaran yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan diakui sebagai beban selain itu aset tidak berwujud pada
awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.
Dari segi penilaian awal aset tidak berwujud dijelaskan dalam Kieso et al. (2011:
621-623) terdapat dua langkah yaitu:
1. Aset tidak berwujud yang dibeli, maka dicacat berdasarkan biaya hingga aset tersebut
siap digunakan, jika diperoleh dengan saham maka biaya dialokasikan berdasarkan nilai
wajar.
2. Aset tidak berwujud yang dibuat secara internal, maka hanya biaya internal yang
dikapitalisasi yang merupakan biaya langsung yang dikeluarkan dalam memperoleh aset
tak berwujud. Biaya yang terjadi secara internal untuk menciptakan aset tak berwujud
dibebankan pada saat biaya itu dikeluarkan, seperti riset dan pengembangan yang
substansial untuk menciptakan aset tidak berwujud.
            Secara lebih rinci juga dipaparkan dalam PSAK 19 revisi 2009 Aset tidak
berwujud dapat diperoleh antara lain melalui:
1. Perolehan terpisah, yaitu biaya perolehan merupakan harga beli dan segala biaya yang
dapat dikaitkan secara langsung.
2. Akusisi sebagian bagian dari kombinasi bisnis, yang dinilai berdasarkan nilai wajar
pada tanggal akuisisi.
3. Akuisisi dengan hibah pemerintah, diakui pada nilai wajar atau pada nilai nominalnya
atau berdasarkan nilai nominal ditambah biaya pengeluaran lainnya hingga aset siap
untuk digunakan.
4. Pertukaran aset, dicatat dengan nilai wajar namun jika aset yang diperoleh tidak di
ukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur sesuai dengan jumlah tercatat
aset yang dilepaskan.
5. Goodwill yang dihasilkan internal. Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak
boleh diakui sebagai aset karena goodwill tersebut bukan merupakan suatu sumber daya
teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak timbul dari kontrak atau hak legal) yang
dikendalikan oleh entitas dan bisa diukur secara andal menurut biaya perolehannya.
6. Aset tidak berwujud yang dihasilkan internal, entitas menggolongkan proses
dihasilkannya aset menjadi dua tahap yaitu Tahap Riset diakui sebagai beban pada saat
terjadi dan Tahap Pengembangan dapat dikapitalisasi sebagai aset tidak berwujud sebesar
biaya perolehan jika kriteria pengakuan terpenuhi dan aset baru hasil pengembangan siap
digunakan.

C. Pengukuran setelah Pengakuan


Berdasarkan PSAK 19 revisi 2009 terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk
pengkuran setelah pengakuan:
1. Model biaya
Setelah pengakuan awal, suatu aset tidak berwujud harus dinilai pada biaya
perolehanya dikurangi oleh akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian atas
penurunan nilai.
2. Model revaluasi
Setelah pengakuan awal dapat dinilai atas nilai revaluasinya untuk tujuan revaluasi,
nilai wajar harus ditentukan dengan menggunakan referensi dari sebuah pasar aktif.
Revaluasi harus dilakukan secara rutin pada tiap akhir periode pelaporan sehingga jumlah
tercatat aset tidak memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya.

D. Masa Manfaat
Pengukuran setelah pengakuan awal aset tak berwujud didasarkan pada usia
manfaatnya. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat aset
tidak berwujud, sebagai mana diatur dalam PSAK 19 revisi 2009. Berkaitan dengan
penentuan masa manfaat tersebut, aset tidak berwujud dibagi menjadi dua bagian.
1. Aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas, dalam jangka waktu atau jumlah
produksi selama masa manfaat tertentu sehingga harus diamortisasi. Dalam PSAK 19
Revisi 2009 Terdapat ketentuan lain yaitu dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan,
dihentikan pada waktu yang lebih dulu antara ketika aset digolongkan sebagai tersedia
untuk dijual atau tanggal ketika aset dihentikan pengakuannya. Metode amortisasi harus
menggambarkan pola konsumsi atas manfaat aset. Nilai residu direview setiap akhir
periode, Perubahan nilai residu diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi,
dalam
2. Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas, dijelaskan  dalam PSAK 19
revisi 2009.yaitu berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan tidak ada batas yang
terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto
bagi entitas, sehingga tidak diamortisasi. Selain itu terdapat faktor yang perlu
diperhatikan impairment test dilakukan setiap tahun atau apabila ada indikasi penurunan
nilai, masa manfaat ditelaah setiap akhir periode, masa manfaat tidak terbatas bisa
berubah menjadi terbatas

E. Jenis dari aset tidak berwujud:


Kieso et al.(2011:623) menjelaskan bahwa terdapat berbagai jenis aset tidak
berwujud, yang sering kali dikelompokkan menjadi enam kategori besar antara lain:
1. Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan pemasaran
Kieso et al (2011:623-624) menjelasskan Aset tidak berwujud terkait pada pemasaran
untuk produk atau jasa, adalah seperti nama dagang dan merek dagang. Hak untuk
menggunakan nama dagang dan merek dagang menurut Common Low, secara eksklusif
berada pada pengguna awal selama mereka terus menggunakannya. Pendaftaran terhadap
pada Kantor Paten dan Merek Dagang memberikan perlindungan hukum untuk
pembaharuan kembali yang tak terbatas dalam masing-masing periode selama 10 tahun.
Sehingga perusahaan yang menggunakan suatu merek dagang atau nama dagang yang
telah ditetapkan dapat mengakui menganggapnya memiliki umur yang tidak terbatas
2. Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan pelanggan
Aset tidak berwujud terkait pelanggan dihasilkan dari hubungan perusahaan dengan
pihak luar. Dalam hal ini termasuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak
terbatas. Perusahaan harus mengasumsikan nilai sisa sebesar nol kecuali jika umur
manfaat aset lebih pendek dari pada umur ekonomisnya. Dalam kieso (2011 : 624-625)
Contoh:
Biaya                                         6.000.000
Nilai sisa                                       (60.000)    
Dasar Amortisasi                       5.940.000
*amortisasi garis lurus dengan masa manfaat 3 tahun : (5.940.000/3
=1.980.000)                                                  

1 januari Daftar
2015 pelanggan                                                                        6.000.000
kas                                                                                        6.000.000
(Pembelian daftar pelanggan)
31 Bebab
desember Amortisasi                                                                       1.980.000
2015, Daftar pelanggan atau akumulasi amortisasi daftar
2016, pelanggan            1.980.000
2017 (Amortisasi)

3.Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan seni


Kieso et al (2011 : 625) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan
seni, terdapat hak cipa melindungi hak kepemilikan ini. Hak cipta diberikan selama umur
penciptanya ditambah 70 tahun. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak
cipta dapat dikapitalisasi. Secara umum masa manfaat hak cipta lebih pendek dari umur
hukumnya, namun kesulitan menemukan jumlah tahun yang akan menerima manfaat
mendorong perusahaan menghapus biaya selama periode waktu yang cukup pendek.
4. Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan kontrak
Kieso el al (2011: 625-626) menjelaskan, bentuk umum dari sset tidak berwujud
yang berhubungan dengan kontrak adalah waralaba (franchise) yaitu lisensi, ijin
bangunan, hak siaran dan kontrak jasa atu pasokan, yang keseluruhan merupakan hak
yang timbul dari perjanjian kontrak. Waralaba berlangsung selama masa periode waktu
tertentu. Pencatatan sebagai aset tidak berwujud hanya jika terdapat biaya yang
diidentifikasi pada akuisisi hak pengoperasian. Biaya waralaba dengan umur terbatas
harus dimortisasi selama umur waralaba. Kecuali jika umur tidak terbatas tidak
diperlukan amortisasi tetapi dicatat pada biaya. Pembayaran tahunan sesuai kontrak harus
dicatat sebagai beban operasi periode berjalan karena tidak berhubungan dengan hak
masam mendatang.
5. Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi
Kieso et al (2011: 626) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan
teknologi  berkaitan erat dengan invosi dan perkembangan teknologi, seperti halnya
paten. Terdapat dua jenis paten yaitu paten proses dan paten produk, hak paten diberikan
selama periode 20 tahun dan dicatat sebesar biaya perolehan namun tidak termasuk biaya
penelitian dan pengembangan karena kedua biaya tersebut harus dibebankan pada periode
terjadinya. Biaya paten diamortisasi selama umur hukum atau umur manfaatnya, mana
yang lebih pendek, namun sangat memungkinkan adanya modifikasi yang yang dapat
menghasilkan paten baru. Perusahaan membebankan biaya hukum dan biaya lainnya
yang dikeluarkan untuk mempertahankan tuntutan paten sebagai biaya perolehan paten.
Beban amortisasi harus mencerminkan pola penggunaan paten. Jika paten menjadi tidak
berharga karena permintaan dan produksi menurun maka aset harus segera dihapuskan
pada akun beban.
1 januari Paten                                                                                   6.000.000
2015 kas                                                                                       6.000.000
(Biaya hukum atas paten)
31 Bebab Amortisasi Paten                                                     1.980.000
desember                 Paten atau akumulasi amortisasi
2015 Paten                       1.980.000
(Amortisasi paten)

6. Goodwill
Goodwill adalah sisa: kelebihan biaya atas nilai wajar aset bersih yang dapat
diidentifikasi yang diakuisisi, sehingga goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis
secara keseluruhan, salah satu cara untuk menjual goodwill adalah dengan menjual usaha.
Dalam penggabungan usaha biaya dibebankan jika memungkinkan pada aset tidak
berwujud dan aset berwujud bersih yang dapat diidentifikasi, sisanya dicatat dalam akun
aset tidak berwujud yang disebut goodwiil. Kieso et al (2011: 629)

Pencatatan Goodwill
Goodwill yang diciptakan secara internal
Kieso et al (20111:629) menjelaskan, goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh
dikapitalisasi dalam akun, karena pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks dan
menghubungkan biaya untuk manfaat kedepan sangat sulit.
Goodwill yang dibeli
Kieso et al (2011: 629-632) menjelaskan, goodwill hanya dicatat jika keseluruhan
perusahaan dibeli, karena goodwill merupakan suatu penilaian “going concern” dan tidak
dapat dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan. Biaya goodwill diukur dengan
perbedaan antara biaya kelompok aset perusahaan yang diakuisisi dan jumlah biaya yang
dibebankan dari setiap aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi
yang diakuisisi dikurangi kewajiban yang ditanggung, prosedur penilaian ini disebut
sebagai pendekatan penilaian induk.

Fair Value Jurnal:


Kas                                                                 Kas                                       205.000
       205.000 Piutang                                   18.000
Piutang                                                           Persediaan                            122.000
        18.000 Supplies                                  35.000
Persediaan                                                      Paten                                       25.000
     122.000 Goodwill                                   50.00
Supplies                                                         0
         35.000                Kewajiban                           
Paten                                                                    55.000
         25.000  Kas                                     400.000
Kewajiban                                                     
     (55.000)
FV yang dapat
diidentifikasi                           350.000
Harga
beli                                                           40
0.000
Nilai dibebankan pada
goodwill                       50.000

Penghapusan Goodwil
Terkait penghapusan goodwill, Kieso et al (2011:632-632) menjelaskan, perusahaan yang
mengakui goodwill dalam sebuah penggabungan usaha menganggap goodwill
mempunyai umur manfaat yang tidak terbatas dan oleh karenanya tidak boleh
mengamortisasi. Hal ini karena beban amortisasi goodwill tidak banyak berguna dalam
evaluasi kinerja keuangan dan untuk memprediksi umur aktual goodwill serta pola
amortisasi yang tepat bukanlah hal yang mudah. Sehingga perusahaan hanya
menyesuaikan nilai tercatatnya ketika goodwill mengalami penurunan nilai walaupun
tidak melakukan amortisasi goodwill, hal ini mencukupi dan dapat memberikan informasi
keuangan yang sangat berguna bagi komunitas invertasi.
Bargaining Purchase atau Pembelian Bersaing
Kieso et al (2011:632) menjelaskan, bargaining purchase muncul Ketika nilai wajar
pasar aset bersih yang diperoleh lebih tinggi dari pada harga beli aset yang bersangkutan.
Sehingga timbul kredit atau goodwill negatif, badwill atau pembelian bersaing. IASB
mencatat bahwa Perusahaan mengakui kelebihan sisa sebagai keuntungan luar biasa,
sehingga membantu pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi yang lebih
baik atas laporan pendapatan yang diperoleh
Penurunan Nilai Aset Tidak berwujud
     Kieso et al (2011:632-633) memaparkan, dalam beberapa waktu memungkinkan
jumlah tercatat pada aset tidak dapat dipulihkan. oleh karena itu perusahaan perlu
menghapusnya. Secara spesifik prosedur pencatatan untuk penurnan nilai aset berdasakan
pada penurunan nilai aset dengan masa manfaat terbatas atau penurunan nilai aset dengan
masa manfaat tidak terbatas.
1.  Penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas
Penurunan nilai aset terjadi apabila nilai buku aset tidak dapat dipulihkan. Dalam
menelaah pengujian kemampuan pemulihan, perusahaan dapat mengestimasi arus kas
masa depan yang diharapkan, jika jumlah arus kas bersih yang diharapkan di masa depan
(belum didiskontokan) lebih rendah dari nilai buku aset, maka kerugian penurunan nilai
akan diukur dan diakui. Kemudian pengujian nilai wajar digunakan oleh perusahaan
untuk mengukur kerugian penurunan nilai dengan membandingkan nilai wajar aset
dengan nilai bukunya. Kerugian penurunan nilai adalah jumlah nilai buku aset kurang
dari nilai wajar aset yang menurun nilainya, dan dilaporkan  sebagai laba operasi yang
berlangsung terus-menerus.
Nilai tercatat Kerugian atas penurunan
paten                                          60.000. nilai     40.000.000
000          Paten                                      40.000.
Nilai wajar (based on value-in- 000
use)                20.000.000
Kerugian atas penurunan
nilai                        40.000.000

Standar IFRS jika terjadi perubahan kondisi pada periode berikutnya mana diperlukan
penyajian kembali atas peningkatan nilai paten, dengan mencatat selisih atas kenaikan,
debit nilai paten dan kredit kerugian atas penurunan nilai.
2. Penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas selain
Goodwill
Perusahaan menguji penurunan nilai aset tidak berwujud termasuk goodwill minimal
setiap tahun. Pengujian nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
selain goodwill sama dengan pengujian nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat
terbatas yaitu pengujian nilai wajar, dalam Kieso et al (2011:634).

Nilai tercatat lisensi                                                             60.000.000


Nilai wajar (based on fair value less cost to sell)                20.000.000
Kerugian atas penurunan nilai                                             40.000.000

3. Penurunan Goodwill
Terdapat dua tahap dalam pengujian penurunan goodwill dalam Kieso et
al (2011:634)yaitu:
1.Perusahaan harus membandingkan nilai wajar unit yang dilaporkan terhadap jumlah
tercatat, termasuk goodwill. Jika nilai wajar unit yang dilaporkan melebihi jumlah
tercatat, maka tidak ada penurunan nilai goodwill yang diakui.
2.Jika nilai wajar lebih kecil dari jumlah tercatat maka aset bersih maka penentuan
penurunan nilai yang mungkin terjadi. Sehingga harus menetapkan nilai wajar goodwill
dan membandingkan dengan jumlah tercatat, kemudian membandingkan nilai goodwill
yang tercatat untuk menetapkan penurunan nilainya.
Diketahui : nilai wajar 19.000.000 ; nilai aktiva bersih 24.000.000 ; nilai goodwill
9.000.000
Maka:
(1)     Nilai wajar                                                                                     19.000.000
     Aktiva bersih yang diidentifikasi (tidak termasuk goodwill)        15.000.000
     *24.000.000-9.000.000 =

15.000.000                                          
     Nilai Goodwill yang diimplikasikan                                               4.000.000
 

(2)     Nilai tercatat

Goodwill                                                                   9.000.000
Nilai Goodwill yang

diimplikasikan                                              4.000.000
Kerugian penurunan nilai                                                           5.000.000

F. Biaya Penelitian Dan Pengembangan


Dijelaskan pada PSAK 19 Revisi 2009 termasuk dalam Kieso et al (2011: 635-637)
termasuk dalam, bahwa biaya penelitian dan pengembangan dengan sendirinya bukan
sebagai aset tidak berwujud, sehingga semua biaya penelitian dan pengembangan harus
dibebankan ke beban pada saat terjadinya. Selain itu juga dijalaskan dalam PSAK 19
Revisi 2009, bahwa tahap Pengembangan dapat dikapitalisasi sebagai aset tidak berwujud
sebesar biaya perolehan jika kriteria pengakuan terpenuhi dan aset baru hasil
pengembangan siap digunakan.
Akuntansi untuk aktivitas penelitian dan pengembangan:
Kieso et al (2011: 637) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah sebagai
berikut:
1. Bahan, peralatan dan fasilitas: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos
memiliki manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat
sebagai persediaan dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
2. Personil (gaji, upah dan biaya terkait personil) dibebankan ketika terjadi.
3. Aset tidak berwujud yang dibeli: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos
memiliki manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat
sebagai persediaan dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
4. Jasa kontrak: dibebankan ketika terjadi
5. Biaya tidak langsung: dibebankan ketika terjadi.
Biaya lain yang serupa dengan biaya penelitian dan pengembangan:
Kieso et al (2011: 638-640) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah
sebagai berikut:
1. Biaya Start-Up: biaya dikeluarkan sekali untuk memulai operasi baru dan dibebankan
ketika terjadi.
2. Kerugian operasi awal: dibebankan ketika terjadi
3. Biaya iklan: dibebankan ketika terjadi atau dibebankan ketika pertama kali iklan
dimuat.
4.   Biaya perangkat lunak komputer: Secara umum biaya untuk pengembangan situs web
tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud.

G. Penyajian Aset tidak Berwujud


Kieso et al (2011: 640-642) memaparkan terkait penyajian aset tidak berwujud dan
pos lain yang berhubungan:
a.Laporan Posisi Keuangan: semua aset tidak berwujud selain goodwill dilaporkan secara
terpisah, dan goodwill harus diungkapkan sebagai pos terpisah. Hal ini karena goodwill
dan aset tidak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aset lain.
b. Laporan Laba Rugi: pelaporan atas beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai aset
tidak berwujud sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan goodwill
dilaporkan terpisah, kecuali jika operasi sudah tidak berjalan.
c. Catatan pada laporan keuangan: harus meliputi informasi mengenai aset tidak
berwujud yang diakuisisi, beban amortisasi keseluruhan, perubahan jumlah catatan
goodwill selama periode berjalan.

Anda mungkin juga menyukai